Pendugaan Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pasca Tambang PT. Antam UBPE pongkor, Jawa Barat

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON DI ATAS
PERMUKAAN LAHAN PASCA TAMBANG PT. ANTAM
UBPE PONGKOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD TAUFIQ

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi
Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pasca Tambang PT. Antam UBPE
Pongkor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Muhammad Taufiq
E44100102

ABSTRAK
MUHAMMAD TAUFIQ. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon di Atas
Permukaan Lahan Pasca Tambang PT. Antam UBPE Pongkor, Jawa Barat.
Dibimbing oleh OMO RUSDIANA.
Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan cadangan karbon. Kondisi lahan yang rusak akibat kegiatan
pertambangan akan pulih kembali dengan adanya kegiatan reklamasi. Penelitian
ini bertujuan untuk membuat persamaan alometrik beberapa jenis vegetasi,
menduga serta membandingkan potensi simpanan karbon di areal reklamasi PT.
Antam UBPE Pongkor, Jawa Barat tahun tanam 2001, 2002, dan 2003.
Pengukuran biomassa pohon, tiang, dan pancang dilakukan dengan metode non
destruktif sedangkan pengukuran biomassa tumbuhan bawah, serasah, dan
nekromassa menggunakan metode destruktif. Persamaan alometrik yang
digunakan pada penelitian ini mempunyai nilai R2 yang tinggi, sehingga

keseluruhan persamaan tersebut dapat digunakan untuk menduga volume tegakan.
Hasil penelitian ini menunjukkan simpanan karbon tertinggi terdapat pada areal
tegakan tahun tanam 2001 dengan total potensi karbon sebesar 107.14 ton/ha,
selanjutnya tahun tanam 2003 sebesar 101.44 ton/ha, dan tahun tanam 2002
sebesar 94.18 ton/ha. Perbedaan potensi simpanan karbon disebabkan oleh
beberapa faktor seperti komposisi, struktur, kerapatan tegakan, serta tutupan tajuk
tegakan.
Kata kunci: biomassa, karbon, PT. Antam UBPE Pongkor

ABSTRACT
MUHAMMAD TAUFIQ. Carbon Stock Estimation on the Post Mining Area of
PT. Antam UBPE Pongkor, West Java. Supervised by OMO RUSDIANA.
Post mining land reclamation is one of the effort to increase carbon stock.
Reclamation activities will recover the post-mining degraded lands. The
objectives of this study were create an allometric of some tree species, estimate
and compare the carbon stock on the land of PT. Antam UBPE Pongkor, West
Java in 2001, 2002, and 2003 planting years. Biomass measurement of tree, pole,
and sapling was done with non destructive method, while understorey, litter, and
necromass was done with destructive method. The allometric which used in this
study has the highest R2 value, so that all of allometric can be used for estimate

tree’s volume. The result of this study show the highest potential carbon found in
2001 planting years, the potential carbon of this planting year is 107.14 ton/ha,
and then 2003 planting years is 101.44 ton/ha, and 2002 planting years is 94.18
ton/hnd a. Carbon potential differences caused by composition, structure, stand
density, and canopy coverage.
Keywords: biomass, carbon, PT. Antam UBPE Pongkor

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON DI ATAS
PERMUKAAN LAHAN PASCA TAMBANG PT. ANTAM
UBPE PONGKOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD TAUFIQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pendugaan Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pasca
Tambang PT. Antam UBPE Pongkor, Jawa Barat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr Ir Omo Rusdiana, MSc yang senantiasa membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2.
PT. Antam UBPE Pongkor khususnya satuan kerja lingkungan atas segala
dukungan dan kerjasamanya
3.
Kedua orang tua tercinta Abdul Hafid Lazim dan Irnavianti, serta saudara
Abdi Nugraha Hafid dan Dedi Hariadi atas segala doa, dukungan, dan kasih

sayangnya
4.
Teman teman Fahutan angkatan 47, Silvikultur 47, Gesek Pala (Gespal),
Aconk, Bayu, Riyma, Rendra, Daniel, Dimas, Aji, Cahna, Kiting, dan
teman-teman semua yang tidak bisa dituliskan satu per satu namanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Muhammad Taufiq

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Waktu dan lokasi penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

3


Analisis Data

4

KONDISI UMUM

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Jumlah dan Komposisi Jenis Tumbuhan

7

Pembuatan Model Alometrik Volume Beberapa Jenis Vegetasi

8


Kandungan Biomassa di Atas Permukaan Lahan

14

Total Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan

20

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

22


DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15

Data komposisi jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi penelitian
Model hubungan volume dengan dbh Dalbergia latifolia
Model hubungan volume dengan dbh Acacia mangium
Model hubungan volume dengan dbh Hymenaea courbaril
Model hubungan volume dengan dbh Michelia velutina
Model hubungan volume dengan dbh Shorea leprosula
Model hubungan volume dengan dbh Gmelina arborea
Model hubungan volume dengan dbh Syzigium gracile
Model hubungan volume dengan dbh Podocarpus neriifolius
Simpanan biomassa pohon, tiang, pancang
Simpanan biomassa tumbuhan bawah
Simpanan biomassa serasah
Simpanan biomassa nekromassa
Total simpanan biomassa di atas permukaan lahan
Potensi simpanan karbon di atas pemukaan lahan

7
8
9
10
10
11
12
12
13
14
15
16
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Desain Cluster Plot Forest Health Monitoring (FHM)
Lokasi Penelitian Lahan Reklamasi PT. Antam UBPE Pongkor
Grafik simpanan biomassa tegakan
Grafik simpanan biomassa tumbuhan bawah
Grafik simpanan biomassa serasah
Grafik simpanan nekromassa
Grafik total simpanan biomassa di atas permukaan lahan
Grafik total simpanan karbon di atas permukaan lahan

