Analisis Risiko Produksi Anggrek Vanda Douglas Di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Jawa Barat

i

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas
DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

SOFYAN IKHSAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

i

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko

Produksi Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung
Sindur Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya sendiri dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016
Sofyan Ikhsan
H34134040

* Perlimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ii

iii


ABSTRAK
SOFYAN IKHSAN. Analisis Risiko Produksi Anggrek Vanda douglas di Desa
Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing
oleh ANNA FARIYANTI.
Desa Rawakalong yang terletak di Kecamatan Gunung Sindur menjadi
sentra produksi tanaman anggrek Vanda douglas. Adanya fluktuasi produksi
mengindikasikan adanya risiko produksi dalam budidaya tanaman anggrek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber risiko yang menjadi
penyebab kegagalan produksi, menganalisis probabilitas dan dampak risiko
produksi, serta menganalisis alternatif strategi untuk menangani risiko. Metode
analisis deskriptif menghasilkan bahwa sumber risiko pada anggrek Vanda
douglas adalah cuaca, penyakit, dan hama. Hasil yang diperoleh dengan
menggunakan analisis Z-Score menghasilkan probabilitas pada setiap sumber
risiko. Urutan dampak terbesar yang dihasilkan dari perhitungan VaR adalah
cuaca, penyakit, hama. Alternatif strategi yang disusun berdasarkan pemetaan
risiko yaitu strategi preventif dapat diterapkan pada sumber risiko cuaca dan hama
untuk mengurangi probabilitas. Sedangkan strategi mitigasi dapat diterapkan pada
sumber risiko penyakit dan cuaca untuk mengurangi dampak kerugian.
Kata kunci : anggrek Vanda douglas, probabilitas, risiko, strategi mitigasi, strategi
preventif

SOFYAN IKHSAN Risk Analysis of Vanda Douglas Production in Rawakalong
Village Gunung Sindur Subdistrict Bogor Regency West Java. Supervised by
ANNA FARIYANTI.
Rawakalong village located in Gunung Sindur sub district became a
Vanda douglas orchid production center. Fluctuations in production indicates the
risk of production in the cultivation of orchid plants. This research aims to
identify sources of risk that causes production failures, analyze probability and
impact of risk production, and analyze alternative strategies to handle the risk.
Descriptive analysis method shows that the source of risk in Vanda douglas
orchid are weather, disease, and pest. The result obtained by using Z-score
analysis determine the probability for each source of risk. Order of the highest
impact result from the calculation are weather, disease, and pest. Alternative
strategy which is based on risk mapping is preventif strategy that can be applied
to the source of weaather risk and pest to diminish the probability. While
mitigation strategy can be aplied to the source of disease risk and weather to
diminish loss impact.
Keyword : mitigation strategy, preventif strategy, probability, risk, Vanda douglas
orchid

iv


v

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas
DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

SOFYAN IKHSAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


i

ii

i

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi
Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juni
sampai Agustus 2015 dan merupakan bagian dari proses belajar dalam memenuhi
potensi dan permasalahan yang dihadapi dunia agribisnis.
Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti,
MSi selaku dosen pembimbing, kepada Dr. Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen
evaluator kolokium, saudara Dessy Rifah Anshory sebagai pembahas seminar
serta Dr. Ir. Netti Tinaprilla sebagai dosen penguji utama dan Ir. Popong
Nurhayati, MM sebagai dosen penguji komdik. Serta terimakasih kepada Bapak
Samen selaku pemilik kebun anggrek yang menjadi tempat observasi. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala
keterbatasan yang ada melalui skripsi ini kiranya dapat memberikan masukan
yang bermanfaat berupa informasi bagi pembaca. Segala saran dan kritik yang
membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sangat diharapkan.Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Sofyan Ikhsan

ii

iii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-sumber risiko
Metode Analisis Risiko
Strategi Penanganan Risiko
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Sumber-Sumber Risiko
Pengukuran Risiko
Teknik Pemetaan
Strategi Penanganan Risiko
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Sumber dan Jenis Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Sampel

Metode Pengolahan Data
GAMBARAN UMUM USAHA
Profil Usaha
Kegiatan Produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Risiko Produksi anggrek
Sumber Risiko Cuaca
Sumber Risiko Penyakit
Sumber Risiko Hama
Analisis Probabilitas Risiko Produksi Anggrek Vanda douglas
Analisis Dampak Risiko Produksi
Pemetaan Sumber Risiko Produksi
Strategi Penangan Risiko Produksi Tanaman Anggrek Vanda douglas
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


iv
iv
v
1
1
4
6
7
7
7
8
10
11
11
12
13
14
14
15
18

19
19
20
20
21
22
23
24
24
27
27
28
30
32
33
37
39
41
43
43

43
44
46
49

iv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014
Perkembangan produksi tanaman anggrek di Indonesia (2009-2013)
Produksi anggrek di Jawa Barat tahun 2011-2014
Daftar wilayah sentra tanaman hias Provinsi Jawa Barat
Produksi anggrek daerah sentra produksi Jawa Barat tahun 2012
Produksi anggrek setiap desa pada Kecamatan Gunung Sindur tahun 2012
Tabel pengumpulan data kehilangan produksi
Hasil konversi kegagalan produksi berdasarkan sumber cuaca
Hasil observasi kegagalan produksi berdasarkan sumber penyakit
Hasil observasi kegagalan produksi berdasarkan sumber hama
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko hama
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit
Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko produksi
Hasil perhitungan Value at Risk sumber risiko cuaca
Hasil perhitungan Value at Risk sumber risiko hama
Hasil perhitungan Value at Risk sumber risiko penyakit
Status risiko setiap sumber risiko produksi

