Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor Barat
PERENCANAAN LANSKAP CIGUDEG
SEBAGAI IBU KOTA KABUPATEN BOGOR BARAT
NUR HEPSANTI HASANAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan
Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Nur Hepsanti Hasanah
NIM A44100009
ABSTRAK
NUR HEPSANTI HASANAH. Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota
Kabupaten Bogor Barat. Dibimbing oleh QODARIAN PRAMUKANTO
Kabupaten Bogor Barat adalah daerah otonomi baru yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bogor. Pembentukan daerah otonomi baru ini
disepakati pada tahun 2014 dan menjadi salah satu langkah untuk katalisasi
pembangunan daerah. Kecamatan Cigudeg ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten
Bogor Barat yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan aktivitas daerah,
disusul dengan beberapa daerah pendukung di sekitarnya yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan dan industri. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun
perencanaan lanskap Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat.
Perencanaan dilakukan dengan framework analisis lanskap METLAND (The
Metropolitan Landscape Planning Model Study) (Fabos dan Caswell 1976).
Metode perencanaan lanskap ini didasarkan pada analisis sumber daya kritis,
lanskap bahaya dan kesesuaian pengembangan fisik. Perencanaan lanskap
Cigudeg menghasilkan tujuh ruang, yaitu daerah hutan konservasi, daerah hutan
produksi dan pertanian terbatas, daerah pertanian sawah dan ladang, daerah
sempadan sungai dan danau, daerah pengembangan fisik tinggi, daerah
pengembangan fisik menengah dan daerah pengembangan fisik rendah.
Kata kunci: Ibu Kota, Kesesuaian Pengembangan Fisik, Lanskap Bahaya,
METLAND, Perencanaan Lanskap, Sumber Daya Kritis
ABSTRACT
NUR HEPSANTI HASANAH. Landscape Planning of Cigudeg as Capital City of
West Bogor Region. Supervised by QODARIAN PRAMUKANTO
West Bogor region is a new autonomous region as an expansion of the Bogor
region. The Establishment of a new autonomous region was approved in 2014 and
it is one step to catalyze regional development. Cigudeg subdistrict designated as
the capital city of West Bogor region, followed by a few supporters in the
surrounding area that serves as a center of commercial and industrial zone. The
purpose of this study was to make Cigudeg landscape planning. The landscape
planning implement the analysis framework of METLAND (The Metropolitan
Landscape Planning Model Study) (Fabos and Caswell 1976). This method is
based on analysis of critical resources, landscape hazards and physical
development suitability. Landscape planning of Cigudeg produce seven spaces,
forest conservastion area, limited agricultural and forest production area,
agricultural area, river bank and lake bank area, high physical development area,
intermediate physical development areas and low physical development area.
Key words: Capital City, Critical Resources, Landscape Hazards, Landscape
Planning, METLAND, Physical Development Suitability
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERENCANAAN LANSKAP CIGUDEG
SEBAGAI IBU KOTA KABUPATEN BOGOR BARAT
NUR HEPSANTI HASANAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor
Barat
Nama
: Nur Hepsanti Hasanah
NIM
: A44100009
Disetujui oleh
Ir Qodarian Pramukanto, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala anugerah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September
2014 ini adalah Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten
Bogor Barat.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini banyak pihak yang membantu penulis,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Qodarian Pramukanto, MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberi pendampingan penyusunan skripsi berupa kritik, saran
maupun dukungan.
2. Keluarga besar DJ Family, yaitu ayah (Djadjang Djarkasih), ibu (Tuti
Suhartuti), kakak (Muhammad Iqbal Ghazaly) dan adik (Hanna Nurlita
Rizqiyani dan Gina Amalia Nurdini) yang selalu memberikan doa,
dukungan serta kasih sayang selama pelaksanaan penelitian dan
penyusunan karya.
3. Staf Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Bogor, serta seluruh jajaran dinas Kabupaten Bogor yang
sudah membantu dalam pengumpulan data.
4. Beasiswa Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan dukungan dana.
5. Teman-teman bimbingan skripsi (Anya, Nurul dan Rezza), Rohis ARL 47
(Sai, Afifah, PM dan Hafidz) serta keluarga ARL 47 yang selalu
memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Keluarga besar Asrama TPB IPB terutama Senior Resident 47 atas
kerjasama, dukungan dan semangat yang selalu diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan pada masa yang akan
datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
Nur Hepsanti Hasanah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
PENDAHULUAN
2
Latar Belakang
3
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Perencanaan Lanskap
2
Sumber Daya Kritis
4
Air Permukaan
4
Air Tanah
5
Lahan Pertanian
7
Hutan Konservasi
9
Lanskap Bahaya
9
Longsor
10
Penurunan Muka Tanah
12
METODOLOGI
14
Waktu dan Tempat Penelitian
14
Alat dan Bahan Penelitian
14
Metode Penelitian
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Kondisi Umum
24
Sumber Daya Kritis
28
Lanskap Bahaya
51
Kesesuaian Pengembangan Fisik
63
Sintesis
69
Perencanaan Lanskap
70
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
89
89
DAFTAR ISI (lanjutan)
Saran
89
DAFTAR PUSTAKA
90
RIWAYAT HIDUP
93
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan
Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah
Kriteria kawasan rawan longsor
Kelas kerawanan longsor
Jenis, spesifikasi dan bentuk data
Kelas kualitas air bawah tanah
Kriteria kawasan lindung untuk hutan dan daerah resapan air
Kriteria kawasan lindung waduk, situ, sungai dan mata air
Klasifikasi kawasan karst
Kriteria kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng
Peruntukan lahan berdasarkan kemiringan lereng
Data wilayah Kabupaten Bogor Barat
Tabel klasterisasi wilayah Bogor Barat
Luas dan presentase penutupan lahan Kecamatan Cigudeg
Klasifikasi kualitas air tanah berdasarkan karakteristik dan klasifikasi
Kriteria scoring untuk menuntukan komposit daerah perlindungan air
tanah secara komposit
Klasifikasi daerah perlindungan air tanah
Matriks kriteria penentuan daerah perlindungan air tanah
Data produktivitas sawah Kecamatan Cigudeg
Data produktivitas tanaman palawija Kecamatan Cigudeg
Luas dan presentase kesesuaian lahan pertanian
Luas dan presentase pola ruang Kecamatan Cigudeg
Luas dan presentase kawasan rawan longsor