3
6
15
16
17
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Data pohon contoh yang diambil pada areal reklamasi PT Antam
UBPE Pongkor, Jawa barat
Data hasil inventarisasi tegakan
Data kerapatan jenis masing-masing tegakan

24
27
36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global (Global Warming) adalah fenomena meningkatnya
temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca
(greenhouse effect) akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti
karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O), dan CFC. Gas-gas
tersebut menyebabkan sinar matahari yang seharusnya kembali ke atmosfer akan
dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Pemantulan tersebut menyebabkan
peningkatan temperatur atmosfer, laut, dan daratan bumi. Semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir, maka akan semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya. Hal tersebut mampu menimbulkan peningkatan
suhu global. Dampak peningkatan suhu global diantaranya : (1) meningkatnya
volume air laut akibat mencairnya es di daerah kutub, (2) perubahan iklim dan
cuaca yang semakin ekstrim, (3) gelombang panas menjadi semakin kuat dan
lebih sering terjadi, dan (4) habisnya gletser (sumber air bersih dunia). Maka dari
itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya global warming dengan
cara meningkatkan penyerapan cadangan karbon dan menurunkan emisi karbon.
Kegiatan industri merupakan salah satu penyebab adanya gas rumah kaca
salah satunya industri pertambangan. Kegiatan pertambangan ini memberikan
dampak negatif bagi lingkungan, seperti terbukanya lapisan tajuk hutan, erosi
tanah, sedimentasi, menurunnya tingkat kesuburan dan stabilitas lahan, rusaknya
habitat satwa liar, serta tercemarnya lingkungan hidup. Oleh karena itu kegiatan
pertambangan harus diimbangi dengan kegiatan reklamasi lahan pasca
pertambangan dengan mengembalikan keadaan ekosistem areal pertambangan
sehingga mendekati keadaan sebelum terjadinya kegiatan pertambangan seperti
yang tertera pada Peraturan Pemerintah RI No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pascatambang yang menyebutkan bahwa setiap pemegang IUP (Izin Usaha
Pertambangan) wajib melakukan kegiatan reklamasi.
Melalui kegiatan reklamasi ini maka kondisi lingkungan yang rusak akibat
kegiatan pertambangan dapat pulih kembali. Selain itu kegiatan reklamasi ini juga
dapat menurunkan emisi karbon melalui kegiatan revegetasi sehingga dapat
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat adanya perubahan iklim.
PT. Antam UBPE Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penambangan emas. Perusahaan ini telah melakukan kegiatan reklamasi pada
areal pascatambang dan juga pada areal yang terganggu akibat pekerjaan
konstruksi serta pembuatan sarana dan prasarana.
Lahan reklamasi pascatambang mempunyai peran yang penting dalam
mengurangi emisi gas rumah kaca. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian yang
dapat mendukung perkembangan perhitungan karbon dalam biomassa. Salah satu
aspek penelitian yang penting adalah mengetahui potensi karbon yang tersimpan
pada areal reklamasi PT. Antam UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas)
Pongkor, Jawa Barat.

2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persamaan alometrik volume beberapa vegetasi yang
terdapat di lahan reklamasi pascatambang?
2. Berapa potensi karbon yang terdapat pada lahan pasca tambang PT.
Antam UBPE Pongkor, Jawa Barat?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model persamaan alometrik volume
pada beberapa jenis tanaman areal reklamasi lahan pasca tambang PT. Antam
UBPE Pongkor, Jawa Barat. Selain itu menduga dan membandingkan simpanan
karbon yang terdapat di areal reklamasi lahan pasca tambang PT. Antam UBPE
Pongkor, Jawa Barat tahun penanaman 2001, 2002, dan 2003.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persamaan
alometrik volume beberapa vegetasi di areal reklamasi PT. Antam UBPE Pongkor,
Jawa Barat. Selain itu memberikan data mengenai simpanan karbon yang terdapat
pada areal reklamasi tahun tanam 2001, 2002, dan 2003.

METODE PENELITIAN
Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014.
Pengambilan data lapangan bertempat di areal reklamasi arboretum PT. Antam
UBPE Pongkor, Jawa Barat.

Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Spiegel Relaskop
Bitterlich (SRB), densiometer, pita meter, tali rafia, label, pita ukur, patok, golok,
cangkul, alat tulis, tally sheet, kertas karton, plastik, koran, oven, gelas piala,
kamera digital, dan Software Microsoft Excel 2010. Bahan yang digunakan adalah
tegakan reklamasi, nekromassa, serasah, dan tumbuhan bawah.

3
Prosedur Penelitian
Pembuatan plot penelitian
Pengambilan data di lapang dilakukan dengan membuat cluster plot Forest
Heath Monitoring (FHM) setiap tegakan revegetasi. Pada Annular plot (r = 17.96
m) vegetasi yang diukur adalah tingkat pohon. Pada Subplot (r = 7.32 m) Vegetasi
yang diukur adalah tingkat pancang dan tiang. Pada Microplot (r = 3.06 m)
vegetasi yang diukur adalah semai. Di dalam subplot dibuat plot persegi dengan
ukuran 1 x 1 m untuk mengambil sampel tumbuhan bawah, serasah, dan
nekromassa.