1
2
3
3
4
5
20
30
32
33
34
35
36
37
38
38
39
39
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Nilai ekspor tiga tanaman hias tahun 2014
Produksi anggrek 18 bulan terakhir
Peta Risiko
Strategi preventif risiko
Mitigasi risiko
Kerangka pemikiran operasional
Proses kegiatan produksi
Bibit anggrek Vanda douglas
Pembuatan bedengan dan bambu penyangga
Penanaman bibit anggrek Vanda douglas
Proses penyemprotan untuk mencegah hama
Anggrek yang dapat dipanen
Tanaman yang mati karena cuaca
Anggrek yang terkena gejala busuk pucuk
Tanaman yang mati karena penyakit karat
Tanaman yang mati karena penyakit soft root
Tanaman anggrek yang mati karena hama kepik anggrek

2
5
15
17
18
19
25
25
25
26
26
27
28
29
31
31
32

v

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil observasi kematian anggrek Vanda douglas
Target produksi tanaman hias tahun 2014
Alternatif strategi preventif pada peta risiko
Alternatif strategi mitigasi pada peta risiko
Anggrek Vanda douglas yang akan dikirim
Kebun anggrek milik Bapak Samen
Kebun anggrek milik Bapak Samen

46
46
47
47
48
48
48

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia terbagi menjadi enam sub sektor. Diantaranya
sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan, sub sektor peternakan, sub sektor
tanaman pangan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor hortikultura. Salah satu sub
sektor unggulan yaitu hortikultura. Sub sektor hortikultura terdiri dari tanaman
obat, sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.
Tanaman hias banyak dibudidayakan karena mengandung nilai estetika yang
menjadi tren tersendiri. Tanaman hias memiliki peluang yang baik untuk
dikembangkan. Tanaman hias asal Indonesia kini telah merambah pasar
internasional. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan nilai
ekspor tiga tanaman hias pada tahun 2014.
Tabel 1 Nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014
Komoditas
Anggrek
Mawar
Krisan

Total Ekspor (US$)
639 158
339 073
830 690

Pertumbuhan (%)
1.42
-1.74
-1.11

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian (2014) (data diolah)

Tabel 1 menjelaskan bahwa tiga jenis tanaman hias memiliki nilai ekspor
yang tinggi pada tahun 2014. Anggrek menempati posisi kedua dalam ekspor pada
tahun 2014. Anggrek memiliki kontribusi sebesar 35 persen dari ketiga tanaman
hias yang diekspor dan memiliki kontribusi sebesar 3.91 persen dari keseluruhan
ekspor tanaman hias pada tahun 2014. Anggrek juga mengalami peningkatan
pertumbuhan pada tahun 2014. Pertumbuhan anggrek selama tahun 2014 bernilai
positif dibandingkan dengan mawar dan krisan. Walaupun pertumbuhan anggrek
hanya sebesar 1.42 persen, namun ha tersebut menunjukkan bahwa permintaan
anggrek ikut meningkat di tahun 2014. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa
produksi anggrek meningkat secara signifikan pada tahun 2014 dibandingkan
dengan mawar dan krisan.
Gambar 1 memperlihatkan nilai ekspor anggrek yang mengalami
peningkatan hingga bulan Juli pada tahun 2014. Nilai ekspor anggrek bersaing
dengan nilai ekspor krisan di tahun 2014. Produksi anggrek berada di posisi kedua
setelah krisan. Hal tersebut menunjukkan anggrek tidak kalah diminati
dibandingkan dengan bunga krisan di pasar internasional. Produksi anggrek pada
bulan Januari hingga Juni lebih tinggi dibandingkan produksi krisan. Anggrek
merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak diminati oleh konsumen.
Banyaknya variasi dan bentuk tanaman anggrek merupakan salah satu keunggulan
dari bunga anggrek. Selain itu, variasi warna dari setiap jenis anggrek jug menjadi
nilai tambah yang disukai konsumen. Hal tersebut membuat anggrek menjadi
salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

2
US$
250.000
200.000
150.000

Anggrek

100.000

Mawar
Krisan

50.000
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12

Bulan

Gambar 1Nilai ekspor bulanan tiga tanaman hias tahun 2014

Sumber : Pusdatin Kementerian Pertanian (2014) (data diolah)
Data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Pertanian 2014 pada Tabel 2
memperlihatkan perkembangan anggrek dari tahun 2009 hingga tahun 2014.
Perkembangan produksi anggrek di Indonesia mengalami fluktuasi di setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil sensus pertanian 2014 memperlihatkan pertumbuhan
produksi anggrek di Indonesia bernilai negatif.
Tabel 2 Perkembangan produksi tanaman anggrek di Indonesia (2009-2013)
Tahun
Produksi (tangkai)
Pertumbuhan (%)
16 205 949
2009
14 050 445
2010
-15.34
15 490 256
2011
9.29
20 727 891
2012
25.27
20 277 672
2013
-2.22
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan perkembangan produksi anggrek pada Tabel 2, pemerintah
melalui Kementerian Pertanian menargetkan produksi anggrek di tahun 2014
(Lampiran 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman anggrek memiliki
potensi untuk dikembangkan. Adanya nilai estetika menjadi daya tarik tersendiri
bagi komoditas florikultur ini. Anggrek sebagai tanaman hias dapat digunakan
untuk memperindah dan memperhijau area pekarangan atau halaman rumah.
Anggrek dapat memberikan manfaat baik secara langsung ataupun tidak langsung
terhadap lingkungan sekitar.
Target produksi tersebut tentunya didukung oleh beberapa wilayah yang
memiliki produksi anggrek tertinggi. Salah satu daerah sentra produksi tanaman
hias yang memiliki produksi anggrek tertinggi yaitu provinsi Jawa Barat. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis khususnya tanaman hias di
wilayah Jawa Barat memiliki potensi yang besar. Berdasarkan Tabel 3 produksi
anggrek di Jawa Barat mengalami fluktuasi. Badan Pusat Statistik juga
memperlihatkan bahwa pertumbuhan anggrek mengalami penurunan sebesar
30.95 persen. Namun, luas panen anggrek mengalami peningkatan sebesar 130.78
persen hingga tahun 2013. Namun, jika dilihat pertumbuhan anggrek setiap tahun
dari 2011 hingga 2014, pada tahun 2013 pertumbuhan anggrek di Jawa Barat
mengalami penurunan. Nilai pertumbuhan anggrek bernilai negatif hingga tahun

