Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP
PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU
BANDUNG KAYUN-YUN DI DESA CIHIDEUNG HILIR
KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RAHMA FITRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMBAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kenaikan Harga
Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di
Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.

Bogor, Maret 2014

Rahma Fitri
NIM H34100167

ABSTRAK
RAHMA FITRI. Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai
Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.
Industri kecil merupakan bagian dari sektor UKM yang berperan penting dalam
pembangunan ekonomi Indonesia. Salah satu industri kecil yang potensial untuk
dikembangkan yaitu industri yang berbasis kedelai seperti industri tahu. Adanya kenaikan
harga kedelai yang terjadi pada tahun 2013 mempengaruhi industri kecil tahu khususnya
usaha Tahu Bandug Kayun-Yun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
kenaikan harga kedelai terhadap profitabilitas dan nilai tambah usaha tahu bandung
Kayun-Yun. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ciampea
merupakan salah satu satu sentra produksi tahu. Hasil penelitian menunjukkan setelah

kenaikan harga kedelai, total biaya meningkat Rp 44 957 794 per bulan, volume penjualan
adalah tetap 6700 potong per hari, perbedaan harga pokok produksi sebesar Rp
206/potong tahu ukuran 4 cm dan Rp 254/potong tahu ukuran 5 cm, titik impas dalam
nilai barang sebesar 586 potong ukuran 4 cm dengan nilai rupiah Rp 175 873 dan 330
potong ukuran 5 cm dengan nilai rupiah Rp 175 873 dan Rp 115 557. Nilai profitabilitas
meningkat sebesar 30.25% untuk ukuran 4 cm dan 29.36 persen untuk tahu ukuran 5 cm.
Hasil nilai tambah juga meningkat sebesar Rp 8 672/kg untuk tahu yang ukuran 4 cm dan
Rp 8 195/kg untuk tahu yang ukuran 5 cm.
Kata Kunci: Kedelai, Usaha tahu bandung Kayun-Yun, profitabilias, nilai tambah.

ABSTRACT
RAHMA FITRI. The Effect of Soybean Price Increase on Profitability and Added Value
of Usaha tahu bandung Kayun-Yun in Cihideung Hilir Village Ciampea Subdistricts
Bogor Districts. Supervised by TINTIN SARIANTI.
Small industries is part of SME (Small Medium Enterprise) sector that gives an
important role in Indonesia’s economic development. One of small industry that
potentially to be developed is soybean industries such as tofu industries. Soybean price
increase that occurred in 2013 affects tofu small industrial especially Usaha tahu bandung
Kayun-Yun. The purpose of this research was to analyze the effect of soybean price
increase on profitability and added value of Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Research

location was selected with the considerations that Ciampea subdistricts is one of the all
subdistricts in Bogor district that known as tofu production centers. The results showed
after soybean prices increased, the total cost increased by 44 957 794 per month, sales
volume is still in 6700 pieces per day, the difference in cost of production in the amount
of Rp 206/piece for 4 cm tofu and Rp 254/piece for 5 cm tofu, break-even point in goods
value for 4 cm tofu in the amount of 586 pieces with 175 873 rupiah IDR and for 5 cm in
the amount of 330 pieces with 115 557 rupiah IDR. Profitability value showed an increase
of 30.25 % for 4 cm and 29.36 % for 5 cm tofu. The result of the added value also
increased by Rp 8 672/kg for 4 cm tofu and Rp 8 195/kilogram for 5 cm tofu.
Key Word : Soybean, Usaha tahu bandung Kayun-Yun, profitability, added value.

PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP
PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU
BANDUNG KAYUN-YUN DI DESA CIHIDEUNG HILIR
KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RAHMA FITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai
Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Nama
: Rahma Fitri
NIM
: H34100167

Disetujui oleh

Tintin Sarianti SP, MM

Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan H ga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai
Tambah Usaha Tab Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir
Kecamatan Ciampea Kab paten Bogor
: Rahma Fitri
Nama
: H34l00l67
NIM

Disetujui oleh

Tintin Sarianti SP, MM

Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

MS

Tanggal Lulus:

2 1 MAR 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema dalam skripsi ini adalah profitabilitas dan
nilai tambah, dengan judul Pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap profitabilitas dan
nilai tambah usaha tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan
Ciampea Kabupaten bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan sejak Desember
2013 hingga Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang selalu
memberikan kasih sayang, cinta, nasehat, motivasi dan doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing ibu

Tintin Sarianti SP, MM atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih kepada dosen penguji utama
ibu Eva Yolynda Aviny SP, MM dan kepada dosen penguji komisi pendidikan ibu Anita
Primaswari Widhiany SP, Msi atas saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan
skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, ibu Dr. Ir. Rr. Heny K.S.
Daryanto, M.Ec, Ibu Tintin Sarianti SP, MM, Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribus
sebagai tim penelitian pada penelitian Strategi Nasional yang berjudul “Analisis Pengaruh
Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit Usaha KecilMenengah (UKM) di Provinsi Jawa Barat” atas kesempatannya menjadi enumerator
sehingga dapat menjadi bahan penelitian pada skripsi ini. Terima kasih kepada ibu Ir
Juniar Atmakusuma SP, Msi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang
telah diberikan selama perkuliahan. Disamping itu juga, ucapan terima kasih penulis
kepada Bapak Uun selaku pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan meluangkan waktunya dalam
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Pemerintah Aceh yang
telah memberikan beasiswa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Terima kasih
kepada teman satu bimbingan Feby Rizky Hadiyanti, Nci, Intan, Narita, Nisa yang selalu
memberikan motivasi dan doa. Terima kasih kepada teman-teman Arina Pradiahsari,
Febritesa, Nur, Rahmawati, Khairunnisa Rahmah dan seluruh rekan-rekan Agribisnis 47
atas motivasi, saran, nasehat dan doa. Terima kasih kepada Husnul Susanto dan temanteman IMTR Aceh lainnya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Terima
kasih kepada teman-teman Gladikarya Desa Cigugur Girang atas motivasi dan doa

kepada penulis. Terima kasih kepada teman Asrama Putri Aceh Pocut Baren Rahmah
Dara Ayunda, Amelia Rahmawaty, Kak Nur, Kak Ollin, Kak Salma yang selalu
memberikan motivasi dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada UKM Bola Voli IPB
dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selau memberikan
motivasi, dorongan dan doa kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan masukan yang baik bagi subjek penelitian yaitu
usaha tahu bandung Kayun-Yun maupun masyarakat luas.

