Pengaruh Variabel Makroekonomi Global Dan Domestik Terhadap Jakarta Islamic Index (Jii) Periode Januari 2008 – Agustus 2014

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI GLOBAL DAN
DOMESTIK TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
PERIODE JANUARI 2008 – AGUSTUS 2014

SUSYLAWATI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Variabel
Makroekonomi Global dan Domestik Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
Periode Januari 2008 – Agustus 2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015

Susylawati
NIM H24134029

ABSTRAK
SUSYLAWATI. Pengaruh Variabel Makroekonomi Global dan Domestik
Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Periode Januari 2008 – Agustus 2014.
Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI.
Jakarta Islamic Index (JII) memiliki perkembangan yang pesat sejalan
dengan semakin berkembangnya pasar modal syariah di Indonesia, akan tetapi
sempat mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2008-2009. Hal ini
menunjukan adanya keterkaitan antara pergerakan JII dengan kondisi ekonomi
baik secara global maupun domestik yang pada saat itu sedang mengalami
goncangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabelvariabel makroekonomi global dan domestik terhadap JII baik secara simultan
maupun parsial, yang direpresentasikan dengan variabel harga minyak dunia, Dow
Jones Industrial Average (DJIA), BI rate, inflasi, dan kurs (USD/IDR). Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda,
dengan menggunakan SPSS 18. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara
simultan variabel-variabel makroekonomi global dan domestik berpengaruh
signifikan terhadap JII, namun secara parsial tidak semua variabel berpengaruh
signifikan. Variabel harga minyak dunia dan inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap JII sedangkan variabel DJIA berpengaruh positif dan signifikan.
Selanjutnya variabel BI rate dan kurs memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap JII.
Kata kunci: BI rate,DJIA, harga minyak dunia, inflasi, JII, kurs

ABSTRACT
SUSYLAWATI. The Influence of Global and Domestic Macroeconomics
Variables on Jakarta Islamic Index (JII) Period January 2008 – August 2014.
Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
Jakarta Islamic Index (JII) has been grown rapidly. It is appropriate with a
rapid development of islamic capital market in Indonesia, but JII had declined
significantly on 2008-2009. It shown the relationship between price movement of
JII with the condition of global and domestic economic that were shocked by
global financial crisis. The Study attempts to analyse the influence of both global
and domestic macroeconomic variables through JII (simultaneously and partially)

which are represented by crude oil price, Dow Jones Industrial Average (DJIA),
BI rate, inflation, and exchange rate (USD/IDR). This study uses multiple linear
regression as analysis method and it supported by SPSS 18. The result of this
study shown global and domestic macroeconomic variables influence JII
simultaneously. However, not all variabels had influence through JII partially.
Crude oil price and inflation did not have influence through JII, but DJIA has a
positive and significant influence. Then both of BI rate and exchange rate have a
negative and significant influence through JII.
Keywords: BI rate, crude oil price, DJIA, exchange rate, inflation, JII

PENGARUH MAKROEKONOMI GLOBAL DAN DOMESTIK
TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE
JANUARI 2008 – AGUSTUS 2014

SUSYLAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Pengaruh Makroekonomi Global dan Domestik Terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) Periode Januari 2008 – Agustus 2014
Nama
: Susylawati
NIM
: H24134029

Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 3 Juni 2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya dalam penulisan karya ilmiah ini. Penelitian ini
dilaksanakan mulai dari Oktober 2014-April 2015 dengan tema pergerakan
Jakarta Islamic Index.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM
selaku pembimbing, serta Bapak Dedi Cahyadi Sutarman, STP, MM yang telah
memberikan saran dan masukan dalam pengolahan data penelitian. Di samping
itu, tidak lupa penulis ungkapkan terima kasih juga untuk ayah, ibu, kakak serta
seluruh keluarga dan teman-teman, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, April 2015
Susylawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Hipotesis

5

Ruang Lingkup Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

6

Pasar Modal Syariah di Indonesia

6

Jakarta Islamic Index

6

Variabel Makroekonomi

7

Penelitian Terdahulu

8


METODE

10

Kerangka Pemikiran

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Jenis dan Sumber Data Penelitian

12

Populasi dan Sampel

12


Metode Analisis Data

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Perkembangan Variabel Makroekonomi

14

Hasil Uji Asumsi Klasik

21

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Global dan Domestik Terhadap
JII Secara Parsial


22

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Global Terhadap JII Secara
Simultan

25

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Domestik Terhadap JII Secara
Simultan

25

DAFTAR ISI (lanjutan)
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Global dan Domestik Terhadap
JII Secara Simultan

26

Implikasi Manajerial

27

SIMPULAN DAN SARAN

28

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

DAFTAR TABEL
1 Kapitalisasi pasar Jakarta Islamic Index
2 Penelitian terdahulu
3 Hasil uji asumsi klasik

1
9
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Pergerakan IHSG, LQ45 dan JII
Kerangka pemikiran
Perkembangan harga minyak dunia
Perkembangan DJIA
Perkembangan BI Rate
Perkembangan inflasi
Perkembangan kurs

2
11
14
16
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Daftar saham JII periode Juni 2014 – November 2014
Data penelitian
Hasil uji asumsi klasik
Hasil uji F, uji t, dan koefisien determinasi

31
32
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Industri keuangan syariah telah dijalankan di Indonesia lebih dari dua
dekade, dimulai dengan berdirinya perbankan syariah pertama yaitu Bank
Muamalat Indonesia tahun 1991 dan terus berkembang dengan diluncurkannya
Jakarta Islamic Index tahun 2000, serta dibentuknya Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) tahun 2011 yang mewadahi saham-saham syariah di Indonesia.
Industri keuangan syariah di Indonesia berkembang cepat yang dibuktikan dengan
pertumbuhannya yang relatif terus meningkat dan memiliki prospek pasar yang
sangat cemerlang karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk
beragama islam terbesar di dunia. Bank Indonesia menyatakan bahwa industri
keuangan syariah, khususnya perbankan syariah lebih resisten terhadap krisis
dibandingan industri perbankan konvensional, karena sebagian besar aktivitasnya
masih diarahkan pada aktivitas perekonomian domestik, lalu bagaimana dengan
resistensi dan stabilitas pasar modal syariah di Indonesia, mengingat globalisasi
ekonomi yang saat ini semakin mengintegrasikan perekonomian berbagai negara.
Pasar modal dianalogikan sebagai syaraf perekonomian suatu negara,
karena berperan vital dalam menunjang kelancaran aliran modal dan aktivitas
investasi, yang pada akhirnya menjadi pendorong pembangunan ekonomi. Hal itu
juga berlaku pada pasar modal syariah. menurut Utomo et al. (2014) “dibanding
bank dan asuransi syariah, pasar modal memang relatif baru, tetapi dengan
pertumbuhan yang signifikan di pasar modal...”. hal ini menunjukan bahwa pasar
modal syariah yang relatif baru di Indonesia memiliki prosepek yang baik dan
pertumbuhan yang relatif cepat yang dapat dibuktikan dengan peningkatan
kapitalisasi pasar JII setiap tahunnya kecuali pada tahun 2008 yang selengkapnya
ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kapitalisasi pasar Jakarta Islamic Index
Tahun

