Teknik pencitraan ultrasonografi hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)

ABSTRAK
TRIE WIYATA LESTARY. Teknik PencitraanUltrasonografi Hati, Ginjal,
Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh
RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat
dalam pemeriksaan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas,dan kantung kemih
pada babi (Sus scrofa domestica). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor babi
jantan dan 3 ekor babi betina. Pemeriksaan menggunakan transduser tipe konveks
frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Posisi hewan adalah
dorsal-recumbency pada pemeriksaan hati, pankreas, kantung kemih, dan lateralrecumbecy untuk pemeriksaan ginjal. Hasil yang didapatkan yaitu untuk
pemeriksaan pankreas transduser diletakkan pada pasangan kelenjar mamari 3-4,
pemeriksaan ginjal kanan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal
kiri pada pasangan kelenjar mamari 2-3, dan pemeriksaan kantung kemih pada
pasangan kelenjar mamari 6-7. Pemeriksaan organ hati dilakukan dibagi menjadi
tiga bagian yaitu tengah, kanan, dan kiri. Letak transduser pada pemeriksaan
organ hati yaitu pada pasangan kelenjar mamari ke 1-2 dengan sudut tertentu.
Pada hati bagian tengah, gambaran hati akan terlihat paling baik dengan posisi
transduser transversal sudut 45° dan sagital sudut 60° sampai 75°, sedangkan pada
hati bagian kanan gambaran hati akan terlihat paling baik pada posisi transduser
transversal sudut 60° sampai 75° dan sagital dengan sudut 45° sampai 60°.
Gambaran hati bagian kiri tidak terlihat dikarenakan terdorong oleh lambung babi.

Teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi sangat penting
untuk mendapatkan sonogram yang baik.
Kata kunci: organ abdominal, Sus scrofa domestica, teknik, ultrasonografi

ABSTRACT
TRIE WIYATA LESTARY. Ultrasound Imaging Technique in Liver, Kidney,
Pancreas, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR.
SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
The purpose in this study was to determine the proper technique and
location to examine liver, kidney, pancreas, and bladder in pig (Sus scrofa
domestica). Pigs used were five males and three females. Ultrasound was
performed using a 5.5 MHz convex transducer at the transversal and sagittal
position. The transducer position for pancreas examination was between the third
and fourth mamary gland, the right kidney between the third and fourth pair of
mamary gland, the left kidney between the second and third pair of mamary gland,
and the bladder between sixth and seventh pair of mamary gland. Liver
examinations were divided into three parts: central, right, and left. The transducer
position to examine the liver was between the first and second mammary gland
pair, with a certain angle depending on the parts of the liver. The best angle for


the imaging of the central part of the liver was 45° in transversal position and 60°
to 75° in sagittal position, while the angle for best imaging of right part of the
liver was 60° to 75° in transversal position and 45° to 60° in sagittal position. The
left part of the liver was not visible due to the pig stomach. The proper technique
and location in ultrasonography examination is important to get the best imaging.
Key words : abdominal organ, Sus scrofa domestica, technique, ultrasonography

TEKNIK PENCITRAAN ULTRASONOGRAFI HATI,
GINJAL, PANKREAS, DAN KANTUNG KEMIH PADA BABI
(Sus scrofa domestica)

TRIE WIYATA LESTARY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Teknik Pencitraan
Ultrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa
domestica) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013
Trie Wiyata Lestary
B04080039

ABSTRAK
TRIE WIYATA LESTARY. Teknik PencitraanUltrasonografi Hati, Ginjal,
Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh
RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat
dalam pemeriksaan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas,dan kantung kemih
pada babi (Sus scrofa domestica). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor babi
jantan dan 3 ekor babi betina. Pemeriksaan menggunakan transduser tipe konveks

frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Posisi hewan adalah
dorsal-recumbency pada pemeriksaan hati, pankreas, kantung kemih, dan lateralrecumbecy untuk pemeriksaan ginjal. Hasil yang didapatkan yaitu untuk
pemeriksaan pankreas transduser diletakkan pada pasangan kelenjar mamari 3-4,
pemeriksaan ginjal kanan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal
kiri pada pasangan kelenjar mamari 2-3, dan pemeriksaan kantung kemih pada
pasangan kelenjar mamari 6-7. Pemeriksaan organ hati dilakukan dibagi menjadi
tiga bagian yaitu tengah, kanan, dan kiri. Letak transduser pada pemeriksaan
organ hati yaitu pada pasangan kelenjar mamari ke 1-2 dengan sudut tertentu.
Pada hati bagian tengah, gambaran hati akan terlihat paling baik dengan posisi
transduser transversal sudut 45° dan sagital sudut 60° sampai 75°, sedangkan pada
hati bagian kanan gambaran hati akan terlihat paling baik pada posisi transduser
transversal sudut 60° sampai 75° dan sagital dengan sudut 45° sampai 60°.
Gambaran hati bagian kiri tidak terlihat dikarenakan terdorong oleh lambung babi.
Teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi sangat penting
untuk mendapatkan sonogram yang baik.
Kata kunci: organ abdominal, Sus scrofa domestica, teknik, ultrasonografi

ABSTRACT
TRIE WIYATA LESTARY. Ultrasound Imaging Technique in Liver, Kidney,
Pancreas, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR.

SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.
The purpose in this study was to determine the proper technique and
location to examine liver, kidney, pancreas, and bladder in pig (Sus scrofa
domestica). Pigs used were five males and three females. Ultrasound was
performed using a 5.5 MHz convex transducer at the transversal and sagittal
position. The transducer position for pancreas examination was between the third
and fourth mamary gland, the right kidney between the third and fourth pair of
mamary gland, the left kidney between the second and third pair of mamary gland,
and the bladder between sixth and seventh pair of mamary gland. Liver
examinations were divided into three parts: central, right, and left. The transducer
position to examine the liver was between the first and second mammary gland
pair, with a certain angle depending on the parts of the liver. The best angle for

the imaging of the central part of the liver was 45° in transversal position and 60°
to 75° in sagittal position, while the angle for best imaging of right part of the
liver was 60° to 75° in transversal position and 45° to 60° in sagittal position. The
left part of the liver was not visible due to the pig stomach. The proper technique
and location in ultrasonography examination is important to get the best imaging.
Key words : abdominal organ, Sus scrofa domestica, technique, ultrasonography


TEKNIK PENCITRAAN ULTRASONOGRAFI HATI,
GINJAL, PANKREAS, DAN KANTUNG KEMIH PADA BABI
(Sus scrofa domestica)

TRIE WIYATA LESTARY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Teknik Pencitraan Ultrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan
Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica).
Nama
: Trie Wiyata Lestary

NIM
: B04080039

Disetujui oleh

drh Rr Soesatyoratih. MSi
Pembimbing I

drh Deni Noviana. PhD
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono. MS PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, keluarga, dan para sahabat.
Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan beberapa
pihak. Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis menghaturkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. drh Rr Soesatyoratih. MSi dan drh Deni Noviana. PhD selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,
dan motivasi kepada penulis.
2. Kedua orang tua Papa dan mama, Ka Verzi, Ka Icca, dan segenap keluarga
penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan energi tidak hentihentinya diberikan kepada penulis.
3. Seluruh staf dosen dan pegawai di bagian Bedah dan Radiologi yang telah
membantu kelancaran studi dan juga penyelesaian skripsi ini.
4. PT. Karindo Alkestron atas kerjasamanya dalam hal pengadaan mesin
ultrasonografi.
5. Adhi Mediesyah Ahmad yang senantiasa memberikan semangat, waktu, dan
masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tulisan ini.
6. Teman-teman satu bimbingan, Tri Budiarti Nengsih, Lynn Kaat Laura
Kurniawan, Ajeng Kandynesia, Andi Rahayu, Kurniawan Prasetya, Hastin
Utami, Ruri Andrian, dan Kholis Afidatunnisa atas kebersamaan dan

semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat Aldilla Adelia, Adinda, Husnul Khotimah, Shinta Nugraha
Kusumastuti, Sinta Hernawati, Ismi Wahyuniati, Rahmanitia Puhanda,
Nurhayati Suwartiani yang selalu ada dalam suka dan duka yang tidak hentihentinya memberikan dorongan, doa, dan waktu
8. Teman-teman AVENZOAR atas kebersamaan, semangat, dan kekompakan
yang telah terjalin selama ini.
9. Teman-teman Wisma Jelita Elvi Dwi Yunitasari dan Sumayanti Eko atas
dukungan yang diberikan.
10. Seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan berbagai pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran
studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.
Bogor, Januari 2013
Trie Wiyata Lestary