Bogor, Maret 2014

Rahma Fitri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

6


Manfaat Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

6

KERANGKA PEMIKIRAN

8

Kerangka Pemikiran Teoritis

8

Konsep Biaya

9


Konsep Harga Pokok Produksi
Proporsi Biaya Bersama

10
12

Konsep Titik Impas

13

Konsep Profitabilitas

15

Konsep Nilai Tambah

16

Kerangka Pemikiran Operasional

17

METODE PENELITIAN

19

Lokasi dan Waktu Penelitian

19

Jenis dan Sumber Data

19

Metode Pengumpulan Data

19

Metode Pengolahan Data

19

Analisis Biaya Produksi

20

Analisis Harga Pokok Produksi

20

Analisis Titik Impas (Break Even Point)

21

Analisis Profitabilitas Usaha

21

Analisis Nilai Tambah

22

GAMBARAN UMUM USAHA
Peralatan Produksi Tahu

22
24

PEMBAHASAN

27

Analisis Biaya

27

Biaya Tetap dan Biaya Variabel

28

Total Biaya Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun

31

Volume Penjualan

32

Penentuan Harga Pokok Produksi

33

Analisis Titik Impas

35

Analisis Profitabilitas

37

Analisis Nilai Tambah

39

SIMPULAN DAN SARAN

43

Simpulan

43

Saran

44

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

49

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun
2010-2011 atas Harga Dasar Berlaku
2 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun
2010-2011
3 Produksi Kedelai Nasional pada tahun 2010-2013
4 Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2012
5 Perkembangan harga kedelai impor tahun 2009 – 2013
6 Kebutuhan Kedelai Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Tahun 2012a
7 Prosedur analisis nilai tambah metode Hayami
8 Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per hari
9 Gambar dan fungsi pealatan usaha tahu bandung Kayun-Yun
10 Peralatan produksi usaha tahu bandung Kayun-Yun
11 Biaya Investasi Tahu Bandung Kayun-Yun
12 Biaya non produksi usaha tahu bandung kayun-yun tahun 2013
13 Biaya variabel sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai per bulan tahun 2013
14 Total Biaya Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun sebelum dan sesudah kenaikan
harga kedelai per bulan tahun 2013
15 Volume penjualan usaha Tahu Bandung Kayun-Yun per hari sebelum dan setelah
kenaikan harga kedelai tahun 2013
16 Perhitungan harga pokok produksi usaha Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013
17 Marjin antara harga jual tahu per potong dengan harga pokok produksi per potong
usaha Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013
18 Perhitungan titik impas (BEP) tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah
kenaikan harga kedelai tahun 2013
19 Tingkat profitabilitas usaha tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah
kenaikan harga kedelai tahun 2013
20 Perhitungan nilai tambah usaha tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah
kenaikan harga kedelai tahun 2013

1
2
3
3
4
5
22
23
25
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
40

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kurva Biaya Rata-Rata
Unsur harga pokok produksi dengan metode full costing
Unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing
Titik impas, laba dan volume penjualan
Kerangka pemikiran operasional
Proses produksi tahu bandung Kayun-Yun

9
11
12
15
18
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Biaya Penyusutan Peralatan Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013
46
2 Rincian Total Biaya bersama pada perhitungan harga pokok produksi sebelum dan
setelah kenaikan harga kedelai tahun 2013
46
3 Perhitungan Beberapa faktor produksi pada nilai tambah usaha tahu
47

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp
500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar1.
Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang
memberikan sumbangan terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB)
perekenomian Indonesia. Menurut Statistik Depkop tahun 2011, kontribusi UKM
terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 3 466 393.3 atau
57.12 persen meningkat menjadi 4 303 571.5 atau 57.95 persen. Hal ini
menandakan bahwa kontribusi UKM terus meningkat terhadap kinerja
perekonomian. Kontribusi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha
tahun 2010-2011 atas harga dasar berlaku dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha
tahun 2010-2011 atas Harga Dasar Berlakua
Skala Usaha

Tahun 2010
Nilai

Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
Usaha Besar
a

Tahun 2011

3 466 393.3

Pangs
a (%)
57.12

2 051 878.0
59 7770.2
816 745.1
2602 369.5

Nilai

Perkembangan
Nilai

%)

4 303 571.5

Pangs
a (%)
57.94

837 178.2

24.15

33.81
9.85
13.46

2 579 388.4
722 012.8
1 002 170.3

34.73
9.72
13.49

527 510.4
124 242.6
185 425.1

25.71
20.78
22.70

42.28

3 123 514.6

42.06

521 145.1

20.03

Sumber : Depkop (2011)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga menjadi faktor pendorong dalam
terciptanya pembangunan ekonomi nasional karena memacu pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja. Terbukti dalam mengatasi krisis ekonomi saat sektor
besar mengalami kebangkrutan namun UKM masih dapat bertahan ditengah krisis
Melihat kondisi tersebut maka pengembangan UKM diperlukan perhatian
pemerintah maupun masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang lebih
kompetitif dibanding sektor usaha lainnya (Adinigsih, 2011). Kontribusi dari UKM
1

[DEPKOP]. Departemen Koperasi. 2013. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2010-2011.
[Internet]. [diunduh 2013 Okt 28]. Tersedia pada : http//:www.depkop.go.id//. Jakarta (ID) :
Departemen Koperasi.