3
2014. Nilai pertumbuhan yang negatif dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain faktor alam, kualitas bibit, sumber daya manusia dan faktor lainnya.
Tabel 3 Produksi anggrek di Jawa Barat tahun 2011-2014
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Jumlah (tangkai)
2 412 619
4 085 935
7 626 316
5 266 148
4 648 868

Pertumbuhan (%)
6.96
14.73
-9.82
-2.57

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Produksi anggrek di Jawa Barat tentunya didukung oleh daerah yang
menjadi sentra produksi anggrek dan tanman lainnya. Daerah yang menjadi sentra
produksi tanaman hias seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar wilayah sentra tanaman hias Provinsi Jawa Barat
No
Kota
1 Kab. Bandung

2 Cianjur

3 Sukabumi

4 Bogor

5 Karawang dan Bekasi
6 Garut
7 Kota Bandung
8 Depok

Jenis Tanaman
Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol,
Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia,
Gerbera
Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan,
Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae,
Aspharagus
Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan,
Gladiol, Gerbera, Draceaena, Holiconia, Cycas,
Pakis
Mawar, Melati, Anggrek, Krisan, Holiconia,
Zingiberaceae, Adenium, Ficus, Aglaonema,
Euphorbia, Pakis
Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Adenium,
Anggrek, Aglaonema, Draceaena
Anggrek, Palem, Melati, kaktus, Krisan, Gladiol,
Antthurium, Draceaena, Cordeline
Palem, cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium
Anggrek,
Bougenville,
Cemara,
Palem,
Draceaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium,
Anthurium

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2014).

Salah satu daerah sentra produksi anggrek di Jawa Barat yaitu Bogor. Bogor
merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Bogor terdiri dari
kabupaten dan kota. Kota Bogor terletak di tengah Kabupaten Bogor. Kabupaten
Bogor secara garis besar terdiri atas tiga wilayah dan 40 kecamatan yang terbagi
atas beberapa desa dan kelurahan. Kabupaten Bogor merupakan daerah paling
produktif dalam menghasilkan anggrek. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5,
Kabupaten Bogor menempati urutan pertama dengan jumlah produksi pada tahun
2012 sebesar 3 825 712 tangkai anggrek.

4
Tabel 5 Produksi anggrek daerah sentra produksi Jawa Barat tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6

Kabupaten/kota
Bandung
Cianjur
Kab. Bogor
Kota Bekasi
Kota Bogor
Depok

Produksi (tangkai)
111 036
3 137
3 825 712
11 935
428 960
327 641

Share (%)
2.36
0.07
81.25
0.25
9.11
6.96

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2012)

Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan persentase terbesar dalam
peroduksi anggrek di Jawa Barat. Kabupaten Bogor menyumbang sebesar 81.25
persen dari keseluruhan produksi anggrek di Jawa Barat. Kecamatan Gunung
Sindur merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor yang
memproduksi anggrek potong. Kecamatan Gunung Sindur berdasarkan data yang
diperoleh merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias di Kabupaten
Bogor. Komoditas yang menjadi unggulan di Kecamatan Gunung Sindur
antaranya Dendrobium, dan Vanda douglas. Anggrek dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan habitatnya. Anggrek epifit yang hidup menumpang pada
batang pohon atau sejenisnya, namun tidak merugikan tanaman yang
ditumpanginya. Anggrek terrestrial yang hidup dan tumbuh di atas permukaan
tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung.
Vanda douglas merupakan anggrek yang termasuk dalam golongan anggrek
terestrial. Vanda douglas merupakan varietas anggrek yang sering digunakan
sebagai karangan bunga. Pada tahun 2013 Kecamatan Gunung Sindur
memproduksi anggrek sebanyak 2 507 680 tangkai.
Tingginya produksi tersebut bukan berarti dalam proses produksinya tidak
terdapat risiko. Setiap usaha pertanian tentunya memiliki risiko dalam produksi
atau budidaya. Namun, risiko tersebut perlu diperhatikan dan diperhitungkan
dengan baik. Setiap risiko tentunya akan menimbulkan suatu kerugian, tetapi jika
ditangani dengan baik dan tepat maka akan mengurangi dampak kerugian akibat
risiko tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu pengkajian dan penelitian
terhadap risiko yang dihadapi oleh petani di Kecamatan Gunung Sindur.
Perumusan Masalah
Kecamatan Gunung Sindur masih termasuk ke dalam wilayah Kabupaten
Bogor meskipun berbatasan langsung dengan wilayah Tangerang Selatan.
Kecamatan Gunung Sindur merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor
yang menjadi sentra produksi anggrek. Kecamatan gunung Sindur terdiri dari
empat desa. Di antara desa tersebut terdapat empat desa yang menjadi sentra
produksi tanaman anggrek. Desa tersebut antara lain Desa Cibinong, Desa
Cidokom, Desa Rawakalong, dan Desa Pengasinan.
Pada tahun 2014 Kecamatan Gunung Sindur dapat memproduksi sebanyak 2
507 680 tangkai anggrek potong. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan
Gunung Sindur merupakan salah satu wilayah pemasok anggrek potong terbesar
di Kabupaten Bogor. Nilai produksi yang besar tentunya didukung oleh empat
desa yang menjadi sentra produksi anggrek di Kecamatan Gunung Sindur.

