PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2008 - 2013.

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
TAHUN 2008 - 2013

SKRIPSI
Oleh:
Rahmawanti Azizah
NIM: C04211113

Universitas Islam Negeri Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah
Surabaya

2015

PENGESAHAN
Skripsi yang ditulis oleh Rahmawanti Arrzah NIM C0421lll3

ini telah


dipertahankan di depan sidang Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Selas4 Tanggal 10 Februari

2015, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
progam Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Ekonomi Islam.
Majelis Munaqasah Skripsi:

Ketua

Imam Buchori. M.Si

NIP. 19680926200003 1001

Penguji II,

Pembimbing

Uk-


NrP. 1965061 5 l 991021001

Vidia Gati. SE. Ak MEI.
NrP. 197605102007012030
Surabaya,

l1 Februari

2015

Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

. 19740209t998031002

tv

ql
Imam Buchori M.Si

NIP. 19680926200003 1001

PERNYATAAI{ KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah

ini:

Nama

Rahmawanti Azizah

NIM

c042tttt3

Semester

W

Fakultas / Prodi


Ekonomi & Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah

Judul Skripsi

'?engmuh Variabel Malaoekonomi Terhadap Indeks
Hmga Saham Gabrmgan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index

(JII) Tahun 2008-2013"
Dengao ini menyatakan bahwa skripsi
penelitian atau karya sendiri,

ini

secara keseluruhan adalah hasil

kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

srmbernya-


Suabaya" 09 Januari 2015
Saya yang menyatakan,

Rahmau'mtiAziah

NIM: C04211113

PERSETLIJUAN PHidBn

BING

Skripsi yang ditulis oleh Rahmawauti Azizah NIM
diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Srnabaya, 09 Januai 201 5

Pernbimbitg,

ffieM.Ivf'$i


NIF. 1ffi8092620m031001

s

CM2llll3 ini telah

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makroekonomi Internal dan
Eksternal Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII) Tahun 2008-2013” ini merupakan hasil penelitian empiris yang bertujuan
untuk menjawab pertanyaan apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal
(PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII) tahun 2008 hingga tahun 2013. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2013 dari laporan
bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia, Laporan Statistik Bursa Efek
Indonesia, dan publikasi pertumbuhan ekonomi Badan Pusat Statistik Indonesia.
Metode yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan SPSS 19.
Hasil pengujian uji f menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000

artinya variabel independen (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, harga minyak, dan Indeks Dow Jones)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (IHSG dan JII).
Selanjutnya hasil pengujian uji hipotesis uji t terhadap IHSG (Y1) menunjukan
bahwa nilai signifikansi PDB (X1) sebesar 0,372, inflasi (X2) sebesar 0,677, tingkat
suku bunga (X5) sebesar 0,389 dan harga minyak dunia (X6) sebesar 0,055. Dari
keempat nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PDB, inflasi, suku bunga
dan harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap IHSG karena memiliki p value
> 0,05. Sedangkan jumlah uang beredar (X3), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
(X4) dan Indeks Dow Jones (X6) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ditunjukan P value sebesar 0,000.
Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial terhadap JII (Y2) menunjukan nilai
signifikansi PDB (X1) sebesar 0,268, inflasi (X2) sebesar 0,097, tingkat suku bunga
(X5) sebesar 0,704 dan harga minyak dunia (X6) sebesar 0,641. Dari keempat nilai
signifikansi tersebut menunjukkan bahwa PBD, inflasi, suku bunga dan harga
minyak dunia tidak berpengaruh terhadap JII karena memiliki p value > 0,05.
Sedangkan niali signifikansi jumlah uang beredar (X3) sebesar 0,001, nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS (X4) sebesar 0,000 dan Indeks Dow Jones (X6) sebesar
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah dan
Indeks Dow Jones mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap JII dengan

ditunjukan P value < 0,05.
Sehingga dari hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa secara
simultan variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi, jumlah uang
beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, harga minyak,
dan Indeks Dow Jones) berpengaruh sigifikan terhadap IHSG dan JII. Secara parsial
jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Indeks Dow Jones
berpengaruh terhadap IHSG dan JII. Sedangkan PDB, inflasi, tingkat suku bunga
dan harga minyak dunia secara parsial tidak berpengaruh terhadap IHSG dan JII.
Oleh sebab itu, hendaknya investor yang berinvestasi di IHSG dan JII dapat
mengambil keputusan yang tepat ketika terjadi perubahan jumlah uang beredar,
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Indeks Dow Jones. Sebab variabel
makroekonomi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG maupun JII,
sehingga hasil penilitian ini dapat digunakan investor sebagai indikator untuk
mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya kerugian yang mungkin terjadi ketika
berinvestasi di pasar modal.
v

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
D. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................. 12
1. Indeks Harga Saham Gabungan ............................................... 12
2. Jakarta Islamic Indeks ................................................................ 12