2

yang setiap tahunnya meningkat terlihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja yang
diserap oleh sektor UKM.
Tabel 2 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2010-2011
Skala Usaha

Tahun 2010
Jumlah

Usaha
99 401 775
Mikro Kecil
dan
Menengah
Usaha
93 014 759
Mikro
Usaha Kecil
3 627 164
Usaha
2 759 852
Menengah
Usaha Besar
2 839 711
a
Sumber : Depkop (2011)

Pangsa
(%)
97.22

Tahun 2011
Jumlah
101 722 458

Pangsa
(%)
97.24

90.98

94 957 797

3.55
2.70
2.78

Perkembangan
Jumlah

%

2 320 683

2.33

90.77

1 943 038

2.09

3 919 992
2 844 669

3.75
2.72

292 828
84 816

8.07
3.09

2 891 224

2.76

51 513

1.81

Penyerapan tenaga kerja dalam sektor UKM mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Tenaga kerja yang terserap pada UKM merupakan yang terbesar dengan
jumlah sebanyak 99 401 775 orang dengan pangsa 97.22% pada tahun 2010
meningkat menjadi 101 722 458 orang dengan pangsa 97.24%. Pada Usaha Kecil
terjadi peningkatan dari 3.55 persen meningkat menjadi 3.75 persen dan pasa usaha
menengah terjadi peningkatan dari 2.70 persen menjadi 2.72 persen. Besarnya
jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha pada tahun 2010-2011 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Agroindustri merupakan kegiatan yang meningkatkan nilai tambah,
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan,
meningkatkan daya simpan dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen
(Hicks, 1995). Pembangunan agroindustri di Indonesia merupakan salah satu
agenda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan
usaha kecil menengah (UKM). Pengembangan UKM diharapkan dapat menyerap
kesempatan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku UKM.
Sebagai bagian dari agroindustri, industri kecil merupakan salah satu bagian
yang sangat berperan penting. Salah satu yang sangat potensial untuk
dikembangkan yaitu industri yang berbasis kedelai seperti industri kecil tahu atau
tempe. Tahu dan tempe merupakan salah satu jenis makanan olahan yang berbahan
baku kedelai yang merupakan sumber gizi protein nabati utama yang dibutuhkan
oleh tubuh. Saat ini, peningkatan akan kedelai terus meningkat karena
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan protein dan gizi.
Konsumsi kedelai Indonesia pada tahun 2012 mencapai 2,5 juta ton2. Sementara
produksi di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai yang dibutuhkan,
hal ini dapat dilihat secara jelas pada Tabel 3.

2

Nugrayasa, Oktavio. 2013. Problematika Harga Kedelai di Indonesia [Internet] [diunduh 2013
Nov 12] tersedia pada http://wwwsetkabgoid/artikel-10045-html.

3

Tabel 3 Produksi Kedelai Nasional pada tahun 2010-2013a
Tahun
Luas Panen (Ha)
2010
660 823
2011
622 254
2012
567 624
2013
571 5641
1
Status Angka : =Angka Sementara
a
Sumber : Deptan (2013)

Produksi (Ton)
907 031
851 826
843 153
847 1571

Produktivitas (Ku/Ha)
13.73
13.00
14.00
14.001

Tahun 2010 produksi kedelai mencapai 907 031 ton dengan luas panen 660 823
Ha dan produktivitas 13.73 ku/ha Tahun 2010-2013 luas panen dan produksi kedelai terus
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 luas panen kedelai menurun
hingga mencapai 567 624 Ha dengan produksi sebesar 843 153 Ton meskipun
produktivitasnya mengalami peningkatan menjai 14.00 Ku/Ha namun peningkatannya
sangat lambat. Jumlah produksi yang menurun disebabkan petani tidak tertarik menanam
kedelai karena keuntungan menanam kedelai yang rendah akibat harga impor yang lebih
rendah dibandingkan dengan harga kedelai dalam negeri sehingga kedelai dalam negeri
tidak dapat bersaing dengan kedelai impor. Selain itu produktivitas rata-rata kedelai
petani Indonesia juga masih rendah terbukti pada tahun 2013 produktivitas hanya
mencapai 14.00 ku/ha atau 1,4 ton/ha sedangkan produktivitas optimum sebesar 2 ton/ha
(Amang, 1996). Oleh karena itu Indonesia sangat membutuhkan kedelai impor untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, dimana volume impor dapat dilihat jelas pada Tabel
4.
Tabel 4 Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2012a
Negara
United States
Malaysia
Afrika Selatan
Kanada
Lainnya
Total
a
Sumber : Deptan (2013)

Volume (Kg)
1 989 251 940
66 865 857
31 526 260
7 672 860
33 446 323
2 128 763 240

Nilai(US$)
1 231 083 665
58 240 294
17 312 961
4 634 969
28 691 710
1 339 963 599

Tabel 4 menunjukkan bahwa volume impor kedelai di Indonesia pada tahun 2012
mencapai 2 128 763 240 kg dengan nilai US$ 1 339 963 599 dengan negara pengekspor
terbesar adalah Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut, Indonesia mengalami
ketergantungan pasokan kedelai impor yang sangat tinggi. Akibatnya, apabila negara
pengekspor mengalami masalah akan berpengaruh terhadap harga kedelai di Indonesia
seperti yang terjadi pada tahun 2013 harga kedelai meningkat dari dari Rp 6000 menjadi
Rp 9000 per kilogram, sehingga banyak industri tahu dan tempe melakukan mogok
produksi, mengalami kerugian dan menghentikan usahanya3.
Indonesia pernah mencapai puncak kejayaan produksi kedelai pada tahun 1992,
karena adanya swasembada kedelai dengan produksi mencapai 1.6 juta ton (Amang,
1996). Namun angka tersebut terus menurun karena areal pertanian semakin berkurang
hingga produksi saat ini mencapai 800 ton pertahun. Anjloknya produksi kedelai ini
disebakan karena regulasi impor yang dikeluarkan tahun 1998 bahkan sampai saat ini
kebijakan pemerintah yang membebaskan bea masuk impor menyebabkan semakin
3

Suprapto, Hadi. 2013. Mengapa kedelai kerap jadi masalah. Viva News. [Internet]. [diunduh 2013
Oktober 14]. Tersedia pada : http:bisnis.new.viva.co.id.

