Perencanaan lanskap dusun muara dua, desa cibunian, kecamatan pamijahan, kabupaten bogor sebagai kawasan agrowisata

PERENCANAAN LANSKAP DUSUN MUARA DUA DESA
CIBUNIAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN
BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA

MUHAMMAD REZA RASYID

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Dusun
Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan sebagai Kawasan Agrowisata
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Muhammad Reza Rasyid
NIM A44100072

ABSTRAK
MUHAMMAD REZA RASYID. Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua,
Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SETIA
HADI
Dusun Muara Dua adalah salah satu dusun di Kabupaten Bogor yang
memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata karena memiliki lahan dan kegiatan
pertanian yang melimpah dan beragam. Potensi tersebut dapat dikembangkan
menjadi objek agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi
yang ada pada Dusun Muara Dua untuk dijadikan suatu kawasan agrowisata.
Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial, deskriptif dan kuantitatif.
Selanjutnya data hasil analisis dinilai dan dikompositkan berdasarkan kriteria
kelayakan kawasan agrowisata sehingga menghasilkan suatu peta kesesuaian
lahan. Zonasi ruang dibagi menjadi tiga zona yaitu zona agrowisata (7,34 ha),
zona penunjang agrowisata (2,13 ha) dan zona konservasi (2,13 ha). Ketiga zona

tersebut kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan rencana blok, rencana
lanskap dan gambar penunjang lainnya.
Kata kunci: Agrowisata, Dusun Muara, Perencanaan Lanskap

ABSTRACT
MUHAMMAD REZA RASYID. Planing Dusun Muara Dua Cibunian
Village, Pamijahan Sub-District, Bogor Regency as Agrotourism Area Supervised
by SETIA HADI.
Muara Dua is one of beautiful village in Bogor which has potencies to be
an agrotourism area because of the beautiful and natural landscape. There are so
many agricultural land and activity which can be the object of the agrotourism.
This reasearch uses quantitative, descriptive and spatial analysis. As a result, by
overlaying the analysis data such as topografi and landuse based on the
agrotourism criteria, it produced the spatial suitability for agrotourism. The
unsuitable area for agrotourism is use for conservation area to improve the
ecological aspect. So There will three different space: Agrotourism zone (7,34 ha),
services zone (2,18 ha) and conservation zone (2,13 ha). The three zones are
detailed in to block plan and the block plan rendered in to landscape plan.
Key words: Agrotourism, Landscape planning, Muara Dua.


PERENCANAAN LANSKAP DUSUN MUARA DUA DESA
CIBUNIAN KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN
BOGOR SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA

MUHAMMAD REZA RASYID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebagai Kawasan

Agrowisata
Nama
: Muhammad Reza Rasyid
NIM
: A44100072

Disetujui oleh

Dr. Ir. Setia Hadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr.
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dengan judul
“Perencanaan Lanskap Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor Sebagai Kawasan Agrowisata” dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Dr. Setia Hadi, MS selaku
pembimbing yang telah memberikan saran dan pengarahan selama kegiatan
penyusunan penelitian. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua, keluarga, serta sahabat terutama Cynthia Putri
Prameswari yang selalu mendukung penulis sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, November 2014
Muhammad Reza Rasyid

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


iii

DAFTAR GAMBAR

iii

PENDAHULUAN

1

Latar belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

Kerangka pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Perencanaan Lanskap

3

Perencanaan Kawasan Wisata

3

Kawasan Pedesaan


4

Wisata

4

Objek dan Kawasan Wisata

4

Sumber untuk Kegiatan Wisata

5

Rekreasi

5

Agrowisata


5

Prasyarat Kawasan Agrowisata

6

Kriteria Kawasan Agrowisata

6

METODOLOGI

7

Lokasi dan Waktu

7

Batas Penelitian


7

Alat dan Bahan

7

Metode Penelitian

8

Tahapan Penelitian

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Aspek Fisik


13

Aspek Sosial

21

Aspek Legal

24

Analisis Kelayakan Kawasan Agrowisata

25

Analisis Daya Dukung Wisata

30

Analisis Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata

31

Sintesis

31

Konsep Dasar

36

Konsep Ruang

36

Konsep Sirkulasi

37

Konsep Tata Hijau

38

Konsep Aktivitas dan Fasilitas

38

Perencanaan Lanskap

39

Rencana Fasilitas

40

Rencana Ruang dan Aktivitas Wisata

42

Rencana Sirkulasi

44

Rencana Vegetasi

50

KESIMPULAN DAN SARAN

58

DAFTAR PUSTAKA

59

RIWAYAT HIDUP

60

iii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis Data dan Cara Pengambilan Data
Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata
Kriteria Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata
Persentase Kemiringan Lereng
Persentase Penggunaan Lahan
Nilai Thermal Humidity Index
Fasilitas Dusun Muara Dua
Mata Pencaharian Desa Cibunian
Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung
Klasifikasi Nilai Kelayakan Kawasan Agrowisata
Penilaian Kelayakan Kawasan atau Objek Agrowisata
Kesesuaian Lahan Untuk Bangunan Wisata
Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi pada Kawasan
Konsep Tata Hijau
Rencana Fasilitas
Hubungan Ruang, Fasilitas dan Aktivitas
Rencana Vegetasi

