Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang

EKSPLORASI CACING ENDOPARASIT SALURAN
PENCERNAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SEMARANG

ULIL ALBAB

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Cacing
Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun Binatang Semarang adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ulil Albab
NIM G34100119

ABSTRAK
ULIL ALBAB. Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di
Kebun Binatang Semarang. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan
RADEN RORO DYAH PERWITASARI.
Kebun binatang adalah tempat beberapa spesies satwa dikumpulkan menjadi
satu dalam lingkungan buatan. Eksplorasi parasit pada satwa koleksi kebun
binatang perlu dilakukan untuk memonitoring penyebaran parasit antar satwa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cacing endoparasit saluran
pencernaan dari satwa koleksi Kebun Binatang Semarang. Metode untuk
mendeteksi ada tidaknya telur cacing dalam feses menggunakan metode
pengapungan dan metode pengendapan telur cacing yang ikut bersama feses.
Tujuh belas (54,84 %) dari 31 jenis satwa yang diteliti di Kebun Binatang
Semarang ditemukan terinfeksi parasit. Tujuh belas jenis telur cacing endoparasit
ditemukan dari proses identifikasi parasit. Cacing endoparasit saluran pencernaan
yang paling banyak ditemukan di Kebun Binatang Semarang yaitu Nematoda

diikuti Cestoda dan Trematoda. Pada mamalia ditemukan Nematoda (Ascaris sp.,
Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp.,
Haemonchus sp., dan Cooperia sp., Trichostrongylus sp., Trichuris sp., Capillaria
sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium
sp.). Pada aves ditemukan Nematoda (Amidostomum sp., Capillaria sp.) dan
Trematoda (Alaria sp.). Pada reptil ditemukan Nematoda (Rhabdias sp.). Genus
Capillaria merupakan satu-satunya parasit yang ditemukan pada dua kelas
berbeda yaitu mamalia dan aves.
Kata kunci: Kebun Binatang, Endoparasit, Nematoda, Cestoda, Trematoda.

ABSTRACT
ULIL ALBAB. Gastro-intestinal Endoparasitic Worms of Wild Captive Animal in
Semarang Zoo, Indonesia. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and
RADEN RORO DYAH PERWITASARI.
Zoo is the place where some animal species collected together in artificial
environment. Parasites exploration in zoo needs to be done to monitoring of
parasites spreading in animals zoo collection. This study aimed to explore the
gastrointestinal endoparasitic worms of wild captive animals in Semarang Zoo.
The flotation and precipitation methods were used to detecting presence or
absence the gastrointestinal endoparasite of worm eggs in fecal samples. In

Semarang Zoo there were 17 species (54.84%) out of 31 wild captive animals
were found to be infected by parasites. Seventen genera of endoparasitic worms
were determined after identification. The most common endoparasitic worms
found in Semarang Zoo were Nematodes, followed by Cestodes and Trematodes.
Endoparasitic worms found in mammals were Nematodes (Ascaris sp., Toxocara
sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp.,
Cooperia sp., Trichostrongylus sp., Trichuris sp., and Capillaria sp.), and
Cestodes (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.).
Meanwhile, in aves Nematodes (Amidostomum sp., Capillaria sp.) and
Trematodes (Alaria sp.) were determined. Whereas only Nematodes (Rhabdias
sp.) were determined in reptiles. Capillaria was the only parasite found in
mammals and aves.
Keywords : Animal Zoo, Endoparasites, Nematodes, Cestodes, Trematodes.

EKSPLORASI CACING ENDOPARASIT SALURAN
PENCERNAAN SATWA DI KEBUN BINATANG SEMARANG

ULIL ALBAB

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di Kebun
Binatang Semarang
Nama
: Ulil Albab
NIM
: G34100119

Disetujui oleh


Dr R R Dyah Perwitasari, MSc
Pembimbing II

Dr Achmad Farajallah, Msi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah parasit
hewan, dengan judul Eksplorasi Cacing Endoparasit Saluran Pencernaan Satwa di
Kebun Binatang Semarang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Achmad Farajallah dan Ibu

Dr Dyah Perwitasari selaku pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr Tri Atmowidi selaku penguji luar. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak drh Hendrik Tri Setiawan dan Ibu drh Aniek Sus
Hartati selaku dokter hewan Kebun Binatang Semarang beserta seluruh staf dan
pegawai yang telah membantu selama pengumpulan sampel. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Ulil Albab

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

iv


PENDAHULUAN



Tujuan Penelitian
METODE




Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel



Metode Isolasi Endoparasit



Identifikasi Endoparasit




HASIL DAN PEMBAHASAN
Parasit pada Mamalia




Parasit pada Aves

10 

Parasit pada Reptil

11 

Penyebaran Parasit dan Potensi Zoonosis

11 


SIMPULAN DAN SARAN

12 

Simpulan

12 

Saran

12 

DAFTAR PUSTAKA

12 

RIWAYAT HIDUP

15 


DAFTAR TABEL
1. Daftar satwa Kebun Binatang Semarang dan hasil eksplorasi
endoparasit saluran pencernaannya.