Matriks kriteria pengembangan fisik
Karakteristik, presentase dan luas ruang
Matriks fungsi, aktivitas dan fasilitas ruang
Rencana pengembangan subkawasan daerah pengembangan fisik tinggi
Rencana vegetasi
7
8
10
11
16
19
19
20
21
22
23
25
28
33
33
36
36
37
41
44
45
48
55
67
77
78
83
87
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pikir
Daerah aliran sungai
Jenis akuifer
Longsoran rotasi
Longsoran translasi
Layout karst karbonat
Berbagai jenis penurunan muka tanah karena karst
Peta lokasi penelitian Kecamatan Cigudeg
Komponen penelitian
Framework analisis lanskap untuk keperluan preservasi, perlindungan,
dan pengembangan tapak
11 Peta administrasi Kecamatan Cigudeg
12 Peta wilayah daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
5
6
11
11
12
13
14
15
18
26
27
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Sumber air PDAM Tirta Kahuripan
Jenis akuifer
Peta kelas akuifer Kecamatan Cigudeg
Peta penutupan lahan Kecamatan Cigudeg
Peta kualitas air tanah Kecamatan Cigudeg
Peta daerah perlindungan air tanah
Kelas aliran air
Sungai Cidurian
Sungai kecil di Cigudeg
Situ Cigudeg
Peta daerah perlindungan air permukaan
Peta daerah perlindungan air
Sawah di Kecamatan Cigudeg
Kebun singkong dan kebun kacang tanah
Peta kesesuaian lahan pertanian
Peta perlindungan lahan pertanian
Peta pola ruang Kecamatan Cigudeg
Peta perlindungan hutan konservasi
Peta perlindungan sumber daya kritis
Peta elevasi Kecamatan Cigudeg
Bentukan bentang alam Cigudeg
Peta rawan longsor Kecamatan Cigudeg
Gua berair di kompleks karst Gua Gudawang
Peta titik tracking Gua Gudawang
Peta geologi Kecamatan Cigudeg
Peta kontur Kecamatan Cigudeg
Peta karst Kecamatan Cigudeg
Peta daerah lanskap bahaya
Peta komposit analisis daerah perlindungan dan pengembangan
Peta kemiringan lereng Kecamatan Cigudeg
Jalan nasional Kecamatan Cigudeg
Jalan provinsi dan jalan kabupaten Kecamatan Cigudeg
Jalan lingkungan Kecamatan Cigudeg
Peta kesesuaian pengembangan fisik
Peta rencana blok
Konsep ruang kawasan lindung
Konsep ruang kawasan budidaya
Spektrum konsep karakteristik dan aktivitas ruang
Konsep keterkaitan antar klaster
Konsep pengembangan sirkulasi kawasan lindung
Konsep pengembangan sirkulasi kawasan pengembangan
Peta rencana lanskap Kecamatan Cigudeg
Rencana lanskap kawasan lindung Kecamatan Cigudeg
Rencana lanskap kawasan budidaya pertanian kecamatan Cigudeg
Hirarki fasilitas
29
30
31
32
35
38
39
39
40
40
42
43
44
44
46
47
49
50
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
64
65
66
66
67
68
71
72
72
73
73
75
75
80
81
82
83
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
58 Rencana lanskap kawasan pengembangan fisik ibu kota Kabupaten
Bogor Barat
59 Tampak potongan rencana lanskap Kecamatan Cigudeg
60 Rencana Sirkulasi
61
85
86
87
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perencanaan pengembangan dan pembangunan wilayah memiliki peran
penting dalam menentukan arah pengelolaan sumber daya di suatu daerah, baik
dari segi potensi sumber daya alam, maupun sumber daya manusia. Perencanaan
yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap keberlanjutan fungsi
ekologis suatu daerah. Selain itu, pertimbangan terhadap bahaya alam dan
perlindungan sumber daya alam kritis juga merupakan hal yang sangat penting
dalam keberlanjutan kawasan perencanaan. Hal ini agar pembangunan
infrastruktur dapat tetap berjalan harmonis dengan berlangsungnya fungsi
ekologis dan sosial di daerah tersebut. Hal tersebut juga merupakan tujuan dari
perencanaan sebuah wilayah. Begitu pula yang diharapkan dalam perencanaan
wilayah Kabupaten Bogor Barat.
Kabupaten Bogor Barat merupakan daerah otonomi baru yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bogor. Pembentukan daerah otonomi baru ini
disahkan di tingkat provinsi pada tahun 2014 dan merupakan salah satu langkah
untuk katalisasi pembangunan daerah yang sebelumnya terhambat karena luasan
yang terlalu besar (Sindonews 2014). Pengelolaan dan pembangunan yang tidak
merata menyebabkan potensi alam dan manusia di bagian Bogor Barat belum
dapat diberdayakan dengan maksimal. Pemekaran ini didukung masyarakat
Kabupaten Bogor secara keseluruhan maupun masyarakat Kabupaten Bogor Barat
sendiri.
Kecamatan Cigudeg ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat,
disusul dengan beberapa daerah pendukung di sekitarnya yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan, industri dan administrasi. Penetapan ini berdasarkan hasil
penelitian LPPM ITB dan keputusan DPRD kabupaten Bogor (Lintas Bogor
2014). Keputusan ini juga dikeluarkan dalam SK gubernur Jawa Barat nomor
130/Kep.503-Desen/2008.
Cigudeg berada di jalur lintasan jalan utama propinsi yang menghubungkan
Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Lebak di provinsi Banten. Berdasarkan data
penutupan lahan 2013 dari Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor, sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan alami (58.7%) dan lahan pertanian (37.1%).
Daerah ini juga merupakan area hijau untuk daerah yang ada di sekitarnya.
Karakteristik tanah Cigudeg subur dan cocok untuk berbagai macam komoditas
pertanian. Selain itu, Cigudeg juga memiliki jalur karst sepanjang daerah bukit
dan perkebunan yang muncul dalam bentuk sinkhole dan gua. Karst merupakan
suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat sebagai
perpaduan antara unsur morfologi, energi, air, gas, tanah dan batuan yang
membentuk satu kesatuan sistem yang utuh. Kelarutan batu yang tinggi dapat
meningkatkan resiko geohazards terkait dengan penurunan muka tanah, runtuhan,
erosi tanah, sedimentasi dan banjir (Samodra 2001). Rangkaian karst ini harus
dilindungi dan dihindari dari invasi pembangunan daerah yang berpotensi
merusak. Urgensi inilah yang melatarbelakangi dibuatnya studi perencanaan
lanskap ibu kota Kabupaten Bogor Barat melalui pendekatan pelestarian sumber
daya kritis, perlindungan zona bahaya dan kawasan pengembangan.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah menyusun perencanaan lanskap Kecamatan
Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi rencana pengembangan
lanskap Kecamatan Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat oleh
pemerintah daerah. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan arah pembangunan daerah di sekitarnya.
Kerangka Pikir
Pembangunan infrastruktur yang masif akan dilakukan di Kecamatan
Cigudeg seiring dengan ditetapkannya daerah tersebut sebagai ibu kota daerah
otonomi baru Kabupaten Bogor Barat. Hal ini dapat memberikan dampak buruk
terhadap ekosistem kebun, hutan, sawah maupun karst yang terdapat di Cigudeg.