8
9
11
15
16
19
20
21
22
25
26
31
33
38
40
42
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Kerangka Pikir Penelitian
Lokasi Kegiatan Penelitian
Proses Perencanaan Lanskap
Batas Tapak Dusun Muara Dua
Kondisi Jalan
Peta kontur Dusun Muara Dua
Peta Kemiringan Lahan Dusun Muara Dua
Peta Tata Guna Lahan
Pemandangan Alam Dusun Muara Dua
Curah Hujan Tahun 2013
Kelembaban Nisbi Tahun 2013
Suhu Tahun 2013
Kondisi dan Drainase Hidrologi pada Tapak
Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemui di Tapak
Bentuk Rumah Warga Dusun Muara Dua, Desa Cibunian
Foto Objek Daya Tarik Wisata Dusun Muara Dua
Peta Sebaran Objek daya Tarik Wisata Pertanian
Kemiringan Lahan Sawah
Peta Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata
Peta Komposit
Diagram Konsep Ruang
Diagram konsep sirkulasi
Diagram Konsep Aktivitas Agrowisata
Rencana Ruang
Rencana Sirkulasi

2
7
11
13
14
14
15
16
17
17
18
19
19
21
22
27
28
29
32
35
36
37
39
45
46

26
27
28
29
30
31
32
33
34

Block plan
Landscape Plan
Potongan A-A'
Ilustrasi (1)
Ilustrasi (2)
Ilustrasi (3)
Detail Landscape plan (1)
Detail Landscape plan (2)
Detail Landscape plan (3)

47
48
49
52
53
54
55
56
57

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan keindahan alamnya. Hal
tersebut menyebabkan Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang
digemari karena keindahan alamnya. Salah satu keindahan alam Indonesia yang
menjadi daya tarik wisatawan adalah keindahan bentang alam Indonesia seperti
areal persawawahan Indonesia yang luas dengan topografi yang beragam.
Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan dkawasan
pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian dan
aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaaan,
pemanenan, pengelolaan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan
bahkan pengunjung dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh
(Arifin, 1992).
Pengembangan Agrowisata merupakan suatu usaha pemanfaaatan potensi
dibidang pertanian dan peluang-peluang yang ada di bidang pariwisata. Prospek
pengembangan agrowisata di Indonesia menurut Alikodra (1989) dapa dilihat dari
tiga aspek, yaitu keadaan atau potensi objek agrowisata, potensi pasar, dan
kondisi serta perkembangan sarana pendukung. Sarana dan prasarana meliputi
jaringan jalan, transportasi, penginapan, rumah makan, aksesibilitas, dan jaminan
keamanan.
Potensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata dapat ditemukan di
Dusun Muara Dua Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Dusun ini memiliki suasana lanskap pedasaan dan pertanian yang dominan
dengan luas wilayah sebesar 33,4 ha. Sebagian besar lahannya digunakan sebagai
area persawahan. Selain itu terdapat area perikanan, peternakan, dan terdapat
pemukiman penduduk yang bernuansa pedesaan.
Kondisi lanskap pedasaan yang suasannya masih alami berpotensi
digunakan sebagai area rekreasi dan kegiatan pertanian yang ada pada dusun dapat
dijadikan suatu atraksi wisata dan sarana pembelajaran yang menarik. Oleh sebab
itu, dibutuhkan suatu perencanaan untuk membuat kawasan agrowisata yang
setidaknya mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan di Dusun Muara
Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk,
1. Mengidentifikasi aspek fisik, biofisik, sosial, budaya serta sumber daya
wisata di Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan
2. Menganalisis dan mensintesis potensi dan kendala yang ada di Dusun
Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan
3. Merencanakan lanskap Dusun Muara Dua Desa Cibunian sebagai kawasan
agrowisata

2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif perencanaan
lanskap agrowisata yang berkelanjutan dan menjadi acuan rencana pengembangan
agrowisata oleh pemerintah setempat.
Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :
Dusun Muara Dua, Desa Cibunian, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor

Potensi Agrowisata

Fisik

Biofisik

Sosial, Budaya

Pengunjung

ODTW

Analisis Potensi Agrowisata

Analisis Kuantitatif

Analisis Spasial

Analisis Deskriptif

Sintesis
Konsep Dasar
Konsep ruang

Konsep Sirkulasi

Konsep Fasilitas
dan aktivitas

Konsep Vegetasi

Block Plan
Rencana Lanskap Agrowisata Dusun Muara Dua
Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan

Lanskap Agrowisata Dusun Muara Dua Desa
Cibunian Kecamatan Pamijahan

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir tersebut proses perencanaan dengan basis
lanskap agrowisata membutuhkan proses inventarisasi atau mengidentifikasi
kondisi awal Dusun Muara Dua Desa Cibunian yang dilakukan berkenaan dengan