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Babi
Ultrasonografi
Hati
Ultrasonografi Hati
Pankreas
Ultrasonografi Pankreas
Sistem Urinari
Ultrasonografi Sistem Urinari
Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia
METODE
Bahan Penelitian
Peralatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Babi
Hasil Pemeriksaan Darah Babi
Posisi Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi
dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi
Sudut Transduser Arah Sagital dan Transversal terhadap Sumbu
Tubuh Babi untuk Pemeriksaan USG Hati
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

x

x
xi
1
1
1
2
2
3
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7
10
10
11
17
25
26
29

DAFTAR TABEL
1 Hasil pemeriksaan fisik
2 Hasil pemeriksaan darah
3 Letak Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan

Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi

10
11

12

4 Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan arah transduser

sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu
5 Hasil penilaian sonogram hati bagian kanan dengan arah transduser

19

sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu
22
6 Hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan arah transduser sagital
dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Posisi Transduser pada Saat Pemeriksaan USG
Posisi Hewan pada Saat Pemeriksaan USG
Posisi Transduser Sagital dengan Sudut Tertentu
Posisi Transduser Transversal dengan Sudut Tertentu
Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Hati
Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Pankreas
Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Ginjal
Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Kantung Kemih
Sonogram Hati Lobus Sentral Posisi Transduser Sagital
Sonogram Hati Lobus Sentral Posisi Transduser Transversal
Sonogram Hati Lobus Kanan Posisi Transduser Sagital
Sonogram Hati Lobus Kanan Posisi Transduser Transversal
Sonogram Hati Lobus Kiri Posisi Transduser Sagital
Sonogram Hati Lobus Kiri Posisi Transduser Transversal

7
8
8
9
13
14
15
16
17
18
20
21
23
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi merupakan ternak yang cukup produktif, dapat digunakan sebagai
sumber organ xenotransplantasi, dan juga sebagai hewan model yang baik untuk
penyakit-penyakit pada manusia. Sehingga diperlukan teknik diagnosis penyakit
yang tepat agar babi yang dimanfaatkan tidak menjadi sumber penyakit bagi babi
lain ataupun manusia.
Teknik yang seringkali dipakai untuk diagnosis penyakit adalah Computed
Tomography (CT scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), X-ray, dan
ultrasonografi (USG) (Mucksavage et al. 2012). Ultrasonografi (USG) dinilai
lebih baik dikarenakan tidak adanya radiasi ionisasi, bersifat non-invasif, dan
biaya yang lebih murah.
Pemanfaatan ultrasonografi dibidang kedokteran hewan misalnya untuk
menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi (See 1998), untuk mendeteksi
kebuntingan pada babi betina (Almond et al. 1985), evaluasi ovari, kelainan uterin
dan organ genital, prediksi waktu ovulasi, memeriksa infeksi pada kantung kemih
dan kelenjar mamari, dan evaluasi embrio (Boulot 2010). Penyakit-penyakit yang
bisa didiagnosis dengan USG antara lain mengukur ketebalan kapsula hati
(Audiere et al 2010), mendeteksi adanya kanker dan juga tingkat keparahan dari
kanker pada pankreas (Angelis et al. 2007), mendeteksi adanya kanker di kantung
kemih (Gulsen et al 2011). Ultrasonografi juga digunakan untuk mendeteksi
penyakit-penyakit hati misalnya sirrosis hati, kista hati, kanker hati, kalsifikasi
hati, dan kelainan pembuluh darah di hati (Dietrich 2010), untuk mengeluarkan
batu dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound (Shah et al. 2012).
Sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang teknik yang tepat dalam
menggunakan USG agar pencitraan yang dihasilkan menjadi optimal dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya hewan yang diperiksa.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat
dalam pencitraan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih
pada babi (Sus scrofa domestica) sehingga mendapatkan hasil sonogram yang
baik.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai teknik dan
lokasi dalam pencitraan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas, dan kantung
kemih pada babi (Sus scrofa domestica).