Perencanaan yang baik diperlukan agar didapatkan peruntukan tata guna lahan
yang tepat.
Analisis pertama adalah identifikasi daerah sumber daya kritis. Analisis
daerah ini meliputi air permukaan, air tanah, lahan pertanian dan hutan konservasi.
Tahap kedua merupakan identifikasi lanskap bahaya. Daerah lanskap bahaya ini
meliputi daerah yang berpotensi terjadi bencana longsor dan Penurunan muka
tanah karena karst. Daerah yang tidak termasuk dalam kriteria perlindungan
sumber daya kritis dan lanskap bahaya selanjutnya dianalisis kembali dalam
analisis kesesuaian pengembangan fisik. Analisis kesesuaian pengembangan fisik
menghasilkan daerah sesuai dengan pengembangan fisik tinggi, menengah dan
rendah. Daerah ini kemudian dikembangkan menjadi perencanaan lanskap ibu
kota Kabupaten Bogor Barat. Kerangka pikir perencanaan yang menjadi dasar
studi ini dapat dilihat pada Gambar 1.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap
Perencanaaan lanskap merupakan suatu bentuk produk utama dari suatu
kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan kegiatan penataan
lahan berdasarkan pada lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan
masalah yang dijumpai. Perencanaan merupakan proses untuk pengambilan
keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau
bentang alam yang fungsional, estetika dan lestari yang mendukung berbagai
kebutuhan dan keinginan manusia. Kegiatan merencanakan suatu lanskap
merupakan suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kehidupan
manusia atau masyarakat ke arah suatu bentuk lanskap atau bentuk alam yang
nyata dan berkelanjutan (Nurisjah dan Pramukanto 2009).
3
Kawasan ibu kota Kabupaten Bogor Barat
Analisis sumber daya
kritis
Analisis lanskap
bahaya
Identifikasi zona
sumber daya kritis
yang perlu diproteksi
Identifikasi zona
Lanskap bahaya
Bukan
zona
sumber
daya
kritis
Zona
sumber
daya
kritis
Zona
lanskap
bahaya
Bukan
Zona
lanskap
bahaya
Analisis
pengembangan fisik
Identifikasi
kawasan sesuai
untuk
pengembangan
fisik tinggi, sesuai
untuk
pengembangan
fisik menengah,
sesuai untuk
pengembangan
fisik rendah
Daerah non zona sumber daya kritis
dan lanskap bahaya
Zona sumber
daya kritis
Zona lanskap
bahaya
Zona sumber
daya kritis dan
lanskap bahaya
Zona
pengembangan
Rencana Blok
Perencanaan Lanskap ibu kota
Kabupaten Bogor Barat
Gambar 1 Kerangka pikir
Simonds (1983) menyebutkan bahwa proses perencanaan merupakan suatu
alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal keadaan yang
diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Hal-hal yang harus
dilestarikan mencakup pemandangan dari suatu lanskap, ekosistem serta unsurunsur langka untuk mencapai penggunaan terbaik dari suatu lanskap.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), proses perencanaan lanskap
terdiri dari enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah persiapan,
inventarisasi (pengumpulan data dan informasi), analisis, sintesis, perencanaan
dan perancangan. Perancangan lanskap yang umum dikenal sebagai bentuk akhir
dari rekayasa lanskap merupakan tahap lanjutan dari perencanaan lanskap. Bentuk
4
hasil akhir dari kegiatan perencanaan lanskap bukanlah suatu pendugaan atau prakonsep yang masih mentah, tetapi konsep yang dihasilkan merupakan suatu
kumpulan kebijakan atau kriteria yang dapat mewakili nilai, aspirasi dan
keinginan dari masyarakat yang menggunakan lanskap tersebut.
Perencanaan lanskap yang baik harus melindungi badan air, dan menjaga air
tanah, tidak mengkonservasi hutan, dan sumber air mineral, menghindari erosi,
menjaga kestabilan iklum, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan
suaka margasatwa, serta melindungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan
ekologi (Simonds 1983).
Sumber Daya Kritis
Sumber daya kritis didefinisikan sebagai karakteristik lanskap lokal yang
bermanfaat dan terbatas dalam wilayah kota (Fabos dan Caswell 1976). Sumber
daya ini sangat penting untuk perkembangan suatu wilayah. Sumber daya kritis ini
diklasifikasikan menjadi sumber daya terbarukan, tidak terbarukan dan estetik
kultural. Sumber daya terbarukan adalah sumber daya yang dapat dilengkapi
kembali, seperti air tanah yang diisi kembali oleh curah hujan tahunan. Sumber
daya tidak terbarukan adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti
pasir dan kerikil. Sumber daya estetik-kultural tidak sama kritis dengan klasifikasi
lainnya, tetapi sangat penting. Kehadiran sumber daya estetik kultural
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena itu masing-masing sumber daya
ini sangat vital untuk setiap kota atau wilayah, penting untuk membuat
perencanaan yang dapat melindungi sumber daya ini dari kontaminasi,
pengembangan, dan deplesi. Hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan sumber
daya lokal, bukan dengan mengimpor persediaan yang dibutuhkan dari tempat
yang jauh. Suatu wilayah metropolitan diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian kota dan pada saat yang sama menghasilkan kualitas lingkungan
yang lebih baik (Department of Landscape Architecture and Regional Planning
University of Massachussets 1994). Analisis yang termasuk dalam sumber daya
kritis di Kecamatan Cigudeg adalah air permukaan, air tanah, lahan pertanian dan
hutan konservasi.
Air Permukaan
Air yang dapat digunakan merupakan sumber daya yang kritis bagi
pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota. Kuantitas dan kualitas dari air yang
tersedia akan secara langsung mempengaruhi pertumbuhan potensi maupun
tekanan pada kota. Kuantitas air adalah faktor yang paling signifikan, karena air
yang terkontaminasi masih dapat diberi perlakuan untuk meningkatkan
kualitasnya. Sumber air yang paling potensial adalah air permukaan dan air tanah.
Air permukaan diantaranya adalah danau, kolam, sungai dan waduk. Air
permukaan merupakan penyedia air yang penting. Sumber daya air permukaan
dan air tanah harus dilindungi dari potensi kontaminasi penggunaan lahan tertentu.
(Department of Landscape Architecture and Regional Planning University of
Massachussets 1994).
5
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air menyatakan air permukaan adalah semua
air yang terdapat pada permukaan tanah. Sumber air permukaan adalah tempat
atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada ataupun di atas
permukaan tanah. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir
sebagai air permukaan. Air hujan yang tidak mengalami peresapan, dan mata air
yang muncul di permukaan bumi akan membentuk aliran permukaan yang
menjadi sungai serta genangan air berupa rawa atau danau. Air permukaan
muncul juga dalam bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS).
Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melaluli sungai
utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau
catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri
atas sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat sumber daya alam.