3

elemen-elemen pembentuk sebuah kawasan agrowisata dari aspek fisik, biofisik,
sosial, budaya, persepsi dan prefrensi pengunjung serta objek dan daya tarik
wisata yang ada pada tapak. Selanjutnya aspek tersebut dianalisis untuk kemudian
dilakukan penyusunan solusi berupa sintesis yang dibutuhkan dalam perencanaan
agrowisata.
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap
Menurut Simonds (1983), perencanaan adalah suatu proses sintesis yang
kreatif tanpa akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan
evolusi yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang
panjang dan terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang saling berhubungan dan
berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila
terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
Sedangkan Menurut Gold (1980), perencanaan lanskap merupakan suatu alat yang
sistematis dan dapat digunakan untuk awal suatu keadaan dan merupakan cara
terbaik untuk mencapai suatu keadaan tersebut.
Nurisjah dan Pramukanto (2012) berpendapat bahwa perencanaan lanskap
adalah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap
merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah dan merupakan proses pengambilan keputusan
jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik
dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam
upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.
Perencanaan Kawasan Wisata
Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan
mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata
sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan
tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan
(Nurisjah, 2004) dalam Halida (2006). Untuk mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) menurut Spillane (1994)
dalam Utama (2005) ada lima unsur:
1. Attraction
Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah
hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman,
budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan
aktivitas pertanian tersebut.
2. Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
3. Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan
komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan

4

energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem
keamanan.
4. Transportation
Transportasi umum, terminal bus, sistem keamanan penumpang, system
Informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, dan peta
kota/objek wisata.
5. Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan
sebuah sistem pariwisata yang baik.
Kawasan Pedesaan
Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Atau tempat pemukiman di luar
perkotaan. (Adisasmita, 2010)
Wisata
Wisata memiliki pengertian berpergian sementara menuju tempat lain di
luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,
agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu,
menambah pengalaman, ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997).
Menurut Suwantoro (1997), istilah pariwisata berhubungan erat dengan
pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal
sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan
untuk keperluan kegiatan yang menghasilkan upah.
Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu.
Wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk
sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau berbagai
alasan untuk mencari pekerjaan (Marpaung, 2002).
Objek dan Kawasan Wisata
Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan
karena mempunyai sumberdaya tarik, baik alamiah maupun buatan manusia,
seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang,
bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi candi, tari-tarian, atraksi
dan kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat dikatakan bahawa kawasan
wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata (Undang-undang No. 9
Tahun 1990 tentang Pariwisata)

5

Sumber untuk Kegiatan Wisata
Sumberdaya untuk aktivitas wisata adalah tempat tujuan bagi orang yang
melakukan wisata merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik
keinginan untuk berwisata. Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk
aktivitas wisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia
dan dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui sumberdaya yang
tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian analisis potensi
dan kendalanya.
Rekreasi
Rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan
diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai
segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat
mentalnya serta dapat bermanfaat (Gold, 1980). Selain itu menurut Gold (1980)
rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu
atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Aktivitas rekreasi juga
merupakan kegiatan yang ditentukan elemen waktu, kondisi, sikap manusia, dan
lingkungan. Rekreasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sukarela
pada waktu-waktu senggang, merupakan pengalaman yang diharapkan dapat
memberikan manfaat berupa kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan
mental.
Menurut Knudson (1980) aktivitas-aktivitas rekreasi di alam terbuka
meliputi: Rekreasi perjalanan seperti bersepeda, jalan-jalan, berkuda, pendakian
dan berlayar; Rekreasi sosial seperti piknik dan berkemah; Rekreasi estetik seperti
fotografi, melukis, menikmati pemandangan dan studi alam; Petualangan seperti
mendaki gunung dan memanjat tebing; Survival Replay seperti berburu,
memancing dan berkemah.
Agrowisata
Agrowisata merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan
untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan
kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di
perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya (Adisasmita, 2010).
Wilayah kawasan wisata agro awalnya adalah perdesaan karena secara
tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat berkembang
kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan. Berdasarkan pendapat
E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan wisata agro ini ada tiga hal
yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1) wisata agro merupakan suatu
kegiatan yang didasarkan pada keaslian agroekosistem; 2) dalam mengembangkan
aktivitas wisata agro harus bersendi pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan
suatu pemandangan alamiah yang bertumpu pada bentuk lanskap regional.
Selanjutnya ada dua azas yang harus diakomodasikan pada aktivitas dan
pengembangannya, yaitu (1) azas manfaat, dalam arti penyelenggaraan program
wisata agro dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun

6

lingkungan; (2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro
diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Komoditas pertanian, mencakup tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan dengan keragaman dan
keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang
sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai objek agrowisata.
Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian
Indonesia. (Pamulardi, 2006).
Prasyarat Kawasan Agrowisata
Pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus
memenuhi beberapa prasyarat dasar yaitu :
1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi
unggulan.
2. Memiliki prasarana dan infrastruktur memadai untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti: jalan, sarana
irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan
telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan
agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum
serta fasilitas sosial lainnya.
3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan agrowisata.
4. Pengembangan kawasan agrowisata tersebut mampu mendukung upayaupaya konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian
sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara
keseluruhan.

Kriteria Kawasan Agrowisata
Menurut BAPPENAS (2004) kawasan agrowisata yang sudah berkembang
memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan
agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,
horikultura, perikanan maupun peternakan
2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan
wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi.
Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan
sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro.
3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan
dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

7

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Penelitian perencanaan lanskap agrowisata ini dilakukan di Dusun Muara
Dua, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
(Gambar 2). Area perencanaan ini memiliki luas sekitar 33,4 ha.