5
Pada keempat desa tersebut mayoritas warganya berprofesi sebagai petani
anggrek. Anggrek yang diproduksi sebagian besar merupakan anggrek potong.
Adapun produksi anggrek di setiap desa pada Kecamatan Gunung Sindur tahun
2012 seperti ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Produksi anggrek setiap desa pada Kecamatan Gunung Sindur tahun 2012
Desa
Produksi (tangkai)
Share (%)
Cibinong
10 528
32.86
Cidokom
115
0.36
Rawakalong
19 764
61.68
Pengasinan
1 635
5.10
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2011)

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa Desa Rawakalong memiliki tingkat
produksi anggrek yang tinggi dibandingkan desa lainnya. Setiap desa memiliki
varietas unggulannya tersendiri. Desa Rawakalong salah satunya memiliki tiga
varietas anggrek unggulan yang diproduksi. Anggrek Vanda douglas, anggrek
Maguwi, dan anggrek James story merupakan varietas unggulan yang diproduksi
di Desa Rawakalong. Namun beberapa tahun terakhir ini para petani di Desa
Rawakalong lebih memfokuskan pada anggrek jenis Vanda douglas.
Petani di Desa Rawakalong tergabung dalam beberapa kelompok tani.
Kelompok tani tersebut antara lain, kelompok tani Sugih Mukti, kelompok tani
Tani Maju, dan kelompok tani Subur Makmur. Kelompok tani tersebut semuanya
membudidayakan anggrek, berdasarkan wwancara yang dilakukan, kelompok tani
tersebut berfokus pada tiga jenis anggrek. Anggrek James story, Maguwi, dan
Vanda douglas. Gambar 2 merupakan produksi anggrek Vanda douglas di Desa
Rawakalong pada 18 bulan terakhir antara tahun 2014 hingga 2015.
Tangkai

Jun-15

Mei-15

Apr-15

Mar-15

Feb-15

Jan-15

Des-14

Nop-14

Okt-14

Sep-14

Agust-14

Jul-14

Jun-14

Mei-14

Apr-14

Mar-14

Feb-14

Jan-14

1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Gambar 2 Produksi anggrek 18 bulan terakhir di desa Rawakalong (2014-2015)
Sumber : Kecamatan Gunung Sindur (2015)
Keterangan :
Produksi anggrek Vanda douglas

6
Pada Gambar 2 menunjukkan adanya fluktuasi produksi anggrek Vanda
douglas dalam 18 bulan terakhir. Produksi anggrek mulai menurun pada bulan
kedua hingga bulan kedelapan. Penurunan yang terjadi sebesar 4 sampai 5 persen
per bulannya. Namun mulai kembali meningkat dengan persentase sebesar 5
sampai 6 persen. Adanya fluktuasi produksi tersebut menandakan adanya
kegagalan produksi pada budidaya anggrek Vanda douglas. Kegagalan produksi
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah risiko produksi.
Gejala risiko produksi tersebut dapat terjadi pada semua wilayah produksi,
terutama daerah sentra produksi anggrek. Dampak dari risiko produksi tersebut
dapat berupa penurunan kualitas anggrek atau penurunan jumlah produksi. Dalam
hal ini, jumlah produksi anggrek yang menurun menjadi dampak dari risiko
produksi tersebut. Risiko produksi tersebut dapat berasal dari berbagai sumber
seperti cuaca, sumber daya manusia dan lainnya. Berdasarkan sumber risiko
tersebut nantinya akan dilihat kembali faktor-faktor dari sumber risiko yang
mempengaruhi produksi/budidaya tanaman anggrek. Maka perlu adanya
penelitian untuk menganalisis sumber risiko produksi yang ada di Kecamatan
Gunung Sindur.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian, yaitu :
1. Apa saja sumber-sumber risiko yang menyebabkan terjadinya risiko produksi
tanaman anggrek Vanda douglas?
2. Bagaimana dampak usaha karena adanya risiko produksi anggrek Vanda
douglas?
3. Strategi apa yang dapat dilakukan oleh petani anggrek Vanda douglas untuk
menanggulangi risiko produksi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi tanaman anggrek Vanda
douglas.
2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi anggrek Vanda
douglas.
3. Menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko
produksi tanaman anggrek Vanda douglas.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi petani, penulis, dan pembaca.
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Bagi petani, sebagai bahan informasi dan pedoman dalam menangani risiko
produksi dalam melakukan kegian budidaya anggrek Vanda douglas.
2. Bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh penulis selama masa
perkuliahan, menambah wawasan, pengetahuan dan informasi mengenai risiko
produksi.

7
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan baru mengenai analisis risiko produksi juga sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup
1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias
anggrek Vanda douglas yang diusahakan pada Desa Rawakalong
2. Data yang digunakan merupakan data produksi selama kurun waktu 2014
sampai 2015
3. Lingkup kajian masalah yang diteliti yaitu mengenai sumber-sumber risiko
dikaitkan dengan produksi anggrek Vanda douglas pada Desa Rawakalong,
dan strategi penanganan risiko produksi anggrek.
4. Risiko produksi anggrek yang akan diteliti yaitu pada masa pembesaran hingga
panen.