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
a

Kapitalisasi
pasar
(Rp Miliar)
74268.92
87731.59
92070.49
177781.89
263863.34
395649.84
620165.31
1105897.25

Pertumbuhan
(%)

Tahun

18.13
4.94
93.10
48.42
49.94
56.74
78.32

2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Kapitalisasi
pasar
(Rp Miliar)
428525.74
937919.08
1134.632
1414983.81
1671004.23
1.672099.91
194453170

Pertumbuhan
(%)
-61.25
118.87
20.97
24.70
19.09
0.06
16.29

Sumber : diolah dari Otoritas Jasa Keuangan (2002-2014)

Berdasarkan Tabel 1 kapitalisasi pasar JII mengalami perkembangan yang
cenderung terus naik dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2008 dimana
kapitalisasi pasar JII jatuh sebesar 61.25% dari 1105897.25 (Rp miliar) menjadi
428525.74 (Rp miliar). Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya
keterkaitan JII dengan subprime crisis yang terjadi pada tahun 2008 namun tidak

2
lama setelah mengalami penurunan tahun-tahun berikutnya sampai agustus 2014
kapitalisasi pasar JII kembali mengalami kenaikan.
kenai
Selain kapitalisasi pasar yang terus berkembang, pergerakan harga saham
syariah juga memiliki kecenderungan
kecender
yang terus meningkat. Pergerakan
gerakan saham
syariah di Indonesia dapat ditunjukan oleh Jakarta Islamic Index (JII),, yaitu
indeks berbasis syariah yang menunjukan pergerakan harga saham dari 30
perusahaan yang terpilih dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan
likiuditas yang dimiliki oleh perusahaan. JII dapat menjadi tolak ukur kinerja
portofolio instrumen investasi berbasis syariah di bursa efek dan menjadi acuan
dalam mengidentifikasi perkembangan dan arah saham syariah terpilih bagi
investor. Sejak diluncurkannya JII di bursa efek indonesia pergerakan harga JII
relatif terus meningkat, namun sempat mengalami penurunan yang tajam pada
tahun 2008 seperti yang digambarkan
digambarka pada Gambar 1.

Gambar 1 Pergerakan IHSG, LQ45 dan JII
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2002-2014)
Berdasarkan Gambar 1 JII menunjukan pola pergerakan yang cenderung
naik yaitu pada tahun 2006 nilai
ilai JII berada pada posisi Rp 307.62 sedangkan pada
akhir september ditutup pada posisi Rp 687.63. Disisi lain, dilihat dari
volatilitasnya pada tahun 2008 posisi JII terus merosot hingga pada posisi
terendah yaitu Rp 216.19.
19. Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan
ketidakstabilan kondisi keuangan yang disebabkan oleh efek subprime mortgage
mortgag
crisis yang melanda perekonomian global termasuk perekonomian Indonesia
sehingga hal
al tersebut menurunkan
menurunka kapitalisasi pasar JII dan indeks lainnya
ya di BEI.
Fenomena tersebut menunjukan bahwa kondisi perekonomian global memiliki
keterkaitan dengan perekonomian indonesia, termasuk pergerakan indeks syariah
didalamnya. Hal tersebut menjadi signal yang krusial bagi investor, khususnya
investor syariah untuk mempertimbangkan faktor eksternal dalam mengambil
ngambil
keputusan investasi mereka yang berkaitan dengan kestabilan perekonomian
global maupun domestik yang dapat di representasikan dengan variabel-variabel
variabel
makroekonomi. Menurut Samsul (2008) variabel makroekonomi yang
mempengaruhi kinerja saham yaitu “tingkat suku bunga domestik, kurs valas,
kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi suatu negara, inflasi, pajak
pajak,
dan jumlah uang beredar”. Apabila
A
dipelajari lebih jauh ada beragam variabel
yang dapat merepresentasikan kondisi ekonomi secara global maupun domestik
dan memiliki keterkaitan dengan pasar modal di Indonesia diantaranya harga