Gambar 2 Lokasi Kegiatan Penelitian
Sumber : RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025

Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2014 yang dimulai dari tahap
persiapan hingga penyusunan laporan akhir berupa skripsi.
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kondisi fisik, biofisik, sosial dan budaya guna
mendukung penyusunan perencanaan lanskap dengan pendekatan agrowisata yang
diwujudkan menjadi gambar rencana lanskap dan gambar penunjang lainnya.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. kamera,
2. lembar kuisioner,
3. alat tulis, buku catatan, alat gambar
4. komputer dan software ArcGIS 9.3, AutoCad 2010,Adobe Photoshop
CS5, Google Sketch up 8, Microsoft Office Word 2010, Microsoft
Office Excel 2010, Microsoft Office Power Point 2010 dan
5. GPS (Global Positioning System) Garmin V.
Data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil survei lapang dan wawancara sedangkan data sekunder yang

8

diperlukan diperoleh melalui studi pustaka. Data dan sumber data yang diperlukan
diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis Data dan Cara Pengambilan Data
No

Jenis Data

Spesifikasi

Cara Pengambilan

Sumber

A

Data Fisik
Lahan

Lokasi, batas dan
luasan

Studi pustaka, survei,
tracking

Kantor Desa
Cibunian, lapang

2.
3.

Topografi
Tata Guna
Lahan

Kemiringan lahan
Pola Penggunaan
Lahan

Studi pustaka
Digitasi, observasi
langsung

Bakosutranal
Lapang

3.

Pola sirkulasi air
Jenis dan
persebaran

Survei, wawancara

Lapang

4.

Hidrologi
Vegetasi dan
satwa

survei

lapang

5.

Tanah

Jenis dan kriteria

Studi pustaka

Bakosutranal

1.

BAPPEDA
6.

7.
8.

Iklim

Sense of Quality
Aksesibilitas

Curah hujan

Studi pustaka

BMG

Suhu rataan

Studi pustaka

BMG

Kelembaban

Studi pustaka

BMG

Kenyamanan

survei

lapang

Visual

survei

lapang

Jaringan

Studi pustaka,

lapang

Transportasi

survei
survei

9.

Fasilitas/utilitas

Sirkulasi
Fasilitas dan
utilitas

10.

Atraksi/objek
wisata

wisata
Objek yang
dinikmati

survei

lapang

survei

lapang

wawancara,studi
pustaka

Kepala Dusun

pengunjung
B

Data Sosial

11

Pengguna tapak

jumlah
penduduk,prilaku

12

Presepsi dan
preferensi

dan keinginan
Keinginan dan
kebutuhan

pengunjung

wisatawan

Pengguna tapak
kuisioner

Pengunjung

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif, analisis
spasial, dan analisis deskriptif. Penjelasan mengenai masing-masing metode
analisis sebagai berikut:
1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis daya dukung, Thermal
Humidity Index (THI), dan analisis kelayakan kawasan agrowisata. Analisis

9

tersebut menjadi indikator dalam merencanakan kebutuhan ruang dan kebutuhan
fasilitas. Secara umum rumus daya dukung yaitu (Boulon dalam Nurisjah, 2003):

Pengukuran Thermal Humidity Index (THI) untuk mengetahui indeks
kenyamanan menurut iklim mikro dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:

Ket :
T = suhu udara (oC)
RH = kelembaban nisbi udara (%)

Analisis kelayakan Objek agrowisata dilakukan dengan Dengan melakukan
penilaian terhadap objek yang berpotensi menjadi objek agrowisata sesuai kriteria
yang ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata
No.

Kriteria

Nilai

Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam serta
keindahan areal pertanian (sawah, perkebunan, kolam)

1

• Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan
pertanian sekitarnya
• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
pemandangan sekitarnya

4
3

• Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian tetapi kurang keindahan
pemandangan sekitarnya

2

• Kurang beragam dan tak indah

1

Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 20%): Keindahan pemandangan alami
(ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim
(tropikal, udara yang bersih, & suhu yang nyaman)
2

• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami

4

• Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami

3

• Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa)

2

• Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan (rekayasa)

3

Akses (Bobot 15%) : Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan
• Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam,
kondisi baik
• Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas

1

4
3

• Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum

2

• Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum

1

10

Tabel 2 Kriteria Penilaian Kelayakan Objek Agrowisata (Lanjutan)
No.