DAFTAR GAMBAR
1. Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Beruang madu, Harimau
benggala, dan Singa.
2. Telur Toxocara sp. ditemukan pada Singa dan Harimau sumatera
3. Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. dan telur Capillaria sp.
dari inang Beruang madu.
4. Telur Spirometra sp. dari inang Singa dan Harimau Sumatera.
5. Telur Taenia sp. dari inang Harimau sumatera.
6. Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Lutung, Owa, Kukang,
dan Binturong.
7. Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. dan telur Capillaria sp.
dari inang Lutung.
8. Telur-telur bertipe strongyle; telur Cooperia sp., Trichostrongylus

sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp.
dari inang Beruk.
9. Telur Ascaris sp. ditemukan pada inang Musang bulan.
10. Telur Diphyllobothrium sp. dari inang Orang utan dan telur
Hymenolepis sp. dari inang Owa.
11. Telur Taenia sp. dari inang Luwak.
12. Telur Ascaris sp. dan Bunostomum sp. ditemukan pada inang
Nilgae.
13. Telur Capillaria sp. dari inang Merak, Telur Amidostomum sp.
dari inang Julang mas, dan telur Alaria sp. dari inang Elang
bondol.
14. Telur Rhabdias sp. dan larva stage 1 (lv) dalam proses menetas
pada telur yang sama dari inang ular Sanca jaring.












10 
10 
11 

PENDAHULUAN
Kebun binatang adalah tempat beberapa spesies satwa dikumpulkan menjadi
satu dalam lingkungan buatan. Ketika satwa tersebut dihadapkan pada lingkungan
buatan yang sempit dan berbagai macam satwa disatukan, maka parasit akan lebih
mudah pindah dari satu satwa ke satwa yang lain. Penyebaran parasit saluran
pencernaan pada satwa kebun binatang sering menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan satwa (Panayotova-Pencheva 2013). Dalam kebun binatang, satwa yang
dulunya terbiasa hidup dalam lingkungan yang luas akan cenderung memiliki
resistensi rendah terhadap serangan parasit (Atanaskova 2011). Menurut Lim et
al.(2008), penyebaran parasit pada satwa kebun binatang ditentukan oleh pola
pemeliharaan, pola monitoring kesehatan, dan pengobatan. Selain itu, status
kesehatan satwa di kebun binatang tergantung pada banyak faktor diantaranya
adalah makanan, kondisi satwa, manajemen satwa dan kondisi lingkungan seperti
suhu dan kelembaban (Atanaskova 2011). Selain antar satwa, parasit pada satwa
bisa pindah ke manusia yang dikenal dengan zoonosis atau sebaliknya (Maske et
al. 1990; Chakraborty et al. 1994; Kashid et al. 2003). Sebagai salah satu tempat
wisata, perpindahan parasit ke manusia akan disebarkan lebih jauh ke masyarakat
luas yang bisa terjadi melalui pegawai kebun binatang atau pengunjung.
Parasit secara umum dibagi menjadi ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar atau permukaan tubuh inang,
sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang (Cain et al.
2011). Endoparasit sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu intraselular
endoparasit dan interselular endoparasit. Intraselular endoparasit adalah
endoparasit yang akan masuk dan menginvasi ke dalam sel inang, sedangkan
interseluler endoparasit hidup pada sela-sela sel inang (Sibley 2004). Cacing
termasuk ke dalam interselular endoparasit, dan parasit cacing umum ditemukan
pada satwa koleksi kebun binatang. Cacing yang paling sering ditemukan sebagai
parasit di kebun binatang adalah Nematoda kemudian diikuti Cestoda dan
Trematoda (Panayotova-Pencheva 2013).
Monitoring terhadap parasit perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyebaran parasit ke petugas kebun binatang atau ke masyarakat luas. Oleh
karena itu, penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi endoparasit saluran
pencernaan pada satwa Kebun Binatang Semarang. Hal ini sebagai langkah awal
untuk melakukan monitoring terhadap parasit pada satwa kebun binatang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cacing endoparasit saluran
pencernaan pada satwa koleksi Kebun Binatang Semarang melalui analisis
keberadaan telur cacing dalam feses.

