Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK POTONG (Dendrobium sp.)
KELOMPOK TANI MEKAR SARI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR

BOYD THORIQUL ABRAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
denganarahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Boyd Thoriqul Abrar
NIM H34100029

ABSTRAK
BOYD THORIQUL ABRAR. Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong
(Dendrobium sp) Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai ekspor tertinggi dan
peluang untuk dikembangkan, terutama anggrek jenisDendrobium sp. Salah satu
kelompok tani yang memproduksi anggrek potong jenis Dendrobium sp. adalah
Mekar Sari. Usaha ini ternyata mengandung risiko bisnis, yaitu risiko produksi.
Risiko tersebut muncul akibat adanya fluktuasi produksi dan kondisi cuaca yang tidak
menentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindikasi sumber risiko
produksi beserta peluangnya, dampaknya dan strategi alternatif untuk menangani.
Identifikasi tersebut menggunakan alat analisis deskriptif menghasilkan bahwa risiko
produksi pada anggrek potong Dendrobium sp adalah cuaca, hama, penyakit, dan

tenaga kerja. Hasil yang diperoleh menggunakan alat analisis Z-score dari yang
terbesar adalah cuaca, tenaga kerja, hama, dan penyakit. Dampak yang ditimbulkan
berdasarkan alat analisis VaR dari yang terbesar adalah cuaca, hama, penyakit, dan
tenaga kerja. Strategi Preventif dapat diterapkan pada sumber risiko cuaca, tenaga
kerja, dan hama, sedangkan strategi mitigasi dapat diterapkan pada sumber risiko
cuaca.

Kata Kunci : Dendrobium sp, risiko produksi , Z-score, Value at Risk

ABSTRACT
BOYD THORIQUL ABRAR. Risk Production Analysis of Cut Orchids
(Dendrobium sp) in Mekar Sari Farmer Group Gunung Sindur Bogor. Supervised
by RATNA WINANDI.
Orchid ispotential floriculture commodity to export, especially
forDendrobium sp. This kind of orchid is cultivated by Mekar Sari farmes group
in Gunung Sindur. The cultivation susceptible of the risk of business, that is
production risk. This Fluctuation production and wheater conditions make value
of risk. The purpose of this research are to indicated the source of production risk,
probability analysi, implication and alternative strategic for handling it.
Identification of production risk in Dendrobium sp. use descriptive analysis

resulted such as risk of weather, pests, disease, and labor. The Result of
probability analysis use Z-score method from highest to smallest are risk of
weather, labor, pests, and disease. Implication analysis use VaR method from
highest to smallest are risk of weather, pests, disease, and labor. Preventive
strategic conducted for risk of weather, pests, and labor, while Mitigation
Strategic conducted for risks of weather.
Key words :Dendrobium sp, production risk, Z-score, Value at Risk

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK POTONG (Dendrobium sp.)
KELOMPOK TANI MEKAR SARI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR

BOYD THORIQUL ABRAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium sp)
Kelompok Tani Mekar Sari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor
Nama
: Boyd Thoriqul Abrar
NIM
: H34100029

Disetujui oleh

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah risiko
produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Anggrek Potong (Dendrobium
sp) Kelompok Tani Mekarsari Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
Pertama penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
yaitu Lilik Subiyandi S Pdi dan Sri Pujiyati serta kedua kakak penulis yaitu Betty
Khusnul Solikha dan Happy Lukman Hakim. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi MSselaku dosen pembimbing. Ucapan
terimakasih kepada Bapak Muslih selaku ketua Poktan Mekar Sari dan segenap
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada seluruh Dosen dan staff Departemen Agribisnis atas
segala doa dan bantuannya, serta sahabat saya Carmin yang telah banyak

membantu, Dina Mailina, Fairus, Putri Ariefa, Andina, Andika Khairani, Dewi
Annisa, Dwi Setyawati, Rizkiyan Fajaresa, Febby Kurniawati, Ayumi, Sabila, Sri
Yulianti, Erlangga, Fauziyah Adzimatinur dan Aldesta Nurikaserta teman-teman
BEM FEM IPB yang telah memberi semangat dan motivasi. Ucapan terimakasih
juga penulis ucapkan kepada adik-adik yaitu Dody Sutrio Darmawan dan Fauziah
Nur Annisa yang telah memberi banyak inspirasi. Selain itu ucapan terimakasih
kepada yayasan Tanoto (Tanoto Foundation) yang telah memberikan beasiswa
sehingga penulis merasa terbantu selama menempuh perkuliahan serta semua
teman teman Agribisnis IPB.
Semoga skrispsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Boyd Thoriqul Abrar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian


6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN

7
10

METODE

16


Lokasi dan Waktu Penelitian

16

Sumber dan Jenis Data

17

Metode Pengumpulan Data

17

Metode Pengolahan Data

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

20


Gambaran Umum Kelompok Tani

20

Analisis Sumber Risiko Produksi

25

Analisis Dampak Risiko Produksi

30

Analisis Peta Risiko

31

Analisis Strategi Penanganan Risiko Produksi

32


SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 20062010
2 Volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias tahun 2012
3 Produktivitas tanaman anggrek di Indonesia tahun 2010-2012
4 Wilayah sentra dan produksi tanaman anggrek tahun 2012
5 Sentra produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat tahun 2012
6 Probabilitas risiko dari sumber risiko produksi
7 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko
8 Dampak risiko pada masing -masing sumber risiko produksi
9 Hasil perhitungan dampak risiko