TINJAUAN PUSTAKA
Risiko menunjukkan peluang dari suatu kejadian yang biasanya akan
berdampak negatif. Risiko merupakan dampak dari pengambilan keputusan dari
perhitungan peluang dan dampak dari suatu kejadian. Pada bab ini akan dibahas
penelitian-penelitian terdahulu mengenai risiko produksi pada tanaman hias.
Penelitian-penelitian tersebut akan menjadi gambaran dan pembelajaran terhadap
kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan hortikultura antara lain
Permatasari (2014) yang menganalisis risiko produksi bunga krisan potong,
Tamandala (2014) yang menganalisis risiko produksi anggrek dendrobium, Putri
(2013) yang menganalisis risiko produksi jamur tiram putih, dan Ramadhan
(2013) yang menganalisis risiko produksi cabai paprika. Selain itu, penelitian
terdahulu lainnya yang akan digunakan terkait dengan risiko produksi yaitu
penelitian Priyambada (2013) mengenai analisis risiko produksi peternakan ayam
broiler.
Sumber-sumber risiko
Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian
besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit,
penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumbersumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari
segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada
risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output.
Sebagian besar sumber risiko di bidang usaha pertanian yaitu kondisi iklim,
dan serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Permatasari (2014)
menyimpulkan bahwa sumber risiko produksi bunga krisan potong terdiri dari

8
kondisi cuaca, hama, penyakit, dan tenaga kerja. Probabilitas sumber risiko
terbesar terdapat pada sumber risiko hama.
Tidak jauh berbeda dengan sumber risiko pada produksi bunga krisan,
Tamandala (2013) menyebutkan bahwa sumber risiko produksi pada anggrek
dendrobium yaitu cuaca, hama dan penyakit, serta tenaga kerja. Namun, pada
penelitian yang dilakukannya terdapat sumber risiko lain yaitu kualitas bibit dan
media tanam. Diantara kelima sumber risiko tersebut, hama dan penyakit
memiliki probabilitas tertinggi dibandingkan sumber risiko lainnya.
Pada usaha hortikultura sumber risiko produksi sebagian besar disebabkan
oleh faktor alam dan lingkungan sekitar. Produksi jamur tiram putih merupakan
salah satu produksi hortikulura yang rentan terhadap risiko produksi. Faktor yang
menjadi penyebab munculnya risiko yaitu perubahan suhu pada kumbung,
penyakit, serta kegagalan sterilisasi baglog. Dari ketiga sumber risiko tersebut,
sumber risiko penyakit memiliki probabilitas yang terbesar (Putri, 2013).
Produksi cabai paprika yang masih dalam produk hortikultura juga memiliki
risiko produksi yang tidak jauh berbeda. Risiko produksi pada cabai paprika
antara lain hama, penyakit, dan perubahan suhu. Sumber risiko hama mamiliki
probabilitas yang tertinggi dibandingkan sumber risiko lainnya. Sumber risiko
hama memiliki probabilitas terbesar dikarenakan hama yang menyerang cabai
paprika berkembang biak dengan cepat dalam jumlah yang besar (Ramadhan,
2013).
Berdasarkan penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi
sumber risiko produksi yaitu cuaca, hama dan penyakit, kesalahan teknis atau
mekanis. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada
produksi anggrek yang diteliti dalam penelitian ini.
Analisis Dampak Risiko
Risiko dapat diukur dengan menggunakan metode analisis seperti Standard
Deviation, Z-Score, perhitungan rata-rata probabilitas terjadinya risiko, serta
perhitungan dampak risiko dengan menggunakan Value at Risk. Ketiga indikator
analisis tersebut dapat digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang dihadapi
oleh pelaku usaha. Ketiga indikator tersebut memiliki keterkaitan satu dengan
yang lainnya. Semakin kecil hasil yang didapat pada indikator tersebut maka
semakin kecil risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha, dan sebaliknya jika hasil
yang didapatkan semakin besar, maka semakin besar juga risiko yang
dihadapinya.
Analisis risiko produksi bunga krisan potong pada penelitian Permatasari
(2014) menggunakan metode analisis risiko standard deviation, Z-Score, serta
perhitungan rata-rata probabilitas. Dalam penelitiaanya didapatkan hasil
probabilitas untuk masing-masing sumber risiko. probabilitas tersebut didapatkan
dari perhitungan Z-Score yang kemudian dipetakan dalam tabel Z. hasil tersebut
yang nantinya akan menentukan batas normal dari tiap sumber risiko produksi.
Pada penelitiannya permatasari membagi analisis risiko produksi menjadi dua.
Yaitu risiko produksi bunga potong tipe standar dan risiko produksi bunga krisan
potong tipe spray. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui hama pada bunga
potong krisan tipe standar meimliki tingkat probabilitas tertinggi sebesar 37.8
persen yang artinya kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan potong yang