2

METODE
Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
Sampel feses diambil secara acak dari berbagai satwa koleksi Kebun
Binatang Semarang pada bulan Agustus 2013, Januari 2014, dan April 2014.
Feses segar diambil dari feses yang baru jatuh ke tanah atau pada beberapa hewan
menggunakan teknik anal swab. Feses kemudian dibagi ke dalam tiga porsi yaitu
porsi pertama adalah sampel segar, porsi kedua ditambah formalin 10%, dan porsi
ketiga ditambah alkohol 95%. Porsi sampel segar digunakan untuk metode
pengapungan, porsi dalam formalin 10% digunakan untuk metode pengendapan,
dan porsi dalam alkohol 95% digunakan sebagai back up.
Metode Isolasi Endoparasit
Metode pengapungan
Feses segar sebanyak 10 gram digerus dengan mortar dan dicampur dengan
90 ml larutan garam jenuh sebagai larutan pengapung. Larutan garam jenuh
digunakan sebagai larutan pengapung karena memiliki berat jenis lebih rendah
dibanding telur cacing yang akan mengakibatkan telur mengapung di permukaan.
Massa telur yang berada di lapisan atas larutan dapat diambil dengan pipet dan
dimasukkan ke dalam gelas objek untuk diamati dengan mikroskop cahaya
(Whitlock 1948).
Metode sedimentasi
Feses segar sebanyak 2 gram ditambah 20 ml formalin 10% kemudian
diaduk hingga homogen. Larutan disaring dengan kertas saring dan dimasukkan
ke dalam tabung sentrifugasi sebanyak 7 ml. Ethil asetat ditambahkan sebanyak 3
ml hingga larutan mencapai 10 ml. Formalin berfungsi untuk mengendapkan telur
cacing dan ethil asetat berfungsi untuk mengikat debris/kotoran. Larutan
diendapkan dengan sentrifugasi bertingkat hingga terbentuk tiga lapisan. Lapisan
supernatan dan debris dihilangkan sedangkan endapan telur cacing diamati
dengan mikroskop cahaya (Zajac dan Conboy 2011).
Identifikasi Endoparasit
Identifikasi telur cacing dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan
Ekologi Hewan di Departemen Biologi FMIPA IPB. Karakter telur yang diamati
adalah ukuran, bentuk, tahap perkembangan, ketebalan selaput telur, warna, dan
karakter khusus telur. Karakter-karakter khusus telur yang diamati adalah
operkulum, duri, kait, atau mammilated outer cost. Identifikasi telur cacing
berdasarkan Noble et al. (1961); Flynn (1973); Soulsby (1982); Foreyt (2000);
Baker (2007); Zajac dan Conboy (2011).

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 31 jenis satwa Kebun Binatang Semarang yang diteliti ada 17 jenis
satwa (54,84 %) yang ditemukan terinfeksi parasit (Tabel 1). Identifikasi telur
parasit menemukan ada 17 jenis telur cacing endoparasit. Pada Mamalia
ditemukan Nematoda (Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum
sp., Oesophagostomum sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp. , Trichostrongylus
sp., Trichuris sp., Capillaria sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp.,
Hymenolepys sp., Diphyllobothrium sp.). Pada Aves ditemukan Nematoda
(Amidostomum sp., Capillaria sp.) dan Trematoda (Alaria sp.). Pada Reptil
ditemukan Nematoda (Rhabdias sp.). Pengamatan sampel feses untuk
mendiagnosis infeksi parasit pada hewan umum digunakan dalam kedokteran
hewan. Parasit cacing memiliki karakter morfologi khusus yang jika
dikombinasikan dengan pengetahuan tentang inangnya bisa menunjukan langsung
secara spesifik pada spesiesnya (Zajac dan Conboy 2011).
Tabel 1 Daftar satwa Kebun Binatang Semarang dan hasil eksplorasi endoparasit
saluran pencernaannya.
No. Nama Umum
Mamalia
1.
Harimau Sumatra

Nama latin

Infeksi

Jenis Endoparasit

+++

2.
3.

Harimau benggala
Singa

Panthera tigris
sumatranus
Panthera tigris tigris
Panthera leo

4.

Beruang madu

Helarctos malayanus

+++

5.

Luwak

+

6.
7.

Binturong
Musang bulan

+
+

Ancylostoma sp.
Ascaris sp.

8.
9.
10.
11.

Kukang
Orang utan
Owa
Beruk

Paradoxurus
hermaphrodites
Arctistic binturong
Viverricula
malaccensis
Nycticebus caucang
Pongo pygmaeus
Hylobates moloch
Macaca nemestrina

Spirometra sp., Toxocara sp.,
Taenia sp.
Ancylostoma sp.
Ancylostoma sp., Toxocara sp.,
Spirometra sp.
Ancylostoma sp., Capillaria sp.,
Trichuris sp.
Taenia sp.

++
+
+
+++

Hymenolepys sp., Ancylostoma sp.
Diphyllobothrium sp.
Ancylostoma sp.
Bunostomum sp., Trichostongylus
sp., Haemonchus sp.,
Oesophagostomum sp.,
Cooperia sp.

12.

Macaca fascicularis

-

13.

Monyet ekor
panjang
Lutung

+++

14.
15.
16.
17.

Rusa tutul
Rusa jawa
Sapi bali
Nilgae

18.
19.
20.