1
2
3
3
4
28
29
30
30

DAFTAR GAMBAR
1 Presentase permintaan jenis anggrek yang ada di Indonesia tahun 2010
2
2 Data produksi bunga potong anggrek pada salah satu anggota Kelompok
Tani Mekar Sari pada periode Januari 2013- Januari 2014
5
3 Peta risiko
13
4 Kerangka Pemikiran Operasional
16
5 Kegiatan SL GAP dari penyuluh dan Upt Pertanian
21
6 Struktur organisasi Kelompok Tani Mekar Sari
22
7 Mesin penyemprotan fungisida dan insektisida
22
8 Pembenihan dalam kompot
23
9 Bunga anggrek yang mati karena kelebihan air
26
10 Bunga anggrek terkena serangan larva kumbang gajah
26
11 Serangan tungau merah pada bunga anggrek
27
12 Penyakit kutu busuk pada bunga anggrek
27
13 Kesalahan tenaga kerja pada saat pemanenan
28
14 Peta risiko produksi bunga anggrek Kelompok Tani Mekar Sari
32
15 Peta risiko setelah strategi preventif diterapkan
33
16 Peta risiko setelah strategi mitigasi diterapkan
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Perhitungan probabilitas sumber risiko
37
Perhitungan dampak risiko
38
Data kegagalan produksi bunga anggrek
39
Jumlah produksi bunga anggrek periode 12 Januari 2014 sampai
22 Februari 2013 (2 Kali panen pada satu masa tanam)
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris.Sektor petanian dalam perekonomian
Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar.Pertanian bukan hanya berbicara
tentang padi dan sawah. Pertanian mempunyai arti luas yang mana terdiri bukan
hanya pangan. Sektor pertanian terbagi menjadi enam sub sektor, yaitu subsektor
hortikultura, subsektor kehutanan, subsketor perikanan, subsektor perkebunan,
subsektor peternakan, dan subsektor tanaman pangan.
Salah satu subsektor pertanian yang menjadi unggulan adalah hortikultura
yang terdiri dari tanaman obat, sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman
hias.Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang berkontribusi
dengan baik dalam produk domestik bruto (PDB) seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006
sampai dengan tahun 2010

Komoditas
Buah-buahan
Sayuran
Biofarmaka
Tanaman Hias
Total

2006
35.448
24.694
3.762
4.734
68.639

Nilai PDB (Milyar Rupiah)
2007
2008
2009
42.362
47.060
48.437
25.587
28.205
30.506
4.106
3.853
3.897
4.741
5.085
5.494
76.795
84.203
88.334

2010
45.482
31.244
6.174
3.665
86.565

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2012 (data diolah)

Tabel 1 menjelaskan bahwa kontribusi hortikultura pada nilai PDB nasional
secara rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010. Pada tahun 2006 kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional adalah
sebesar Rp. 68.639 milyar dan mengalami peningkatan sebesar 11.88 persen
menjadi Rp. 76.795 milyar pada tahun 2007. Hal yang juga terjadi pada tahun
2008 mengalami peningkatan sebesar 9.65 persen menjadi Rp. 84.203
milyar.Pada tahun 2009 kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB nasional masih
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 4.91 persen menjadi
Rp. 88.334 milyar.Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 2 persen menjadi Rp. 86.565 milyar.Namun kontribusi
hortikultura terhadap nilai PDB nasional secara keseluruhan mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 6.11 persen dari tahun 2006 sampai dengan
2010.Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor pertanian hortikultura masih
dapat dikembangkan.
Tanaman hias merupakan salah satu komoditi dari subsektor hortikultura
yang mengandung nilai estetika yang menjadi tren tersendiri.Tanaman hias
mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan.Hal tersebut dapat dilihat

2
pada Tabel 2 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias
pada tahun 2012.
Tabel 2 Volume dan nilai ekspor-impor tanaman hias tahun 2012
No
1
2
3
4

Jenis
Tanaman
Anggrek
Krisan
Mawar
Tanaman
hias lainnya
Total

Volume (Ton)
Impor
Eskpor
4.30
57.61
8.00
50.92
0.29
43.27
12 893.43
6 341.24

Nilai (US$)
Impor
Eskpor
49 272
668 956
228800
1 031 511
9 328
528 027
9 710 077 16 584 580

12 906.02

9 997 477

6 493.04

18 813 074

Sumber : Ditjen Hortikultura Departemen Pertanian, 2012 (data diolah)

Tabel 2 menjelaskan bahwa tanaman anggrek menempati urutan pertama
dalam volume ekspor pada tahun 2012 sebesar 57.61 ton, dan menempati urutan
kedua pada nilai ekspor yaitu sebesar US$ 668 956. Hal tersebut membuktikan
bahwa tanaman anggrek masih mempunyai peluang untuk terus dikembangkan.
Tanaman anggrek telah dikenal lama oleh masyarakat luas.Terdapat 15 000
sampai 20000 spesies anggrek dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara,
diantaranya Dendrobium, OncidiumGolden Shower, Catleya dan Vanda serta
anggrek lainnya (Sutiyoso dan Sarwono, 2001). Sekitar 25 persen yaitu 5000 jenis
anggrek tersebar di Indonesia. Indonesia merupakan daerah yang bergununggunung dan terletak di daerah tropika, dengan curah hujan tinggi, cukup kaya
akan jenis-jenis anggrek.
Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pada tahun 2010,
jenis-jenis anggrek dengan permintaan tertinggi di pasar adalah Dendrobium(34
persen), OncidiumGolden Shower (26 persen), Catleya (20 persen) dan Vanda (17
persen) serta anggrek lainnya (3 persen).Gambar 1 menjelaskan posisi permintaan
anggrek jenis Dendrobium sp. dibandingkan dengan jenis lain.
Vanda
douglas, 17%

Lainnya, 3%

Catleya, 20%

Dendrobium, 34
%

Oncidium
Golden
shower, 26%

Gambar 1 Presentase permintaan jenis anggrek yang ada di Indonesia tahun
2010

3
Perkembangan luas panen dan produksi komoditas tanaman dan bunga
anggrek di beberapa provinsi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari
tahun 2010 hingga tahun 2012.Dalam periode tahun 2010 hingga tahun 2012
produktivitas anggrek di Jawa Barat mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
produktivitas anggrek di Jawa Barat sebesar 7.79 tangkai/m2 dan mengalami
peningkatan yang drastis pada tahun 2012 sebesar 21.81 tangkai/m2 seperti terlihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Produktivitas tanaman anggrek di Indonesia tahun 2010-2012
Provinsinsi
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
Papua
Indonesia

2010
(Tangkai/m2)
10.02
19.20
3.95
7.60
7.79
5.46
4.96
6.60
7.82
6.26
19.95
7.44
13.46
4.66
7.68

2011
(Tangkai/m2)
12.43
13.26
11.74
4.58
11.73
16.26
4.83
3.81
6.68
3.85
7.14
6.96
10.21
9.29
7.96

2012
(Tangkai/m2)
19.77
11.76
2.98
5.46
21.81
18.85
8.66
3.69
8.88
4.00
5.68
8.65
3.29
7.42
12.84

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Kabupaten Bogor merupakan salah kabupaten yang ada di Jawa Barat dan
telah menjadi salah satu sentra produksi anggrek serta produsen anggrek terbesar
di Indonesia.Seperti terlihat pada Tabel 4 bahwa pada tahun 2012 jumlah produksi
bunga anggrek di Kabupaten Bogor sebanyak 2 659 782 tangkai.
Tabel 4 Wilayah sentra dan produksi tanaman anggrek tahun 2012
Kabupaten/Kota
Bogor
Bandung
Kota Depok
Kota Bogor
Bandung