2

TINJAUAN PUSTAKA
Babi
Babi merupakan mamalia dengan struktur anatomi dan fisiologi yang tidak
jauh berbeda dengan manusia sehingga seringkali digunakan dalam penelitian
perkembangan dunia medis manusia. Babi juga memiliki karakter waktu generasi
yang pendek, gestasi singkat (114 hari), dan keturunan yang banyak (Randall et
al. 2008). Genom babi tiga kali lebih dekat dengan genom manusia dibandingkan
dengan tikus (Wernersson et al. 2005).
Perkembangan medis kedokteran mendorong pemanfaatan babi sebagai
sumber xenotransplantasi dan hewan model bagi manusia. Babi juga menjadi
sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada
penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii et al. 2006),
obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al. 2000), kanker
(Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos et al. 2004),
penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein, kerusakan dan
perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam
xenotransplantasi (Lai et al. 2002b). Potensi yang besar dari pemanfaatan babi
oleh manusia menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik
agar tidak menjadi sumber penyakit zoonosis pada manusia.

Ultrasonografi
Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan
karkas pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai
digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada domba dan kambing serta
estimasi ketebalan lemak pada kuda. Dewasa ini aplikasi USG digunakan sebagai
alat bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan
dan digunakan untuk membantu pengambilan sampel biopsi guna menentukan
spesifitas penyakit (Noviana et al. 2012).
Ultrasonografi menggunakan ultrasound yang merupakan gelombang suara
dengan frekuensi tinggi (Goddard 1995) yaitu antara 1-12 MHz (Stoylen 2006)
frekuensi ini lebih besar dari suara yang dapat didengar manusia yaitu antara 2020.000Hz (Widmer et al. 2004). Diagnostik USG adalah suatu teknik diagnosis
organ yang dihasilkan oleh gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk aplikasi
diagnostis, frekuensi yang digunakan berkekuatan 1-10 MHz (Barr 1990). Alat
bantu yang digunakan untuk mentransmisikan gelombang suara disebut transduser
atau probe yang mengandung kristal piezo-electric. Prinsip kerja alat USG adalah
pulse-echo. Pulse adalah gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang
akan ditransmisikan ke jaringan, kemudian gelombang suara yang dihasilkan oleh
pulse dan jaringan disebut dengan echo. Echo akan ditangkap kembali oleh
transduser yang akan membentuk gambaran pada layar USG (Dachlan 2008).
Ekhogenitas yang terlihat pada gambaran USG yaitu hyperechoic, hypoechoic,
dan anechoic. Hyperechoic akan terlihat warna putih misalnya contohnya tulang,
udara, jaringan ikat, dan lemak. Hypoechoic akan terlihat warna abu-abu pada

3
hasil USG, misalnya jaringan lunak. Anechoic akan terlihat hasil USG
menunjukkan warna hitam yang berarti tidak adanya echo yang dihasilkan karena
pulse tidak dipantulkan kembali ke transduser oleh jaringan misalnya cairan, urin,
dan darah ( Noviana et al.2012)
Teknik diagnosa ini sangat berguna dalam menampilkan kelainan dari organ
dalam yang berupa jaringan lunak dan lokasi dari cairan yang ingin dikoleksi dari
dalam tubuh. Ultrasonografi dapat menunjukkan lokasi lesio yang akurat, yang
sangat menunjang keberhasilan dan keamanan dari proses biopsi maupun koleksi
cairan dari dalam tubuh (Holt 2008).