3
minyak dunia. Menurut Lamuningtyas (2012) “pergerakan harga minyak dunia ini
menarik perhatian publik di seluruh dunia serta menimbulkan kekhawatiran bagi
negara-negara yang menjadi konsumen utama minyak mentah, khususnya
Indonesia”. variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap
perekonomian dan pasar modal, dimana kenaikan atupun penurunan harga minyak
dunia dapat menimbulkan perubahan biaya input, inflasi, bad news untuk pasar
modal dan perubahan keuntungan perusahaan pertambangan yang selanjutnya
mempengaruhi indeks harga saham pertambangan di bursa. Selanjutnya adalah
Dow Jones Indeks yaitu indeks yang merangkum saham-saham dari perusahaanperusahaan terbesar di Amerika, indeks ini dapat merepresentasikan kondisi
perekonomian di Amerika dan memiliki peran yang penting dalam pasar modal
Amerika dan pasar modal lainnya diberbagai negara, sebab Amerika merupakan
negara yang memiliki kontrol terbesar terhadap perekonomian dunia, hal ini
sejalan dengan yang dipublikasikan IMF dimana GDP Amerika memberikan
kontribusi terbesar terhadap perekonomian dunia sehingga kondisi perekonomian
di Amerika menjadi penting dan berdampak pada perekonomian dan pasar modal
di negara-negara lain. Apabila dilihat dari kondisi makroekonomi domestik,
variabel yang harus diperhatikan adalah suku bunga (BI rate), penurunan maupun
kenaikan BI rate dapat mempengaruhi investasi di Indonesia, sebab pada saat
tingkat suku bunga BI ditingkatkan alternatif investasi di pasar uang yang
menawarkan bunga sebagai keuntungannya akan menawarkan keuntungan yang
relatif lebih besar dibandingkan return saham dipasar modal sehingga mendorong
investor untuk mengalihkan investasi mereka dan membawa sentimen negatif
terhadap pergerakan indeks harga saham, termasuk JII. Variabel utama lainnya
adalah tingkat inflasi dan kurs. Inflasi merepresentasikan sejauh mana kestabilan
perekonomian Indonesia yang digambarkan dari harga-harga konsumsi. Menurut
Antonio et al. menyatakan bahwa “inflasi juga merupakan salah satu variabel
makro yang memiliki dampak besar terhadap kegiatan perekonomian, baik
terhadap sektor riil terlebih terhadap sektor keuangan”. Kurs merupakan variabel
yang dapat merepresentasikan kondisi neraca keseluruhan serta kestabilan
keuangan di Indonesia dengan membandingkan mata uang asing dengan mata
uang domestik. Ketidakstabilan keuangan yang ditunjukan dengan tingkat inflasi
dan kurs dapat mempengaruhi kepercayaan investor dalam berinvestasi di
Indonesia yang selanjutnya dapat mempengaruhi kegiatan investasi dan indeks
harga saham di bursa termasuk JII, oleh sebab itu analisa terhadap kestabilan
makroekonomi global dan domestik menjadi penting agar investor dapat
memprediksi kemana arah pergerakan harga JII serta prospek saham-saham JII,
sehingga investor dapat menetapkan keputusan investasi yang tepat untuk meraih
keuntungan dari saham tersebut, dan selanjutnya dapat meningkatkan aktivitas
investasi di pasar modal syariah yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi
keuntungan bagi Indonesia, dimana aliran modal baik dari investor domestik
maupun asing melalui saham syariah akan terus mengalir ke Indonesia demi
mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan industri keuangan syariah,
serta memaksimalkan potensi bonus demografi yang akan dihadapi pemerintahan
baru saat ini.
Integrasi antara kondisi pasar modal konvensional maupun syariah di
Indonesia dengan beberapa fenomena dan kondisi global tersebut menyita
perhatian banyak pihak dan sudah dilakukan beberapa penelitian sebelumnya,

4
namun hasil dari penelitiannya beragam. Mengacu pada penjelasan di atas serta
fenomena hasil penelitian sebelumnya yang berbeda-beda, penulis bermaksud
menganalisa bagaimana pengaruh variabel makro global dan domestik yang
direpresentasikan dengan beberapa variabel utama terhadap pergerakan JII.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi
Global dan Domestik Terhadap Jakarta Islamic Index Periode Januari 2008–
Agustus 2014”.

Rumusan Masalah
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia yang dapat digambarkan
oleh Jakarta Islamic Index mengalami perkembangan yang terus meningkat dari
tahun ke tahun sejak diluncurkan pertama kali di lantai bursa, kecuali pada tahun
2008. Pada tahun tersebut terdapat penurunan yang dramatis baik dari segi
kapitalisasi pasar maupun pergerakannya.Penurunan kapitalisasi pasar JII pada
tahun itu mencapai 38,75% yaitu dari 1105897.25 (Rp miliar) menjadi 428525.74
(Rp miliar) dan disisi lain pergerakan harga JII juga mengalami penurunan hingga
mencapai posisi terendah sebesar Rp 216.19. Hal tersebut mengindikasikan
adanya keterkaitan globalisasi ekonomi yang semakin mengintegrasi kondisi
keuangan syariah di Indonesia dengan perekonomian global melalui berbagai
variabel seperti harga minyak dunia, dow jones industrial indeks, serta variabel
ekonomi Indonesia sendiri seperti BI Rate,Inflasi, dan Kurs. Dewasa ini fenomena
tersebut menjadi perhatian berbagai pihak dan telah diangkat dalam beberapa
penelitian sebelumnya di berbagai negara, namun hasil dari penelitiannya
berbeda-beda.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusunlan rumusan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan kurs
(USD/IDR)?
2. Bagaimana pengaruh harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan kurs
(USD/IDR) terhadap JII secara parsial?
3. Bagaimana pengaruh harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan kurs
(USD/IDR) terhadap JII secara simultan?

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.

Menganalis perkembangan harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan
kurs (USD/IDR)
Menganalis pengaruh harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan kurs
(USD/IDR) terhadap JII secara parsial
Menganalis pengaruh harga minyak dunia, DJIA, BI rate, inflasi, dan kurs
(USD/IDR) terhadap JII secara simultan

5
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang hendak di uji kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini mencakup :
H01 : Variabel makroekonomi global dan dometik tidak berpengaruh signifikan
terhadap JII secara simultan
H02 : Variabel makroekonomi global tidak berpengaruh signifikan terhadap JII
secara simultan
H03 : Variabel makroekonomi domestik tidak berpengaruh signifikan terhadap JII
secara simultan
H04 : Variabel makroekonomi global dan domestik tidak berpengaruh signifikan
terhadap JII
H11 : Variabel makroekonomi global dan dometik berpengaruh signifikan
terhadap JII secara simultan
H12 : Variabel makroekonomi global berpengaruh signifikan terhadap JII secara
simultan
H13 : Variabel makroekonomi domestik berpengaruh signifikan terhadap JII
secara simultan
H14 : Variabel makroekonomi global dan domestik berpengaruh signifikan
terhadap JII