9
melebihi batas normal yang ditentukan perusahaan sebesar 37.8 persen. Hal yang
sama juga didapatkan pada perhitungan probabilitas sumber risiko hama pada
bunga krisan potong tipe spray. Probabilitas yang didpaatkan sebesar 41.3 persen.
Selain itu, perhitungan Value at Risk digunakan untuk menghitung dampak
kerugian yang dialami oleh perusahaan. Perhitungan dilakukan dengan
mengalikan jumlah kehilangan produksi dengan harga jual bunga. Setelah itu
dilakukan perhitungan standar deviasi dan dilanjutkan dengan perhitungan Value
at Risk. Berdasarkan perhitungan dampak terbesar terdapat pada sumber risiko
hama baik untuk bunga krisan potong tipe standar ataupun tipe spray.
Pada analisis risiko produksi anggrek dendrobium juga menggunakan
metode analisis risiko standard deviation, Z-Score, dan Value at Risk untuk
mengukur probabilitas dan dampak risiko. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan bahwa sumber risiko hama dan penyakit memiliki probabilitas yang
tertinggi sebesar 59.09 persen. Hal tersebut menjelaskan bahwa kemungkinan
terjadinya kehilangan produksi karena hama dan penyakit yang melebihi batas
normal yang ditentukan perusahaan sebesar 59.09 persen. Sedangakan
berdasarkan perhitungan Value at Risk dampak terbesar juga berasal dari hama
dan penyakit. Sumber risiko hama dan penyakit menyebabkan kerugian bagi
perusahaan sebesar Rp879 999 (Tamandala, 2013).
Analisis dampak risiko pada produk hortikultura lainnya juga menggunakan
standard deviation, Z-Score, dan Value at Risk. Hasil perhitungan analisis dampak
risiko pada produksi jamur tiram putih yang dilakukan menyatakan bahwa sumber
risiko penyakit memiliki probabilitas tertinggi sebesar 48 persen. Sedangkan
perhitungan dampak risiko yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis
Value at Risk menyebutkan bahwa sumber risiko perubahan suhu pada kumbung
merupakan sumber risiko yang memiliki dampar tertinggi yaitu sebesar Rp4 894
127 (Putri, 2013).
Risiko produksi cabai paprika juga dianalisis dengan menggunakan alat
analisis yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu, standard deviation, Zscore, dan Value at Risk . Hasil analisis menyatakan bahwa sumber risiko
produksi hama memiliki probabilitas tertinggi. Sumber risiko produksi hama
memiliki probabilitas sebesar 44 persen. Dampak risiko terbesar yang dialami
oleh petani juga bersumber dari sumber risiko hama. Dampak yang harus
ditanggung oleh petani karena adanya risiko produksi sebesar Rp6 876 142
(Ramadhan, 2013).
Selain pada produk hortikultura, alat analisis standard deviation, Z-score,
dan Value at Risk juga digunakan pada penelitian Priyambada (2013) mengenai
risiko produksi pada usaha ayam. Probabilitas sumber risiko tertinggi yang
didapatkan berdasarkan perhitungan yaiu sumber risiko penyakit. Sumber risiko
penyakit memiliki probabilitas sebesar 46 persen. Sedangkan, dampak risiko
produksi akibat penyakit sebesar Rp15 628 053.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, metode yang digunakan untuk
pengukuran risiko yaitu
menggunakan metode analisis risiko dengan
menggunakan standard deviation, Z-score, dan Value at Risk. Selain itu, dapat
digunakan metode lainnya untuk mendukung perhitungan dampak risiko produksi.
Hasil perhitungan risiko tersebut nantinya dapat dipetakan dengan peta risiko
untuk melihat peluang dan dampak dari risiko yang ada. Perhitungan tersebut
nantinya juga dapat digunakan dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

10
Strategi Penanganan Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan
untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi penanganan
risiko disusun dengan dasar sumber-sumber risiko yang menjadi kendala dalam
usaha. Strategi yang disusun dengan baik dapat meminimalkan dampak dari risiko
terhadap perusahaan. Sedangkan strategi penenganan risiko yang tidak tepat
hanya akan menambah kerugian perusahaan. Penelitian-penelitian terdahulu yang
dijadikan sumber acuan menggunakan pemetaan risiko. Pemetaan risiko ini
dilakukan untuk mengurutkan sumber risiko berdasarkan probabilitas dan
dampaknya. Setelah dilakukan pemetaan maka akan dilakukan penyusunan
strategi yang sesuai untuk menanggulangi risiko produksi.
Pada produksi bunga krisan potong untuk menangani dampak dari risiko
produksi yang ada dilakukan dengan strategi preventif dan mitigasi. Strategi
preventif dapat dilakukan pada sumber risiko penyakit dan hama dengan cara
sterilisasi media tanam, pengaturan kelembaban green house, mengatur jarak
tanam, sterilisasi alat pemanenan, sanitasi lingkungan, pencarian informasi
ramalan cuaca. Strategi mitigasi dapat dilakukan pada sumber risiko
hama,penyakit, cuaca dan tenaga kerja dengan cara memberikan musuh alami,
sanitasi lingkungan, pemasangan perangkap sesuai hama, perbaikan green house,
mengontrol tenaga kerja saat proses produksi, pemberian sarana, pendidikan dan
pelatihan kepada tenaga kerja perusahaan (Permatasari, 2014).
Anggrek Dendrobium yang termasuk dalam florikultur pada strategi
penanganan risiko juga menerapkan strategi preventif dan mitigasi. Pemilihan
strategi penanganan didasarkan pada pemetaan risiko yang dilakukan sebelumnya.
Strategi preventif dilakukan untuk menanggulangi risiko produksi yang bersumber
dari media tanam dan iklim. strategi penanganan yang dilakukan yaitu,
meletakkan tanaman seedling pada tempat yang memiliki pencahayaan lebih pada
saat hujan turun, mengontrol dan menjaga udara pada tanaman agar tidak terlalu
lembab, sehingga tidak mendatangkan penyakit yang mudah berkembang.
memberikan vitamin tanaman untuk menjaga daya tahan tanaman dan mencabut
tanaman yang terserang, lalu dibersihkan lalu mencelupkan tanaman ke dalam
larutan insektisida kemudian memotong tanaman yg terserang penyakit.
Sedangkan untuk risiko produksi yang bersumber dari hama dan penyakit dapat
dilakukan dengan strategi preventif dan mitigasi. apabila serangan hama dijumpai
dalam jumlah terbatas, pada pagi dan sore kumbang gajah dapat dijepit dengan
tangan jari tangan dan dimatikan, bekicot atau siput dengan mudah dapat
ditangkap pada malam hari dan dimusnahkan. Lalu membersihkan sampah dan
gulma maka hama tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bersarang dan
bersembunyi. menyemprotkan obat anti jamur secara berkala pada tanaman
seedling (Tamandala, 2013).
Jenis hortikultura lainnya selain tanaman hias juga menerapkan strategi
penanganan risiko yang terdiri datri strategi preventif dan mitigasi. Pada produksi
jamur tiram putih strategi preventif dilakukan untuk menanggulangi risiko
produksi yang bersumber dari penyakit. Strategi yang dapat diterpkan antara lain,
menjaga kebersihan kumbung, melakukan pengikisan baglog sudah digunakan,
melakukan panen jamur dengan tepat, menjaga kualitas bahan baku, menjaga
sterilisasi ruangan,dan melakukan pemeriksaan secara berkala. Strategi preventif