4

menurunnya kegairahan petani untuk menanam kedelai. Petani kedelai merasa dirugikan
karena harga kedelai lokal akan ikut turun4. Dengan demikian menyebabkan melonjaknya
impor kedelai dan persaingan antara perusahaan-perusahaan swasta impor kedelai.
Kedelai di Indonesia sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk produk olahan
seperti tahu, tempe, kecap, tauco dan susu kedelai. Industri yang berbasis kedelai seperti
tahu atau tempe merupakan salah satu industri pengolahan pangan dalam bentuk skala
kecil namun sangat potensial untuk dikembangkan. Karena usaha tahu atau tempe dapat
dimulai dengan modal yang relatif kecil, teknologi yang sederhana dan tidak terlalu
membutuhkan keahlian yang tinggi. Selain itu juga sebagai alternatif penyedia lapangan
pekerjaan dan meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga
Perumusan Masalah
Harga kedelai yang terus melonjak di beberapa tahun terakhir ini dari tahun 2009
hingga 2013. Adanya kenaikan harga kedelai menyebabkan usaha atau tempe mengalami
gangguan pada usahanya. Berikut adalah perkembangan harga kedelai dari tahun 2009
hingga 2013 menurut Deptan (2013) pada Tabel 5 yaitu :
Tabel 5 Perkembangan harga kedelai impor tahun 2009 – 2013a
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Status angka
a
Sumber

Harga kedelai impor (Rp/kg)
7 954
8 096
8 302
8 353
9 000 – 9 5001
: 1 = angka sementara
: www.deptan.go.id

Berdasarkan data pada Tabel 5 adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi dari
tahun 2010 hingga 2013. Beberapa penyebab terjadinya kenaikan harga kedelai setiap
tahunnya, seperti yang terjadi pada tahun 2012 kenaikan harga kedelai disebabkan
kemarau panjang yang terjadi di Amerika sehingga impor kedelai terganggu. Sedangkan
pada tahun 2013, kenaikan harga impor kedelai disebabkan oleh melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar dan adanya permasalahan disisi suplai5.
Kenaikan harga kedelai yang terjadi beberapa tahun ini mempengaruhi para
pengrajin UKM tahu dan tempe karena bahan baku yang digunakan merupakan kedelai
impor. Ketergantungan terhadap kedelai impor karena produksi kedelai dalam negeri
yang tidak dapat bersaing dengan kedelai impor salah satunya seperti produktivitas yang
rendah sehingga sehingga sekalipun harga kedelai melonjak tajam namun produsen tahu
dan tempe tetap menggunakan kedelai impor. Dengan permintaan kedelai yang terus
meningkat dan produksi dalam negeri tidak mampu untuk memenuhi konsumsi kedelai
dalam negeri sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan menurunkan tarif impor
bahkan menghapuskan bea impor kedelai sehingga harga kedelai impor dapat lebih
murah.
4

Cipto. 2013. Ini salah satu sebab Indonesia krisis kedelai. Warta Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2013
Oktober 4]. Tersedia pada : www.wartaekonomi.co.id
5
Runiasari, Kartika. 2013. Harga kedelai internasional turun, di Indonesia justru naik. Suara Merdeka.
[Internet]. [diunduh 2013 Oktober 4]. Tersedia pada : www.suaramerdeka.com.

5

Permasalahan kenaikan harga kedelai mempengaruhi para pengrajin tahu dan tempe
nasional, dan salah satu daerah yang terkena dampak kenaikan harga kedelai terhadap
para pengrajin tahu dan tempe adalah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dan
wawancara dengan salah satu staff dari KOPTI Kabupaten Bogor banyak para anggota
KOPTI yang mengeluh akibat kenaikan harga yang terjadi dan terjadi penurunan jumlah
pembelian kedelai oleh anggota KOPTI bahkan membuat para pengrajin berhenti
produksi. Banyaknya jumlah anggota KOPTI di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Kebutuhan Kedelai Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Tahun 2012a
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Wilayah Pelayanan

Ciseeng
Parung
Cibinong
Citeureup I
Citeureup II
Bojonggede
Sukaraja
Ciawi Megamendung
Caringan Cijeruk
Tamansari
Leuwiliang
Ciampea
Cibungbulang
Jasinga
Dramaga
Cimanggu
Cilendek
Depok I
Depok II
Sawangan I
Sawangan II
Cimanggis
Jumlah
a
Sumber : KOPTI (2012)

Jumlah Anggota

Jumlah Tenaga
Kerja

101
106
105
115
82
49
45
23
65
50
39
62
34
20
19
37
84
68
111
77
17
64
1373

650
399
388
428
286
189
211
117
253
226
175
235
185
106
84
163
440
272
448
255
72
277
5859

Kebutuhan
Kedelai Per
Bulan (Ton)
261 450
249 930
237 000
246 300
164 100
107 250
135 900
65 850
140 850
128 130
99 750
130 350
97 350
83 100
45 000
105 150
217 050
171 600
280 350
150 000
45 000
175 200
3 336 660

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah anggota KOPTI pada tahun
2012 sebesar 1373 orang dan jumlah tenaga kerja sebesar 5859 orang. Menurut KOPTI
Kabupaten Bogor kebutuhan kedelai Kabupaten Bogor tahun 2010 hingga 2013 sebesar
118 800 000 kg. Untuk suplai kedelai di Kabupaten Bogor tahun 2010 – 2013 tersedia
dan relatif cukup tidak ditemukan adanya kelangkaan kedelai. Salah satu Kecamatan yang
memiliki kebutuhan kedelai terbesar perbulan adalah Kecamatan Ciampea sebesar 130
350 ton. Berdasarkan keterangan tersebut maka penelitian ini dilakukan pada wilayah
kecamatan tersebut dengan mengambil salah satu usaha sebagai subjek studi kasus
penelitian.
Usaha yang menjadi subjek studi dalam penelitian ini adalah usaha milik Bapak
Uun yang berada Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea dengan nama usaha yaitu
Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Usaha tahu Bandung Kayun-Yun yang menjadi objek
penelitian menyatakan bahwa menetapkan harga jual sesuai dengan harga pasar dan harga
yang diinginkan oleh konsumen. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha,