Ruang Lingkup Penelitian
Menurut Samsul (2008) “variabel makroekonomi yang secara langsung
dapat mempengaruhi kinerja saham dan perusahaan meliputi tingkat suku bunga,
kurs valas, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi suatu negara,
tingkat inflasi, peraturan perpajakan dan jumlah uang beredar”. Berdasarkan
variabel makroekonomi tersebut maka penelitian ini membatasi variabel yang
diteliti yaitu variabel peraturan perpajakan dan siklus ekonomi sebab peraturan
perpajakan memerlukan wawancara yang mendalam dengan pelaku pasar
keuangan syariah di BEI untuk mengetahui pengaruh pertauran tersebut terhadap
JII dan siklus bisnis secara teoritis memiliki variabel pembentuk yang luas sebab
berkaitan fluktuasi pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi di Indonesia
sehingga memerlukan waktu penelitian yang relatif lebih panjang.Oleh sebab itu
ruang lingkup penelitian ini mencakup variabel makroekonomi global yang
direpresentasikan oleh harga minyak dunia dan DJIA yang mewakili kondisi
perekonomian internasional, serta variabel makroekonomi domestik yang
representasikan oleh variabel BI Rate yang mewakili suku bunga, variabel inflasi
yang senantiasa mewakili jumlah uang beredar, sebab pada dasarnya jumlah uang
beredar di suatu negara dapat merepresentasikan dan digunkan untuk
mengendalikan tingkat inflasi, sehingga inflasi dapat mewakili variabel jumlah
uang beredar dan tingkat inflasi itu sendiri, dan variabel lainnya adalah kurs
(USD/IDR) yang dapat mewakili variabel kurs valuta asing danterhadap
pergerakan harga JII periode Januari 2008 – Agustus 2014.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Pasar Modal Syariah di Indonesia
Pasar modal merupakan syaraf dari aktivitas ekonomi. Fahmi (2012)
menjelaskan bahwa “keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan
tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang bersangutan
dalam menggerakan berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan
moneter”. Menuurut Rivai et al.(2013)
“Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang
terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan (yang dikenal dengan
bursa efek)... berbeda dengan pasar uang, pasar modal menyediakan
sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang
di investasikan pada barang modal untuk menciptakan dan
memperbanyak alat-alat produksi, yang akhirnya akan menciptakan
pasar dan meningkatkan perekonomian yang sehat”
Di indonesia selain terdapat pasar modal konvensional serta pasar modal
syariah yang di awali dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada tahun 1997
oleh PT. Danareksa Investment Management (DIM) dan diluncurkannya Indeks
saham syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks pada tahun 2000. Menurut IBI (2013)
ada beberapa hal dalam aktivitas investasi yang dilarang dalam pasar modal
syariah yaitu :
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalamnya
mengandung unsur dharar (suatu yang membahayakan), gharar (unsur
ketidakjelasan), riba, maisir (spekulasi), risywah (suap), maksiat, dan
kezaliman.
2. Tindakan yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah,
maksiat, dan kezaliman.

Jakarta Islamic Index
Menurut Jogiyanto (2010) Jakarta Islamic Index (JII) merupakan “indeks
yang berisi 30 saham perusahaan yang memenuhi kriteria investasi berdasarkan
syariah islam”. Sudarsono (2013) menjelaskan bahwa
“Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah saham
dari emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah,
seperti :
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional
3. Usaha
yang
memproduksi,
medistribusikan,
serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram
4. Usaha yang memproduksi, medistribusikan dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat”.

7
Daftar 30 saham JII untuk periode pengamatan terkahir yaitu Juni 2014–
November 2014 selengkapnya terlampir pada Lampiran 2.

Variabel Makro Ekonomi
Variabel makro ekonomi adalah variabel-variabel yang dapat memberikan
gambaran dan proyeksi kondisi perekonomian suatu negara. Menurut Sukirno
(2011) variabel makroekonomi yang terutama adalah “pendapatan nasional,
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita; penggunaan tenaga kerja dan
pengangguran; indeks harga dan inflasi; kedudukan neraca perdagangan dan
neraca pembayaran; kestabilan nilai mata uang domestik (kurs)”. Sedangkan
menurut Samsul (2008) variabel-variabel makroekonomi yang secara langsung
dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan adalah “Tingkat
suku bunga domestik, kurs valuta asing, kondisi perekonomian internasional,
siklus ekonomi suatu negara, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, dan jumlah
uang yang beredar”.
Informasi mengenai stabilitas makro ekonomi yang dapat mempengaruhi
pergerakan harga saham penting untuk para investor maupun manajer keuangan,
seperti yang dijelaskan oleh Keown at al. (2011) “Harga saham mencerminkan
semua informasi yang ada di masyarakat sehubungan dengan nilai perusahaan”,
sehingga dengan mengetahui variabel apa dan seberapa berpengaruh variabelvariabel tersebut terhadap harga saham, dapat diketahui sejauhmana efisiensi
pasar dan prospek pergerakan harga di masa yang akan datang. Oleh sebab itulah
analisa terhadap kondisi makro global dan domestik menjadi penting dan tidak
terlepas dari pasar modal dimana menurut Andiyasa (2014) “globalisasi telah
memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir
seluruh pasar modal di dunia”.
Berdasarkan penjelasan mengenai variabel-variabel makro, pembatasan
masalah penelitian, serta penelitian-penelitian sebelumnya maka diambil beberapa
variabel yang dapat merepresentasikan makroekonomi global dan domestik yaitu
harga minyak dunia dan DJIA yang mewakili variabel perekonomian internasional,
BI Rate mewakili variabel suku bunga, kurs (USD/IDR), serta inflasi yang
mewakili variabel kenaikan harga secara umum serta jumlah uang beredar, sebab
pengendalian jumlah uang beredar pada dasarnya dilakukan untuk mengendalikan
inflasi sehingga variabel inflasi secara bersamaan dapat menjelaskan mengenai
kondisi jumlah uang beredar. Inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga juga dapat
merepresentasikan siklus ekonomi di Indonesia, sebab ketiga variabel tersebut
dapat menjadi signal apakah kondisi perekonomian indonesia sedang dalam
kondisi pertumbuhan yang stabil, boom, atau resesi. Variabel makroekonomi
lainnya adalah peraturan perpajakan, namun dalam penelitian ini variabel tersebut
tidak diteliti sebab diperlukan data primer dari pelaku pasar di BEI untuk
mengetahui secara mendalam bagaimana suatu peraturan perpajakan
mempengaruhi respon mereka terhadap aktivitas investasi di pasar modal yang
memberikan impilkasi pada pergerakan harga JII, selain itu peraturan perpajakan
relatif tidak mengalami perubahan yang fluktuatif karena perlu effort yang
kompleks dan pertimbangan yang mendalam untuk merubah peraturan perpajakan
yang diatur langsung oleh UUD dan selama periode penelitian tidak terjadi