Gambar 2 Daerah aliran sungai
Sumber: Thewatershedproject.org
Air Tanah
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah dimanfaatkan untuk konsumsi
masyarakat baik skala rumah tangga maupun industri.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur
jenuh (saturated zone), sedangkan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh
sampai ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara. Air
yang berada pada lajur jenuh adalah bagian dari keseluruhan air bawah
permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah
tanah (underground water dan sub terranean water) adalah istilah lain yang
6
digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah yang lazim
digunakan adalah air tanah (SIH3 2013)
Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan mulai terisi air dan
mulai jenuh. Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka air tanah (water
table). Air yang tersimpan pada lajur jenuh disebut dengan air tanah, yang
kemudian bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan
tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau
terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter 1994).
Gambar 3 Jenis akuifer
Sumber: Todd (dalam Kodatie 1996)
Air tanah mempunyai 3 (tiga) fungsi bagi manusia (SIH3 2013) yaitu:
1. sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia.
2. bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan
siklus hidrologi global.
3. sebagai anggota atau agen dari geologi.
Ada dua sumber air tanah yaitu:
1. air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan
dalam formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.
2. air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang
meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh.
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, Air tanah adalah sumber persediaan air yang
sangat penting, terutama di daerah-daerah di mana musim kemarau atau
kekeringan yang panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Pembentukan
air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi,
yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.
7
Lahan Pertanian
Permentan No.7 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Kriteria Dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan menyatakan bahwa kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan
budidaya yang dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan perternakan.
Area pertanian merupakan area yang paling mudah untuk dikembangkan
dengan tekanan pengembangan yang tinggi. Kondisi saat ini memperlihatkan
bahwa tiga juta akre area pertanian berkurang setiap tahunnya karena konversi ke
area terbangun. (Fabos 1979).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan
dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur bahwa kriteria
kawasan pertanian pangan berkelanjutan adalah:
1. berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan
efisiensi produksi;
2. memiliki potensi sesuai, sangat sesuai atau agak sesuai untuk peruntukan
pangan;
3. didukung infrastruktur dasar; dan
4. telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan.
Penjabaran secara rinci ketentuan kriteria butir 1 dan 2 tersebut dituangkan
seperti pada Tabel 1, sementara berdasarkan komoditas pertanian padi sawah,
didapatkan keiteria kesesuaian lahan yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan
No
1
Kriteria
Kesatuan
hamparan lahan
2
Potensi teknis
dan Kesesuaian
Lahan
Parameter
a. kesatuan hamparan lahan harus memenuhi skala ekonomi yang
didasarkan atas ketentuan rasio pendapatan dengan biaya usaha
tani minimal lebih besar dari 1 (satu) dan penghasilan usahatani
mampu
b. berdasarkan perhitungan butir a maka ditetapkan luas minimal
lahan per satuan hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
c. dalam hal luas lahan eksisting per satuan hamparan lahan kurang
dari kriteria luasan lahan per satuan hamparan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan maka lahan tersebut dikelola secara bersama
sehingga diperoleh luasan minimal penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
d. petani yang lahannya kurang dari luasan kesatuan hamparan yang
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada butir c berhak atas jaminan
sosial sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
a. Semua lahan beririgasi dapat ditetapkan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
b. lahan rawa pasang surut/lebak dapat ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan memperhatikan kedalaman
gambut serta konservasi tanah dan air;
c. lahan tidak beririgasi dapat ditetapkan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dengan memperhatikan besaran curah hujan
tahunan minimal 1000 (seribu) mm/tahun.
d. tersedia minimal cukup unsur hara makro yang dibutuhkan oleh
tanaman pangan pokok sesuai dengan peraturan perundangundangan.
8
Tabel 1 Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan (lanjutan)
No
3
Kriteria
Infrastruktur
Dasar
4
Dimanfaatkan
sebagai Lahan
Pertanian
Pangan
Parameter
Ketentuan ketersedian infrastruktur dasar pada Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan diatur sebagai berikut:
a. ketentuan jaringan irigasi diatur berdasarkan jenis Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
b. dalam hal jenis Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
merupakan lahan beririgasi maka harus tersedia jaringan irigasi
tersier dan/atau rencana pembangunan jaringan tersier.
c. dalam hal jenis Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
merupakan lahan rawa pasang surut/lebak maka harus tersedia
jaringan drainase primer dan sekunder dan/atau telah tersedia
rencana jaringan drainase tersier.
d. dalam hal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan
lahan tidak beririgasi maka harus tersedia rencana pembangunan
irigasi air permukaan dan/atau air bawah tanah.
e. tersedia akses jalan dan jembatan yang dapat digunakan sebagai
sarana transportasi sarana prasarana dan hasil pertanian.
a. diukur dengan besaran produktivitas, intensitas pertanaman,
ketersedian air, penerapan kaidah konservasi lahan dan air serta
daya dukung lingkungan.
b. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan beririgasi, masing-masing komoditas
pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 3 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
c. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan rawa pasang surut/lebak, masing-masing
komoditas pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 2 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
d. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan tidak beririgasi, masing-masing
komoditas pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 2 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
e. intensitas pertanaman untuk tanaman pangan pokok semusim
pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik di lahan
beririgasi, lahan rawa pasang surut/lebak atau lahan beririgasi
minimal 1 kali setahun.
Tabel 2 Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah
No
1
Persyaratan
penggunaan/
karakteristik lahan
S1
(Sangat
sesuai)
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (tc)
24-29
Kelembaban (%)
33-90
Kelas kesesuaian lahan
S2
S3
N
(Cukup
(Sesuai
(Tidak
sesuai)
Marginal)
Sesuai)
22-24
29-32
30-33
18-22
32-35
90
35
9
Tabel 2 Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah (lanjutan)
No
2
Persyaratan
penggunaan/
karakteristik lahan
Media perakaran (rc)
Drainase
Tekstur
3
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
PH(H2O)
C Organik (%)
4
5
Bahaya erosi
Lereng (%)
Bahaya erosi
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
S1
(Sangat
sesuai)
Agak
terhambat,
sedang
Halus,
agak halus
50
>16
>50
5.5-8.2
Kelas kesesuaian lahan
S2
S3
N
(Cukup
(Sesuai
(Tidak
sesuai)
Marginal)
Sesuai)
Terhambat,
baik
Sedang
Sangat
terhambar,
agak cepat
Agak kasar
15-35
25-40
Cepat
Kasar
>1.5
3-15
40-50
≤16
35-50
4.5-5.5
8.2-8.5
0.8-1.5
>35
SEBAGAI IBU KOTA KABUPATEN BOGOR BARAT
NUR HEPSANTI HASANAH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan
Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Nur Hepsanti Hasanah
NIM A44100009
ABSTRAK
NUR HEPSANTI HASANAH. Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota
Kabupaten Bogor Barat. Dibimbing oleh QODARIAN PRAMUKANTO
Kabupaten Bogor Barat adalah daerah otonomi baru yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bogor. Pembentukan daerah otonomi baru ini
disepakati pada tahun 2014 dan menjadi salah satu langkah untuk katalisasi
pembangunan daerah. Kecamatan Cigudeg ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten
Bogor Barat yang berfungsi sebagai pusat administrasi dan aktivitas daerah,
disusul dengan beberapa daerah pendukung di sekitarnya yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan dan industri. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun
perencanaan lanskap Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat.