Produksi (tangkai)
2 659 782
801 770
337 097
151 200
66 999

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Tabel 5 menjelaskan bahwa sentra produksi bunga anggrek di Kabupaten
Bogor adalah di Kecamatan Gunung Sindur sebanyak 1 878 403 tangkai.Hal

4
tersebut membuktikan bahwa Kabupaten Bogor menduduki peringkat pertama
dalam produksi bunga anggrek lebih tepatnya di Kecamatan Gunung Sindur.
Tabel 5Sentra produksi tanaman hias unggulan di Jawa Barat tahun 2012
Tanaman Hias
Anggrek

Krisan

Sedap Malam

Mawar

Kabupaten/
Kota
Bogor
Karawang
Cirebon
Bandung
Cianjur

Produksi
(Tangkai)
1 878 403
553 422
160 950
16 378091
5 907 463

Sukabumi
Bandung
Cianjur
Tasikmalaya
Bandung
Cianjur

2 543 150
5 803 664
1 843 953
592 000
4 907 037
324 183

Kecamatan Utama
Gunung Sindur
Cikampek
Sawangan
Parompong, Lembang. Cisarua
Sukaresmi, Pacet, Cugenang,
Cipanas
Nangrak, Cibadak
Banjuran, Soreang
Warungkondang, Sukaluyu
Indihiang
Parompong, Lembang, Cisarua
Cipanas, Sukaresmi

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012 (diolah)

Kecamatan Gunung Sindur menjadi salah satu sentra produksi anggrek
terbesar yang ada di Kabupaten Bogor, salah satunya di Desa Cibinong.Desa ini
berada di daerah dataran rendah dengan iklim yang cukup panas, sehingga cocok
untuk budidaya anggrek jenis Dendrobium.Desa Cibinong mempunyai kelompok
tani bunga anggrek yang cukup besar dan menjadi salah satu produsen anggrek
yaitu Kelompok Tani Mekar Sari.Poktan Mekar Sari berdiri pada tahun
2004.Poktan ini memproduksi jenis anggrek hias dan anggrek potong. Bunga
anggrek yang diproduksi oleh Poktan Mekar Sari kemudian dipasarkan ke Pasar
Rawa Belong sebagai pasar utama untuk kemudian diolah, kepada para perangkai
bunga, maupun ke pedagang lainnya untuk dijual kembali. Harga yang dihadapi
oleh petani anggrek tidak mengalami fluktuasi. Karena harga anggrek cenderung
stabil setiap tahunnya.Permintaan pada petani anggrek Mekar Sari mengalami
surplus.Namun petani mengalami permasalahan pada produksi yang kurang
memenuhi permintaan.Oleh karena itu petani anggrek Mekar Sari mengalami
risiko produksi.Maka perlu adanya penelitian untuk menganalisis risiko produksi
yang ada di Poktan Mekar Sari.
Perumusan Masalah
Kelompok Tani Mekar Sari sudah berdiri sejak tahun 2004 dengan lahan
seluas 3.64 Ha . Kelompok ini beranggotakan lima belas petani bunga anggrek.
Bunga anggrek potong yang diproduksi oleh Poktan Mekar Sari dipasarkan ke
sejumlah daerah yang ada di Indonesia antara lain Jakarta, Tangerang, Surabaya,
Padang, Bali, dan Kalimantan. Namun terdapat fluktuasi produksi bunga anggrek
pada kelompok tani ini, sehingga mempengaruhi return atau pendapatan petani
setiap bulannya.Fluktuasi produksi menjadi indikasi adanya risiko produksi yang

5
akhirnya menyebabkan fluktuasi pendapatan petani. Indikasi tersebut juga dapat
dilihat dari fluktuasi produksi bunga anggrek Poktan Mekar Sari (Gambar 2).
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

43
37
33

38

39

34

32
29

30

26
19
16
10

Gambar 2 Data produksi bunga potong anggrek pada ketuaKelompok Tani
Mekar Sari pada periode Januari 2013 sampai dengan Januari 2014.
Produksi per ikat.
Grafik di atas menjelaskan produksi bunga anggrek potong Poktan Mekar
Sari mengalami fluktuasi pada periode Januari 2013 – Januari 2014.Produksi
tertinggi diperoleh pada bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 43 ikat.Sedangkan
produksi terendah pada bulan Januari 2014 yaitu sebanyak 10 ikat.
Produktivitas anggrek pada tahun 1989 adalah 2.39 tangkai per tanaman dan
tahun 2000 meningkat menjadi 3.43 tangkai per tanaman. Bila potensi genetik
anggrek dapat dicapai, maka peningkatan produksi secara perhitungan dapat
mencapai 2-3 kali lipat produksi yang dicapai saat ini.Proyeksi produksi tahun
2010, produktivitas anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai per
tanaman1.Tetapi terdapat perbedaan dengan yang terjadi pada produktivitas bunga
potong anggrek Poktan Mekar Sari yaitu hanya sekitar 4-8 tangkai per tanaman.
Panen bunga potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari dilakukan
setiap seminggu sekali.Namun terdapat pebedaan antara angka atau jumlah yang
diharapkan saat panen dengan jumlah aktual saat panen. Pada kondisi normal dan
bagus, poktan ini dapat menghasilkan bunga potong sebanyak kurang lebih 8 ikat
per panen per petani, dimana setiap ikatnya terdiri dari 50 batang. Dengan
demikian terdapat angka kegagalan dalam panen yang mengindikasikan adanya
risiko produksi.
Selain berdasarkan data di atas, pengaruh cuaca dan karakteristik anggrek
yang sangat berkaitan menjadi salah satu dasar penelitian kali ini.Anggrek sangat
rentan terhadap cuaca terutama hujan yang tidak menentu. Anggrek Dendrobium
tumbuh dilingkungan panas, sehingga dengan adanya air yang berlebihan, dalam
hal ini datangnya hujan, membuat anggrek tipe ini menjadi sulit tumbuh.Curah
hujan di Bogor diprediksi akan mencapai 100 milimeter per hari dalam kurun
1

[DEPTAN]. Departemen Pertanian. 2010. Produktivitas tanaman anggrek. (diunduh pada
15 Oktober 2013).Tersedia pada : http://www.litbang.deptan.go.id