8
perubahan peraturan perpajakan sehingga variabel tersebut tidak layak dijadikan
variabel penelitian sebab secara definitif variabel penelitian merupakan gejala
yang nilainya berubah-ubah sedangkan peraturan perpajakan selama periode
penelitian tidak mengalami perubahan. Oleh sebab itulah variabel makroekonomi
global dan domestik dalam penelitian ini direpresentasikan oleh :
1. Harga Minyak Dunia
Antonio et al. (2013) menjelaskan bahwa “berdasarkan data historis terlihat
bahwa fluktuasi yang terjadi pada harga minyak memberikan dampak yang besar
bagi perekonomian dan pasar modal. Ketika terjadi kenaikan harga minyak,
perekonomian selalu terjadi resesi dan jatuhnya pasar modal.” Disisi lain menurut
Witjaksono (2010) “kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan mendorong
kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan
peningkatan harga minyak akan memicu harga bahan tambang secara umum. Ini
tentu mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan
labanya.”
2. Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Dow Jones Industrial Average adalah indeks saham dari saham bluechip
dari 30 perusahaan terbesar di Amerikan Serikat. Menurut Rianti dan Tambunan
(2013) “pergerakan Index Dow Jones ini dapat mempengaruhi hampir seluruh
index saham di dunia”.
3. BI Rate
BI Rate merupakan suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral Indonesia.
BI Rate merupakan acuan tingkat suku bunga bagi berbagai lembaga keuangan.
Kenaikan dan penurunan BI Rate memberikan signal bagi kondisi kestabilan
keuangan di Indonesia. Menurut Kewal (2012) “tingkat bunga yang tinggi
merupakan sinyal negatif terhadap harga saham”. Kondisi tersebut akan
menyebabkan adanya pengalihan investasi dari pasar modal ke pasar uang yang
diasumsikan lebih menguntungkan, seperti yang dijelaskan oleh Yasmiandi
(2011) “...naiknya suku bunga deposito mendorong investor untuk menjual saham
dan menabung hasil penjualan itu dalam deposito” sehinga hubungan antara
tingkat suku bunga dengan investasi berhubungan negatif.
4. Inflasi
Menurut Sukirno (2011) “tingkat inflasi terutama dimaksudkan untuk
menggambarkan perubahan harga-harga yang berlaku dari satu tahun ke satu
tahun lainnya”. Inflasi merupakan variabel makro yang dapat mempengaruhi
fungsi dan nilai uang serta memiliki dampak yang relatif besar terhadap
perekonomian suatu negara, seperti yang dijelaskan oleh Rozalinda (2014) bahwa
inflasi dapat membawa dampak negatif terhadap “redistribusi pendapatan dan
kekayaan, distorsi harg, distorsi penggunaan uang, distorsi pajak”. Kurs (IDRUSD)
Kurs merupakan variabel makroekonomi yang merepresentasikan kondisi
neraca perdagangan. Ketidakstabilan pada variabel kurs cenderung akan
menyebabkan penurunan ekspor dan berakibat buruk pada neraca pembayaran.
Memburuknya neraca pembayaran tentunya akan berpengaruh pada cadangan
devisa. Berkurangnya cadangan devisa ini pada gilirannya akan mengurangi
kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik dan pada akhirnya
menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja saham di pasar modal.

9
Penelitian Terdahulu
Dewasa ini investor memiliki kesempatan yang luas untuk berinvestasi dan
memiliki portofolio pada pasar modal di berbagai negara. Oleh sebab itulah
integrasi antar pasar modal secara global semakin kuat begitu pula dengan
integrasi ekonomi. Keterkaitan pasar modal dan perekonomian secara global
menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti, karena fenomena ini akan
mempengaruhi kondisi perekonomian domestik suatu negara secara komprehensif.
Penelitian sebelumnya yang membahas fenomena ini ditunjukan selengkapnya
pada Tabel 2.
Tabel 2 Penelitian terdahulu
No

Judul

Penga/rang

Tahun

Ringkasan hasil

1

The Impact of Crude
Oil Price on Islamic
Stock Indices of South
East Asian (SEA)
Countries:
A
Comparative Analysis

Ahmad
Monir
Abdullah,
Buerhan
Saiti, Abdul
Mansur

2014

2

The Islamic Capital
Market Volatility : A
Comparative
Study
Between In Indonesia
and Malaysia

Muhamad
Syafii
Antonio,
Hafidhoh,
dan
Hilman Fauzi

2013

3

Safdar
Impact
of
Macro
Abbas,
economic Variables on
Safdar
Stock
Returns
:
Hussein
Evidende from KSETahir, Shahid
100 Index of Pakistan
Raza

2013

Terdapat hubungan antara indeks
saham syariah dengan variabel
komoditas terpilih (Minyak,
Emas dan Jagung). Indeks
syariah Singapura, Phillipina, dan
Indonesia merupakan variabel
Eksogen
sedangkan
indeks
syariah Malaysia dan Thailand,
Harga Minyak Dunia, Harga
Emas Dunia, dan Harga Jagung
adalah variabel endogen.
JII merespon positif minyak
dunia dalam jangka pendek, JII
merespon negatif fed rate dalam
jangka pendek dan merespon
positif dalam jangka panjang,
Indeks Dow Jones direspon
positif oleh JII dan merespon
negatif BI Rate. dalam jangka
pendek JII merespon positif kurs
dan guncangan inflasi.
Stock Return tidak berpengaruh
signifikan dengan kurs, harga
emas, GDP, T-Bill dan inflasi.
Sebaliknya,
Variabel-variabel
independen memiliki korelasi
negatif dengan stock return. Kurs
berkorelasi negatif namun

4

Analisis Faktor-Faktor
Makroekonomi yang
Mempengaruhi Return
Saham
Batubara
dalam
Kelompok
Jakarta Islamic Index
(JII)

2011

Novia
Handayani
Syukma

Variabel
CIP
&
Kurs
berpengaruh negatif terhadap
return saham BUMI dan PTBA.
IPI
dan
IHSG
Variabel
berpengaruh positif terhadap
return saham BUMI dan PTBA.
Variabel M2 dan SBI tidak
berpengaruh terhadap return
saham BUMI & PTBA

10
Tabel 2 menunjukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan indeks
harga saham syariah. masing-masing penelitian memiliki informasi yang dapat
menjadi acuan dalam penelitian ini untuk menentukan variabel-variabel
makroekonomi penelitian serta hasil penelitian sebelumnya atas pengaruh
variabel-variabel makroekonomi tersebut dengan indeks saham syariah yang
dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index (JII).