Kanguru
Kijang
Gajah Sumatra

Trachypithecus
auratus
Axis axis
Cervus timorensis
Bos sondaisuc
Baselaphus
tragocamelus
Thylogale sp.
Muntiacus muntjak
Elephas maximus
sumatranus

+
++

+
-

Ancylostoma sp., Trichuris sp.,
Capillaria sp.

Bunostomum sp., Ascaris sp.

4
Tabel 1 (lanjutan).
No.
Aves
21.
22.
23.
24.
25.

Nama Umum

Elang hitam
Elang brontok
Elang bondol
Bayan
Kakatua jambul
kuning
26. Julang emas
27. Kasuari
28
Merak hijau
Reptilia
29. Buaya muara
30. Ular Sanca jarring
31. Ular Sanca bodo
Keterangan:
+
++
+++

Nama latin

Infeksi

Parasit

Ictinaetus malayensis
Spezaetus cirrhatus
Haliastur Indus
Ecloptus roratus
Cacatua galerita
aruensis
Aceros undulates
Casuarius casuarius
Pavo muticus

+
-

Alaria sp.

+
+

Amidostomum sp.
Capillaria sp.

Crocrodyllus porosus Python reticulates
+
Rhabdias sp.
Python molurus
: tidak ada parasit
: ada berjumlah sedikit (1-10 individu parasit)
: ada berjumlah sedang (10-100 individu parasit)
: ada berjumlah banyak (>100 individu parasit)

Parasit pada Mamalia
Karnivora
Karnivora yang ada di Kebun Binatang Semarang terdiri atas famili Felidae/
kucing-kucingan (Harimau sumatera, Harimau benggala, dan Singa) dan Beruang
madu. Pada karnivora golongan kucing-kucingan yang terdapat di Kebun
Binatang Semarang ditemukan telur cacing, yaitu Ancylostoma sp. pada Harimau
benggala dan Singa (Gambar 1) , Toxocara sp. pada Harimau sumatera dan Singa
(Gambar 2), Spirometra sp. pada Harimau sumatera dan Singa (Gambar 4), dan
Taenia sp. pada Harimau sumatera (Gambar 5). Lim et al. (2008) melaporkan
pada kucing-kucingan di Kebun Binatang Negara Malaysia ditemukan Toxocara
cati , Spirometra sp., dan Ancylostoma sp.. Hasil penelitian ini juga menemukan
Ancylostoma sp., Spirometra sp., Toxocara sp. seperti yang ditemukan oleh Lim
et al. (2008). Telur cacing Toxocara sp. dan Taenia sp. umum ditemukan pada
kucing-kucingan, baik di alam liar atau di kebun binatang (Tanwar et al. 1984;
Maity et al. 1994; Abe dan Yasukawa 1996; Nashiruddullah dan Chakraborty
2001).
Telur cacing yang ditemukan pada Beruang madu yang terdapat di Kebun
Binatang Semarang adalah Ancylostoma sp. (Gambar 1), Capillaria sp., dan
Trichuris sp. (Gambar 3). Baylis dan Dubney (1992) menemukan, ada empat
spesies Ancylostoma pada Beruang sloth di India yaitu Ancylostoma brasiliense,
A. ceylanicum, A. malayanum, dan A. Caninum. Berbeda halnya dengan
Ancylostoma, Nematoda famili Trichuriidae yaitu Capillaria sp. dan Trichuris sp.
belum pernah ditemukan menginfeksi Beruang madu.

5

dt

em

mo



B

25 µm

Keterangan:
em = embryo

C

25 µm

dt = dinding telur

25 µm 

mo = morula

Gambar 1 Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Beruang madu (A), Harimau
benggala (B), dan Singa (C).
dt
lv

uem



25 µm 

Keterangan:
uem = unfertilized embryo

em

B

C

25 µm

dt = dinding telur

25 µm 

em = embrio

lv = larva

Gambar 2 Telur Toxocara sp. ditemukan pada Singa (A dan B) dan Harimau
sumatera (C).

bp

bp

Keterangan:
bp = bipolar plug



B
25 µm

25 µm 

Gambar 3 Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. (A) dan telur Capillaria sp.
(B) dari inang Beruang madu.