4

Kriteria
Letak Dari Jalan Utama (Bobot 15%): Kedekatan dengan jalur jalan utama
wilayah

Nilai

• Dekat (< 1 km)

4

• Sedang (1 – 3 km)

3

• Cukup jauh (3 – 5 km)

2

• Sangat jauh (> 5 km)

1

Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas, sarana kesehatan, air bersih , fasilitas
makan dan penginapan
5

6

• Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat

4

• Ada beberapa, cukup terawat

3

• Ada beberapa, kurang terawat

2

• Tidak tersedia
Objek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 20%) : Perdesaan, perkotaan,
arsitektur vernakular, festival budaya (festival seni budaya, MTQ), atraksi
budaya lokal (pasar lokal, upacara-upacara)
• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan

1

4

• Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang diperhatikan

3

• Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan

2

• Tidak memiliki aset budaya lokal

1

Sumber : Smith (1989) dalam Maharani (2006) dengan modifikasi sesuai tujuan




Ket :
KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata
Sij = Kriteria Agrowisata tiap kawasan
Aij = Bobot Kriteria Agrowisata

2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah prosedur penelitian berdasarkan data lisan atau
tulisan dari subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik data yang
diperoleh adalah data asli serta menggunakan metode yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis penelitian deskriptif dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu (1) apabila hanya mendeskripsikan
data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat
penjelasan secara kualitatif maka disebut penelitian deskriptif kualitatif; (2)
Apabila dilakukan analisis data dengan menghubungkan antara satu variabel
dengan variabel yang lain maka disebut deskriptif asosiatif; dan (3) apabila dalam
analisis data dilakukan pembandingan maka disebut deskriptif komparatif
(Sulipan, 2007). Analisis deskriptif didukung dengan studi pustaka terkait.

11

3. Analisis Spasial
Analisis kesesuaian lahan untuk bangunan wisata dilakukan untuk menilai
kecocokan lahan dalam penggunaan bangunan penunjang wisata dengan
melakukan overlay data spasial kemiringan lereng dan penggunaan lahan.
Ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria Kesesuaian Lahan Bangunan Wisata (intensive use)
Tata Guna Lahan

Kemiringan

Semak

0-8%
8-15%
15-40%
>40%
0-8%
8-15%
15-40%
>40%
0-8%
8-15%
15-40%
>40%

Kebun

Hutan

Keseuaian untuk wisata
(intensive use)
S1 (kesesuaian tinggi)
S2 (kesesuaian sedang)
S3 (tidak sesuai)
S3 (tidak sesuai)
S1 (kesesuaian tinggi)
S2 (kesesuaian sedang)
S3 (tidak sesuai)
S3 (tidak sesuai)
S2 (kesesuaian sedang)
S3 (tidak sesuai)
S3 (tidak sesuai)
S3 (tidak sesuai)

Sumber : Gold (1980) dalam Rahmafitria (2013)

Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh
Gold (1980) dengan menggunakan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber
daya dan aktivitas wisata, di mulai dengan tahap persiapan, inventarisasi,
pengumpulan data, analisis dan sintesis, hingga tahap perencanaan.
Persiapan

Tujuan
studi

Inventarisas

Fisik
-Lokasi tapak
-Aksesbilitas
-Geologi dan
jenis tanah
-topografi, &
kemiringan lahan
-Iklim
-Pola penggunaan
lahan
-Vegetasi dan
satwa
Sosial , Budaya
-Keadaan sosial
budaya masyarakat
-Potensi pengunjung
-Tempat-tempat
rekreasi disekitar
kawasan
Legal

Analisis

Sintesis

Perencanaa
n

Objek
daya tarik
wisata

Konsep
dasar

Analisis
kesuaian
lahan

-Konsep
tata
ruang
-Konsep
aktivitas
-Konsep
sirkulasi
-Konsep
tata
hijau
-Konsep
fasilitas

-Rencana
sirkulasi
-Rencana
rekreasi
-Rencana
aktivitas
-Rencana
tata
hijau
-Block Plan
-landscape
plan

Kesesuaian area

Perancangan

Gambar 3 Proses perencanaan lanskap menurut Gold (1980)

12

Persiapan
Pada tahap persiapan ini disusun tujuan perencanaan dan berbagai
informasi dasar mengenai lokasi, penyusunan rencana kerja dan biaya,
pengumpulan informasi tentang program dari instansi terkait dalam
pengembangan dan pengelolaan kawasan.
Inventarisasi
Perencanaan diawali dengan pengambilan data dan penghayatan tapak.
Pengambilan data meliputi data fisik dan non fisik yang mempengaruhi tapak.
Informasi diperoleh dalam bentuk data, survei lapangan, maupun studi pustaka.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ditapak seperti kondisi
umum, visual tapak, aksesbilitas, tracking, hasil wawancara maysrakat dan
instansi setempat, dan pengambilan gambar menggunakan kamera. Sedangkan
data sekunder dapat diperoleh dari studi pustaka yaitu buku-buku acuan yang
berhubungan dengan penelitian. survey lapang dilakukan untuk mengetahui
keadaan tapak sebenarnya sebagai data penunjang penentuan potensi, kendala,
amenity dan danger signal pada tahap analisis. Data yang dikumpulkan berupa
aspek biofisik yaitu data lokasi, luas dan aksesbilitas; topografi dan kemiringan
lahan; geologi dan tanah; iklim; vegetasi dan satwa; visual, hidrologi dan
penggunaan lahan. Dan penyebaran kuisioner untuk mendapatkan persepsi dan
preferensi pengunjung terhadap kawasan kepada 30 responden.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis kuantitatif dan
analisis spasial untuk mengetahui karakteristik tapak, tipe-tipe sumberdaya
rekreasi yang tersedia dan potensinya, kendala, amenity, dan danger signals tapak,
keterkaitannya dengan aspek biofisik dan sosial. Adapun data yang akan dianalisis
seperti: peruntukan lahan dan kemiringan lereng dengan metode overlay
kesesuaian lahan untuk bangunan rekreasi, menganalisis daya dukung dengan
menggunakan rumus menurut Boullon (2004) diperhitungkan berdasarkan rataan
dalam m2/orang dan perhitungan THI (Thermal Humudity Index) untuk
menentukan indeks kenyamanan tapak.
Sintesis
Dari analisis aspek fisik, biofisik dan analisis sosial dan budaya dapat
diketahui alternatif-alternatif kegiatan wisata. Alternatif kegiatan wisata
berdasarkan sumberdaya yang diseleksi untuk mendapatkan kegiatan wisata
pilihan yang memenuhi aspek biofisik, sosial dan budaya sesuai dengan tujuan
dari perencanaan dan keinginan pengguna tapak. Dari hasil pemilihan kegiatan
wisata, daya dukung kawasan dan keinginan pengunjung dapat ditentukan tipe
dan jumlah fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata tersebut.
Konsep
Selanjutnya ditentukan konsep dasar perencanaan yang merupakan
gambaran bagaimana kebijakan wisata dilakukan, penyediaan sarana dan
prasarana wisata sesuai sumberdaya yang ada pada tapak. Dari konsep dasar
kemudian dikembangnkan dalam bentuk zonasi ruang yang didasarkan oleh