METODE
Kerangka Pemikiran
Pasar modal syariah memiliki peran penting dalam mendukung
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia. pasar modal syariah di
Indonesia mengalami perkembangan yang relatif terus meningkat sejak
peluncurannya tahun 2000, hal ini ditunjukan dari kapitalisasi serta volatilitas
pergerakan saham syariah yang ditunjukan oleh Jakarta Islamic Index (JII) yang
cenderung terus meningkat setiap periodenya kecuali pada tahun 2008. Kondisi
penurunan pergerakan JII pada tahun 2008 diperkirakan karena adanya keterkaitan
JII dengan kondisi keuangan global. Hal tersebut mengindikasikan adanya
integrasi ekonomi yang semakin kuat antara ekonomi global dengan ekonomi di
Indonesia termasuk dengan pergerakan saham syariah di Indonesia. Menurut
Fatmawati (2013) “pasar modal syariah merupakan alternatif investasi yang tidak
bisa terlepas dari variabel makroekonomi dan juga rentan dipengaruhi oleh pasar
saham internasional”, hal ini dapat dibuktikan dengan pergerakan harga JII yang
memiliki pola yang sama dengan pergerakan Dow Jones Index serta beberapa
variabel makroekonomi lainnya baik variabel makroekonomi global maupun
domestik. adapun penjelasan selengkapnya mengenai data pergerkan harga JII dan
beberapa variabel makroekonomi Global dan Domestik dapat ditunjukan pada
Lampiran 2. Fenomena ini merupakan salah satu fenomena globalisasi ekonomi
yang dapat mempengaruhi aktivitas investasi di bursa saham syariah. Untuk
menganalisa sejauhmana pengaruh kondisi ekonomi global maupun domestik
terhadap pergerakan saham syariah di Indonesia dapat dilakukan dengan
menganalisis variabel-variabel makro ekonomi global dan domestik terhadap JII.
Ilustrasi kerangka pemikiran atas penelitian ini selengkapnya ditunjukan pada
Gambar 2.

11
Pasar Modal
Syariah

Variabel
Makro
ekonomi Global :
1. Harga minyak
dunia
2. Dow Jones
Industrial
Average

Jakarta
Islamic
Index

Variabel
makro
ekonomi domestik
1. BI Rate
2. Inflasi
3. Kurs (USD/IDR)

Bursa
Efek

Investor

Indeks Saham
Syariah
Indonesia

Pengaruh Harga Minyak Dunia, DJIA, BI
Rate, Inflasi, dan Kurs Terhadap JII
(Analisis Regresi Linier Berganda)
Hasil Penelitian
Rekomendasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Keterangan :

= Pengaruh langsung
= Variabel diluar penelitian
= Alur pemikiran

Gambar 2 menunjukan bahwa penelitian ini diarahkan pada Jakarta Islamic
Index (JII) yang merepresentasikan pasar modal syariah Indonesia, sebab indeks
ini merangkup 30 saham dengan kapitalisasi tertinggi dan merupakan indeks
saham syariah yang pertama kali diluncurkan di bursa efek indonesia. Variabel
makroekonomi global direpresentasikan dengan variabel harga minyak dunia,
DJIA, BI rate, inflasi,dan kurs. Selanjutnya akan dilakukan analisa mengenai
pengaruh variabel makroekonomi global dan domestik terhadap pergerarakan
harga JII dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk bahan pertimbangan
investor dalam membuat antisipasi dan mengambil keputusan investasi syariah di
Bursa Efek Indonesia.

12
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada salah satu indeks saham syariah di bursa efek
Indonesia, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian dimulai dari Oktober
sampai dengan Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang sudah dipublikasikan dan diolah sebelumnya. Sedangkan dilihat dari
waktu pengumpulannya jenis data dalam penelitian ini adalah data time series,
mulai dari periode Januari 2008-Agustus 2014.

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pergerakan harga Jakarta Islamic Index
(JII) mulai dari pertama kali diluncurkan tahun 2000 sampai dengan tahun 2014.
Metode yang digunakan untuk menentukan sampling dalam penelitian ini adalah
judgement sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan suatu asumsi. Adapun
asumsi yang digunakan adalah data yang dapat menggambarkan kondisi kejatuhan
JII pada saat terjadi krisis keuangan global sampai dengan batas akhir waktu
pengumpulan data penelitian yaitu pada Januari 2008 sampai Agustus 2014.

Metode Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda, namun sebelum melakukan analisis utama terlebih dahulu dilakukan
analisis pendahuluan yaitu uji asumsi klasik.
A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengidentifikasi apakah data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak. Apabila data tidak berdistribusi normal
artinya data yang digunakan tidak valid dan bias. Menurut Ghozali (2012) “ada
dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis dan uji statistik”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
statistik dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengidentifikasi apakah data yang
akan digunakan dalam penelitian terbebas dari ketidaksamaan varian atas residual
pada data penelitian. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan
pada scatter plot, titik-titik pada pada grafik menyebar maka data yang di uji
terbebas dari heteroskedastisitas, namun apabila titik-titik tersebut membentuk
pola dan tidak tersebar maka data yang di uji terindikasi heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk memastikan bahwa data yang digunakan
terbebas dari error yang saling terkait dengan error yang lainnya, dimana antar

13
variabel independen dalam model regresi tidak boleh memiliki korelasi satu sama
lainnya. Pengujian autokorelasi data penelitian ini akan menggunakan uji durbin
watson (DW). dimana suatu model regresi dikatakan layak apabila terbebas dari
uji heteroskedastisitas dan uji asumsi klasik lainnya dengan nilai DW antara du
dan 4-du.
4. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengidentifikasi apakah terdapat
hubungan yang linier antar variabel independen. Metode yang digunakan untuk
pengujian ini dilakukan dengan mengidentifikasi nilai VIF
B. Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh
beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Secara matematis
persamaan regresi linier berganda dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e......................................................(1)
Keterangan :
Y Jakarta Islamic Index
X1 Harga Minyak Dunia
X2 DJIA
X3 BI Rate
X4 Inflasi
X5 Kurs
a Konstanta
b Variabel Regresi
e error
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan cara untuk menguji kebenaran dugaan. Menurut
Nachrowi dan Usman (2006) Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau
menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Uji
hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Uji t Statistik
Uji t statistik digunakan untuk menjawab hipotesis yang menunjukan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan
cara membandingkan t hitung dengan t tabel.
2. Uji F Statistik
Uji F statistik merupakan metode yang digunakan untuk menguji hipotesis
yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan F
hitung dengan F tabel.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Variabel Makroekonomi
Variabel makroekonomi global yang direpresentasikan dengan harga
minyak dunia dan DJIA serta variabel makroekonomi domestik yang
direpresentasikan dengan BI rate, inflasi, dan kurs (USD/IDR) mengalami
perkembangan yang fluktuatif setiap periodenya, hal ini bisa di amati secara detail
yaitu :
1. Harga minyak dunia
Indikator harga minyak yang di amati dalam penelitian ini adalah harga
minyak yang terbentuk di pasar spot Texas yaitu WTI (West Texas Intermediate).
WTI digunakan sebagai standar harga minyak dunia. Hal tersebut disebabkan
karena WTI memiliki kualitas minyak yang paling baik di dunia.
Berdasarkan data dari U.S. Energy Information Administration periode
Januari 2008–Agustus 2014 harga minyak dunia mengalami fluktuasi pada setiap
periode dengan fluktuasi paling tajam pada tahun 2008 seperti yang digambarkan
pada Gambar 3.