6
waktu Desember 2013 sampai Januari 20142 . Tingginya curah hujan di Bogor
sebagai akibat dari tekanan udara yang rendah di daerah Sumatera serta hujan
tropis di barat daya Jawa dan Australia dan akan terjadi sampai akhir Februari
2014. Curah hujan di Bogor sampai sebelum 13 Januari 2014 sudah mencapai 380
milimeter. Padahal diprediksi curah hujan di Bogor dalam satu bulan mencapai
400-600 milimeter3. Keadaan seperti ini sangat menganggu pertumbuhan bunga
anggrek. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis risiko produksi pada bunga
potong anggrek Kelompok Tani Mekar Sari.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan malasah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Apa saja sumber risiko yang dihadapai berkaitan dengan produksi bunga
potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari?
2) Berapa besar risiko yang terjadi pada produksi bunga potong anggrek di
Kelompok Tani Mekar Sari?
3) Bagaimana strategi untuk mengelola risiko produksi yang terjadi di
Kelompok Tani Mekar Sari?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1) Mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi berkaitan dengan produksi
bunga potong anggrek pada Kelompok Tani Mekar Sari.
2) Menganalisis besarnya risiko yang terjadi pada produksi bunga potong
anggrek di Kelompok Tani Mekar Sari.
3) Menganalisis strategi untuk mengelola risiko produksi yang terjadi di
Kelompok Tani Mekar Sari.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi peneliti, penelitian ini sebagai penerapan atau aplikasi dari ilmu yang
telah didapatkan selama kuliah dan melatih kemampuan peneliti dalam
analisis bisnis terutama dalam bidang risiko produksi serta sebagai bentuk
kepedulian peneliti terhadap ekonomi pertanian.
2) Bagi kelompok tani, penelitian ini sebagai masukan atau saran serta bahan
pertimbangan bagi pengambil keputusan yang ada di kelompok tani dalam
menghadapi risiko produksi.
3) Bagi pembaca, penelitian dapat bermanfaat sebagai penambah informasi dan
referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2

Khafifah, Nur. 2013. Curah hujan di Bogor meningkat, BMKG minta warga Jakarta
waspada banjir. [internet].(diunduh pada 16 November 2013). Tersedia pada :
http://news.detik.com
3
Permanan, M Sidik. 2013. Curah hujan di atas normal masih guyur Bogor. [internet].
(diunduh pada 17 Januari 2014) Tersedia pada : http://www.tempo.co

7

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah sumber risiko produksi bunga potong
anggrek, besarnya risiko produksi, dan strategi pengelolaan risiko produksi bunga
potong anggrek Kelompok Tani Mekar Sari, Desa Cibinong, Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor. Data produksi yang digunakan adalah data yang
diperoleh secara langsung pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014 pada
anggrek yang mempunyai umur yang sama yaitu 6 tahun pada luas 20 m2dimana
tanaman akan berbunga setiap tiga minggu, serta data sekunder sebagai acuan
pada bulan Januari 2013 sampai Januari 2014. Data yang diambil adalah saat masa
panen pada bunga anggrek potong. Jadi risiko produksi yang dicari adalah
berdasarkan hasil semasa panen.

TINJAUAN PUSTAKA
Karkteristik Bunga Anggrek
Anggrek adalah nama umum untuk semua tumbuhan famili Orchiadaceae
(keluarga anggrek-anggrekan). Terdapat 15 000 sampai 20000 spesies anggrek
dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara, diantaranya Dendrobium,
OncidiumGolden Shower, Catleya dan Vanda serta anggrek lainnya. Seperti sudah
dijelaskan pada pendahuluan, anggrek Dendrobiummerupakan anggrek dengan
permintaan tertinggi diantara yang lainnya.
Anggrek bukanlah tumbuhan parasit, karena bunga anggrek tidak merugikan
inangnya.Dendrobiummerupakan jenis aggrek epifit.Akar yahng dimiliki oleh
anggrek ini adalah jenis akar yang lunak, mudah patah, ujungnya meruncing,
lengket, dan licin saat dipegang. Batangnya mempunyai pertumbuhan yang
terbatas dan tidak memilik batang utama yang mana dapat mengeluarkan tangkai
baru dari sisi-sisi batangnya. Daun dari anggrek jenis ini berbentuk lebar yang
membuat anggrek ini cepat berbunga. Peluang usaha agribisnis anggrek
Dendrobium masih lebar. Anggrek jenis ini mudah dirawat, modal awal tidak
terlalu besar, harga jual anggrek ini cukup terjangkau sehingga banyak yang ingin
membelinya. Anggrek Dendrobium selain sebagai tanaman hias juga dapat
sebagai bunga potong. Selain itu harga jual bunga nggrek relatif stabil sehingga
pebisnis tidak akan mengalami fluktuasi harga yang tajam4.
Kebutuhan cahaya anggrek jenis ini tergolong tinggi. Pada umumnya
kebutuhan cahaya Dendrobium sekitar 35-65 persen. Selain cahaya, kelembapan
udara bagi anggrek sangat perlu diperhatikan. Pada umumnya semua anggrek
membutuhkan kelembapan udara yang cukup tinggi, yaitu sekitar 50 – 80 persen
pada siang hari dan 50-60 persen pada musim berbunga. Tanaman anggrek akan
tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya tercukupi. Banyaknya penyiraman dan
frekuensi penyiraman anggrek tergantung pada cuaca, jenis, ukuran tanaman, serta
keadaan lingkungan. Untuk Dendrobiumsendiri membutuhkan air yang lebih
4

Ahira, Anne. 2013. Meraup rupiah lewat tanaman hias anggrek Dendrobium. [internet].
(diunduh pada 29 Januari 2014). Tersedia pada : http://www.anneahira.com.