Perencanaan dilakukan dengan framework analisis lanskap METLAND (The
Metropolitan Landscape Planning Model Study) (Fabos dan Caswell 1976).
Metode perencanaan lanskap ini didasarkan pada analisis sumber daya kritis,
lanskap bahaya dan kesesuaian pengembangan fisik. Perencanaan lanskap
Cigudeg menghasilkan tujuh ruang, yaitu daerah hutan konservasi, daerah hutan
produksi dan pertanian terbatas, daerah pertanian sawah dan ladang, daerah
sempadan sungai dan danau, daerah pengembangan fisik tinggi, daerah
pengembangan fisik menengah dan daerah pengembangan fisik rendah.
Kata kunci: Ibu Kota, Kesesuaian Pengembangan Fisik, Lanskap Bahaya,
METLAND, Perencanaan Lanskap, Sumber Daya Kritis
ABSTRACT
NUR HEPSANTI HASANAH. Landscape Planning of Cigudeg as Capital City of
West Bogor Region. Supervised by QODARIAN PRAMUKANTO
West Bogor region is a new autonomous region as an expansion of the Bogor
region. The Establishment of a new autonomous region was approved in 2014 and
it is one step to catalyze regional development. Cigudeg subdistrict designated as
the capital city of West Bogor region, followed by a few supporters in the
surrounding area that serves as a center of commercial and industrial zone. The
purpose of this study was to make Cigudeg landscape planning. The landscape
planning implement the analysis framework of METLAND (The Metropolitan
Landscape Planning Model Study) (Fabos and Caswell 1976). This method is
based on analysis of critical resources, landscape hazards and physical
development suitability. Landscape planning of Cigudeg produce seven spaces,
forest conservastion area, limited agricultural and forest production area,
agricultural area, river bank and lake bank area, high physical development area,
intermediate physical development areas and low physical development area.
Key words: Capital City, Critical Resources, Landscape Hazards, Landscape
Planning, METLAND, Physical Development Suitability
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERENCANAAN LANSKAP CIGUDEG
SEBAGAI IBU KOTA KABUPATEN BOGOR BARAT
NUR HEPSANTI HASANAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor
Barat
Nama
: Nur Hepsanti Hasanah
NIM
: A44100009
Disetujui oleh
Ir Qodarian Pramukanto, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala anugerah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September
2014 ini adalah Perencanaan Lanskap Cigudeg sebagai Ibu Kota Kabupaten
Bogor Barat.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini banyak pihak yang membantu penulis,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Qodarian Pramukanto, MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberi pendampingan penyusunan skripsi berupa kritik, saran
maupun dukungan.
2. Keluarga besar DJ Family, yaitu ayah (Djadjang Djarkasih), ibu (Tuti
Suhartuti), kakak (Muhammad Iqbal Ghazaly) dan adik (Hanna Nurlita
Rizqiyani dan Gina Amalia Nurdini) yang selalu memberikan doa,
dukungan serta kasih sayang selama pelaksanaan penelitian dan
penyusunan karya.
3. Staf Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten Bogor, serta seluruh jajaran dinas Kabupaten Bogor yang
sudah membantu dalam pengumpulan data.
4. Beasiswa Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan dukungan dana.
5. Teman-teman bimbingan skripsi (Anya, Nurul dan Rezza), Rohis ARL 47
(Sai, Afifah, PM dan Hafidz) serta keluarga ARL 47 yang selalu
memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Keluarga besar Asrama TPB IPB terutama Senior Resident 47 atas
kerjasama, dukungan dan semangat yang selalu diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan pada masa yang akan
datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
Nur Hepsanti Hasanah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
PENDAHULUAN
2
Latar Belakang
3
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Perencanaan Lanskap
2
Sumber Daya Kritis
4
Air Permukaan
4
Air Tanah
5
Lahan Pertanian
7
Hutan Konservasi
9
Lanskap Bahaya
9
Longsor
10
Penurunan Muka Tanah
12
METODOLOGI
14
Waktu dan Tempat Penelitian
14
Alat dan Bahan Penelitian
14
Metode Penelitian
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Kondisi Umum
24
Sumber Daya Kritis
28
Lanskap Bahaya
51
Kesesuaian Pengembangan Fisik
63
Sintesis
69
Perencanaan Lanskap
70
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
89
89
DAFTAR ISI (lanjutan)
Saran
89
DAFTAR PUSTAKA
90
RIWAYAT HIDUP
93
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan
Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah
Kriteria kawasan rawan longsor
Kelas kerawanan longsor
Jenis, spesifikasi dan bentuk data
Kelas kualitas air bawah tanah
Kriteria kawasan lindung untuk hutan dan daerah resapan air
Kriteria kawasan lindung waduk, situ, sungai dan mata air
Klasifikasi kawasan karst
Kriteria kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng
Peruntukan lahan berdasarkan kemiringan lereng
Data wilayah Kabupaten Bogor Barat
Tabel klasterisasi wilayah Bogor Barat
Luas dan presentase penutupan lahan Kecamatan Cigudeg
Klasifikasi kualitas air tanah berdasarkan karakteristik dan klasifikasi
Kriteria scoring untuk menuntukan komposit daerah perlindungan air
tanah secara komposit
Klasifikasi daerah perlindungan air tanah
Matriks kriteria penentuan daerah perlindungan air tanah
Data produktivitas sawah Kecamatan Cigudeg
Data produktivitas tanaman palawija Kecamatan Cigudeg
Luas dan presentase kesesuaian lahan pertanian
Luas dan presentase pola ruang Kecamatan Cigudeg
Luas dan presentase kawasan rawan longsor
Matriks kriteria pengembangan fisik
Karakteristik, presentase dan luas ruang
Matriks fungsi, aktivitas dan fasilitas ruang
Rencana pengembangan subkawasan daerah pengembangan fisik tinggi
Rencana vegetasi
7
8
10
11
16
19
19
20
21
22
23
25
28
33
33
36
36
37
41
44
45
48
55
67
77
78
83
87
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pikir
Daerah aliran sungai
Jenis akuifer
Longsoran rotasi
Longsoran translasi
Layout karst karbonat
Berbagai jenis penurunan muka tanah karena karst
Peta lokasi penelitian Kecamatan Cigudeg