Harga minyak (USD)

160
140
120
100
80
60
40

WTI

20
Jun-14

Nov-13

Apr-13

Sep-12

Feb-12

Jul-11

Dec-10

M ay-10

Oct -09

M ar-09

Aug-08

Jan-08

0

Periode

Gambar 3 Perkembangan harga minyak dunia
Sumber: diolah dari U.S. Energy Information Administration (2014)
Berdasarkan Gambar 3 dapat diidentifikasi bahwa pada tahun 2008 harga
minyak dunia mengalami penurunan drastis dimana hal ini disebabkan karena
penurunan permintaan minyak yang disebabkan krisis keuangan global. Kondisi
tersebut semakin memperburuk kondisi pasar modal saat itu, hal ini tercermin dari
berbagai indeks saham yang senatiasa mengalami penurunan. Kondisi keuangan
yang tidak stabil dan penurunan permintaan terhadap minyak menyebabkan
perusahaan-perusahaan pertambangan menjadi kehilangan keuntungan, hal ini
semakin membuat investor menjadi insecure dan menimbulkan sikap risk
aversion yaitu realokasi ke aset yang lebih aman, sehingga menyebabkan
penurunan harga saham di sektor ini, namun penurunan ini bukan hanya pada satu

15
sektor tapi hampir semua sektor terutama sektor finansial. Namun seiring
membaiknya kondisi keuangan global, permintaan terhadap minyak kembali naik
dan membawa sentimen positif terhadap harga minyak itu sendiri. Hal ini terbukti
dengan peningkatan harga dari waktu ke waktu setelah kondisi keuangan global
membaik.
Dilihat dari pergerakannya harga minyak berfluktuasi dari waktu ke waktu
namun dengan kecenderungan yang terus naik. Pada bulan Maret tahun 2009
harga minyak dunia sebesar 47.94 (dollar/barel) sampai kuartal pertama tahun
2011 harga minyak terus naik menjadi 109.53 (dollar/barel), selanjutnya
mengalami penurunan kemudian kembali mengalami kenaikan, dan seterusnya.
Kenaikan harga minyak 2009 sampai 2011 disebabkan karena berbagai faktor
yaitu membaiknya kondisi keuangan global, peningkatan pertumbuhan ekonomi
negara-negara berkembang yang selanjutnya mendorong permintaan terhadap
minyak yang mereka butuhkan untuk mendukung perkembangan ekonomi
negaranya, terjadinya cuaca ekstrim di benua Eropa, beberapa negara bagian
Amerika serta Australia yang menyebabkan kebutuhan untuk pemanas meningkat,
yang selanjutnya menyebabkan permintaan terhadap minyak menjadi ikut
meningkat, disisi lainnya kondisi perekonomian uni eropa akibat krisis di Yunani
dan Irlandia menyebabkan para investor mengalihkan investasi mereka dari sektor
finansial ke investasi pada komoditas minyak, serta masalah sosial politik di
timur tengah. Selanjutnya proyeksi harga minyak untuk tahun 2013-2014
menunjukan bahwa harga minyak akan kembali naik, hal ini sesuai dengan yang
dilansir oleh Reforminer Institute (2012) “secara akumulasi sepanjang tahun 20132014 akan terjadi penurunan pasokan minyak dunia 1.17 juta barel per hari atau
1.3% terhadap kebutuhan minyak dunia”.
2. Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Dow jones industrial average (DJIA) adalah indeks saham yang merangkum
saham bluechip dari 30 perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Indeks Dow
Jones mewakili New York Stock Exchange dan merupakan parameter untuk
mengukur kinerja perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat, yang dapat
merepresentasikan bagaimana kondisi pasar modal di Amerika dan lebih jauh lagi
kondisi perekonomian di negara tersebut.
Perkembangan DJIA mengalami fluktuasi pada setiap periodenya namun
fluktuasi tersebut relatif meningkat kecuali pada periode Januari 2008 – Februari
2009 yang ditunjukan selengkapnya pada Gambar 4.

18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Jun-14

Nov-13

Apr-13

Sep-12

Feb-12

Jul-11

Dec-10

M ay-10

Oct -09

M ar-09

Aug-08

DJIA
Jan-08

Price Index (Rupiah)

16

Periode

Gambar 4 Perkembangan DJIA
Sumber: diolah dari Otoritas Jasa Keuangan (2008-2014)
Gambar 4 menunjukan bahwa DJIA berfluktuasi dari satu periode ke
periode lainnya, namun volatilitas yang paling mencolok terjadi pada tahun 2008
dimana indeks dow jones terus mengalami penurunan harga yang cukup besar,
dimana pada Januari 2008 nilainya sebesar Rp.12650.63 yang selanjutnya terus
menurun sampai titik terendah pada Februari 2009 dengan nilai Rp.7061.93.
Namun bulan berikutnya yaitu Maret 2009 sampai Agustus 2014 DJIA kembali
membaik dengan volatilitas indeks yang cenderung naik dari waktu ke waktu.
Kondisi penurunan dramatis DJIA pada tahun 2008 disebabkan karena
ketidakstabilan kondisi keuangan Amerika yang dipicu oleh subprime mortgage
crisis, yang selanjutnya meluas menjadi krisis keuangan global yang menghantam
berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia. Subprime mortgage crisis ini timbul
karena adanya kegagalan pembayaran atas kredit perumahan yang diberikan
kepada debitur yang memiliki credit score yang rendah, sehingga jenis kredit ini
sangat high risk. Jenis kredit perumahan ini di kemas dalam berbagai bentuk
sekuritas dan melibatkan berbagai investor serta lembaga penjamin baik dari
pemerintah Amerika maupun swasta, yang selanjutnya sekuritas-sekuritas tersebut
diperjualbelikan di pasar finansial global. Adanya default payment pada subprime
mortgage akhirnya menjadi masalah yang terakumulasi dan menjadi penyebab
ketidakstabilan keuangan dan pasar modal di Amerika, banyak investor-investor
besar, berbagai perusahaan terutama perbankan dan lembaga penjamin yang
akhirnya harus terseret dalam masalah likuiditas yang disebaban default payment
dan merosotnya kepercayaan terhadap kemampuan likuiditas mereka, sehingga
akses mereka terhadap pasar modal menjadi terhambat. Hal ini sejalan dengan
analisa Bank Indonesia (2009) yang menjelaskan bahwa
“hilangnya kepercayaan terhadap investor dan pelaku bisnis untuk
memenuhi kewajibannya, menyebabkan akses pelaku bisnis ke pasar modal dan
pasar pembiayaan jangka pendek menjadi terhambat...terbatasnya akses
pembiayaan pelaku bisnis semakin meningkatkan ketidakpastian prospek sektor
keuangan dan ekonomi secara keseluruhan. Kondisi ini memicu kejatuhan harga
saham yang lebih dalam di bursa saham seluruh dunia”