8
sedikit dibandingkan dengan yang lain, karena anggrek jenis ini tumbuh di bawah
cahaya matahari langsung (Sutiyoso dan Sarwono, 2001)

Kelompok Tani
Kelompok tani adalah salah satu bentuk kelembagaan yang ada dalam
agribisnis. Definisi mengenai kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 273/Kpts/Ot.160/4/2007 adalah kumpulan petani atau peternak atau
pekebun yang terbentuk karena adanya rasa kesamaan dalam hal kepentingan,
kondisi lingkungan baik sosial, ekonomi maupun sumber daya, keakraban untuk
meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. Bisa dikatakan bahwa
kelompok tani ini dibentuk dari, oleh dan untuk petani.Fungsi atau peran
kelompok tani antara adalah sebagai kelas belajar, kerjasama dan unit produksi5.
Kelompok tani dewasa ini mulai digencarkan oleh pemerintah karena dirasa
mulai menunjukkan kebermanfaatan dalam peningkatan pendapatan petani
maupun modal yang didapatkan.Menurut Putri dan Hidayat (2006), penelitian
yang dilakukan pada Kelompok Tani Wanita Sri Sejati 2, menunjukkan bahwa
kelompok ini mempunyai struktur modal sosial yang cukup tinggi.Hal tersebut
didukung dengan adanya partisipasi anggota yang tinggi.
Pengaruh adanya kelompok tani terhadap produksi juga disampaikan oleh
Septian (2010) mengenai peran kelembagaan kelompok tani terhadap produksi
dan pendapatan petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri
Kabupaten Ciamis. Menurut Septian (2010), petani ganyong yang ada di desa ini
masih terbagi menjadi petani anggota dan petani non anggota. Terdapat perbedaan
antara petani anggota dan petani non anggota dalam hal produksi. Petani yang
menjadi anggota kelompok tani mampu menghasilkan sebanyak 23,567.73 Kg
ganyong, sedangkan petani non anggota sebanyak 23,419.67 Kg. Pendapatan yang
didapatkan oleh petani anggota lebih tinggi dibandingkan dengan non anggota.
Pengaruh adanya keanggotaan petani dalam kelompok tani mampu meningkatkan
pendapatan yang dapat dilihat dari R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1.98 dan R/C
rasio atas biaya total sebesar 1.41.Sedangkan untuk petani non anggota
memperoleh R/C atas rasio biaya tunai sebesar 1.89 dan R/C rasio atas biaya total
sebesar 1.14.

Penelitian Risiko Produksi
Sebagai rujukan untuk penelitian kali ini maka diperlukan adanya tinjauan
pustaka atau tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian
tentang risiko produksi. Penelitian yang akan dijadikan rujukan adalah penelitian
yang dilakukan oleh Wisdya (2009) yang menganalisis risiko produksi bunga
Anggrek Phalaenopsis pada PT, Ekakarya Graha Flora di Cikampek Kabupaten
Karawang, Dewiana (2011) mengenai analisis risiko produksi tanaman hias
bromelia pada Ciapus Bromel di Tamansari Kabupaten Bogor, dan Nasti (2013)
5

Kementerian
Pertanian.
2007.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
273/Kpts/Ot.160/4/2007. [internet]. (diunduh pada 10 Januari 2014). Tersedia pada :
http//perundangan..pertanian.go.id

9
menganalisis tentang risiko produksi bunga krisan potong pada perusahaan
Natalia Nursery di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor, serta Putri (2013) tentang
analisis risiko produksi jamur tiram putih di Kampung Kukupu, Kelurahan
Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Wisdya (2009) menyatakan bahwa risiko produki pada anggrek
Phalaenopsis pada PT. Ekakarya Graha Flora dengan teknik seedling dan
mericlone disebabkan oleh beberapa sumber yaitu cuaca yang lebih disebabkan
oleh curah hujan, serangan hama dan penyakit, dan kontaminasi serta kerusakan
mekanis. Pada penelitian ini, Wisdya (2009) menggunakan alat analisis seperti
variance, standar deviation, dan Coefficient Variation serta Expected
Return.Selain itu Wisdya (2009) juga menggunakan alat analisis portofolio atau
diversifikasi untuk mendapatkan kombinasi antara kedua teknik penanaman untuk
meminimalkan risiko. Metode analisis tersebut tersebut juga sama dengan yang
dilakukan oleh Nasti (2013) mengenai risiko produksi bunga krisan potong pada
perusahaan Natalia Nursery di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor. Namun
perbedaan dari kedua penelitian diatas adalah Nasti (2013) menyatakan sumber
dari risiko produksi bunga krisan potong adalah cuaca dan iklim, hama, penyakit,
serta tenaga kerja. Dalam mengelola risiko pun kedua penelitian ini berbeda.
Wisdya (2009) hanya menggunakan metode analisis deskriptif untuk pengelolaan
risiko produksi pada anggrek Phalaenopsis sedangkan Nasti (2013) menggunakan
metode Expert Opinion melalui pendekatan Dhelpy serta peta risiko dalam
penentuan posisi risiko.
Dewiana (2011) menganalisis mengenai risiko produksi tanaman hias
bromelia pada Ciapus Bromel. Berdasarkan penelitian tersebut sumber dari risiko
produksi tanaman hias bromelia adalah hama, penyakit, kesalahan mekanis, dan
intensitas cahaya. Penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama dengan
Wisdya (2009) dan Nasti (2013) dalam mengukur probabilitas dan dampak risiko
yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko. Dalam penentuan posisi risiko,
Dewiana (2011) menggunakan metode peta risiko, sama dengan yang dilakukan
oleh Nasti (2013).
Putri (2013) dalam jamur tiram putih di Kampung Kukupu, menyatakan
bahwa risiko produksi ditimbulkan oleh kegagalan sterilisasi baglog (pengukusan),
penyakit, dan perubahan suhu. Dalam pengukurannya Putri (2013) menggunakan
alat analisis z-score dan VaR. Berbeda dengan ketiga penelitian sebelumnya yang
tidak menggunakan z-score dan VaR. Dalam penentuan posisi risiko, Putri (2013)
menggunakan metode peta risiko.
Dalam pengelolaan risiko Dewiana (2011), Nasti (2013), dan Putri (2013)
menggunakan strategi preventif dan mitigasi serta pengalihan risiko.Sedangkan
yang dilakukan oleh Wisdya (2009) hanya dengan metode analisis deskriptif
dalam mengelola risiko.
Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian ini.Perbedaan dan persamaan terlihat pada komoditi dan tempat
penelitian serta alat analisis yang digunakan. Pada penelitian kali ini akan
dilakukan pada komoditi anggrek Dendrobium yang terdapat pada Kelompok Tani
Mekar Sari di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor serta
alat analisis yang digunakan adalah z-score, VaR dan Peta Risiko.
Hal yang baru dan belum terdapat pada penelitian sebelumnya yaitu adanya
teknik pengamatan dan penghitungan secara langsung ke kebun milik petani untuk