13

fungsi aktivitas dan fasilitas yang akan direncanakan dalam bentuk block plan
yang akan menjadi acuan dasar bagi pembuatan rencana lanskap (landscape plan).
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, konsep yang telah dibuat dikembangkan menjadi
rencana yang meliputi rencana ruang, rencana fasilitas, rencana aktivitas dan
rencana tata hijau, serta rencana lanskap secara keseluruhan sehingga
menghasilkan landscape plan. Hasil tersebut harus sesuai dengan konsep dan
tujuan awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek fisik
Letak, Luas dan Batas-batas Tapak
Dusun Muara Dua secara administratif termaksud kedalam Desa Cibunian
yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor , Propinsi Jawa Barat.
secara geografis berada di antara 6o36’00’’LS-6o36’30’’LS dan 106 o38’00’’BT106 o42’00’’BT.

Gambar 4 Dusun Muara Dua dan Orientasi Studi
Sumber : Kantor Desa Cibunian dan hasil tracking

Luas Dusun Muara Dua sebesar 33,4 ha terbagi menjadi 3 RT. Peta
orientasi dan batas tapak yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4.
Batas-Batas tapak meliputi, sebelah utara berbatasan dengan Kampung Cipatat,
sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cianten, sebelah selatan berbatasan
dengan Dusun Muara Satu, dan sebelah barat berbatasan dengan Gunung Batu
yang merupakan area Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

14

Aksesibilitas
Dusun Muara Dua dapat ditempuh dari stasiun Bogor selama ±1,5 jam
dengan jarak 45 km, sedangkan dari kampus IPB Dramaga dibutuhkan waktu ±1
jam dengan jarak 32 km. Waktu tersebut ditempuh dengan kendaraan pribadi.
Berdasarkan ketersediaan alat transportasi, aksesibilitas menuju tapak cukup sulit
karena kawasan Dusun Muara Dua merupakan kawasan yang jauh dari pusat kota
sehingga diperlukan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi dan kondisi akses
jalan Desa dan Dusun Muara Dua masih kurang baik. Untuk itu diperlukan
perbaikan jalan-jalan dusun.

a. Jalan Kecamatan

b. Jalan Desa

c. Jalan Dusun

Gambar 5 Kondisi Jalan
Topografi
Dusun Muara Dua berada pada elevasi terendah 649 mdpl dan elevasi
tertinggi 779 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak berbukit-bukit dengan
kemiringan lahan yang bervariasi. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan,
Dusun Muara Dua memliki 5 klasifikasi kemiringan yaitu wilayah datar pada
kemiringan 0-8%, wilayah relatif datar 8-15%, wilayah berbukit 15-25% dan
wiayah curam 25-40% dan wilayah sangat curam >40%.

Gambar 6 Peta Kontur Dusun Muara Dua
Sumber : Badan Informasi Geospasial

15

Gambar 7 Peta Kemiringan Lahan Dusun Muara Dua
Sumber : Badan Informasi Geospasial

Tabel 4 Persentase Kemiringan Lereng
Kemiringan
0-8%
8-15%
15-25%
25-40%
>40%
Jumlah
Sumber : Badan Infromasi Geospasial

Persentase Luas (%)
62,7
6,5
17,6
10,2
3,0
100,0

Luas (Ha)
20,94
3,49
5,90
3,44
0,37
33,4

Ragam ketinggian pada lahan akan mempengaruhi aktivitas pada lahan
tersebut. Aktivitas dan fasilitas umum bagi pengunjung dapat diakomodasikan
pada kemiringan 0-8% dan 8-15%. Sedangkan pada kemiringan 15-25% , 25-40%
dan >40% pemanfaatannya sangat terbatas sehingga perlu adanya proses
pengolahan lebih lanjut.