11
juga digunakan untuk menanggulangi sumber risiko pada proses kegagalan
sterilisasi baglog. Strategi yang digunakan yaitu, memastikan ketepatan jumlah
baglog dalam steamer, memastikan suhu dan waktu sterilisasi baglog, dan
memastikan kondisi baglog tidak bocor. Sedangkan strategi mitigasi dilakukan
untuk menanggulangi risiko produksi yang bersumber dari perubahan suhu.
Streategi yang dilakukan yaitu, memasang termometer ruangan, melakukan
penyiraman secara ideal, menjaga kerapatan baglog, tidak melakukan pembakaran
sampah dekat kumbung (Putri, 2013).
Analisis risiko produksi pada penelitian Ramadhan (2013) mengenai risiko
produksi cabai paprika menyebutkan strategi penanganan risiko yang digunakan
untuk menangani sumber risiko produksi yaitu strategi mitigasi. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menanggulangi sumber risiko serangan hama dan penyakit.
Strategi yang dilakukan yaitu memasang perangkap serangga, pengaturan jarak
tanam, menjaga sterilisasi peralatan, melakukan penyiraman dengan ideal, dan
pemberian nutrisi tambahan untuk tanaman.
Penggunaan alternatif strategi preventif dan mitigasi tidak hanya digunakan
pada penelitian mengenai hortikultura. Pada penelitian risiko produksi ayam
broiler strategi preventif digunakan untuk menanggulangi risiko yang bersumber
dari kualitas DOC dengan cara melakukan seleksi DOC dan pemberian
multivitamin. Risiko penyakit dengan caramenjaga kebersihan kandang,
memberikan vaksin, dan memasang penyaring air. Risiko suhu dengan cara
mencari informasi perkiraan cuaca, memberikan cairan jahe pada ayam,
memasang termometer ruangan. Selain itu, pada sumber risiko produksi tersebut
juga dapat diterapkan penanganan strategi mitigasi. Strategi mitigasi tersebut
antara lain, melakukan pengobatan pada ayam, melakukan pengecekan tirai,
pemberian multivitamin dan pemeriksaan kandang (Priyambada, 2013).
Strategi penanganan risiko berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
disusun berdasarkan pemetaan risiko yang dilakukan. Penyusunan strategi dibagi
menjadi strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang dilakukan
pada penelitian tanaman hias berfokus pada pengurangan kemungkinan terjadinya
risiko yang disesuaikan dengan jenis tanaman dan sumber risikonya. Sedangkan
strategi mitigasi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi dampak yang
diakibatkan oleh sumber risiko yang ada. Strategi penanganan tersebut tentunya
tidak akan jauh berbeda dengan strategi yang digunakan dalam penelitian ini

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan
identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,
sehingga perusahaan dapat menyusun strategi yang tepat untuk mengatasi risiko
tersebut.

12
Konsep Risiko
Secara sederhana risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang
merugikan. Setiap usaha pasti memiliki risikonya tersendiri, namun apakah risiko
tersebut dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan bila
risiko tersebut terjadi apakah besarnya risiko dapat mempengaruhi usaha yang
sedang dijalankan.
Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian
yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup perusahaan risiko tampak
dalam kejadian-kejadian berikut: kegagalan penjualan barang yang sudah
diproduksi, kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi secara mendadak,
piutang-piutang yang tidak dapat ditagih, kebocoran kas perusahaan akibat
ketidakjujuran karyawan, kegagalan produksi karena kerusakan mesin, dan hal-hal
lainnya. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan
deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapakan. Jika
menggunakan bahasa statistik hal ini dapat diartikan menjadi derajat
penyimpangan sesuatu nilai di sekitar posisi sentral atau disekitar titik rata-rata.
Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui
oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman
selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya
peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau dibawah rata-rata dari
pendapatan yang diharapkan. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan
tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian (Robison and
Barry, 1987). Robison dan Barry (1987) menjelaskan risiko adalah perluang dari
suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif
yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluangdari
suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil
keputusan. Risiko memiliki peluang dari suatu kejadian minimal terjadi dua kali
kejadian.
Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut
memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu
kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya
ketidakpastian dapat menimbulkan terjadinya risiko. Ketidakpastian itu sendiri
memiliki pengertian situasi dimana seseorang tidak dapat mengetahui apa yang
akan terjadi. Ketidakpastian merupakan hal yang penting bagi risiko agar dapat
bertahan, namun bukan ketidakpastian yang diarahkan pada situasi penuh risiko.
Jika peluang suatu kejadian tersebut tidak dapat diketahui yang dikarenakan tidak
adanya informasi mengenai peluang dari suatu kejadian, sehingga peluang
tersebut tidak dapat diukur, maka kejadian tersebut dikategotikan sebagai
ketidakpastian.
Berdasarkan sifatnya, definisi risiko dan ketidakpastian itu bersifat
subjektif. Hal tersebut dikarenakan risiko dan ketidakpastian dapat didefinisikan
berdasarkan cara seorang pengambil keputusan memandang suatu kejadian
berisiko. Bagi individu seorang petani suatu risiko melibatkan beberapa
kombinasi kegiatan dengan hasil yang tidak pasti dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan berbeda. Dengan demikian, risiko tersebut dapat dihadapi oleh
seorang pengambil keputusan yang membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil
evaluasi dari perubahan risiko. Sehingga risiko dapat dengan mudah diukur oleh