6

terkait dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi pada beberapa bulan ini secara tibatiba usaha Bapak Uun mengalami sedikit gangguan, terutama dalam hal biaya dan
keuntungan yang diterima. Namun data produksi dan penjualan usaha yang menjadi objek
penelitian tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya pencatatan secara detail.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang diuraikan diatas, maka dalam penelitian
ini akan dibahas beberapa hal terkait dengan dampak kenaikan harga kedelai yaitu :
1. Apakah kenaikan harga kedelai menurunkan tingkat profitabilitas usaha tahu bandung
Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
2. Apakah kenaikan harga kedelai menurunkan nilai tambah usaha tahu bandung KayunYun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap tingkat profitabilitas usaha
tahu bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor.
2. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap nilai tambah usaha tahu
bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk pengrajin tahu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, infromasi
dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya.
2. Untuk civitas akademika penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan
sebagai bahan perbandingan serta acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk masyarakat luas penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengetahui
keadaan industri kecil tahu khususnya yang berada di Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini memerlukan suatu sumber informasi yang digunakan sebagai
referensi yaitu melalui penelitian-penelitian terdahulu mengenai nilai tambah dan
profitabilitas. Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu adalah subjek yang diteliti, alat
analisis yang digunakan. Ada lima penelitian terdahulu yang dikaji dalam penelitian ini
antara lain, Tunggadewi (2009) melakukan penelitian mengenai profitabilitas dan nilai
tambah tahu dan tempe di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor.
Nursiah (2013) melalukan penelitian pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja
di Desa Citeureup Kabupaten Bogor. Putri (2013) melakukan penelitian tentang
kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih di Bekasi. Putriyana (2008)
dalam penelitiannya tentang analisis biaya dan profitabilitas produksi roti pada Bella
Bakery di Pondok Gede, Bekasi. Damayanti (2004) tentang penetapan harga pokok
produksi menggunakan metode Full Costing.
Dalam kelima penelitian terdahulu tersebut dikaji berdasarkan analisis yangs sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang nilai tambah dari produk olahan
Sedangkan analisis profitabilitas yang dikaji terdiri dari biaya, penetapan harga, volume
penjualan, titik impas (break even point) dan MOS, MIR.

7

Tunggadewi (2009) meneliti terkait dengan nilai tambah dengan menggunakan
metode hayami dan menentukan profitabilitas menggunakan break even point. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui nilai tambah dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari
usaha tahu dan tempe akibat adanya kenaikan harga bahan baku kedelai. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas usaha yang lebih tinggi adalah
usaha tahu sebesar 38 persen, sedangkan usaha tempe sebesar 28 persen. Perhitungan
analisis nilai tambah juga menunjukkan bahwa usaha yang memiliki nilai tambah lebih
besar adalah usaha tahu dengan nilai sebesar Rp 6881, sedang untuk menjadi tempe
sebesar Rp 4947. Berdasarkan itu maka perlu dilakukan penghematan biaya pada usaha
tempe agar struktur biayanya lebih efisien dan mendapatkan keuntungan lebih besar.
Salah satunya dengan menghemat biaya perawatan, menggunakan peralatan produksi
yang lebih tahan lama dan menjaga kebersihan peralatan, khusus untuk usaha tempe biaya
pengemasannya dapat dihemat dengan menggunakan kemasan daun pisang untuk seluruh
produknya.
Penelitian analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Putri (2013) terhadap dua
produk olahan yaitu jamur crispy dan nugget jamur dengan menggunakan metode
Hayami. Nilai tambah yang dihasilkan pada produk jamur crispy dan nugget jamur adalah
Rp 25 544.07 dan Rp 54 295.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan ini
merupakan kegiatan padat modal karena pendistribusian nilai marjin terbesar pada
keuntungan yang diterima perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja.
Putriyana (2008) dalam penelitiannya tentang analisis biaya dan profitabilitas
produksi roti pada Bella Bakery di Pondok Gede, Bekasi dengan menggunakan metode
full costing, titik impas dan profitabilitas. Bella Bakery mengalami kendala dalam biaya
produksi seperti meningkatnya harga bahan baku utama yang berpengaruh terhadap
tingkat penerimaan dan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian
yang berkaitan dengan struktur biaya untuk menganalisis profitabilitas yang dicapai
perusahaan. Nilai MOS untuk kedua produk benilai cukup besar sehingga batas toleransi
penurunan produksi juga besar. Perusahaan juga mempunyai hasil penjualan yang tinggi
untuk menutupi biaya tetap dan variabel yang ditunjukkan dengan nilai MIR yang besar.
Tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang
dikeluarkan, volume penjualan, dan harga jual.
Selain itu, penelitian lain oleh Damayanti (2004) tentang penetapan harga pokok
produksi dalam kaitannya dengan titik impas dan profitabilitas perusahaan perkebunan
teh XYZ. Pada penelitian ini penetapan harga pokok produksi yang digunakan
menggunakan metode full costing karena memperhitungkan seluruh seluruh biaya
produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan dari titik impas dan
profitabilitas perusahaan akibat penerapan metode penetuan harga pokok alternatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan XYZ masih kurang tepat dalam penentuan
harga pokok produksinya. Adanya perubahan pada metode penetapan harga pokok
produksi berpengaruh terhadap titik impas dimana titik impas menjadi lebih kecil dari
sebelumnya. Begitu juga dengan profitabilitas perusahaan. Dengan menggunakan metode
full costing tingkat profitabiltas perusahaan menjadi lebih besar dari sebelumnya.
Nursiah (2013) dalam penelitiannya terkait dengan pengaruh kenaikan harga
kedelai terhadap kinerja usaha industri tempe di Desa Citeureup Kabupaten Bogor. Dalam
melakukan analisa unit usaha tempe dilokasi penelitian dibedakan dalam skala I, II dan
III yang didasarkan pada banyaknya jumlah produksi kedelai yang dilakukan setiap hari.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada produksi skala III mengeluarkan
biaya total rata-rata yang lebih rendah dibandingkan pada skala I dan II baik pada saat