10
dilihat satu per satu berapa bunga yang mati dan apa penyebabnya. Sedangkan
teknik pengambilan data yang terdapat pada penelitian yang telah diulas adalah
hasil wawancara kepada pemilik usaha baik petani maupun pengusaha.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Risiko merupakan suatu peluang terjadinya situasi yang dapat dikendalikan
atau diramalkan oleh pembuat keputusan.Dengan adanya risiko mengharuskan
manajer mengambil tindakan yang cermat atas kemungkinan-kemungkinan dan
peluang-peluang atas terjadinya kemungkinan tersebut.Karena risiko dapat
membuat perusahaan menjadi rugi jika manajer tidak memahami manajemen
risiko dengan baik.Risiko juga erat kaitannya dengan ketidakpastian
(uncertainty).Keduanya mempunyai kemiripan, yaitu sama-sama dapat
menimbulkan
kerugian,
dan
keduanya
juga
mempunyai
perbedaan.Ketidakpastiaan lebih cenderung kepada suatu keadaan yang tidak
dapat dikontrol oleh manajer (uncontolled) yang biasanya datang dari luar
perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Kountur (2008) bahwaketidakpastian itu
sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa
yang akan terjadi. Ketidakpastian dapat menimbulkan kerugian atau
keuntungan.Selain itu Kountur (2008) juga berpendapat mengenai risiko bahwa
secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan.
Ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko, yaitu merupakan suatu
kejadian; kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa saja terjadi bisa
saja tidak terjadi; dan jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian. Jika salah
satu dari kriteria tidak terpenuhi, maka pernyataan itu bukan merupakan risiko.
Fahmi (2010), risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti tentang sesuatu
yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai
pertimbangan pada saat ini. Hal tersebut juga mengandung suatu yang mungkin
terjadi di masa mendatang. Siahaan (2007) menyebutkan bahwa risiko erat
kaitannya dengan kemungkinan terjadinya sutau kerugian. Artinya bahwa
penggunaan kata kemungkinan tersebut sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian.Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko.
Terdapat berbagai jenis risiko yang dihadapi manajer dalam mengelola
perusahaannya. Harwood, et al. (1999) menyebutkan bahwa terdapat lima jenis
risiko yang dapat dihadapi oleh pelaku usaha, antara lain :
1. Risiko Produksi (Yield Risk)
Risiko produksi terjadi karena sektor pertanian dipengaruhi oleh banyak hal
yang tidak terkendali seperti cuaca, curah hujan yang tidak mencukupi atau justru
kelebihan, perubahan suhu yang ekstrim, hujan es, hama dan penyakit. Teknologi
memainkan peranan penting dalam risiko pertanian, misalnya dalam pemunculan
varietas baru atau teknik produksi dalam meningkatkan efisiensi.
2. Risiko Pasar atau Harga (Market Risk)

11
Risiko pasar atau harga mencerminkan suatu risiko yang berkaitan dengan
perubahan harga output atau input pada waktu proses produksi. Dalam bidang
pertanian, produksi merupakan suatu proses yang panjang. Selain itu, risiko pasar
juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah permintaan terhadap output perusahaan,
mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan
strategi pemasaran, dan kelemahan daya tahan tawar perusahaan dibandingkan
pembeli.
3. Risiko Kelembagaan (Institusional Risk)
Risiko kelembagaan muncul sebagai akibat dari perubahan kebijakan atau
peraturan yang mempengaruhi pertanian.Sebagai contoh, perubahan dalam
peraturan pemerintah tentang penggunaan pestisida untuk tanaman atau obatobatan untuk ternak, keputusan negara asing dalam membatasi impor dari
tanaman tertentu.Risiko kelembagaan lainnya mungkin timbul dari perubahan
kebijakan yang mempengaruhi pembuangan kotoran hewan, pembatasa dalam
praktek konservasi atau penggunaan lahan, atau perubahan kebijakan pajak
penghasilan atau kebijakan kredit.
4. Risiko Sumber Daya Manusia (Personal Risk)
Risiko sumber daya manusia dapat muncul sebagai akibat dari kematian
tenaga kerja, perceraian, cedera, kesahatan yang buruk. Selain itu, perubahan
tujuan individu yang terlibat dalam perusahaan akan memiliki efek yang
signifikan dalam kinerja operasi perusahaan dalam jangka panjang. Risiko aset
misalnya pencurian, kebakaran, kerusakan, juga dapat terjadi.
5. Risiko Keuangan (Financial Risk)
Risiko keuangan berbeda dengan risiko usaha yang sudah dijelaskan
sebelumnya.Risiko ini erat kaitannya dendan fluktuasi suku bunga pinjaman
modal, kenaikan upah minimum regional (UMR), hutang piutang yang macet, dan
aliran uang yang rendah.
Risiko juga dapat dibagi menurut sudut pandang yang berbeda. Kountur
(2008) membaginya menjadi empat, yaitu :
1. Sudut Pandang Akibat
Risiko menurut sudut pandang ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko spekulatif
dan risiko murni.Risiko spekulatif adalah risiko yang dapat menimbulkan
kerugian bahkan dapat menimbulkan keuntungan.Risiko murni adalah risiko yang
akibatnya tidak mungkin mendapatkan keuntungan, hanyalah kerugian. Seperti
yang dinyatakan oleh Siahaan (2007) risiko murni terjadi apabila ada
ketidakpastian dan pasti menimbulkan kerugian sedangkan risiko spekulatif
merupakan ketidakpastian yang terjadi antara keuntungan dan kerugian yang
didapatkan.
2. Sudut Pandang Penyebab
Risiko menurut sudut pandang ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko keuangan
dan risiko operasional.Risiko keuangan merupakan jenis risiko yang disebabkan
oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan
perubahan tingkat suku bunga.Risiko Operasional merupakan jenis risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor opersional seperti faktor manusia, teknologim dan
alam.
3. Sudut Pandang Aktivitas
Risiko menurut sudut pandang ini dilihat dari jumlah aktivitas yang
ada.Misalnya adalah risiko kredit, dimana adanya aktivitas pemberian kredit oleh