Tata Guna Lahan
Penggunan Lahan kawasan didominasi oleh sawah seluas 13,08 ha
(39,1%) yang dijadikan sebagai lahan produksi penanaman tanaman padi, hutan
rakyat seluas 7,14 ha (21,3%), kebun campuran seluas 7,24 ha (21,6%) dan semak
seluas 2,10 ha (6,2%) sisanya adalah area terbagun seperti: jalan dan pemukiman.

16

Gambar 8 Peta Tata Guna Lahan
Sumber : hasil digitasi dan observasi

Berdasarkan temuan dilapang terdapat area persawahan yang telah beralih
fungsi menjadi area timbunan tanah. Petakan sawah tersebut berada pada RT 2
seluas 0,48 ha yang dibeli oleh kontraktor Brantas untuk menimbun tanah
buangan proyek PLTA pada Dusun Muara Satu. Hal tersebut menjadi salah satu
kendala yang dapat meganggu view kawasan tersebut.
Tabel 5 Presentase Penggunaan Lahan
Tata Guna Lahan
Hutan Rakyat
Sawah
Kebun campuran
Semak
Lain-lain
Jumlah
Sumber : hasil analisis

Luas
Ha
7,14
13,08
7,24
2,10
3,44
33,40

%
21,3
39,1
21,6
6,2
11,8
100,0

Akustik dan Visual
Kawasan Dusun Muara Dua memiliki wilayah yang luas dengan
pemandangan alam yang menawan, sawah terasering yang indah dengan
panorama Gunung Gede di sebelah barat dan Gunung Kasur disebelah timur,
Sungai Cianten yang menyegarkan dan hawa pegunungan yang sejuk mampu
menambah minat wisatawan datang ke tempat ini untuk menikmati pemandangan
alam kawasan Dusun Muara Dua.

17

(a) Hamparan sawah

(c) Sawah Terasering

(b) Sungai Cianten

(d) Gunung Kasur

Gambar 9 Pemandangan Alam Dusun Muara Dua
Pada saat udara cerah, semua elemen yang ada di area persawahan
mengeluarkan warnanya dengan maksimal sehingga kesan ceria dapat dirasakan.
Ritme suara kicauan burung yang samar-samar terdengar menjadikan kesan ruang
yang ramai dan alami serta gemiricik suara sungai yang begitu menyegarkan
bersatu padu menciptakan suasan pedesaan yang alami dan menenangkan.
Perpaduan antara semua elemen pembentuk lanskap Dusun Muara Dua yang
didukung oleh kondisi iklim yang sejuk sangat menarik untuk dinikmati.
Geologi dan Jenis Tanah
Menurut hasil studi pusat geologi. Geologi kecamatan Pamijahan
didominasi oleh tanah Podsolik Merah kekuningan (BAPPEDA Kabupaten
Bogor, 2009). Jenis tanah tersebut memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal,
yaitu 90-180 cm. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga atau kekuningkuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari
lempung berpasir hingga liat, namun kebanyakan adalah berliat (Hardjowigeno,
2003). Tanah jenis ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air karena sifat
fisiknya tidak mantap dan stabilitas agregatnya kurang sehingga agregat tanahnya
harus dikuatkan oleh perakaran tanaman maupun pondasi.
Iklim
Data-data Iklim didapatkan dari Stasiun Stasiun Klimatologi Darmaga
Bogor. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, kelembaban dan Suhu
Kecamatan Pamijahan sepanjang tahun 2013.

18

Curah Hujan. Stasiun Klimaologi Dramaga Bogor mencata penyebaran
curah hujan bulanan Kecamatan Pamijahan berkisar dari 62,3-410,7 mm dengan
rata-rata curah huan 333,025 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan
Juni dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember. Penyebaran data
curah hujan sepanjang tahun 2013 dapat terlihat pada Gambar 10. Dengan data
tersebut
600
500
mm

400
300
200
100
0

bulan

Gambar 10 Curah Hujan Tahun 2013

%

Kelembaban Nisbi. Kelembaban nisbi (relative humudity) merupakan
perbandingan antara kelmbaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung
uap air. Dengan kata lain kelembaban nisbi menunjukan persentase uap air di
dalam udara. Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor mencatat kelembaban tertinggi
terdapat pada bulan Januari dengan kelembaban 88% dan kelembaban terendah
terdapat pada bulan September dan November dengan kelembaban 78%.
Penyebaran data kelembaban sepanjang tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 11.

90
88
86
84
82
80
78
76
74
72

bulan

Gambar 11 Kelembaban Nisbi Tahun 2013

19

Suhu. Suhu merupakan keadaan panas atau dinginnya udara. Semakin
tinggi kawasan dari permukaan laut maka semakin turun suhu udara di daerah
tersebut. Kisaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2013 yang dicatat oleh
Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor adalah 21°C -30°C dengan nilai terendah
pada bulan November dan tertinggi pada bulan Oktober. Penyebaran data suhu
sepanjang tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 12d.