Hati
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Beratnya sekitar 3% dari total
berat badan pada hewan dewasa, sedangkan pada hewan muda berat hati sekitar
5% dari total berat badan (Akers dan Denbow 2008).
Hati babi terdiri dari lobus lateral kanan dan kiri, medial kanan dan kiri,
lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Kantung empedu terletak diantara lobus
medial dan lobus kanan. Hati sebagian besar dilindungi oleh os costae kecuali
bagian ventral. Bagian kranial hati bersentuhan dengan diafragma. Hati babi
memiliki daerah berbentuk concave di bagian kaudal yang berbatasan dengan
lambung di bagian kiri dengan pankreas di bagian kanan (Dyce et al. 2002).
Hati memiliki kemampuan meregenerasi sel hepatosit sebanyak lebih dari
40 kali saat terjadi kerusakan. Penyakit pada organ hati bisa menurunkan tingkat
regenerasi hepatosit hingga beberapa kali, sehingga konsekuensinya adalah terjadi
penurunan fungsi hati karena terdapat beberapa sel hati yang mengalami
kerusakan (hepatic fibrosis). Hati memiliki fungsi yang sangat penting yaitu
mengatur proses metabolik dan homeostasis. Hati juga menghasilkan asam
empedu dari pemecahan kolesterol. Hati juga memiliki kemampuan untuk
menyimpan beberapa cadangan substansi yang suatu saat akan diperlukan
misalnya glikogen, ion logam, dan vitamin dan juga berfungsi memproduksi sel
darah merah pada saat embrio. Kasus penyakit hati akut dan sub-akut seringkali
tidak hanya bersifat subklinis tetapi juga menimbulkan gejala klinis pada pasien
dengan penyakit kerusakan hati bersifat non-spesifik. Penyakit hati seringkali
dihubungkan dengan gejala klinis yang tidak spesifik tetapi dikarenakan disfungsi
dari organ-organ penting (Steiner 2008).
Menurut Steiner (2008) teknik mendiagnosa gangguan hati agar
mendapatkan hasil yang baik adalah :
1. Menganalisis peluang kejadian penyakit hati, misalnya pada ras tertentu yang
rentan mengalami gangguan hati.
2. Memperhatikan gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan hati. Meskipun
tidak spesifik bisa dijadikan acuan untuk memperkuat data-data lain yang ada
(data laboratorium).
3. Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara melihat bagian membran mukosa
dan sklera, dan mempalpasi daerah abdomen. Jika terjadi gangguan hati akan
terlihat kekuningan dan pucat pada mukosa dan sklera akibat dari hemolytic
anemia.

4
4. Melakukan tes laboratorium dengan memeriksa kadar albumin, amonia, blood
urea nitrogen (BUN), bilirubin, asam empedu, kolesterol, dan glukosa.
5. Melakukan biopsi hati yang dibantu dengan teknik ultrasonografi.

Ultrasonografi Hati
Metode yang sering digunakan dalam mendiagnosa penyakit hati misalnya
pemeriksaan laboratorium darah, ultrasonografi (USG), computed tomography
scan (CTscan), X-ray, magnetic resonance imaging (MRI). Gambaran lengkap
hasil USG hati dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan
jaringan parenkim hati (Radostits et al. 2005).
Ultrasonografi telah digunakan untuk melihat pembesaran hati
(hepatomegali), mendeteksi trombosis di vena cava caudalis, hepatic abscesses,
dan cholelithiasis yang akan terlihat dilatasi saluran empedu dan kantung empedu.
Ultrasonografi bisa untuk mendiagnosis degenerasi hidrofis hati, diffuse
hepatocellular disease, dan fatty liver (Radostits et al. 2005). Ultrasonografi juga
dapat digunakan untuk memprediksi secara non-invasif kejadian hepatorenal
failure pada kasus penyakit hati (Platt et al. 1994).
Menurut Braun (2004) USG diindikasikan pada hati babi untuk :
1. Determinasi posisi dan ukuran hati dan pembuluh darahnya.
2. Visualisasi perubahan struktur hati baik yang bersifat fokal ataupun difus
misalnya hepatic lipidosis, abses hati, tumor hati, kalsifikasi di saluran
empedu, dan cholestasis.
3. Diagnosa trombosis vena cava caudal.
4. Membantu pencitraan dalam melakukan sintesis dan biopsi hati untuk
histologi, sitologi, dan pemeriksaan bakteri. Ultrasonografi digunakan untuk
membantu dokter hewan melakukan biospi hati pada kasus lesio hati yang
bersifat fokal, namun pada kasus lesio hati bersifat difus masih kontroversial
(Grant 2008)
5. Percutaneous ultrasound dalam cholecystocentesis untuk pemeriksaan cairan
empedu.
6. Percutaneous ultrasound dalam sintesis vena portal untuk kepentingan
penelitian.

Pankreas
Pankreas berada di bagian atas rongga abdominal, berbentuk seperti lereng
yang bagian kranialnya lebih ventral daripada bagian kaudal. Dua sampai tiga
bagian pankreas terletak di sebelah kiri sumbu tubuh yang bersentuhan dengan
bagian fundus lambung, ujung dorsal limpa, dan pangkal anterior ginjal kiri.
Bagian tengah atau ektremitas posterior berada di tengah dan berhubungan dengan
vena porta dan cabang mesenterica. Batas kanan pankreas mengikuti duodenum
bagian desenden, bagian kranialnya bersentuhan dengan hati sedangkan bagian
kaudalnya bersentuhan dengan ginjal kanan (Dyce et al. 2002).