8

sebelum dan setelah adanya kenaikan harga kedelai. Sementara, adanya kenaikan harga
kedelai menyebabkan keuntungan yang diterima menjadi menurun disebabkan tidak
adanya pilihan lain yang dilakukan pengrajin tempe di Desa Citeureup. Dengan demikian
menunjukkan adanya kenaikan harga kedelai menurunkan kinerja pengrajin tempe di
Desa Citeureup.
Analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Tunggadewi (2009) dan Putri (2013)
melihat bagaimana sejauh mana atau seberapa besar bahan baku mendapatkan suatu
perlakuan sehingga mengalami perubahan nilai yang dapat berupa perubahan bentuk
(form utility), tempat (place utility), waktu (time utility) dan kepemilikkan. Sedangkan
penelitian terdahulu terkait dengan profitabilitas yang dilakukan oleh Putriyana (2008),
Damayanti (2004) menganalisis bagaimana
penetapan harga pokok produksi
menggunakan metode full costing, titik impas (break even point), dan analisis
profitabilitas. Analisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha tempe
dilakukan oleh Nursih (2013) yang ditinjau dari segi biaya, keuntungan dan penerimaan.
Penelitian ini mengambil subjek penelitian yang sama dengan Tunggadewi (2009)
yaitu usaha tahu. Perbedaannya yaitu Tunggadewi membandingkan antara usaha tahu dan
tempe di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur, sementara penelitian ini
membandingkan antara sebelum dan sesudah kenaikan harga kedelai pada industri kecil
tahu Bandung Kayun-yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea. Penelitian ini
menganalisis hal yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Nursiah (2013) yang
berkaitan dengan pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha. Perbedaannya
pada penelitian ini kinerja yang ditinjau berdasarkan tingkat profitabilitas sedangkan pada
penelitian Nursiah (2013) analisis kinerja ditinjau dari biaya, keuntungan dan
penerimaan. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada subjek yang diteliti. Pada penelitian
ini subjek penelitian pada usaha tahu sedangakan pada penelitian Nursiah (2013) pada
usaha tempe.
Alat analisis nilai tambah yang digunakan sama seperti yang dilakukan oleh
Tunggadewi (2009) dan Putri (2013) yaitu menggunakan metode Hayami. Hal ini
dikarenakan produk dalam objek penelitian merupakan produk olahan yang sama dengan
produk pada penelitian terdahulu. Alat analisis penetuan harga pokok produksi sama
seperti penelitian yang dilakukan oleh Putriyana (2008) dan Damayanti (2004) yaitu
menggunakan metode full costing. Metode full costing dipilih karena memperhitungkan
semua unsur biaya produksi dan non produksi ke dalam harga pokok produk. Alat analisis
profitabilitas juga sama seperti yang dilakukan dengan oleh Tunggadewi (2009),
Putriyana (2008), Damayanti (2004) yaitu dengan melihat nilai MOS dan MIR.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriyana (2008) dan
Damayanti (2004) yaitu pada subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada industri
kecil tahu bandung Kayun-Yun di Kabupaten Bogor.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Beberapa hal yang mendasari suatu kegiatan manajemen suatu industri kecil adalah
bagaimana penyerapan dan kemampuan dalam merencanakan dan mengendalikan
informasi biaya, tingkat keuntungan, serta penerapan kegiatan operasional yang efisien.
Pada kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terkait dengan konsep biaya,

9

konsep harga, konsep titik impas (Break Even Point), konsep nilai tambah dan konsep
profitabilitas.
Konsep Biaya
Kegiatan memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan nilai input tertentu
disebut dengan biaya (Lipsey, 1995). Mankiw (2003) mendefinisikan biaya sebagai
segala sesuatu yang dikorbankan agar mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Rony
(1990) menyatakan pengertian lain tentang biaya yaitu pengeluaran untuk memperoleh
barang atau jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode
operasi. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan didirikan suatu usaha adalah untuk
mendapatkan keuntungan disamping memiliki tujuan lain yang bersifat sosial seperti
memberi kesempatan kerja atau memenuhi suatu kebutuhan. Dalam menentukan
keuntungan yang diperolah selama jangka waktu tertentu, maka pihak manajemen perlu
mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari penjualan dan biaya-biaya yang harus
dipertimbangkan.
Menurut Lipsey (1995) biaya total (total cost) merupakan biaya yang digunakan
untuk menghasilkan output tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya
tetap total (total fixed cost) dan biaya variabel total (total variabel cost). Biaya tetap
merupakan biaya yang tidak berubah meskipun output yang dihasilkan berubah
sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang bertambah jika output yang dihasilkan
bertambah dan biaya berkurang dengan menurunnya produksi yang dihasilkan.
Dalam melakukan produksi, harga input variabel mempengaruhi total biaya yang
dikeluarkan produsen, adanya kenaikan harga input menyebabkan total biaya variabel
meningkat. Apabila total biaya variabel meningkat maka akan menyebabkan biaya total
juga akan meningkat Adanya fungsi biaya yang menggambarkan hubungan antara
besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi dapat dilihat pada Gambar 1
Rp
MC
ATC
AVC
AFC
Output
Gambar 1 Kurva Biaya Rata-Rata
Sumber : Lipsey (1995)
Gambar 1 diatas menunjukkan kurva biaya rata-rata dimana biaya rata-rata
diperoleh dari total biaya dibagi jumlah output yang dihasilkan. Saat terjadi kenaikan
harga input menyebabkan terjadinya peningkatan biaya total sehingga kurva biaya total
rata-rata (ATC) akan bergeser ke atas. Adanya pergeseran yang terjadi akan
mempengaruhi keuntungan yang akan diterima dalam suatu usaha sehingga
menyebabkan keuntungan yang diperoleh menurun.
Suatu usaha dikatakan memperoleh laba normal pada saat harga output (P) = ATC,
sedangkan untuk memperoleh laba positif pada saat P > ATC. Suatu usaha akan