Gambar 1 Desain Cluster Plot Forest Health Monitoring (FHM)
Pengukuran volume tegakan
Pengukuran volume tegakan dilakukan dengan cara menghitung diameter
dari 3 bagian pohon (pangkal, tengah, dan atas) menggunakan alat Spiegel
Relaskop Bitterlich (SRB), lalu dengan menggunakan rumus newton didapatkan
volume pohon dari ketiga bagian pohon tersebut. Menurut Avery & Burkhart
(1994) dalam Isdwinanto (2011) rumus newton mempunyai ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan rumus volume lainnya. Rumus newton memerlukan
pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang. Walaupun penggunaan rumus
ini kurang praktis namun sebenarnya rumus ini lebih teliti dibandingkan dengan
rumus lainnya. Volume keseluruhan tegakan didapat dengan membuat persamaan
alometrik volume dari masing-masing jenis pohon.
Pengambilan pohon contoh
Pengambilan pohon contoh dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling sesuai dengan waktu, lokasi, dan sumberdaya manusia.
Pembuatan alometrik volume dilakukan dengan mengambil beberapa pohon
contoh dari masing-masing jenis vegetasi. Tiap jenis vegetasi dibagi ke dalam tiga
kelas diameter. Pada tiap masing-masing jenis dilakukan pengukuran volume
pohon. Setelah didapatkan hasil pengukuran volume pohon maka tiap jenis dibuat
persamaan alometriknya menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010.
Pengukuran biomassa tegakan
Perhitungan biomassa tegakan dilakukan dengan mengumpulkan data
volume pohon lalu dikonversi ke dalam biomassa dengan cara mengalikannya
dengan kerapatan kayu jenis pohon tersebut.

4
Pengukuran biomassa tumbuhan bawah
Seluruh tumbuhan bawah yang ada di plot 1 m x 1 m dicabut lalu
dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian daun dan batang. Bagian tumbuhan
bawah yang telah dipisahkan kemudian ditimbang sebanyak 200 gram untuk
mendapatkan berat basah contoh. Apabila bagian tumbuhan tersebut memiliki
berat kurang dari 200 gram maka seluruhnya dijadikan berat basah contoh.
Setelah itu dilakukan pengovenan dengan suhu 80° C selama 2 x 24 jam (Hairiah
et al. 2011). Hasil pengukuran bobot contoh yang telah dioven merupakan BKT
(Berat Kering Tanur) atau biomassa.
Pengukuran biomassa serasah dan nekromassa tegakan
Perhitungan biomassa serasah dan nekromassa dilakukan dengan cara
mengumpulkan semua serasah dan nekromassa yang terdapat pada subplot 1 m x
1 m lalu dikumpulkan dan ditimbang. Contoh serasah dan nekromassa masingmasing diambil sebanyak 200 gram kemudian dioven selama 2 x 24 jam dengan
suhu 80oC (Hairiah et al. 2011). Nekromassa adalah batang pohon mati baik yang
masih tegak maupun yang rebah. Nekromassa merupakan komponen penting dari
karbon dan diukur untuk mengetahui simpanan karbon secara akurat (Masripatin
et al. 2010).
Analisis Data
Perhitungan volume pohon
Alometrik volume pohon didapatkan dengan cara mengambil beberapa
pohon contoh dari masing-masing jenis vegetasi, volume pohon didapatkan
menggunakan rumus newton (Simon 2007) :
V = ((Bp + 4Bm + Bu)/6) x L
Keterangan:
V
= volume pohon (m3)
Bp = lbds bagian pangkal pohon (m2)
Bm = lbds bagian tengah pohon (m2)
Bu = lbds bagian atas pohon (m2)
L
= tinggi pohon (m)
Penyusunan persamaan alometrik volume
Penyusunan persamaan penduga volume pohon dilakukan dengan
mengkorelasikan antara peubah bebas (x) yaitu diameter dengan peubah tak bebas
(y) yaitu volume. Beberapa persamaan matematik yang akan diuji pada penelitian
kali ini adalah sebagai berikut (Kusumah 2015) :
Linier
̂
[1]
Ekponensial
̂
[2]
Logaritmik
̂
[3]
Polynomial
̂
[4]
Power
̂
[5]
Kelima persamaan matematik tersebut selanjutnya dilakukan pengujian
model melalui uji koefisien regresi menggunakan uji F dan uji T. Kriteria uji F

5
adalah F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Kriteria untuk uji T
adalah T hitung > T tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Persamaan yang akan
dipilih adalah persamaan yang lolos uji T dan uji F serta mempunyai nilai R2
tertinggi.
Perhitungan potensi biomassa tegakan
Potensi biomassa tegakan dihitung setelah didapatkan data mengenai
volume tegakan, pendugaan biomassa dapat dihitung menggunakan rumus (Ikhsan
2013) :
Biomassa pohon = V x ρ
Keterangan:
V
= volume kayu (m3)
ρ
= kerapatan kayu (kg/m3)
Perhitungan biomassa tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa
Perhitungan biomassa tumbuhan dilakukan dengan menghitung kadar air
dan berat kering tanur. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air dan
berat kering tanur adalah sebagai berikut (Haygreen dan Bowyer 1982 dalam
Ikhsan 2013):
Keterangan:
BBc = berat basah contoh
BKc = berat kering contoh

Keterangan:
BB = berat basah
KA = kadar air
Potensi karbon
Jumlah karbon yang tersimpan dari tegakan, tumbuhan bawah, serasah
maupun nekromassa dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut (Hairiah dan Rahayu 2007):
C = biomassa (kg ha-1) x 0.46
Metode perhitungan karbon per hektar untuk biomassa di atas permukaan
tanah
Seluruh hasil perhitungan yang telah didapat kemudian diakumulasi ke
dalam luasan per hektar. Rumus yang di gunakan adalah (Badan Standardisasi
Nasional 2011):