5
Ultrasonografi Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan
dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit
untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan
duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran
pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami
pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hyperechoic (Noviana et al. 2012).

Sistem Urinari
Ginjal
Ginjal babi memiliki bentuk yang pipih, panjang, dan kecil di bagian
ektremitasnya. Bentuk ginjal babi menyerupai kacang merah. Panjang ginjal babi
berukuran dua kali daripada lebarnya. Ginjal kiri terletak lebih kranial daripada
ginjal kanan, tetapi hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat os
lumbal pertama. Bagian kaudal ginjal terletak pada pertengahan rusuk terakhir dan
tuber coxae. Bagian kranial ginjal kiri biasanya bersentuhan dengan hati
sedangkan pada ginjal kanan tidak (Dyce et al. 2002)
Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam,
yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Unit terkecil ginjal atau nefron berfungsi
menyaring darah dan menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh
tubuh. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli
distal, lengkung Henle, dan duktus kolektiva (Akers dan Denbow 2008).
Kantung Kemih
Kantung kemih memiliki ukuran bervariasi tergantung dari banyaknya urin
yang ada di dalamnya. Kantung kemih yang terisi penuh dengan urin akan
berbentuk bulat dan sebagian besar ada di rongga abdomen. Permukaan dorsal
dari kantung terlapisi sempurna oleh peritoneum, namun lapisan peritoneum ini
tidak melapisi sempurna pada bagian permukaan ventralnya (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari
Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi
B-Mode real time untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung
kemih, dan kelenjar prostat (Holt 2008). Ultrasonografi sangat bermanfaat dalam
pemeriksaan ukuran medula, korteks, dan pelvis ginjal, mengidentifikasi
perubahan dari ureter dan ginjal akibat adanya urolithiasis, mengetahui terjadinya
pyelonefritis, hidronefrosis, dan amiloidosis, membantu mengarahkan dalam
proses biopsi ginjal, dan memeriksa keadaan kantung kemih beserta isinya (Braun
2004), penyakit sistem urinari kronis seperti torsio testis, trauma ginjal, refluks
vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan
mendeteksi kanker (Schoppler et al. 2012). Obstruksi kalkuli pada sistem urinari
ditandai dengan pembesaran pada kantung kemih dan uretra (Radostits et al.
2005).

6
Penggunaan USG dalam mendiagnosis penyakit sistem urinari dinilai lebih
aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012). Menurut Le
et al. (2012) aplikasi USG dapat digunakan untuk diagnosis awal kejadian
kerusakan ginjal akut dan menilai derajat keparahan perfusi ginjal.

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia
Pemilihan penggunaan babi dalam penelitian perkembangan dunia medis
manusia memiliki pertimbangan bahwa babi memiliki perbandingan anatomi dan
fisiologi yang sangat mirip dengan sistem dan kondisi manusia.
Penggunaan babi dalam dunia kedokteran sekarang:
1. Xenotransplantasi
Kesamaan fisiologi dan ukuran, babi telah dianggap sebagai sumber potensial
dalam transplantasi organ untuk manusia. Dibandingkan dengan hewan primata
yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan
penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan
penyakit ke manusia (Randall et al.2008).
2. Farmaseutik
Produksi hemoglobin (Hb) manusia dalam darah babi. Penelitian ini dilakukan
dengan mengisolasi Hb manusia dari darah babi transgenik bisa digunakan
dalam pengobatan pasien luka.
3. Sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti retinitis pigmentosa,
penyakit jantung (arterosklerosis, transplantasi jantung, dan bioporesis vulva
jantung ), diabetes (Renner et al. 2008), Huntington’s Disease (Uchida et al.
2001), cystic fibrosis, dan Alzheimer’s Disease (Kragh et al. 2008).
4. Hibrid organ misalnya pada penelitian tentang produksi hepatosit manusia pada
babi sehingga bisa ditansfer dari babi ke manusia (Beschorner et al. 2003a;
Beschorner et al. 2003b).