Komponen penelitian
Framework analisis lanskap untuk keperluan preservasi, perlindungan,
dan pengembangan tapak
11 Peta administrasi Kecamatan Cigudeg
12 Peta wilayah daerah otonomi baru Kabupaten Bogor Barat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
5
6
11
11
12
13
14
15
18
26
27
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Sumber air PDAM Tirta Kahuripan
Jenis akuifer
Peta kelas akuifer Kecamatan Cigudeg
Peta penutupan lahan Kecamatan Cigudeg
Peta kualitas air tanah Kecamatan Cigudeg
Peta daerah perlindungan air tanah
Kelas aliran air
Sungai Cidurian
Sungai kecil di Cigudeg
Situ Cigudeg
Peta daerah perlindungan air permukaan
Peta daerah perlindungan air
Sawah di Kecamatan Cigudeg
Kebun singkong dan kebun kacang tanah
Peta kesesuaian lahan pertanian
Peta perlindungan lahan pertanian
Peta pola ruang Kecamatan Cigudeg
Peta perlindungan hutan konservasi
Peta perlindungan sumber daya kritis
Peta elevasi Kecamatan Cigudeg
Bentukan bentang alam Cigudeg
Peta rawan longsor Kecamatan Cigudeg
Gua berair di kompleks karst Gua Gudawang
Peta titik tracking Gua Gudawang
Peta geologi Kecamatan Cigudeg
Peta kontur Kecamatan Cigudeg
Peta karst Kecamatan Cigudeg
Peta daerah lanskap bahaya
Peta komposit analisis daerah perlindungan dan pengembangan
Peta kemiringan lereng Kecamatan Cigudeg
Jalan nasional Kecamatan Cigudeg
Jalan provinsi dan jalan kabupaten Kecamatan Cigudeg
Jalan lingkungan Kecamatan Cigudeg
Peta kesesuaian pengembangan fisik
Peta rencana blok
Konsep ruang kawasan lindung
Konsep ruang kawasan budidaya
Spektrum konsep karakteristik dan aktivitas ruang
Konsep keterkaitan antar klaster
Konsep pengembangan sirkulasi kawasan lindung
Konsep pengembangan sirkulasi kawasan pengembangan
Peta rencana lanskap Kecamatan Cigudeg
Rencana lanskap kawasan lindung Kecamatan Cigudeg
Rencana lanskap kawasan budidaya pertanian kecamatan Cigudeg
Hirarki fasilitas
29
30
31
32
35
38
39
39
40
40
42
43
44
44
46
47
49
50
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
64
65
66
66
67
68
71
72
72
73
73
75
75
80
81
82
83
DAFTAR GAMBAR (lanjutan)
58 Rencana lanskap kawasan pengembangan fisik ibu kota Kabupaten
Bogor Barat
59 Tampak potongan rencana lanskap Kecamatan Cigudeg
60 Rencana Sirkulasi
61
85
86
87
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perencanaan pengembangan dan pembangunan wilayah memiliki peran
penting dalam menentukan arah pengelolaan sumber daya di suatu daerah, baik
dari segi potensi sumber daya alam, maupun sumber daya manusia. Perencanaan
yang baik akan memberikan dampak yang positif terhadap keberlanjutan fungsi
ekologis suatu daerah. Selain itu, pertimbangan terhadap bahaya alam dan
perlindungan sumber daya alam kritis juga merupakan hal yang sangat penting
dalam keberlanjutan kawasan perencanaan. Hal ini agar pembangunan
infrastruktur dapat tetap berjalan harmonis dengan berlangsungnya fungsi
ekologis dan sosial di daerah tersebut. Hal tersebut juga merupakan tujuan dari
perencanaan sebuah wilayah. Begitu pula yang diharapkan dalam perencanaan
wilayah Kabupaten Bogor Barat.
Kabupaten Bogor Barat merupakan daerah otonomi baru yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bogor. Pembentukan daerah otonomi baru ini
disahkan di tingkat provinsi pada tahun 2014 dan merupakan salah satu langkah
untuk katalisasi pembangunan daerah yang sebelumnya terhambat karena luasan
yang terlalu besar (Sindonews 2014). Pengelolaan dan pembangunan yang tidak
merata menyebabkan potensi alam dan manusia di bagian Bogor Barat belum
dapat diberdayakan dengan maksimal. Pemekaran ini didukung masyarakat
Kabupaten Bogor secara keseluruhan maupun masyarakat Kabupaten Bogor Barat
sendiri.
Kecamatan Cigudeg ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat,
disusul dengan beberapa daerah pendukung di sekitarnya yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan, industri dan administrasi. Penetapan ini berdasarkan hasil
penelitian LPPM ITB dan keputusan DPRD kabupaten Bogor (Lintas Bogor
2014). Keputusan ini juga dikeluarkan dalam SK gubernur Jawa Barat nomor
130/Kep.503-Desen/2008.
Cigudeg berada di jalur lintasan jalan utama propinsi yang menghubungkan
Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Lebak di provinsi Banten. Berdasarkan data
penutupan lahan 2013 dari Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor, sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan alami (58.7%) dan lahan pertanian (37.1%).
Daerah ini juga merupakan area hijau untuk daerah yang ada di sekitarnya.
Karakteristik tanah Cigudeg subur dan cocok untuk berbagai macam komoditas
pertanian. Selain itu, Cigudeg juga memiliki jalur karst sepanjang daerah bukit
dan perkebunan yang muncul dalam bentuk sinkhole dan gua. Karst merupakan
suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat sebagai
perpaduan antara unsur morfologi, energi, air, gas, tanah dan batuan yang
membentuk satu kesatuan sistem yang utuh. Kelarutan batu yang tinggi dapat
meningkatkan resiko geohazards terkait dengan penurunan muka tanah, runtuhan,
erosi tanah, sedimentasi dan banjir (Samodra 2001). Rangkaian karst ini harus
dilindungi dan dihindari dari invasi pembangunan daerah yang berpotensi
merusak. Urgensi inilah yang melatarbelakangi dibuatnya studi perencanaan
lanskap ibu kota Kabupaten Bogor Barat melalui pendekatan pelestarian sumber
daya kritis, perlindungan zona bahaya dan kawasan pengembangan.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah menyusun perencanaan lanskap Kecamatan
Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi rencana pengembangan
lanskap Kecamatan Cigudeg sebagai ibu kota Kabupaten Bogor Barat oleh
pemerintah daerah. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan arah pembangunan daerah di sekitarnya.
Kerangka Pikir
Pembangunan infrastruktur yang masif akan dilakukan di Kecamatan
Cigudeg seiring dengan ditetapkannya daerah tersebut sebagai ibu kota daerah
otonomi baru Kabupaten Bogor Barat. Hal ini dapat memberikan dampak buruk
terhadap ekosistem kebun, hutan, sawah maupun karst yang terdapat di Cigudeg.