6
Keterangan:
Cn
= kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool pada tiap
plot (ton/ha)
Cx
= kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap plot (kg)
L plot = luas plot pada masing-masing pool (m2)

KONDISI UMUM
PT. Antam Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor secara
administratif terletak di Desa Nunggul, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak pada 6°36’37.2” - 6°48’11.0” LS
dan 106°30’01,0” - 106°35’38,0” BT dengan ketinggian antara 400-1800 mdpl
dilihat dari topografinya PT. Antam UBPE Pongkor berupa daerah pegunungan di
sebelah selatan dan daerah dataran rendah di sebelah utara. Curah hujan rata-rata
di wilayah ini mencapai 3000-3500 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 22oC33oC. Bila mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 19 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, lokasi
ijin usaha Pertambangan PT. Antam UBPE Pongkor berada pada kawasan dengan
dominasi fungsi lindung.
Lokasi blok pengambilan data terletak di wilayah arboretum. Lokasi
arboretum ini merupakan kawasan tempat penyimpanan alat berat sebelum
dilakukan kegiatan reklamasi. Pengambilan data penelitian dilakukan pada 3
tahun tanam yang berbeda, ketiga blok ini terletak berdekatan sehingga
karakteristik lahan tidak terlalu berbeda jauh.

Gambar 2 Lokasi Penelitian Lahan Reklamasi PT. Antam UBPE Pongkor

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah dan Komposisi Jenis Tumbuhan
Jumlah jenis vegetasi yang terdapat pada penelitian ini adalah 13 jenis. Pada
areal tahun tanam 2001 terdapat 6 jenis yaitu Gmelina arborea, Shorea leprosula,
Acacia mangium, Alstonia scholaris, Dalbergia latifolia, dan Elaeocarpus
sphaelicus. Pada areal tahun tanam 2002 terdapat 9 jenis yaitu Dalbergia latifolia,
Podocarpus neriifolius, Agathis dammara, Michelia velutina, Elaeocarpus
sphaelicus, Acacia mangium, Alstonia scholaris, Eucalyptus deglupta, dan
Tectona grandis. Pada areal tahun tanam 2003 terdapat 10 jenis vegetasi yaitu
jenis Gmelina arborea, Shorea leprosula, Acacia mangium, Dalbergia latifolia,
Alstonia scholaris, Michelia velutina, Tectona grandis, Eucalyptus deglupta,
Hymenaea courbaril, dan Syzigium gracile. Data jumlah dan komposisi jenis yang
terdapat pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data komposisi jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi penelitian
Jumlah Individu
2001
2002
2003
1
Gmelina arborea
16
0
3
2
Shorea leprosula
21
0
5
3
Acacia mangium
46
2
1
4
Dalbergia latifolia
4
77
14
5
Elaeocarpus sphaelicus
5
3
0
6
Alstonia scholaris
1
2
1
7
Michelia velutina
0
6
23
8
Tectona grandis
0
3
10
9
Eucalyptus deglupta
0
1
1
10
Agathis dammara
0
9
0
11
Podocarpus neriifolius
0
26
0
12
Hymenaea courbaril
0
0
56
13
Syzigium gracile
0
0
17
Total
93
129
131
Berdasarkan hasil penelitian jumlah vegetasi terbanyak terdapat pada areal
tahun tanam 2003 dengan jumlah 131 vegetasi, selanjutnya areal tahun tanam
2002 sebanyak 129 vegetasi, dan areal tahun tanam 2001 sebanyak 93 vegetasi.
Jenis vegetasi yang paling banyak ditemukan pada tahun tanam 2001 adalah
Acacia mangium, Shorea leprosula, dan Gmelina arborea. Pada tahun tanam
2002 jenis vegetasi yang paling banyak ditemukan adalah Dalbergia latifolia dan
Podocarpus neriifolius. Pada tahun tanam 2003 jenis vegetasi yang paling banyak
ditemukan adalah Hymenaea courbaril, Michelia velutina, dan Syzigium gracile.
No

Jenis

8
Pembuatan Model Alometrik Volume Beberapa Jenis Vegetasi
Pembuatan model alometrik beberapa jenis vegetasi di PT. Antam UBPE
Pongkor dilakukan dengan mengambil beberapa vegetasi contoh dari tiap jenis
vegetasi yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter. Jenis Acacia mangium,
Dalbergia latifolia, dan Hymenaea courbaril jumlah vegetasi contoh yang diambil
adalah sebanyak 21. Untuk jenis Michelia velutina pohon contoh yang diambil
sebanyak 15. Untuk jenis Gmelina arborea, Shorea leprosula, Syzigium gracile,
dan Podocarpus neriifolius diambil pohon contoh sebanyak 9. Terdapat 5 jenis
vegetasi yang tidak dibuat persamaan alometrik volumenya karena kurangnya data
pohon contoh yang terdapat di lapangan. Jenis tersebut adalah Elaeocarpus
sphaericus, Agathis dammara, Alstonia scholaris, Eucalyptus deglupta, dan
Tectona grandis. Perhitungan volume jenis tersebut dilakukan langsung tanpa
menggunakan rumus alometrik volume. Data pohon contoh yang diambil di areal
reklamasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dalbergia latifolia
Penyusunan model alometrik volume jenis Dalbergia latifolia dilakukan
dengan cara mengetahui hubungan antara dbh (x) dengan volume (y). Jumlah
vegetasi contoh yang diambil untuk membuat persamaan alometrik volume jenis
Dalbergia latifolia adalah sebanyak 21 pohon contoh yang dibagi ke dalam tiga
kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil (5≥dbh>15), kelas diameter sedang
(15≥dbh>25), dan kelas diameter besar (25≥dbh≥35). Beberapa persamaan yang
telah dipilih akan dilakukan uji koefisien regresi dan membandingkan nilai R2.
Persamaan yang memenuhi kriteria uji koefesien regresi selanjutnya akan dipilih
persamaan yang mempunyai nilai R2 tertinggi. Model hubungan volume dengan
dbh jenis Dalbergia latifolia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Model hubungan volume dengan dbh Dalbergia latifolia
Uji Koefisien
Uji F
No