13
pengambil keputusan berdasarkan pengalaman yang sudah dirasakanoleh
pengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan dialaminya.
Setiap orang atau pelaku bisnis memiliki sikap tersendiri dalam menghadapi
risiko. Sikap dan perilaku yang ditunkukkan memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni risk averse, risk neutral, dan risk
taker.
Sumber-Sumber Risiko
Ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi perusahaan/petani
baik secara langsung maupun tidak langsung (Harwood et. al, 1999). Sumber
risiko tersebut antara lain :
1. Risiko pasar yaitu pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap
perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk
merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan
output yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak
dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan
alam seperti perubahan cuaca, serangan hama, dan gulma
3. Risiko institusional yaitu risiko yang terjadi karena adanya perubahan
kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Contohnya seperti kebijakan bibit tanaman,
kebijakan harga, maupun kebijakan ekspor-impor.
4. Risiko sumber daya manusia yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi
perusahaan seperti kesalahan pencatatan data, kesalahan teknis dan human
error.
5. Risiko financial yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang financial,
seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan
UMR (Upah Minimum Regional)
Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan berdasarkan
beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang penyebab, 2)
risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko
dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional.
Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a) risiko murni versus
risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c) risiko subjektif dan
risiko objektif. Menurut Kadarsan (1992) risiko produksi di sektor pertanian
dalam arti luas (tanaman, peternakan, dan perikanan) memiliki kemungkinan
terjadi lebih besar dibangingkan dengan risiko di sektor non pertanian karena
sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, seperti banjir, cuaca, hama
penyakit, kekeringan, segala bencana alam, dan suhu udara. Selain dipengaruhi
oleh alam kemungkinan terjadinya risiko produksi lebih besar dapat didorong oleh
sifat komoditi pertanian sendiri, antara lain membutuhkan ruang yang besar
(voluminous), mudah rusak (perishable), dan tidak tahan lama (bulky).

14
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan risiko akan
terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar
terjadi. Menurut Darmawi (2004) perlunya mengukur risiko yaitu untuk
menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan
menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok
untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan untuk mengukur risiko yaitu,
frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi serta keparahan dari kerugian
itu. Yang ingin diketahui dari masing-masing dimensi tersebut yaitu rata-rata
nilainya dalam periode anggaran; variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke
periode anggaran sebelum dan berikutnya; dampak keseluruhan dari kerugiankerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan
dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.
Pengukuran risiko dilakukan agar derajat kepentingan masing-masing
sumber risiko dapat diketahui dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh.
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas atau
kemungkinan terjadinya risiko, pengukuran dampak, sehingga dapat diketahui
status risiko yang terjadi. Besarnya kemungkinan terjadinya sebuah kerugian perlu
untuk diketahui, sehingga diperlukan metode pengukuran risiko. Adapun beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pengukuran kemungkinan/probabilitas suatu
risiko, yaitu metode poisson, metode binomial, metode nilai standar (z-score), dan
metode aproksimasi. Semua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu samasama
memerlukan data historis, namun metode poisson dan metode binomial
memerlukan data yang diskrit atau dalam bentuk bulat. Oleh karena itu dalam
perhitungan pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode nilai standar (zscore). Menurut Kountur (2008) metode yang efektif dalam pengukuran dampak
risiko dikenal dengan istilah VaR (Value at Risk). VaR (Value at Risk)
merupakan salah satu metode yang paling popular dalam manajemen risiko.
Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila
terdapat data historis dari usaha pada waktu sebelumnya (Kountur 2008). Setelah
diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan dampak yang ditimbulkan, langkah
selanjutnya yaitu memetakan hasil yang didapat.
Teknik Pemetaan
Pemetaan risiko terkait dengan dua dimensi yaitu probabilitas terjadinya
risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan
dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin
tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian.
Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula
kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang
bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang
terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin
tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus.
Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin
rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk
menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi

15
tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian matriks pada pemetaan
risiko dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan pada Gambar 3, terdapat empat kuadran utama pada peta
risiko. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang
tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini
tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kuadran II
merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat
dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran II merupakan kategori risiko yang
masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran II terjadi akan
menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.
Probabilitas %
Sangat besar
Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran IV

Besar
Normal
Kecil
Sangat Kecil
Kecil

Normal

Sangat besar

Besar
t bes

Dampak (Rp)
Gambar 3 Peta Risiko
Sumber : Kountur (2008)
Kuadran III merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang
rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul
pada kuadran III cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu
mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun
demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam
kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam
kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun
internal yang signifikan. Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas
kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi.
Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai
terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.
Strategi Penanganan Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat
ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Kountur (2008)
menyatakan bahwa dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan,
diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah Proses Pengelolaan Risiko.

16
Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai
dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan.
Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui
seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari
risiko tersebut.Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance,
standard deviation dan coefficient variation. Langkah selanjutnya adalah
menangani risiko-risiko yang ada untuk memberikan tindakan usulan apa yang
akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut, sehingga segala
kemungkinan kerug