25 µm 

op

op

dt

dt

em

em Keterangan:
dt
= dinding telur
em = embrio
op = operculum

B

25 µm

6
Gambar 4 Telur Spirometra sp. dari inang Singa (A) dan Harimau Sumatera (B).
dt
em

Keterangan:
dt
= dinding telur
em = embrio

25 µm

Gambar 5 Telur Taenia sp. dari inang Harimau sumatera.
Omnivora
Omnivora yang ada di Kebun Binatang Semarang terdiri atas primata
(Orang utan, Lutung, Owa, Beruk, Monyet ekor panjang, Kukang) dan musangmusangan (Luwak, Binturong, Musang bulan). Dari enam jenis primata yang
terdapat di Kebun Binatang Semarang diketahui lima jenis primata memiliki
cacing endoparasit. Telur cestoda Diphyllobothrium sp. ditemukan pada Orang
utan dan telur Hymenolepys sp. pada Kukang (Gambar 10). Telur Ancylostoma sp.
ditemukan pada Owa, Lutung, dan Kukang (Gambar 6). Telur bertipe strongyle
Bunostomum sp., Oesophagostomum sp., Trychostrongylus sp., Haemonchus sp.,
dan Cooperia sp. ditemukan pada Beruk (Gambar 8). Telur bertipe trichurid yaitu
Trichuris sp. dan Capillaria sp. ditemukan pada Lutung (Gambar 7). Lim et al.
(2008) melaporkan parasit yang ditemukan pada primata di Kebun Binatang
Negara Malaysia adalah hookworm (Ancylostoma sp.), Trichuris sp., dan Ascaris
sp.. Primata di Kebun Binatang Semarang tidak ditemukan Ascaris sp., tetapi
ditemukan telur bertipe strongyle dan genus lain dari telur bertipe trichurid yaitu
Capillaria sp..
Cestoda pada primata ditemukan Diphyllobothrium sp., Hymenolepis sp.,
disajikan dalam (Gambar 10). Infeksi Hymenolepis sp. sering ditemukan pada
manusia dan primata (Zajac dan Conboy 2011). Infeksi Diphyllobothrium sp.
umum ditemukan ikan dan karnivora pemakan ikan termasuk manusia (Scholtz et
al. 2009). Infeksi Diphyllobothrium sp. pada primata selain manusia belum pernah
dilaporkan sebelumnya, tetapi kondisi kandang yang dikelilingi kolam berisi ikan
sebagai pembatas antara pengunjung dan satwa bisa menjadi tempat penyebaran
Diphyllobothrium sp. ke Orang utan. Orang utan kemungkinan meminum air atau
memakan ikan yang ada di kolam sehingga Diphyllobothrium sp. dapat
menginfeksi Orang utan. Siklus hidup cacing parasit ini memiliki tiga inang
berbeda yaitu Cyclops sp. sejenis Crustaceae, ikan, dan karnivora yang memakan
ikan tersebut (Rai et al. 1996).
Telur hookworm Ancylostoma sp. ditemukan pada Owa, Lutung dan Kukang
(Gambar 6). Lim et al. (2008) dan Dawet et al. (2013) melaporkan infeksi
hookworm ditemukan pada primata di Kebun Binatang Malaysia yaitu pada genus
Macaca, Pongo, dan Hylobates. Dawet et al. (2013) menemukan infeksi
hookworm terjadi pada genus Macaca dan Chimpanze di Kebun Binatang Jos,
Nigeria. Pada penelitian ditemukan hookworm pada primata genus Macaca,
Tracyphitecus, dan Nycticebus di Kebun Binatang Semarang, Indonesia.

7
Telur bertipe strongyle seperti Bunostomum sp., Trichostongylus sp.,
Haemonchus sp., Oesophagostomum sp., Cooperia sp. belum pernah ditemukan
sebelumnya terjadi Beruk atau Macaca nemestrina. Menurut Abduh (2013) dan
Chrisnawaty (2008), telur bertipe strongyle seperti Oesophagostomum,
Trychostrongylus, dan Strongyloides ditemukan pada inang Monyet ekor panjang
atau Macaca fascicularis. Telur famili Trichuriidae yaitu Trichuris sp. dan
Capillaria sp. ditemukan pada Lutung. Telur famili Trichuriidae khususnya
Trichuris sp. pernah dilaporkan oleh Dawet et al. (2013) pada genus Macaca dan
Chimpanze di Kebun Binatang Jos, Nigeria dan Lim et al. (2008) pada genus
Macaca di Kebun Binatang Negara, Malaysia.
Famili Viverridae (musang-musangan) yang terdapat di Kebun Binatang
Semarang ditemukan telur cacing yaitu Taenia sp. pada Luwak (Gambar 11),
Ancylostoma sp. pada Binturong (Gambar 6), dan Ascaris sp. pada Musang bulan
(Gambar 9). Menurut Collon dan Patton (2012), parasit yang umum ditemukan
pada Musang-musangan di kebun binatang yaitu Capillaria sp., Trichuris sp.,
Toxocara sp., Ancylostoma sp., Isospora sp., Paragonimus sp., Monocystis sp.,
dan Gnathostoma sp.. Infeksi Taenia sp. dan Ascaris sp. pada musang-musangan
belum pernah dilaporkan sebelumnya dan hanya ditemukan pada penelitian ini.

dt
em



25 µm 

B

C

25 µm

lv

D

25 µm 

Keterangan:
dt = dinding telur
em = embrio
mo = morula
lv = larva

25 µm

Gambar 6 Telur Ancylostoma sp. ditemukan pada Lutung (A), Owa (B), Kukang
(C), dan Binturong (D).