Perencanaan yang baik diperlukan agar didapatkan peruntukan tata guna lahan
yang tepat.
Analisis pertama adalah identifikasi daerah sumber daya kritis. Analisis
daerah ini meliputi air permukaan, air tanah, lahan pertanian dan hutan konservasi.
Tahap kedua merupakan identifikasi lanskap bahaya. Daerah lanskap bahaya ini
meliputi daerah yang berpotensi terjadi bencana longsor dan Penurunan muka
tanah karena karst. Daerah yang tidak termasuk dalam kriteria perlindungan
sumber daya kritis dan lanskap bahaya selanjutnya dianalisis kembali dalam
analisis kesesuaian pengembangan fisik. Analisis kesesuaian pengembangan fisik
menghasilkan daerah sesuai dengan pengembangan fisik tinggi, menengah dan
rendah. Daerah ini kemudian dikembangkan menjadi perencanaan lanskap ibu
kota Kabupaten Bogor Barat. Kerangka pikir perencanaan yang menjadi dasar
studi ini dapat dilihat pada Gambar 1.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap
Perencanaaan lanskap merupakan suatu bentuk produk utama dari suatu
kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan kegiatan penataan
lahan berdasarkan pada lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan
masalah yang dijumpai. Perencanaan merupakan proses untuk pengambilan
keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau
bentang alam yang fungsional, estetika dan lestari yang mendukung berbagai
kebutuhan dan keinginan manusia. Kegiatan merencanakan suatu lanskap
merupakan suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kehidupan
manusia atau masyarakat ke arah suatu bentuk lanskap atau bentuk alam yang
nyata dan berkelanjutan (Nurisjah dan Pramukanto 2009).
3
Kawasan ibu kota Kabupaten Bogor Barat
Analisis sumber daya
kritis
Analisis lanskap
bahaya
Identifikasi zona
sumber daya kritis
yang perlu diproteksi
Identifikasi zona
Lanskap bahaya
Bukan
zona
sumber
daya
kritis
Zona
sumber
daya
kritis
Zona
lanskap
bahaya
Bukan
Zona
lanskap
bahaya
Analisis
pengembangan fisik
Identifikasi
kawasan sesuai
untuk
pengembangan
fisik tinggi, sesuai
untuk
pengembangan
fisik menengah,
sesuai untuk
pengembangan
fisik rendah
Daerah non zona sumber daya kritis
dan lanskap bahaya
Zona sumber
daya kritis
Zona lanskap
bahaya
Zona sumber
daya kritis dan
lanskap bahaya
Zona
pengembangan
Rencana Blok
Perencanaan Lanskap ibu kota
Kabupaten Bogor Barat
Gambar 1 Kerangka pikir
Simonds (1983) menyebutkan bahwa proses perencanaan merupakan suatu
alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal keadaan yang
diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Hal-hal yang harus
dilestarikan mencakup pemandangan dari suatu lanskap, ekosistem serta unsurunsur langka untuk mencapai penggunaan terbaik dari suatu lanskap.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), proses perencanaan lanskap
terdiri dari enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah persiapan,
inventarisasi (pengumpulan data dan informasi), analisis, sintesis, perencanaan
dan perancangan. Perancangan lanskap yang umum dikenal sebagai bentuk akhir
dari rekayasa lanskap merupakan tahap lanjutan dari perencanaan lanskap. Bentuk
4
hasil akhir dari kegiatan perencanaan lanskap bukanlah suatu pendugaan atau prakonsep yang masih mentah, tetapi konsep yang dihasilkan merupakan suatu
kumpulan kebijakan atau kriteria yang dapat mewakili nilai, aspirasi dan
keinginan dari masyarakat yang menggunakan lanskap tersebut.
Perencanaan lanskap yang baik harus melindungi badan air, dan menjaga air
tanah, tidak mengkonservasi hutan, dan sumber air mineral, menghindari erosi,
menjaga kestabilan iklum, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan
suaka margasatwa, serta melindungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan
ekologi (Simonds 1983).
Sumber Daya Kritis
Sumber daya kritis didefinisikan sebagai karakteristik lanskap lokal yang
bermanfaat dan terbatas dalam wilayah kota (Fabos dan Caswell 1976). Sumber
daya ini sangat penting untuk perkembangan suatu wilayah. Sumber daya kritis ini
diklasifikasikan menjadi sumber daya terbarukan, tidak terbarukan dan estetik
kultural. Sumber daya terbarukan adalah sumber daya yang dapat dilengkapi
kembali, seperti air tanah yang diisi kembali oleh curah hujan tahunan. Sumber
daya tidak terbarukan adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti
pasir dan kerikil. Sumber daya estetik-kultural tidak sama kritis dengan klasifikasi
lainnya, tetapi sangat penting. Kehadiran sumber daya estetik kultural
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena itu masing-masing sumber daya
ini sangat vital untuk setiap kota atau wilayah, penting untuk membuat
perencanaan yang dapat melindungi sumber daya ini dari kontaminasi,
pengembangan, dan deplesi. Hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan sumber
daya lokal, bukan dengan mengimpor persediaan yang dibutuhkan dari tempat
yang jauh. Suatu wilayah metropolitan diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian kota dan pada saat yang sama menghasilkan kualitas lingkungan
yang lebih baik (Department of Landscape Architecture and Regional Planning
University of Massachussets 1994). Analisis yang termasuk dalam sumber daya
kritis di Kecamatan Cigudeg adalah air permukaan, air tanah, lahan pertanian dan
hutan konservasi.
Air Permukaan
Air yang dapat digunakan merupakan sumber daya yang kritis bagi
pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota. Kuantitas dan kualitas dari air yang
tersedia akan secara langsung mempengaruhi pertumbuhan potensi maupun
tekanan pada kota. Kuantitas air adalah faktor yang paling signifikan, karena air
yang terkontaminasi masih dapat diberi perlakuan untuk meningkatkan
kualitasnya. Sumber air yang paling potensial adalah air permukaan dan air tanah.
Air permukaan diantaranya adalah danau, kolam, sungai dan waduk. Air
permukaan merupakan penyedia air yang penting. Sumber daya air permukaan
dan air tanah harus dilindungi dari potensi kontaminasi penggunaan lahan tertentu.
(Department of Landscape Architecture and Regional Planning University of
Massachussets 1994).
5
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air menyatakan air permukaan adalah semua
air yang terdapat pada permukaan tanah. Sumber air permukaan adalah tempat
atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada ataupun di atas
permukaan tanah. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir
sebagai air permukaan. Air hujan yang tidak mengalami peresapan, dan mata air
yang muncul di permukaan bumi akan membentuk aliran permukaan yang
menjadi sungai serta genangan air berupa rawa atau danau. Air permukaan
muncul juga dalam bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS).
Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melaluli sungai
utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau
catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri
atas sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat sumber daya alam.