Model



1

y = 0.0261x - 0.2246

0.94

315.00

4.38

7.75

-7.27

T
Tab
el
2.09

2

y= 0.4466ln(x) - 1.0057

3

F
Hitung

Uji T
F
Tabel

T Hit
Dbh

T
Hit
(Db
h)2

T Hit
C

0.88

133.34

4.38

1.55

5.45

2.09

0.1222x

0.89

204.71

4.38

2.60

19.63

2.09

2

-0.78

2.09

1.99

2.09

y = 0.0182e

4

y = 0.0005x + 0.0064x - 0.0566

0.96

204.71

4.55

0.80

5

y = 0.0003x2.2526

0.96

447.27

4.38

1.15

2.51

Berdasarkan hasil analisis varian pada Tabel 2 diketahui bahwa keseluruhan
model mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga berpengaruh secara
signifikan dalam menjelaskan keragaman volume. Selanjutnya dilakukan uji
parameter melalui uji T, dari hasil analisis keseluruhan model memenuhi kriteria
dengan nilai Thitung lebih besar dari Ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh
pada variabel bergantung. Namun terdapat model yang tidak memenuhi kriteria

9
uji T yaitu pada model polinomial (nomor 4) karena mempunyai nilai Thitung yang
lebih rendah dari nilai Ttabel dari keempat model yang memenuhi kriteria uji
koefesien regresi akan dipilih model yang mempunyai nilai R2 tertinggi.
Berdasarkan Tabel 2 model yang mempunyai nilai R2 tertinggi adalah model y =
0.0003x2.2526 dengan nilai R2 sebesar 0.96.
Acacia mangium
Pembuatan model alometrik volume jenis Acacia mangium dilakukan
dengan mengetahui hubungan antara dbh dengan volume pohon. Jumlah pohon
contoh untuk jenis Acacia mangium adalah 21 pohon contoh yang dibagi ke dalam
tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil (12≥dbh>27), kelas diameter
sedang (27≥dbh>42), dan kelas diameter besar (42≥dbh≥57). Selanjutnya
dilakukan uji koefesien regresi dan membandingkan nilai R2 dari masing-masing
model tersebut. Beberapa model yang telah dilakukan analisis koefesien regresi
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Model hubungan volume dengan dbh Acacia mangium
Uji Koefisien
No

Model

Uji F


Uji T

F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.063x - 1.0441

0.92

228.64

4.38

5.12

-6.98

T
Tabel
2.09

2

y = 1.8888ln(x) - 5.4467

9.01

2.97

2.09

16.56

2.09

1.64

2.09

1.77

2.09

0.81

81.21

4.38

0.0623x

3

y = 0.1025e

0.93

265.06

4.38

6.28

4

2

y=0.0013x -0.0284x+ 0.4099

0.98

360.34

3.55

-1.91

5

y = 0.0007x2.0333

0.97

600.68

4.38

4.51

2.51

Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa keseluruhan model
mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa
pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga berpengaruh secara signifikan
dalam menjelaskan keragaman volume. Keempat model di atas juga mempunyai
nilai Thit yang lebih besar dari Ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh
pada variabel bergantung. Terdapat model yang tidak memenuhi kriteria uji T
yaitu pada model polinomial (nomor 4) karena mempunyai nilai Thitung yang lebih
rendah dari nilai Ttabel, walaupun model tersebut mempunyai nilai R2 tertinggi
tetapi model tersebut tidak memenuhi kriteria uji T, maka model polinomial ini
tidak dilakukan analisis selanjutnya. Keempat model yang memenuhi kriteria uji
koefesien regresi selanjutnya akan dipilih model yang mempunyai nilai R2
tertinggi. Berdasarkan Tabel 3 model yang mempunyai nilai R2 tertinggi adalah
model y = 0.0007x2.0333 dengan nilai R2 sebesar 0.97.
Hymenaea courbaril
Penyusunan model alometrik volume jenis Hymenaea courbaril dilakukan
dengan mengambil beberapa pohon contoh yang akan diukur dbh (x) serta
volumenya (y). Jumlah pohon contoh untuk jenis Hymenaea courbaril adalah 21
pohon contoh yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil

10
(5≥dbh>13), kelas diameter sedang (13≥dbh>21), dan kelas diameter besar
(21≥dbh>29). Selanjutnya dilakukan uji koefesien regresi lalu dipilih model yang
mempunyai nilai R2 yang tertinggi. Tabel 4 menunjukkan beberapa model yang
akan dilakukan pengujian koefesien regresi.
Tabel 4 Model hubungan volume dengan dbh Hymenaea courbaril
Uji Koefisien
No