8

dt
em

bp



B

25 µm 

Keterangan:
dt
= dinding telur
em = embrio
bp = bipolar plug

25 µm

Gambar 7 Telur bertipe trichurid; telur Trichuris sp. (A) dan telur Capillaria sp.
(B) dari inang Lutung.

A



25 µm 

25 µm 



25 µm



25 µm



25 µm

Keterangan:
A = telur Cooperia sp. berbentuk ramping
B = telur Trichostrongylus sp. salah satu ujung telur meruncing
C = telur Bunostomum sp. ukuran telur lebih besar
D = telur Oesophagostomum sp. sisi samping telur tidak menggembung
E
= telur Haemonchus sp. sisi samping telur menggembung

Gambar 8 Telur-telur bertipe strongyle; telur Cooperia sp. (A), Trichostrongylus
sp. (B), Bunostomum sp. (C), Oesophagostomum sp. (D), Haemonchus
sp. (E) dari inang Beruk.

9

moc

Keterangan:
moc = mammilated outer cost

25 µm 

Gambar 9 Telur Ascaris sp. ditemukan pada inang Musang bulan.
op

dt

aop




25 µm 

25 µm

hk
Keterangan:
dt
= dinding telur
hk = hook
op = operculum
aop = aboperculum

Gambar 10 Telur Diphyllobothrium sp. dari inang Orang utan (A) dan telur
Hymenolepis sp. dari inang Owa (B).

dt
hk

Keterangan:
dt
= dinding telur
hk = hook

25 µm 

Gambar 11 Telur Taenia sp. dari inang Luwak.
Herbivora
Dari delapan jenis satwa herbivora yang terdapat di Kebun Binatang
Semarang yaitu Rusa tutul, Rusa jawa, Kijang, Sapi bali, Nilgae, Kangguru, dan
Gajah sumatera, hanya Nilgae yang memiliki cacing endoparasit saluran
pencernaan yaitu Bunostomum sp. dan Ascaris sp. (Gambar 12). Infeksi telur
bertipe strongyle seperti Bunostomum sp. umum ditemukan pada satwa
ruminansia (Georgi dan Theodorides 1980; Foreyt 2001; Zajac dan Conboy
2011). Telur Ascaris sering ditemukan pada satwa liar maupun domestik, dengan
ciri khusus adanya mammilated outer cost atau bentuk dinding telur yang kasar
dan bergerigi (Zajac dan Conboy 2011).

10

em
moc



25 µm 

dt



25 µm

Keterangan:
moc = mammilated outer cost
dt
= dinding telur
em = embryo

Gambar 12 Telur Ascaris sp. (A) dan Bunostomum sp. (B) ditemukan pada inang
Nilgae.
Parasit pada Aves
Dari delapan jenis burung yang terdapat di Kebun Binatang Semarang
diketahui tiga burung memiliki telur cacing endoparasit yaitu Alaria sp. dari
inang Elang bondol, Amidostomum sp. dari inang Julang emas, dan Capillaria sp.
dari inang Merak hijau (Gambar 13). Infeksi Alaria sp. umum ditemukan pada
satwa karnivora seperti anjing, kucing, ular, dan burung pemangsa (Baker 2007;
Zajac dan Conboy 2011). Infeksi telur nematoda bertipe strongyle dengan dinding
telur tipis seperti Amidostomum sp. umum ditemukan pada unggas dan burung liar
(Zajac dan Conboy 2011). Infeksi telur Capillaria sp. umum ditemukan pada
burung domestik maupun burung liar (Zajac dan Conboy 2011).
op
dt
bp

em





25 µm

25 µm 

op
dt
em

Keterangan:
dt
= dinding telur
em = embrio
op = operculum
bp = bipolar plug


25 µm 

Gambar 13 Telur Capillaria sp. dari inang Merak (A), Telur Amidostomum sp.
dari inang Julang mas (B), dan telur Alaria sp. dari inang Elang
bondol (C).

11
Parasit pada Reptil
Tiga jenis reptil yang terdapat di Kebun Binatang Semarang diketahui satu
reptil terinfeksi parasit yaitu ular Sanca jaring yang terinfeksi Rhabdias sp.
(Gambar 6). Telur bertipe strongyle seperti Rhabdias sp. umum ditemukan pada
reptil termasuk ular (Ippen dan Zwart 1996; Rataj et al. 2011; Zajac dan Conboy
2011).