10

mengalami titik kritis pada saat suatu usaha mampu menutupi biaya variabel tetapi tidak
mampu untuk menutupi biaya tetap pada saat P = AVC. Usaha akan mengalami kerugian
bahkan gulung tikar pada saat P < AVC.
Konsep Harga Pokok Produksi
Menetapkan harga jual merupakan suatu hal yang penting karena kesalahan dalam
penentuan harga jual akan berdampak langsung terhadap keberhasilan suatu usaha.
Penetapan harga jual yang terlalu tinggi menyebabkan produk tidak dapat bersaing
dengan produk sejenis karena dalam persaingan bisnis konsumen akan menginginkan
produk dengan kualitas yang sama namun dengan harga jual yang lebih rendah.
Sedangkan penetapan harga jual yang terlalu rendah menyebabkan usaha mengalami
kerugian karena pendapatan yang diperoleh tidak mampu untuk menutupi semua biaya
yang dikeluarkan. Oleh itu diperlukan suatu perhitungan harga pokok agar harga jual yang
ditetapkan kepada suatu produk adalah tepat. Harga pokok merupakan faktor yang
penting dalam pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang nantinya akan
memperoleh laba (Gayatri, 2013). Menurut Mulyadi (2002) harga pokok merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan.
Dalam penetuan harga jual setiap pengusaha harus memperoleh jaminan bahawa
harga jual produk atau jasa yang dijual dipasar harus dapat menutupi biaya penuh untuk
menghasilkan produk atau jasa dan mendapatkan laba yang sesuai. Menurut Mulyadi
(2001) adanya permintaan konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki
pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing merupakan suatu hal yang sulit untuk
diramalkan sehingga adanya ketidakpastian dalam penetuan harga jual. Oleh karena itu
satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam
penentuan harga jual adalah biaya.
Salah satu penetuan harga jual yang memiliki tingkat kepastian relatif tinggi adalah
harga pokok produksi. Harga pokok produksi dibentuk oleh biaya produksi dan non
produksi yang juga merupakan komponen biaya yang penting dalam pembuatan suatu
produk. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan
bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan
administrasi dan umum (Mulyadi, 2002). Biaya produksi membentuk harga pokok
produksi yang dapat digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga
pokok produk yang masih dalam proses. Menurut Mulyadi (2002) tujuan dilakukan
perhitungan harga pokok produksi yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menentukan harga jual
2. Untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan
3. Untuk menentukan kebijakan dalam penjualan
4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru
5. Untuk perhitungan neraca
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara berproduksi. Salah
satu penentuan harga produksi dengan cara produksi yaitu dengan menggunakan metode
harga pokok proses dengan cara membagi biaya total produksi yang dikeluarkan selama
periode waktu tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode
tersebut. Mulyadi (2002) manfaat dari informasi harga pokok produksi dalam suatu usaha
yang berproduksi secara massa yaitu menentukan harga jual, memantau realisasi biaya

11

produksi, menghitung laba atau rugi periodik dan menentukan harga pokok persediaan
produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara memperhitungan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya
ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan
metode variabel costing.
1. Metode Full Costing
Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Metode full costing ini untuk digunakan
manajemen dalam pembuatan keputusan jangka panjang. Berikut adalah Gambar 2 yang
menunjukkan unsur harga pokok produksi dalam menggunakan metode full costing.
Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja
Biaya overhead
pabrik tetap

Harga Pokok
Produksi

Biaya adm.
dan umum

Biaya oerhead
pabrik variabel

Total harga
pokok
produksi

Biaya
pemasaran

Biaya non produksi
Gambar 2 Unsur harga pokok produksi dengan metode full costing
Sumber : Mulyadi (2005)
2. Metode Variabel Costing
Metode variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga
pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel. Metode variabel costing baik digunakan manajemen dalam
pembuatan keputusan jangka pendek. Berikut adalah gambar 3 yang menggambarkan
unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing.

12

Biaya bahan baku

Harga pokok
produksi variabel

Biaya tenaga kerja

Biaya adm. dan
umum variabel

Biaya overhead
pabrik variabel

Biaya pemasaran
variabel

Total harga
pokok
produk

Biaya overhead
pabrik tetap
Biaya adm. dan
umum tetap

Biaya periode

Biaya pemasaran
tetap

Gambar 3 Unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing
Sumber : Mulyadi (2005)
Proporsi Biaya Bersama
Dalam pengolahan satu atau beberapa bahan baku dalam suatu proses produksi
dapat menghasilkan dua jenis produk atau lebih. Produk yang dihasilkan disebut dengan
produk bersama. Produk bersama merupakan produk yang dihasilkan secara bersamaan
dari satu proses produksi ataupun melalui tahapan proses produksi (Rony, 1990). Dalam
pengertian ini menekankan bahwa dari suatu proses produksi tercipta beberapa produk
yang memiliki hubungan kuantititas tertentu. Produk bersama dapat dapat dikelompokkan
menjadi produk utama (main product) dan produk sampingan (by product). Produk utama
umumnya dipakai untuk menunjukkan jumlah atau nilai yang relatif besar dibandingkan
dengan produk sampingan dipakai untuk menunjukkan nilai yang relatif lebih kecil.
Adanya proses produksi bersama yang digunakan untuk menghasilkan produk
bersama menimbulkan biaya bersama yang harus dialokasikan ke masing-masing produk.
Menurut Rony (1990) biaya bersama merupakan sejumlah biaya yang terjadi karena
adanya suatu proses bersama atas material atau input tertentu yang menghasilkan dua atau
lebih produk. Mulyadi (2002) mendefinisikan biaya bersama merupakan biaya yang
dikeluarkan sejak saat bahan baku mula-mula diolah sampai dengan berbagai macam
produk dipisahkan identitasnya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik. Ciri pokok biaya produksi bersama yaitu biaya yang terjadi untuk
beberapa jenis produk yang berbeda dan merupakan jumlah keseluruhan yang tidak dapat
dipisahkan, hal itu berbeda dibandingkan terhadap jumlah masing-masing untuk setiap
produk. Biaya produksi dapat dipisahkan dan mudah diidentifiksai untuk masing-masing
produk dan pada umumnya tidak membutuhkan alokasi biaya, sebaliknya biaya produksi
bersama memerlukan alokasi dan pendistribusian pada masing-masing produk.