35
30

°C

25
20
15
10
5
0

bulan

Gambar 12 Suhu Tahun 2013
Menurut Laurie (1985), Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia adalah
apabila Nilai Indeks Kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27.
Berdasarkan perhitungan dengan memasukan suhu rata-rata sebesar 26,1°C, serta
dengan memasukan nilai kelembaban rata-rata 83% maka diperoleh nilai THI
sebesar 25,21 (Tabel 6) Nilai tersebut kurang dari 27, sehingga suhu kawasan
perkebunan teh kayu Ayro termasuk dalam kategori nyaman.

Suhu (°C)

Tabel 6 Nilai Thermal Humidity Index
Kelembaban (%)
THI

26,1

83

25,21

Keterangan
THI22 tahun (26%). Dapat dilihat di Tabel 9.
Tabel 9 Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung
No
1.

2.

3.

Variabel
Dareah Asal :
a. Kabupaten Bogor
b. Luar Kabupaten Bogor
Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
Usia :
a. 10-17 tahun
b. 17-22 tahun
c. >22 tahun

Frekuensi
relatif (%)
73
27
46
54
40
34
26

23

Tabel 9 Identitas, Persepsi dan Prefrensi Pengunjung (Lanjutan)
No
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Variabel
Kunjungan ke lokasi :
a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali
d. Lebih dari tiga kali
Frekuensi kunjungan :
a. 2 kali/tahun
b. 3 kali/tahun
c. 1 kali/tahun
d. 2 kali/bulan
e. 1 kali/minggu
f. Lebih dari 1 kali/minggu
Aktivitas yang dilakukan dikawasan/tapak (> 1 jawaban)
a. Piknik
b. Bermain
c. Menikmati pemandangan
d. Berolahraga
e. Foto-foto
Persepsi Pengunjung terhadap kawasan/tapak :
a. Keindahan :
1. Sangat indah
2. Indah
3. Kurang indah
b. Kenyamanan :
a) Sangat nyaman
b) Nyaman
c) Kurang nyaman
c. Keamanan :
1. Sangat aman
2. Aman
3. Kurang aman
Jenis agrowisata yang diinginkan (>1 jawaban)
a. Perikanan
b. Pertanian
c. Peternakan
d. Kehutanan
Jenis wisata yang diinginkan (>1 jawaban)
a. Piknik
b. Menikmati pemandangan
c. Berolahraga
d. Camping
e. Photo Hunting
f. Outbond
Fasilitas pelayanan yang diinginkan (>1 jawaban)
a. Tempat parkir
b. Gazebo
c. Penginapan
d. Tempat Ibadah
e. Kafetaria
f. Pusat informasi
g. Shelter sepeda
h. Menara pandang
Ketersediaan untuk ditarik biaya masuk :
a. Bersedia
b. Tidak bersedia

Sumber : wawancara dan analisis

Frekuensi
relatif (%)
43
17
3
37
13
38
23
15
0
8
16
54
13
22
31
6
28

40
57
3
17
80
3
17
60
23
56
18
34
28
20
88
17
20
6
20
15
22
115
12
11
17
13
17
6
13
11
93
7

24

Dilihat dari data yang diperoleh, frekuensi berkunjung wisatawan yang
banyak berkunjung ke Dusun Muara Dua adalah 2 kali/tahun (38%), 3 kali/ tahun
(23%), 1 kali/tahun (15%), 1 kali/ minggu (8%), lebih dari 1 kali/minggu (16%).
Persepsi pengunjung terhadap kawasan Dusun Muara Dua digambarkan
dengan beberapa parameter yaitu, keindahan, kenyamanan dan kemanan. Dilihat
dari segi keindahan, 40% menyatakan sangat indah, 57% menyatakan indah dan
sisanya 3% menyatakan kurang indah. Dilihat dari segi kenyamanan, 17%
menyatakan sangat nyaman, 80% menyatakan nyaman dan sisanya 3%
menyatakan kurang nyaman. Dilihat dari segi kemanan, 17% menyatakan sangat
aman, 60% menyatakan aman dan sisanya 23% menyatakan kurang aman.
Aktivitas yang dilakukan pengunjung yang dilakukan di Dusun Muara
Dua kebanyakan melakukan aktivitas menikmati pemandangan sebesar 31% dan
foto-foto yaitu sebesar 28% karena pemandangan sawah terasering dan
pegunungan yang indah sehingga mayoritas pengunjung melakukan aktivitas
tersebut.
Dari data disebutkan bahwa persentase tertinggi pengembangan
agrowisata yang diinginkn pengunjung adalah wisata pertanian sebesar 34% dan
terbesar kedua adalah jenis wisata peternakan sebesar 28%.
Jenis aktivitas wisata yang diinginkan pengunjung adalah 22% pengunjung
menginginkan aktivitas outbond, 20% menginginkan aktivitas camping dan
menikmati pemandangan, 17% menginginkan aktivitas piknik, 15%
menginginkan aktivitas photo hunting dan sisnya 6% menginginkan aktivitas
olahraga. Untuk jenis fasilitas pelayanan, terlihat bahwa 17% menginginkan
penginapan dan kafetaria, 13% menginginkan tempat ibadah dan shelter sepeda,
12% menginginkan tempat parkir, 11% menginginkan gazebo dan menara
pandang dan 6% menginginkan pusat informasi.
Dilihat dari kesedian pengunjun