25 µm

dt

lv

em

Keterangan:
dt
= dinding telur
em = embrio
lv
= larva


25 µm

Gambar 14 Telur Rhabdias sp. (A) dan larva stage 1 (lv) dalam proses menetas
(B) pada telur yang sama dari inang ular Sanca jaring.
Penyebaran Parasit dan Potensi Zoonosis
Endoparasit cacing yang diduga bisa menyebabkan zoonosis yaitu
Nematoda hookworm (Ancylostoma sp.), Toxocara sp., Ascaris sp., telur bertipe
trichurid, dan telur bertipe strongyle. Penyebaran telur cacing Ancylostoma sp.
dan telur bertipe strongyle dilakukan melalui penetrasi larva cacing langsung
melalui kulit inang (Chiodiny et al. 2003). Penyebaran telur Ancylostoma sp. dan
telur bertipe strongyle pada penelitian ini terjadi pada kucing-kucingan, musangmusangan dan primata. Penyebaran parasit dari primata dan musang-musangan ke
pengunjung bisa terjadi, karena batas kandang dengan pengunjung tidak terlalu
jauh dan pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan satwa dari batas kandang
seperti memberi makan, bersentuhan tangan, dsb. Penyebaran parasit ke pegawai
kebun binatang juga rentan terjadi, karena pegawai bertugas setiap hari untuk
membersihkan kandang, memberi makan, memandikan satwa, dsb.
Penyebaran telur Toxocara sp., Ascaris sp., dan telur bertipe trichurid dapat
terjadi jika larva atau telurnya tertelan oleh inang (Chiodiny et al. 2003). Pada
penelitian ini telur-telur tersebut ditemukan pada kucing-kucingan, primata,
musang-musangan, Nilgae, dan Merak. Jika ada pengunjung yang berinteraksi
secara langsung dengan satwa-satwa tersebut dan lupa mencuci tangan kemudian
menelan telur cacing tersebut secara tidak sengaja, maka penularan parasit dari
satwa ke pengunjung bisa terjadi. Selain itu, pegawai yang setiap hari berinteraksi
dengan satwa juga memiliki resiko tinggi untuk tertular parasit dari satwa maupun
sebaliknya.

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari 31 jenis satwa Kebun Binatang Semarang yang diteliti ada 17 jenis
satwa (54,84 %) yang ditemukan terinfeksi parasit. Dari identifikasi telur parasit
ditemukan 17 jenis telur cacing endoparasit. Parasit pada mamalia yaitu Nematoda
(Ascaris sp., Toxocara sp., Ancylostoma sp., Bunostomum sp., Oesophagostomum
sp., Haemonchus sp., dan Cooperia sp. , Trichostrongylus sp., Trichuris sp.,
Capillaria sp.), Cestoda (Spirometra sp., Taenia sp., Hymenolepys sp.,
Diphyllobothrium sp.). Pada aves ditemukan parasit Nematoda (Amidostomum sp.,
Capillaria sp.) dan Trematoda (Alaria sp.). Pada reptil ditemukan parasit
Nematoda (Rhabdias sp.). Pada penelitian ini hanya parasit Capillaria sp. yang
ditemukan pada dua kelas yang berbeda yaitu mamalia dan aves.
Saran
Saran pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan eksplorasi telur
secara kuantitatif sehingga bisa dijadikan rujukan untuk standar kesehatan satwa
di kebun binatang. Metode pengkulturan telur bisa dilakukan agar konfirmasi
identifikasi terhadap telur cacing menjadi lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Abduh M. 2013. Infeksi Cacing Nematoda pada Saluran Pencernaan Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) di Matraman, Jakarta dan Taman Wisata Alam
Telaga Warna, Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Abe N, Yasukawa A. 1996. Prevalence of Toxocara spp. Eggs in sandpits of parks
in Osaka city, Japan, with notes on the prevention of egg contamination by
fence construction. J. Vet. Med. Sci. 59: 79–80.
Atanaskova E, Z Kochevski, J Stefanovska, G Nikolovski. 2011. Endoparasites in
wild animals at the zoological garden in Skopje, Macedonia. Journal of
Threatened Taxa. 3(7): 1955–1958.
Baker DG. 2007. Flynn’s parasites of laboratory animals, 2nd ed. Ames Iowa:
Blackwell Publishing.
Baylis HA, Daubney R. 1922. Report on the parasitic nematodes in the collection
of the zoological survey of India. Mem. Indian Mus. 7: 263-347.
Cain ML, MD Bowman, SD Hacker. Ecology 2nd edition. Sunderland (US):
Sineaur Associates.
Chakraborty A, AR Gogoi, B Choudhary. 1994. Prevalence of parasitic infection
in captive wild herbivores in a zoo in Assam, India. Indian Journal of
Animal Science. 9: 149–152.
Chiodini PL, AH Moody, DW Manser. 2003. Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology, 4th Edition. Philadelphia (US): Elsevier Science Ltd.