Model

Uji F


Uji T

F
Hitung

F
Tabel

75.08

4.38

T Hit
Dbh

-4.59

6.14

-4.86

2.09

17.20

-25.35

2.09

3.47

2.09

-22.10

2.09

y = 0.0376x - 0.3665

0.80

2

y = 0.5157ln(x) - 1.1482

0.67

37.75

4.38

3

y = 0.0084e0.1765x

0.94

295.67

4.38

0.94

171.00

3.55

-4.60

0.95

328.60

4.38

18.13

4
5

y = 0.003x - 0.0641x + 0.3759
2.657

y = 0.0001x

T Hit
C

T
Tabel
2.09

1

2

T Hit
(Dbh)2

8.66

7.40

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa keseluruhan
model mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga berpengaruh secara
signifikan dalam menjelaskan keragaman volume. Hasil analisis uji T
menunjukkan nilai Thitung lebih besar dari Ttabel yang berarti bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh
pada variabel bergantung. Dari keseluruhan model tersebut yang mempunyai nilai
R2 tertinggi adalah model y = 0.0001x2.657 dengan nilai R2 sebesar 0.95.
Michelia velutina
Pembuatan model alometrik volume jenis Michelia velutina dilakukan
dengan melakukan analisis regresi antara dbh terhadap volume pohon contoh yang
telah diukur. Pohon contoh yang diambil untuk jenis Michelia velutina berjumlah
15 pohon contoh yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter
kecil (5≥dbh>11), kelas diameter sedang (11≥dbh>17), dan kelas diameter besar
(17≥dbh>23). Selanjutnya dilakukan uji koefesien regresi dan mebandingkan nilai
R2 dari masing-masing model tersebut. Beberapa model yang telah dilakukan
analisis koefesien regresi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Model hubungan volume dengan dbh Michelia velutina
Uji Koefisien
No

Model

Uji F


Uji T

F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.023x - 0.1704

0.75

38.48

4.67

6.20

-3.13

T
Tabel
2.14

2

y = 0.28ln(x) - 0.5664

3

0.67

26.10

4.67

5.11

-4.01

2.14

0.2041x

0.86

80.62

4.67

8.98

-15.71

2.14

2

-0.06

2.14

-18.21

2.14

y = 0.0052e

4

y = 0.0009x -0.0027x - 0.009

0.77

20.65

3.89

-0.13

5

y = 0.00008x2.7385

0.93

186.32

4.67

13.65

1.21

Berdasarkan hasil analisis uji koefesien regresi pada Tabel 5 diketahui
bahwa keseluruhan model mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal

11
ini menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga
berpengaruh secara signifikan dalam menjelaskan keragaman volume. Selanjutnya
dilakukan uji parameter melalui uji T. Hasil analisis uji T menunjukkan
keseluruhan model memenuhi kriteria dengan nilai Thitung lebih besar dari Ttabel
kecuali pada model polinomial (nomor 4) yang berarti bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh
pada variabel bergantung. Keempat model yang memenuhi kriteria uji koefesien
regresi akan dipilih model yang mempunyai nilai R2 tertinggi, berdasarkan Tabel 5
model yang mempunyai nilai R2 tertinggi adalah model y = 0.00008x2.7385 dengan
nilai R2 sebesar 0.93.
Shorea leprosula
Penyusunan model alometrik volume jenis Shorea leprosula dilakukan
dengan mengetahui hubungan antara dbh dengan volume pohon contoh yang telah
diambil. Pohon contoh untuk jenis Shorea leprosula berjumlah 9 pohon contoh
yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil (10≥dbh>17),
kelas diameter sedang (17≥dbh>24), dan kelas diameter besar (24≥dbh>31).
Selanjutnya dilakukan uji koefesien regresi menggunakan uji F dan uji T serta
membandingkan nilai R2. Beberapa model yang telah dilakukan analisis koefesien
regresi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Model hubungan volume dengan dbh Shorea leprosula
Uji Koefisien
No

Model

Uji F


Uji T

F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.0431x - 0.5006

0.90

61.98

2.31

7.87

-4.27

T
Tabel
2.31

2

y = 0.7432ln(x) - 1.8237

0.79

26.90

2.31

5.19

-4.26

2.31

-21.67

2.31

3.11

2.31

-27.12

2.31

0.1478x

3

y = 0.0132e

0.97

250.65

2.31

15.83

4

y = 0.0022x2- 0.0456x+0.2981

0.99

417.76

5.14

4.53

5

2.7318

0.98

553.56

2.31

23.53

y = 0.00008x

8.91

Tabel 6 dapat menunjukkan bahwa keseluruhan model mempunyai nilai
Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal ini berarti pada tingkat keyakinan 95%
variabel penduga berpengaruh secara signifikan dalam menjelaskan keragaman
volume. Selanjutnya dilakukan uji parameter melalui uji T. Hasil analisis
menunjukkan keseluruhan model mempunyai nilai Thitung yang lebih besar dari
Ttabel. Hal ini berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95% koefisien parameter
variabel penduga memberikan pengaruh pada variabel bergantung. Berdasarkan
Tabel 6 model yang mempunyai nilai R2 tertinggi adalah model y = 0.0022x2 0.0456x + 0.2981 dengan nilai R2 sebesar 0.99.
Gmelina arborea
Penyusunan model alometrik volume jenis Gmelina arborea dilakukan
dengan mengetahui hubungan antara dbh dengan volume pohon. Pohon contoh
yang diambil untuk jenis Gmelina arborea berjumlah 9 pohon contoh yang dibagi
ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil (13≥dbh>23), kelas