12
bank.Selain itu, orang menghadapi risiko dalam melakukan aktivitas perjalanan
disebut dengan risiko perjalanan.
4. Sudut Pandang Kejadian yang Terjadi
Pada sudut pandang ini, menyatakan bahwa risiko dapat dikelola dengan baik
jika dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Dengan begitu maka dapat diketahui
cara-cara apa yang akan dilakukan untuk mengelola risiko tersebut.
Strategi Pengelolaan Risiko
Membuat keputusan dalam sebuah manajemen adalah suatu hal yang
penting, karena akan menentukan apa yang akan terjadi setelahnya. Manajemen
risiko erat kaitannya dengan decision making atau membuat keputusan. Petani
terkadang terlalu mudah untuk membuat keputusan untuk melindungi aset dan
dirinya tanpa mengetahui apa yang akan terjadi di keesokan harinya. Manajemen
risiko muncul untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hasil yang buruk akibat
keputusan yang telah diambil. Petani juga harus mengetahui bagiamana cara
membuat keputusan yang baik dalam sebuah kegiatan manajemen. Kahan (2008)
mencoba menjelaskan bagaimana cara membuat keputusan yang baik bagi petani.
Langkah yang harus dilakukan oleh petani dalam membuat keputusan yang baik
adalah merancang maksud dan tujuan, kemudia mencari peluang untuk
mempertemukan maksud dan tujuan, mengevaluasi peluang dan alternatif,
memilih peluang dan alternatif, merencanakan dan mengimplementasikan
peluang dan alternatif yang telah dipilih, dan yang terakhir adalah mengevaluasi
dan refleksi peluang dan alternatif yang telah dipilih.
Kesuksesan sebuah perusahaan dapat ditentukan pada aspek kemampuan
manjemen dalam menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk meraih
tujuan perusahaan.Salah satunya dalam menggunakan sumberdaya untuk
mengelola risiko.Dengan pengelolaan risiko yang baik, maka dapat
meminimalkan kerugian akibat risiko tersebut. Kahan (2008) menyatakan bahwa
para petani yang ingin mencoba mengelola risiko, harus mengikuti langkahlangkah berikut; mereka harus mengidentifikasi kemungkinan sumber risiko,
menyadari akan kemungkinan hasil, memutuskan alternatif strategi yang tersedia,
menilai konsekuensi dari setiap hasil yang mungkin, mengevaluasitrade offantara
biaya risikodankeuntunganyang dapat dibuat.
Fahmi (2010) menjelaskan lebih dalam mengenai langkah-langkah dalam
melaksanakan manajemen risiko, yaitu dimulai dari identifikasi risiko,
mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko seperti ciri-ciri dan faktor atau sumber
risiko, menempatkan ukuran-ukuran risiko dengan cara mengolah data-data yang
didapat secara kuantitatif, menempatkan alternatif-alternatif dengan mengolah
lebih lanjut data secara kualitatif maupun kuantitatif serta pengaruh yang akan
timbul jika keputusan diambil, menganalisis setiap alternatif dimana akan
diketahui efek yang akan ditimbulkan, memtuskan satu alternatif, melaksanakan
alternatif yang dipilih yang ditandai dengan perusahaan yang mengeluarkan Surat
Keputusan beserta rincian biaya yang telah disetujui, mengontrol alternatif yang
dipilih tersebut oleh pihak manajemen secara maksimal, dan mengevaluasi
jalannya alternatif yang dipilih dengan melaporkan hasil dari alternatif yang telah
dilaksanakan dari pihak manajemen ke pihak perusahaan.
Secara sederhana, Kountur (2008) menjelaskan tentang proses pengelolaan
risiko dalam sebuah perusahaan yang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi

13
risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya mengukur risikorisiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan
terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut.Langkah
berikutnya adalah dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya
dilakukan mengevaluasi untuk sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan.
Sebelum adanya keputusan untuk menggunakan strategi dalam menangani
risiko, alangkah lebih baiknya petani memetakan terlebih dahulu sumber-sumber
risiko ke dalam peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada
suatu pea dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan
sumbu horizontal menggambarkan dampak.(Kountur, 2008). Fungsi dari peta
risiko adalah mengetahui dimana letak sumber risiko, dengan begitu dapat
diketahui sumber risiko mana yang mempunyai probabilitas dan dampak yang
besar. Semakin ke arah kiri atas maka dampak dan probabilitas semakin besar,
begitu juga sebaliknya.

Probabilitas (%)

Besar
Kecil

Kuadran
I
Kuadran
III
Kecil

Kuadran
II
Kuadran
IV
Besar

Dampak (Rp)

Gambar 3 Peta Risiko
Menurut Kountur (2008), probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan
kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak besar
dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecilnya
terjadinya risiko ditentukan oleh manajemen, namun pada umumnya risiko-risiko
yang probabilitas terjadinya 20 persen atau lebih besar dianggap sebagai
kemungkinan besar, sedangkan di bawah 20 persen dianggap sebagai
kemungkinan kecil.
Strategi penangan risiko produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu preventif
dan mitigasi.Strategi preventif digunakan untuk menangani risiko yang tergolong
dalam probabilitas besar.Jika dilihat pada Gambar 3, strategi preventif hanya
menangani risiko yang disebabkan oleh sumber yang berada di kuadaran I dan
kuadran II. Dengan strategi preventif, maka risiko yang berada di kuadran I akan
diperkecil dan bergeser ke kuadran III, begitu pula yang terjadi pada kuadran II
akan diperkecil probabilitasnya dan bergeser ke kuadran IV. Strategi mitigasi
digunakan untuk menangani risiko yang tergolong dalam dampak besar, yaitu
berada pada kuadran II dan kuadran IV. Dengan strategi mitigasi, maka risiko
yang berada di kuadran II akan diperkecil dampaknya dan bergeser ke kuadran I,
risiko yang berada di kuadran IV akan diperkecil dampaknya dan bergeser ke
kuadran III.