13

Dalam mengalokasikan biaya bersama agar dapat diidentifikasikan satu produk
dengan produk lain dengan menggunakan salah satu dari empat metode berikut (Mulyadi,
2002 dan Rony 1990) :
1. Metode nilai jual relatif
Metode ini paling banyak digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama kepada
produk bersama dengan alasan bahwa nilai jual merupakan ukuran yang paling logis
terhadap biaya yang diperlukan bagi masing-masing produk atau karena adanya korelasi
antara harga jual suatu produk dengan biaya untuk memproduksinya. Jika salah satu
produk terjual lebih tinggi dibandingkan produk yang lain disebabkan biaya yang
dikeluarkan untuk produk tersebut lebih besar dibandingkan dengan produk yang lainnya.
2. Metode satuan fisik atau kuantitas
Metode satuan fisik menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan
manfaat uang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya
bersama dialokasian kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku
yang terdapat dalam masing-masing produk yang dinyatakan dalam satuan unit atau fisik
seperti kilogran, ton, pon dan ukuran lainnya, yang berarti bahwa produk bersama yang
dihasilkan harus diukur dengan satuan ukuran produk yang sama. Namun jika produk
mempunyai ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien fisik yang digunakan untuk
mengubah berbagai satuan tersebut menjadi ukuran yang sama.
3. Metode biaya rata-rata per unit
Metode ini hanya dapat digunakan apabila produk bersama yang dihasilkan diukur
dalam satuan yang sama. Umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan berbagai macam produk yang sama dari suatu proses produksi tapi mutu
yang dihasilkan berlainan. Perhitungan harga pokok maisng-masing produksi sesuai
dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.
4. Metode rata-rata tertimbang
Dalam metode ini diperlukan memasukkan faktor bobot untuk setiap unit produk
yang dihasilkan karena adanya perbedaan ukuran produk, kesukaran dalam prosessing,
waktu yang dibutuhkan dalam menghasilkan setiap unit produk, buruh yang
diperkerjakan dan material yang dipakai serta unsur-unsur lainnya. Metode ini
menginginkan agar perbedaan yang ada dapat dihindari dengan cara mengalikan setiap
jenis produk terhadap faktor bobotnya sehingga pengalokasian biaya produksi lebih
mencerminkan beban setiap unit produk.
Konsep Titik Impas
Titik impas memiliki hubungan terhadap biaya, volume dan keuntungan yang
merupakan sarana bagi manajemen dalam mempersiapkan perencanaan keuntungan,
penetapan harga jual dan alat dalam pengambilan keputusan. Menurut Rony (1990)
analisis titik impas bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan
operasional yang penting dalam tiga cara yang berbeda namun tetap berkaitan yaitu :
1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan tingkat penjualan yang harus
dicapai agar perusahaan memperoleh laba
2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional
3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel
menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih
Analisis titik impas (break even point) merupakan sarana untuk mengetahui pada
titik berapa hasil penjualan (penerimaan) sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan

14

tidak memperoleh keuntungan atau kerugian, dengan kata lain labanya sama dengan nol
(Rony, 1990). Terdapat beberapa asumsi dalam menggunakan analisa titik impas
(Mulyadi, 2001) antara lain :
a. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan yang terkait dapat diidentifikasikan
sebagai biaya variabel dan tetap
b. Biaya tetap adalah konstan
c. Biaya variabel bertambah dengan bertambahnya volume produksi
d. Harga jual per unit tetap
Dalam menentukan titik impas atau Break Even Point (BEP) dapat diperoleh dengan dua
cara yaitu :
1. Pendekatan Teknis Persamaan
Secara matematis titik impas produktivitas dapat dihitung sebagai berikut :
�=
− � +
Keadaan impas adalah jika π (keuntungan) = 0, maka :
(PQ) – (TVC + TFC) = 0
BEP → TC = TR
(PQ)
= (TVC + TFC)
(PQ) – TVC
= TFC
(PQ) – (AVCQ)
= TFC
Q (P – AVC)
=TFC
BEP (Impas dalam unit) =

���

−���

BEP (Impas dalam rupiah) =

���

���




Keterangan :
BEP
: Nilai Impas Produksi (unit atau Rupiah)
P
: Harga jual produk per unit (Rp/unit)
TVC
: Biaya variabel total (Rp)
TFC
: Biaya tetap total (Rp)
AVC
: Biaya rata-rata variabel per unit (Rp/unit)
Π
: Laba (Rp)
2. Pendekatan Grafis
Dalam penentuan titik impas dengan pendekatan grafis dengan melihat pertemuan
antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan
antara garis pendapatan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat
menentukan titik impas harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume
dan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan. Berikut pendekatan grafis secara
jelas dapat dilihat pada Gambar 4

15

Pendapatan, Biaya
TR
TC
A
P

TVC
TFC
B

O

Keterangan :
TR
TC
TVC
TFC
Daerah A
Daerah B
P
Q

Volume Penjualan
Q
Gambar 4 Titik impas, laba dan volume penjualan
Sumber : Mulyadi (2001)
= Penerimaan total
= Biaya total
=