12
diameter sedang (23≥dbh>33), dan kelas diameter besar (33≥dbh>43).
Selanjutnya dilakukan analisis koefesien regresi melalui uji F dan uji T serta
membandingkan nilai R2. Tabel 7 menunjukkan beberapa model yang diuji untuk
alometrik volume Gmelina arborea.
Tabel 7 Model hubungan volume dengan dbh Gmelina arborea
Uji Koefisien
No

Model

Uji F

Uji T



F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.0549x - 0.6393

0.94

113.44

5.59

10.65

-4.24

T
Tabel
2.31

2

y = 1.3274ln(x) - 3.4376

0.89

54.53

5.59

7.38

-5.84

2.31

3

y = 0.0682e0.0824x

0.88

51.04

5.59

7.14

-7.96

2.31

0.28

2.31

-8.60

2.31

2

4

y=0.0012x -0.0078x+ 0.1036

0.97

87.29

5.14

-0.26

5

2.0835

0.91

66.71

5.59

8.17

y = 0.0008x

2.12

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa keseluruhan
model mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga berpengaruh secara
signifikan dalam menjelaskan keragaman volume. Hasil analisis uji T
menunjukkan nilai Thitung lebih besar dari Ttabel kecuali pada model polinomial
(nomor 4). Hal ini berarti bahwa pada tingkat kepercayaan 95% koefisien
parameter variabel penduga memberikan pengaruh pada variabel bergantung.
Berdasarkan Tabel 7 model yang mempunyai nilai R2 tertinggi adalah model
polinomial namun karena tidak memenuhi kriteria uji T maka model yang dipilih
adalah model linier yaitu y = 0.0549x – 0.6393 dengan nilai R2 sebesar 0.94.
Syzigium gracile
Pembuatan model alometrik volume jenis Syzigium gracile dilakukan
dengan mengetahui regresi antara dbh dengan volume pohon contoh yang telah
diukur. Pohon contoh yang diambil untuk jenis Syzigium gracile berjumlah 9
pohon contoh yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas diameter kecil
(12≥dbh>19), kelas diameter sedang (19≥dbh>26), dan kelas diameter besar
(26≥dbh>33). Selanjutnya dilakukan uji koefesien regresi dan membandingkan
nilai R2 dari masing-masing model tersebut. Beberapa model yang telah dilakukan
analisis koefesien regresi dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Model hubungan volume dengan dbh Syzigium gracile
Uji Koefisien
No

Model

Uji F

Uji T



F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.0433x - 0.5517

0.86

41.44

5.99

6.44

-3.66

T
Tabel
2.31

2

y = 0.897ln(x) - 2.3439

-4.30

2.31

-18.68

2.31

2.27

2.31

-12.85

2.31

0.78

25.33

5.99

5.03

3

0.1056x

y = 0.0329e

0.96

166.96

5.99

12.92

4

y = 0.0029x2-0.0897x+0.8639

0.96

68.13

5.14

-2.56

0.95

122.92

5.99

11.09

5

5.2971

y = 0.0003x

3.82

13
Hasil analisis pada Tabel 8 menunjukkan bahwa keseluruhan model
mempunyai nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel hal ini menunjukkan bahwa
pada tingkat keyakinan 95% variabel penduga berpengaruh secara signifikan
dalam menjelaskan keragaman volume. Selanjutnya dilakukan uji parameter
koefesien melalui uji T. Hasil analisis uji T menunjukkan nilai Thitung lebih besar
dari Ttabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh pada variabel
bergantung. Namun terdapat model yang tidak memenuhi kriteria uji T yaitu pada
model polinomial (nomor 4) karena mempunyai nilai Thitung yang lebih rendah dari
nilai Ttabel. Walaupun model tersebut mempunyai nilai R2 yang lebih tinggi
dibandingkan dengan model yang lainnya namun model tersebut tidak memenuhi
kriteria uji T, maka model polinomial ini tidak dilakukan analisis selanjutnya.
Selanjutnya dilakukan perbandingan nilai R2, berdasarkan Tabel 8 model yang
mempunyai nilai R2 tertinggi adalah model y = 0.0329e0.1056x dengan nilai R2
sebesar 0,96.
Podocarpus neriifolius
Persamaan alometrik volume Podocarpus neriifolius dilakukan dengan
mengambil 9 pohon contoh yang dibagi ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kelas
diameter kecil (12≥dbh>19), kelas diameter sedang (19≥dbh>26), dan kelas
diameter besar (26≥dbh>33). Selanjutnya dilakukan analisis koefesien regresi
menggunakan uji F dan uji T serta membandingkan R2 dari masing-masing model.
Beberapa model yang telah dilakukan analisis dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Model hubungan volume dengan dbh Podocarpus neriifolius
Uji Koefisien
No

Model

Uji F

Uji T



F
Hitung

F
Tabel

T Hit
Dbh

T Hit
(Dbh)2

T Hit
C

1

y = 0.0062x - 0.0211

0.95

138.19

5.59

11.76

-4.24

T
Tabel
2.31

2

y = 0.0489ln(x) - 0.0695

0.88

51.89

5.59

7.20

-4.76

2.31

0.2226x

0.87

45.31

5.59

6.73

-17.89

2.31

2

0.97

84.73

5.14

0.57

-0.23

2.31

1.9333

0.96

157.53

5.59

12.55

-23.33

2.31

3
4
5

y = 0.0036e

y = 0.0002x + 0.0016x - 0.0029
y = 0.0004x

1.57

Hasil analisis pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel pada seluruh model yang menjelaskan bahwa pada tingkat keyakinan 95%
variabel penduga berpengaruh secara signifikan dalam menjelaskan keragaman
diameter. Selanjutnya dilakukan uji parameter melalui uji T dengan kriteria nilai
Thitung lebih besar dari Ttabel yang menjelaskan bahwa pada tingkat kepercayaan
95% koefisien parameter variabel penduga memberikan pengaruh pada variabel
bergantung. Berdasarkan hasil uji T seluruh model memenuhi kriteria pengujian
kecuali pada model nomor 4 dimana nilai Thitung pada model tersebut mempunyai
nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan Ttabel. Selanjutnya keempat model
yang telah memenuhi kriteria uji koefesien regresi akan dilihat nilai R2 yang
tertinggi. Berdasarkan Tabel 9 persamaan yang mempunyai nilai R2 tertinggi dan
memenuhi kriteria uji koefesien regresi adalah persamaan y = 0.0004x1.9333 dengan
nilai R2 sebesar 0.96.