METODE
Bahan penelitian
Babi sebanyak lima ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 2531 kg dan berumur rata-rata 4 bulan, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman
ad libitum, alkohol 70%, obat bius yang terdiri dari tiletamin 2.5%-zolazepam
2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian
Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), transduser konveks,
meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat
pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine
tetraacetic acid).

7
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan
Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan Hewan
Tahapan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik meliputi
penghitungan frekuensi nadi, frekuensi napas, capillary refill time (CRT), dan
pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi pengukuran
complete blood cell (CBC), kadar ureum, kreatinin, alanine aminotransferase
(ALT), dan aspartate aminotransferase (AST). Pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang
digunakan adalah hewan yang sehat.
Tahap Pengambilan Darah
Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5%zolazepam 2.5% (zoletyl®) dosis 8 mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi.
Babi yang telah teranastesi sempurna segera diambil darahnya melalui vena
auricularis yang ada di telinga dengan menggunakan syringe 10 ml. Darah yang
diambil 5 ml lalu dimasukkan ke vacutainer EDTA.
Proses Pemindaian
Alat USG terlebih dahulu diatur agar memiliki frekuensi yang sesuai.
Frekuensi yang digunakan adalah frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110.
Penyesuaian nilai gain atau derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat
untuk mendapatkan sonogram yang optimal. Rambut dicukur pada daerah
pemindaian diolesi acoustic coupling gel. Posisi transduser adalah transversal dan
sagital untuk masing-masing organ dapat dilihat pada gambar 3.1. Posisi hewan
saat pemeriksaan yaitu dorsal-recumbency untuk pemeriksaan hati, pankreas, dan
kantung kemih, sedangkan untuk pemeriksaan ginjal adalah lateral-recumbency.
Posisi hewan saat pemeriksaan dapat dilihat pada gambar 3.2.

A

B

kranial

kranial

Gambar 3.1 Posisi transduser saat pemeriksaan USG yaitu transversal (A) dan
sagital (B)

8

A

B

kranial
kranial

Gambar 3.2 Posisi hewan saat pemeriksaan ultrasonografi adalah dorsalrecumbency (A) dan lateral-recumbency (B)
Hati
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan
arah transduser cranio-dorsal. Transduser diletakkan di kaudal xiphisternum dan
di tengah pasangan kelenjar mamari. Pemindaian dilakukan ke bagian tengah,
kanan, dan kiri dengan sudut transduser 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90° seperti
pada gambar 3.3 dan 3.4. Hasil sonogram dilakukan penilaian, nilai 0 jika
gambaran hati tidak terlihat, nilai 1 jika gambaran hati mulai terlihat, nilai 2 jika
hati terlihat jelas, dan nilai 3 jika hati terlihat sangat jelas

A

B

kranial

D

C

kranial

E

kranial

F

\

kranial

kranial

kranial

Gambar 3.3 Posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C),
60°(D), 75° (E), dan 90° (F)

9

A

kranial

D

kranial

B

C

kranial

kranial

E

F

kranial

kranial

Gambar 3.4 Posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C),
60° (D), 75° (E), dan 90° (F)
Pankreas
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency
dengan arah transduser dorsal. Transduser diletakkan sekitar 10 cm di caudal
xiphisternum dan di tengah pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi.
Ginjal
Hewan diposisikan lateral-recumbency dengan arah transduser dorsal di
ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama atau di sekitar pertengahan
antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Pasangan kelenjar mamari digunakan
sebagai titik orientasi.
Kantung Kemih
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan
arah transduser dorsal. Pencitraan organ kantung kemih dilakukan dengan
meletakkan transduser pada daerah os pubis dan di tengah pasangan kelenjar
mamari sebagai titik orientasi sampai gambaran kantung kemih tercitrakan dengan
optimal.

Interpretasi Sonogram
Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang
sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram
untuk melihat posisi, bentuk, ekhogenitas, dan marginasi organ hati, pankreas,
ginjal, dan kantung kemih pada babi.

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Fisik Babi
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan
penelitian dan sebagai penunjang data bahwa hewan yang digunakan merupakan
hewan sehat. Hasil pemeriksaan fisik babi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik
Babi
Parameter
Jenis
Bobot
Frekuensi
Frekuensi
Suhu (°C) CRT (s)
kelamin badan
nadi
napas
(kg)
(kali/menit) (kali/menit)
1
Jantan
27
116
35
38.8