17

0.100
0.080
0.060
0.040
0.020

BI Rat e
Jan-14

M ay-13

Sep-12

Jan-12

M ay-11

Sep-10

Jan-10

M ay-09

Sep-08

0.000
Jan-08

Tingkat BI rate (%)

Oleh sebab itulah terjadinya kemerosotan DJIA di Amerika, yang
selanjutnya memberikan sentimen negatif terhadap indeks harga saham lainnya di
berbagai negara. Akan tetapi seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh
The Fed dan pemerintahan Amerika melalui injeksi likuiditas, pemotongan suku
bunga dan upaya lainnya, serta didukung oleh beberapa negara lain akhirnya
kestabilan keuangan Amerika dan dunia kembali membaik sehingga hal ini juga
ikut mendorong kenaikan indeks dow jones, dan lebih jauhnya perbaikan kondisi
keuangan secara global, sehingga seiring dengan perbaikan ekonomi setelah
melewati masa krisis global tersebut perkembangan DJIA memiliki
kecenderungan yang terus meningkat.
3. BI Rate
BI Rate merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia
untuk mencerminkan sikap kebijakan moneter yang dioperasikan dalam operasi
moneter melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang, demi tercapainya tujuan
kebijakan moneter. BI Rate dapat memberikan gambaran mengenai likuiditas di
Indonesia, signal kondisi perekononomian yang dihadapi, alat untuk menanggapi
inflasi serta menjadi suatu ukuran tingkat bunga yang ditetapkan di pasar uang.
Bank Indonesia dapat mengontrol likiuditas dengan cara menurunkan atau
menaikan nilai BI Rate. BI Rate penting untuk di analisa karena tingkat suku
bunga merupakan faktor yang krusial bagi investor baik di pasar uang maupun
pasar modal. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi keputusan investasi para
investor, dimana hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan untuk memilih
alternatif investasi. Apabila tingkat suku bunga tinggi investor memiliki
kecenderungan untuk melepas saham di pasar modal dan beralih pada sekuritas di
pasar uang karena dapat menawarkan pengembalian bunga yang tinggi, begitupun
sebaliknya apabila tingkat suku bunga relatif rendah investor cenderung bermain
di pasar modal dengan harapan mendapatkan return saham dan capital gain yang
relatif lebih besar dibandingkan suku bunga yang ditawarkan di pasar uang.
Berikut ini adalah gambaran perkembangan BI Rate selama periode
penelitian mulai dari Januari 2008–Agustus 2014 yang ditunjukan oleh Gambar 5.

Periode

Gambar 5 Perkembangan BI Rate
Sumber: diolah dari Bank Indonesia (2008-2014)

18
Gambar 5 menunjukan bahwa tingkat BI Rate senantiasa berfluktuasi sesuai
dengan ketetapan Bank Indonesia. Pada bulan April tahun 2008 tingkat BI Rate
tercatat sebesar 8% kemudian terus meningkat sampai mencapai 8.8% pada awal
tahun 2009. Hal ini merupakan salah satu respon Bank Indonesia terhadap
dampak krisis keuangan global yang menyebaban capital outflow di Indonesia
yang disebabkan oleh kebutuhan likuiditas para investor dan sikap mereka yang
cenderung menarik dana investasi ataupun mengalihkan investasi mereka pada
sektor yang lebih low risk. Sebagian besar investor di pasar modal Indonesia
adalah investor asing oleh sebab itulah krisis keuangan global menjadi sangat
berpengaruh terhadap pasar modal Indonesia. Kebijakan untuk meningkatkan BI
Rate pada waktu itu diharapkan dapat menjaga kestabilan gairah perekonomian
yang melemah dan untuk menjaga stabilitas makro jangka panjang. Tingkat
bunga dalam negeri yang cukup tinggi di harapkan dapat menarik minat investor
untuk menanamkan uangnya di Indonesia dan menciptakan capital inflow.
Meningkatkan investasi berarti meningkatkan gairah perekonomian yang pada
saat itu sedang lesu. Namun seiring dengan perbaikan kondisi keuangan global
tingkat BI Rate ikut menyesuaikan, hal ini disebabkan karena terjaganya
kecukupan likuiditas di pasar uang. Selanjutnya pada beberapa bulan di akhir
tahun 2009 BI Rate kembali mengalami kenaikan, hal ini disebabkan adanya
perlambatan pertumbuhan ekonomi, oleh sebab itulah Bank Indonesia merespon
kondisi tersebut yang salah satunya melalui BI Rate. Berdasarkan tinjauan
kebijakan moneter Bank Indonesia (2013) menyebutkan bahw

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh harga komoditas dunia terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di BEI

0 10 132

Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

2 9 189

Perbandingan kinerja saham syariah periode 2008-2009

2 36 125

Perbandingan kinerja portofolio optimal pada saham Jakarta islamic index : JII dan indeks lq45 periode tahun 2010-2014

0 22 0

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Syariah di Beberapa Negara terhadap Jakarta Islamic Index (JII)

3 12 58

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Jakarta Islamic Index (Jii) Periode Januari 2008 – Desember 2014.

0 2 18

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Jakarta Islamic Index (Jii) Periode Januari 2008 – Desember 2014.

0 5 12

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2012- Analisis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2012-2014.

0 2 16

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2012- Analisis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2012-2014.

0 2 15

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2008 - 2013.

0 0 156