14
Keseluruhan model alometrik yang didapatkan pada penelitian ini dapat
digunakan untuk menduga volume pohon di PT. Antam UBPE Pongkor karena
keseluruhan model alometrik yang didapat memenuhi kriteria uji F dan uji T serta
mempunyai nilai R2 yang tergolong tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya
tingkat hubungan yang tinggi antara peubah bebas (x) yaitu diameter dengan
peubah tak bebas (y) yaitu volume.
Kandungan Biomassa di Atas Permukaan Lahan
Kandungan biomassa pohon, pancang, dan tiang
Biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke
atmosfer sebagai karbondioksida ketika hutan ditebang atau dibakar. Brown (1997)
dalam Sutaryo (2009) menyatakan bahwa biomassa didefinisikan sebagai total
jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan
satuan ton berat kering per satuan luas. Kandungan biomassa yang diukur pada
penelitian ini adalah biomassa yang terdapat di atas permukaan lahan meliputi
biomassa batang dari pohon, tiang, dan pancang, serta tumbuhan bawah, serasah
dan nekromassa. Data hasil inventarisasi keseluruhan tegakan yang diukur pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 10 menunjukkan simpanan
biomassa yang terdapat pada tegakan.
Tabel 10 Simpanan biomassa pohon, tiang, pancang
No.
1
2
3

Tahun tanam
Biomassa tegakan (ton/ha)
2001
223.12
2002
197.02
2003
210.67
Berdasarkan data hasil penelitian kandungan biomassa tertinggi terdapat
pada tegakan 2001 sebesar 223.12 ton/ha selanjutnya tegakan 2003 sebesar 210.67
ton/ha dan yang terendah adalah tegakan 2002 sebesar 197.02 ton/ha. Pada
umumnya potensi biomassa pada suatu tegakan akan meningkat pada setiap
peningkatan umur vegetasi. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya
umur vegetasi menyebabkan pertumbuhan vegetasi semakin tinggi sehingga
dimensi vegetasi tersebut akan lebih besar karena adanya proses fotosintesis
(Yuniawati 2011 dalam Wardani 2012). Namun pada penelitian kali ini terdapat
penyimpangan karena tegakan tahun tanam 2003 lebih besar dibandingkan dengan
tahun tanam 2002. Madgwick dan Satoo (1982) dalam Ikhsan (2013) menyatakan
bahwa umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan serta kualitas
tempat tumbuh juga mempengaruhi besarnya biomassa yang dihasilkan. Pada
tegakan 2002 terdapat areal yang didominasi vegetasi pada tingkat pancang
sehingga volume tegakan menjadi lebih rendah. Areal ini terdapat pada areal
tegakan 2002 yang didominasi oleh jenis Podocarpus neriifolius.
Faktor lain yang menyebabkan biomassa tegakan 2003 lebih tinggi
dibandingkan dengan tegakan 2002 adalah faktor kerapatan vegetasi. Data
kerapatan vegetasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Kerapatan vegetasi tingkat tiang
dan pancang pada tegakan 2003 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tegakan
2002. Data yang didapat menunjukkan kerapatan tiang pada tegakan 2003 adalah
sebesar 1 456 individu/ha lebih besar dari tegakan 2002 yang mempunyai
kerapatan sebesar 1 188 individu/ha. Kerapatan pancang pada tegakan 2003

15
adalah sebesar 1 575 individu/ha sedangkan kerapatan pada tegakan 2002 sebesar
1 456 individu/ha. Jika kerapatan tegakan lebih tinggi maka jumlah individu
vegetasi pada suatu areal tegakan akan menjadi lebih banyak, sehingga potensi
biomassa akan menjadi lebih tinggi.
Biomassa tegakan tegakan 2001 lebih tinggi dibandingkan 2003 dan 2002.
Hal tersebut disebabkan karena perbedaan pada struktur tegakan. Tegakan 2001
pada umumnya didominasi oleh vegetasi tingkat pohon sedangkan tegakan 2002
dan 2003 didominasi oleh vegetasi tingkat tiang dan pancang. Struktur tegakan
berpengaruh terhadap volume tegakan yang juga akan mempengaruhi kandungan
biomassa tegakan. Jika volume tegakan tinggi maka biomassa juga akan semakin
tinggi begitu pula sebaliknya. Grafik mengenai perbedaan simpanan biomassa
tegakan dapat dilihat pada Gambar 3.
250

Biomassa
(ton/ha)

200
150
100
50
0
2001

2002
2003
Tahun Tanam

Gambar 3 Grafik simpanan biomassa tegakan
Kandungan biomassa tumbuhan bawah
Tumbuhan bawah adalah salah satu komponen dalam ekosistem hutan yang
tumbuh di sela-sela pohon dan memperoleh sinar matahari untuk metabolismenya
melalui celah antar pohon. Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa
tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter batang