13
Chrisnawaty D. 2008. Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Monyet Ekor
Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Collon CP, S Patton. 2012. Parasites of civets (Mammalia, Viveridae) in Sabah,
Borneo: A coprological survey. Malayan Nature J. 64(2): 87-94.
Dawet A, Yakubu DP, Butu HM . 2013. Survey of Gastrointestinal Parasites of
Non-Human Primates in Jos Zoological Garden. J Primatol. 2: 108.
Flynn RJ. 1973. Parasites of laboratory animals. Ames Iowa (US): Iowa State
University Press.
Foreyt WJ. 2001. Veterinary Parasitology Reference Manual, 5th ed. Ames Iowa
(US): Iowa State University Press.
Georgi JR, VJ Theodorides. 1980. Parasitology for Veterinarians, 3rd Edition.
Philadelphia-London-Toronto (UK): WB Saunders Company.
Hodda M. 2011. Phylum Nematoda Cobb, 1932. In: Zhang, Z.-Q. (Ed.) Animal
biodiversity: An outline of higher-level classification and survey of
taxonomic richness. Zootaxa. 3148: 63–95.
Ippen R, P Zwart. 1996. Infectious and parasitic disease of captive reptile and
amphibians, with special emphasis on husbandry practices which prevent
or promote diseases. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 15(1): 43-54.
Kashid KP, GB Shrikhande, GR Bojne. 2003. Incidence of gastro-intestinal
helminths captive wild animals at different locations. Zoos’ Print Journal.
18(3): 1053–1054.
Lim YAL, R Ngui, J Shukri, M Rohela, HR Mat Naim. 2008. Intestinal parasites
in various animals at zoo in Malaysia. Veterinary Parasitology. 157: 154159.
Maity B, G Chakraborty, KK Pradhan. 1994. Toxocariasis in Snow Leopard
(Panthera uncia). Indian Veterinary Journal. 71(5): 499-501.
Maske DK, NC Bhilegaonkar, MR Sardey. 1990. Helminth parasites in zoo
animals of Maharajbagh, Nagpur, Maharashtra State. Indian Journal of
Animal Science. 5: 277–278.
Nashiruddullah N, A Chakraborty . 2001. Parasite of captive wild carnivores of
Assam states Zoo. Intas Polivet. 2(11): 173-181.
Noble ER, Noble GA. 1961. Parasitology: The Biology of Animal Parasites.
Philadelphia Pennsylvania (US): Lea and Febiger.
Panayotova-Pencheva MS. 2013. Parasites in Captive Animal: A Review of
Studies in Some Europeans Zoos. Zoology Garten N. F. 82: 60-17.
Rai SK, S Uga,N Kataoka, T Matsumura. 1996. Atlas of Medical Parasitology.
Kobe Japan (JP): Kyokuseisya Co Ltd.
Rataj AV, R Lindtner-Knific, K Vlahovic, U Mavri, A Dov. 2011. Parasite in pet
reptiles. Acta Veterinaria Scandinavica. 53:33.
Sibley LD. 2004. Intracellular parasite invesion strategies. Science. 304: 248-253.
Scholz T, HH Garcia, R Kuchta, B Wicht. 2009. Update on the Human
broad tapeworm (genus Diphyllobothrium), including clinical relevance.
Clinical Microbiology Rev. 22(1): 146-160.
Soulsby EJL. 1982. Helmiths, Artropods, and Protozoa of Domesticated Animals
(Mönnig) Ed ke-7. New York (US): Academic Press.

14
Tanwar RK, LM Mittal, SN Sharma, JS Yadhaf. 1984. Parasitic gastric in an
Asian Lion-a case report. Indian Journal of veterynary Medicine. 4(1): 4849.
Whitlock HV. 1948. Some modifications of the Mc Master helminth egg counting
technique and apparatus. J Counc Sci Ind Res. 21 : 177-180.
Zajac AM, GA Conboy. 2011. Veterinary Clinical Parasitology 8th-Edition. West
Sussex (US): John Wiley & Sons Ltd.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ulil Albab lahir di Demak, Jawa Tengah tanggal 7
Februari 1993 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Husaini M.Ag dan Siti Farokah. Penulis menyelesaikan sekolah menengah
pertama di MTs Sholihiyyah pada tahun 2007 dan sekolah menengah atas di
MAN 1 Semarang pada tahun 2010, kemudian diterima di Biologi IPB pada tahun
yang sama. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam HIMABIO IPB
(Himpunan Mahasiswa Biologi IPB), menjadi ketua PISCES (Percussion in
Scientist Souls), anggota IKAMADE (Ikatan Keluarga Mahasiswa Demak),
penerima beasiswa BUMN, dan asisten praktikum Genetika Dasar. Pada tahun
2012 penulis lolos sebagai finalis sembilan besar dalam IBMC (International
Bussiness Model Competition) di Malang. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan
Studi Lapang di TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) dengan
topik Analisis Vegetasi. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang di
Kebun Binatang Semarang dengan tema Perilaku Harian Gajah Sumatera. Pada
tahun 2013 penulis lolos proposal PKM didanai DIKTI dengan judul
SUPERNOVA (Suara Perjuangan Narapidana Inovatif). Penulis juga berprofesi
sebagai pengajar privat mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris tingkat SD,
SMP, SMA di sekitar kampus IPB Dramaga.