14
Menurut Kountur (2008), strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Pemilihan strategi
tersebut dapat dilihat berdasarkan peta risiko yang telah dihitung sebelumnya.
1. Preventif
Strategi preventif dilakukan untuk menghindari risiko apabila probabilitas
risiko besar.Strategi ini secara tidak langsung membuat risiko itu tidak ada.
Preventif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya : (a) Membuat
(memperbaiki) sistem dan prosedur; (b) Mengembangkan sumberdaya manusia;
(c) Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.
2. Mitigasi
Strategi mitigasi bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang
ditimbulkan dari risiko yang ada.Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani
risiko yang memiliki dampak yang besar. Berikut cara yang termasuk dalam
strategi mitigasi adalah :
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta [ada beberapa
tempat, sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan
semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan
risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
b. Penggabungan
Penggabungan juga disebut dengan merger adalah cara dalam mengelola
risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan
lain.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko atau risk transfer merupakan salah satu cara dalam
pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Tujuan dari
pengalihan ini adalah jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung
kerugian. Terdapat beberapa cara untuk pengalihan risiko antara lain : asuransi,
hedging, leasing, dan outsourcing.
Pengalihan risiko dengan cara asuransi mempunyai tujuan agar asset
perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian
jika suatu waktu terjadi hal yang tidak diinginkan, sehingga kerugian tersebut
akan ditanggu oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah
disepakati. Menurut Kasidi (2010), asuransi mempunyai tujuan sebagai
pemerataan beban kerugian yang dibayar dengan dana yang disumbangkan oleh
anggota kelompok. Walaupun demikian asuransi bukanlah sebagai alat untuk
pemerataan kerugian, namun sebagai alat pencegahan kerugian.
Sedangkan hedging masih menurut Kountur (2008) adalah cara pengalihan
risiko dengan mengurangi dampak risiko mellaui transaksi penjualan atau
pembelian yang dapat dilakukan dengan forward contract, future contract dan
option and swap. Leasing adalah salah satu cara pengalihan risiko dimana
perusahaan menggunakan asset namun asset tersebut dimiliki oleh pihak lain,
sehingga jika terjadi sesuatu pihak lain tersebutlah yang menanggung
kerugiannya. Outsourcing adalah cara pengalihan risiko dimana suatu pekerjaan
dikerjakan oleh pihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak yang mengerjakan
tersebut yang menanggung.

15
Kerangka Pemikiran Operasional
Kelompok Tani Mekar Sari merupakan sebuah kelompok tani yang bergerak
dibidang hortikultura khususnya budi daya bunga anggrek potong.Kelompok ini
mempunyai lahan seluas 3.64 Ha.Dalam menjalankan usahanya, kelompok ini
menghadapi risiko, terutama risiko produksi.Salah satu kendala yang dihadapi
oleh poktan ini adalah kelebihan permintaan.Hal tersebut menjadi indikasi bahwa
terdapat permasalahan pada bagian produksi.Setelah diamati, ternyata salah satu
penyebab dari masalah produksi adalah adanya fluktuasi produksi bunga anggrek
setiap bulannya.Dimana terdapat empat kali panen per bulan.Dengan adanya
fluktuasi tersebut membuat pendapatan dari poktan ini juga mengalami
fluktuasi.Hal itu menjadi indikasi adanya risiko produksi.Selain itu, risiko
produksi dapat dilihat dari adanya perbedaan angka harapan saat panen dengan
angka aktual saat panen.Perbedaan tersebut merupakan kesenjangan atau gap
yang menjadi dasar dalam analisis risiko produksi pada penelitian kali ini. Sisi
lain yang dilihat adalah faktor cuaca yang tidak menentu pada bulan Desember
2013 sampai Februari 2014 dimana curah hujan di Bogor tinggi. Hal tersebut
dapat membuat bunga anggrek akan mati atau tidak mau tumbuh karena terlalu
banyak air yang diserap. Selain itu anggrek jenis Dendrobium sangat
membutuhkan banyak panas hingga 65 persen, terutama pada saat masa dewasa
sampai pembungaan secara rutin.
Langkah yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah menganalisis risiko
produksi bedasarkan fluktuasi produksi pada 15 petani. Selain menggunakan data
produksi pada bulan Januari 2013 – Januari 2014, juga akan menggunakan data
dari bulan Januari – Februari 2014 dimana peneliti mengadakan pengamatan dan
penghitungan langsung selama proses pembudidayaan bunga anggrek potong
sampai panen dimana masa tanam bunga anggrek yang diamati adalah sama, yang
dilakukan pada 15 petani untuk menemukan sumber risiko produksi selama dua
kali periode. Hal yang diamati adalah jumlah produksi per panen, kemudian angka
kegagalan yang dihitung langsung selama penelitian, sumber kegagalan yang
dapat disebut sebagai sumber risiko produksi yang membuat bunga tidak ikut
terjual atau dengan kata lain terbuang, dan berapa proporsi dari sumber risiko
produksi terhadap angka kegagalan. Setelah diketahui sumber-sumber risiko
produksi, kemudian dihitung probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko
dengan menggunakan alat analisis Z-score, serta dampak dari risiko produksi
menggunakan alat analisis Value at Riskdengan angka keprcayaan 95 persen.
Kemudian dilakukan pemetaan risiko untuk mengetahui strategi apa yang tepat
dalam mengelola risiko produksi pada Kelompok Tani Mekar Sari yang dapat
diterapkan oleh anggotanya. Penelitian ini akan membantu meminimalkan
dampak dari risiko produksi yang ada. Alur kerangka pemikiran operasional pada
penelitian kali ini, dapat dilihat pada Gambar 4.

16

Kelompok Tani Mekar Sari,
Desa Cibinong, Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor

Fluktuasi Produksi Bunga Potong Anggrek dan
Hujan yang tinggi
Indikasi Adanya Risiko Produksi
Pengamatan
dan
PenghitunganL
angsung pada
saat Panen

Mengidentifikasi Sumber – Sumber Risiko
Produksi

Idenifikasi Dampak dari
Sumber-sumber Risiko
Produksi

Alat Analisis
Value at Risk

Idenifikasi Probabilitas
dari Sumber-sumber
Risiko Produksi

Peta Risiko

Alat Analisis
Z-score

Strategi Pengelolaan Risiko yang Dapat
Diterapkan di Kelompok Tani Mekar Sari
Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada budidaya bunga anggrek potong milik
Kelompok Tani Mekar Sari yang diketuai oleh Bapak Muslih di Desa Cibinong,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.Pemilihan tempat penelitian kali ini
dilakukan secara purposive atau secara sengaja.Kelompok Tani Mekar Sari
merupakan salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang budidaya bunga
anggrek potong.Namun dalam berjalannya usaha, poktan ini mengalami fluktuasi

17
produksi yang menjadi indikasi adanya risiko produksi.Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari – Februari 2014.
Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif.Data kualitatif merupakan data bukan angka yang
bersangkutan dengan gambaran umum poktan, kondisi poktan, serta
perkembangan poktan.Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka,
misanya jumlah produksi, jumlah kegagalan panen, harga produk, angka
penjualan, luas lahan, dan biaya produksi.
Kedua jenis data diatas diperoleh dari data primer dan data sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang dikaji. Cara
memperoleh data primer bisa dengan cara pengamatan, penghitungan langsung,
wawancara dan kuisioner yang dilakukan pada 15 petani anggota Kelompok Tani
Mekar Sari. Data primer dengan wawancara misalnya yang berkaitan dengan
kondisi kelompok tani, proses produksi, dan kendala yan