Gambar 2 Daerah aliran sungai
Sumber: Thewatershedproject.org
Air Tanah
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah
atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah dimanfaatkan untuk konsumsi
masyarakat baik skala rumah tangga maupun industri.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur
jenuh (saturated zone), sedangkan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh
sampai ke permukaan tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara. Air
yang berada pada lajur jenuh adalah bagian dari keseluruhan air bawah
permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah
tanah (underground water dan sub terranean water) adalah istilah lain yang
6
digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah yang lazim
digunakan adalah air tanah (SIH3 2013)
Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan mulai terisi air dan
mulai jenuh. Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka air tanah (water
table). Air yang tersimpan pada lajur jenuh disebut dengan air tanah, yang
kemudian bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan
tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau
terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter 1994).
Gambar 3 Jenis akuifer
Sumber: Todd (dalam Kodatie 1996)
Air tanah mempunyai 3 (tiga) fungsi bagi manusia (SIH3 2013) yaitu:
1. sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia.
2. bagian dari hidrologi dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan
siklus hidrologi global.
3. sebagai anggota atau agen dari geologi.
Ada dua sumber air tanah yaitu:
1. air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan
dalam formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.
2. air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang
meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh.
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, Air tanah adalah sumber persediaan air yang
sangat penting, terutama di daerah-daerah di mana musim kemarau atau
kekeringan yang panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Pembentukan
air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi,
yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.
7
Lahan Pertanian
Permentan No.7 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Kriteria Dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan menyatakan bahwa kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan
budidaya yang dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan perternakan.
Area pertanian merupakan area yang paling mudah untuk dikembangkan
dengan tekanan pengembangan yang tinggi. Kondisi saat ini memperlihatkan
bahwa tiga juta akre area pertanian berkurang setiap tahunnya karena konversi ke
area terbangun. (Fabos 1979).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan
dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur bahwa kriteria
kawasan pertanian pangan berkelanjutan adalah:
1. berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan
efisiensi produksi;
2. memiliki potensi sesuai, sangat sesuai atau agak sesuai untuk peruntukan
pangan;
3. didukung infrastruktur dasar; dan
4. telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan.
Penjabaran secara rinci ketentuan kriteria butir 1 dan 2 tersebut dituangkan
seperti pada Tabel 1, sementara berdasarkan komoditas pertanian padi sawah,
didapatkan keiteria kesesuaian lahan yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan
No
1
Kriteria
Kesatuan
hamparan lahan
2
Potensi teknis
dan Kesesuaian
Lahan
Parameter
a. kesatuan hamparan lahan harus memenuhi skala ekonomi yang
didasarkan atas ketentuan rasio pendapatan dengan biaya usaha
tani minimal lebih besar dari 1 (satu) dan penghasilan usahatani
mampu
b. berdasarkan perhitungan butir a maka ditetapkan luas minimal
lahan per satuan hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
c. dalam hal luas lahan eksisting per satuan hamparan lahan kurang
dari kriteria luasan lahan per satuan hamparan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan maka lahan tersebut dikelola secara bersama
sehingga diperoleh luasan minimal penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
d. petani yang lahannya kurang dari luasan kesatuan hamparan yang
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada butir c berhak atas jaminan
sosial sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
a. Semua lahan beririgasi dapat ditetapkan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
b. lahan rawa pasang surut/lebak dapat ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan memperhatikan kedalaman
gambut serta konservasi tanah dan air;
c. lahan tidak beririgasi dapat ditetapkan sebagai Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dengan memperhatikan besaran curah hujan
tahunan minimal 1000 (seribu) mm/tahun.
d. tersedia minimal cukup unsur hara makro yang dibutuhkan oleh
tanaman pangan pokok sesuai dengan peraturan perundangundangan.
8
Tabel 1 Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan (lanjutan)
No
3
Kriteria
Infrastruktur
Dasar
4
Dimanfaatkan
sebagai Lahan
Pertanian
Pangan
Parameter
Ketentuan ketersedian infrastruktur dasar pada Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan diatur sebagai berikut:
a. ketentuan jaringan irigasi diatur berdasarkan jenis Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
b. dalam hal jenis Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
merupakan lahan beririgasi maka harus tersedia jaringan irigasi
tersier dan/atau rencana pembangunan jaringan tersier.
c. dalam hal jenis Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
merupakan lahan rawa pasang surut/lebak maka harus tersedia
jaringan drainase primer dan sekunder dan/atau telah tersedia
rencana jaringan drainase tersier.
d. dalam hal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan
lahan tidak beririgasi maka harus tersedia rencana pembangunan
irigasi air permukaan dan/atau air bawah tanah.
e. tersedia akses jalan dan jembatan yang dapat digunakan sebagai
sarana transportasi sarana prasarana dan hasil pertanian.
a. diukur dengan besaran produktivitas, intensitas pertanaman,
ketersedian air, penerapan kaidah konservasi lahan dan air serta
daya dukung lingkungan.
b. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan beririgasi, masing-masing komoditas
pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 3 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
c. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan rawa pasang surut/lebak, masing-masing
komoditas pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 2 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
d. produktivitas minimal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang merupakan lahan tidak beririgasi, masing-masing
komoditas pangan pokok adalah sebagai berikut:
- Padi 2 ton/ha
- Ubi Jalar 75 ton/ha
- Ubi Kayu 100 ton/ha
e. intensitas pertanaman untuk tanaman pangan pokok semusim
pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik di lahan
beririgasi, lahan rawa pasang surut/lebak atau lahan beririgasi
minimal 1 kali setahun.
Tabel 2 Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah
No
1
Persyaratan
penggunaan/
karakteristik lahan
S1
(Sangat
sesuai)
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (tc)
24-29
Kelembaban (%)
33-90
Kelas kesesuaian lahan
S2
S3
N
(Cukup
(Sesuai
(Tidak
sesuai)
Marginal)
Sesuai)
22-24
29-32
30-33
18-22
32-35
90
35
9
Tabel 2 Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah (lanjutan)
No
2
Persyaratan
penggunaan/
karakteristik lahan
Media perakaran (rc)
Drainase
Tekstur
3
Bahan kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%)
PH(H2O)
C Organik (%)
4
5
Bahaya erosi
Lereng (%)
Bahaya erosi
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
S1
(Sangat
sesuai)
Agak
terhambat,
sedang
Halus,
agak halus
50
>16
>50
5.5-8.2
Kelas kesesuaian lahan
S2
S3
N
(Cukup
(Sesuai
(Tidak
sesuai)
Marginal)
Sesuai)
Terhambat,
baik
Sedang
Sangat
terhambar,
agak cepat
Agak kasar
15-35
25-40
Cepat
Kasar
>1.5
3-15
40-50
≤16
35-50
4.5-5.5
8.2-8.5
0.8-1.5
>35