3. Teori Variabel Makroekonomi .................................................... 13
a. Produk Domestik Bruto ........................................................ 13
b. Tingkat Inflasi ........................................................................ 15
c. Tingkat Jumlah Uang Beredar ............................................. 18
d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS ............................... 19
e. Tingkat Suku Bunga SBI ...................................................... 21

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

f. Harga Minyak Dunia ............................................................. 22
g. Indeks Dow Jones ................................................................ 23
4. Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap Indeks Harga Saham.................................................. 24
a. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap IHSG

dan JII .......................................................................................... 24
b. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap IHSG dan JII ............... 25
c. Pengaruh Tingkat Jumlah Uang Beredar terhadap IHSG


dan JII .......................................................................................... 26
d. Pengaruh Nilai Tukar terhadap IHSG dan JII .................... 26
e. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG dan JII .... 27
f. Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap IHSG dan JII ..... 28
g. Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG dan JII ....... 29
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................. 30
C. Kerangka Konseptual........................................................................ 39
D. Hipotesis ............................................................................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 44
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 44
D. Variabel Penelitian ............................................................................ 45
E. Definisi Operasional .......................................................................... 47
1. Independen Variabel ................................................................... 47
a. Indeks Harga Saham Gabungan......................................... 47
b. Jakarta Islamic Indeks .......................................................... 47
2. Dependen Variabel ..................................................................... 48
a. Produk Domestik Bruto ........................................................ 48
b. Inflasi ...................................................................................... 48
c. Jumlah Uang Beredar........................................................... 49

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS .................................. 49
e. Suku Bunga Indonesia ............................................................ 50\
f. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ..................................... 50
g. Indeks Dow Jones ................................................................... 51
F. Data dan Sumber Data ......................................................................... 51
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ..................................... 53
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 53
a. Field Research ......................................................................... 53
b. Internet Research .................................................................... 53
2. Teknik Analisis Data ..................................................................... 54
a. Regresi Berganda .................................................................... 54
b. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 55
1) Uji Heteroskedastisitas .................................................... 55
2) Uji Autokolerasi ............................................................... 56
3) Uji Normalitas ................................................................. 56
4) Uji Multikolinearitas ....................................................... 57
c. Uji Hipotesis ........................................................................... 58
1) Uji t .................................................................................. 58
2) Uji f .................................................................................. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Indeks Harga Saham Gabungan .......... 61
1. Profil Indeks Harga Saham Gabungan ...................................... 61
2. Komponen Indeks Harga Saham Gabungan ............................. 62
3.

Proses Pelaksanaan Perdagangan .............................................. 67
a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ........................ 67
b. Proses Pelaksanaan Perdagangan secara Remote .............. 68

B. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Indeks .........................70
1. Profil Jakarta Islamic Indeks ..................................................... 70
2.

Kriteria Emiten di Jakarta Islamic Indeks ................................ 70

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Komponen Saham Jakarta Islamic Indeks ................................ 73
4. Proses Pelaksanaan Perdagangan .............................................. 75
a. Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa ...................... 75
b. Proses Pelaksanaan Perdagangan Secara Remote ........... 76
C. Deskripsi Variabel Penelitian ........................................................... 78
1. Perkembangan Data Indeks Harga Saham Gabungan .............. 78
2. Perkembangan Data Jakarta Islamic Indeks ............................. 80
3. PDB ........................................................................................... 82
4. Inflasi ......................................................................................... 84
5. Jumlah Uang Beredar ................................................................ 86
6. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS .................................... 88
7. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) ........................................... 90
8. Tingkat Pertumbuhan Harga Minyak ....................................... 92
9. Indeks Dow Jones ...................................................................... 94
D. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 96
1. Uji Normalitas ........................................................................... 96
2. Uji Multiolenieritas .................................................................. 98
3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 99
4. Uji Autokolerasi ........................................................................ 101
5. Regresi Linear Berganda ........................................................... 102
6. Uji Hipotesis .............................................................................. 106
a. Uji Simultan (Uji f) .......................................................... 106\
b. Uji Parsial (Uji t) ............................................................. 109

BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 113
1. Pengaruh Simultan .................................................................... 113
a. Pengaruh

Simultan

Variabel

Makroekonomi

terhadap IHSG ................................................................. 113

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Pengaruh

Simultan

Variabel

Makroekonomi

terhadap JII .................................................................... 114
2. Pengaruh Parsial .................................................................... 116
a. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap
IHSG ............................................................................... 116
1) PDB ........................................................................... 116
2) Inflasi ......................................................................... 117
3) Jumlah Uang Beredar.............................................. 118
4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS................... 119
5) Tingkat Suku Bunga ................................................ 120
6) Harga Minyak ........................................................... 121
7) Indeks Dow Jones.................................................... 122
b. Pengaruh Parsial Variabel Makroekonomi terhadap
JII .................................................................................... 123
1) Pertumbuhan GDP .................................................. 123
2) Inflasi ......................................................................... 124
3) Jumlah Uang Beredar.............................................. 125
4) Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS................... 126
5) Tingkat Suku Bunga ................................................ 128
6) Harga Minyak Dunia ................................................ 129
7) Indeks Dow Jones.................................................... 130

BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 132
B. SARAN ............................................................................................ 140

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 141

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Investasi di pasar modal dewasa ini sangat dilirik oleh para
investor,

hal ini dikarenakan adanya perkembangan perekonomian

dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi pertumbuhan
investasi di negara tersebut. Pasar modal merupakan salah satu alat
penggerak perekonomian suatu negara karena pasar modal merupakan
sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang
diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan
dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.1
Secara

umum,

pasar

modal

merupakan

tempat

kegiatan

perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Fungsi
utama pasar modal adalah sebagai sarana akumulasi dana bagi
pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Sumber pendanaan melalui
pasar modal dianggap paling murah sebagai sumber dana karena
mempunyai resiko kecil dibanding dengan sumber lainnya. Martini
menyatakan bahwa melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh
dana dari masyarakat/investor yang dapat digunakan untuk usaha,

1

Aditya Novianto, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp),
Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999-2010” (Skripsi - Universitas Diponegoro, Semarang, 2011), 2.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.2 Sehingga berinvestasi
di pasar modal sangat membantu investor untuk mengelola dana secara
efektif dan menghasilkan return yang tinggi.
Oleh sebab itu, sebelum menanamkan modalnya investor harus
memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi harga saham yang ada
di Bursa Efek Indonesia agar investor tidak salah dalam mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham sehingga dapat
menghasilkan return yang tinggi. Salah satu sumber informasi yang
diperlukan oleh investor untuk mengetahui pergerakan harga saham
adalah dengan menggunakan indeks harga saham. Indeks harga saham
merupakan salah satu indikator utama yang mencerminkan kinerja sahamsaham di pasar modal.
Saat ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks.3
Diantara indeks-indeks tersebut, yang seringkali digunakan oleh investor
sebagai tolak ukur kinerja seluruh sistem adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII). IHSG merupakan salah
satu indikator utama pergerakan yang mencerminkan perubahan harga
saham dalam aktifitas perdagangan saham konvensional, sedangkan
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah satu indikator utama

2

3

Sofia Febri Ayu Coria. “Pengaruh Perubahan Produk Domestic Bruto, Inflasi Dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan” (Skripsi - - Universitas Airlangga,
Surabaya, 2012), 1.
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx (diakses Rabu, 8 Oktober
2014 Pukul 20.25).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pergerakan saham yang berlandaskan syariah. Perbedaan utama IHSG dan
JII terletak pada screening process yang dilakukan terhadap JII.
Gerakan indeks saham di suatu pasar modal tersebut dapat
menjelaskan apakah aktifitas transaksi saham-saham yang diperjual
belikan dipengaruhi oleh sentimen positif (aksi beli) atau sentimen
negatif (aksi jual). Berita baik seperti membaiknya perekonomian suatu
negara, meningkatnya kinerja para emiten, semakin kondusifnya iklim
investasi, membaiknya masalah keamanan suatu negara maka hal tersebut
merupakan sentimen positif untuk para investor. Di sisi lain, jika terjadi
aksi teror, kudeta, peperangan di suatu negara, hal ini merupakan
sentimen negatif bagi para investor.4 Sehingga dalam pergerakan indeks
saham tersebut, tidak terlepas dari berbagai faktor internal maupun
eksternal yang mempengaruhinya, salah satunya adalah variabel
makroekonomi.
Sharpe

menyatakan

bahwa

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu indikasi aktivitas
ekonomi agregat seperti GDP, nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, dan
tingkat suku bunga, selain itu adanya kebijakan pemerintah yang
mendukung perkembangan pasar modal seperti kemudahan bagi
perusahaan-perusahaan yang akan meng-go public-kan sahamnya akan
mendorong semakin banyaknya pelaku pasar modal, pertumbuhan

4

Nachrowi Djalal Nachrowi, “Prediksi IHSG Dengan Model Garch dan ARIMA”, Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol.VII, No.2 ( Januari, 2007) , 74.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

ekonomi makro serta perkembangan politik di dalam negeri juga turut
mempengaruhi pasar modal suatu negara.5
Pada tahun 2008 krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat
yang dimulai sejak tahun 2007 telah memperburuk kondisi perekonomian
Amerika Serikat secara keseluruhan dan berakibat pada krisis keuangan
dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari bangkrutnya
salah satu bank investasi terkemuka di Amerika Serikat, jatuhnya indeks
Dow Jones, meningkatnya harga minyak dunia yang berdampak pada
tingginya inflasi, yang pada akhirnya menyebabkan perekonomian dunia
mengalami perlambatan pertumbuhan. Di Indonesia, hal ini tercermin dari
melemahnya nilai kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang
menembus Rp. 9.416, peningkatan suku bunga Bank Indonesia hingga
9,25% dan IHSG turun hingga level 1.832,507 atau mengalami penurunan
sebesar 33,26% dari IHSG pada akhir 2007.6
Pada tahun 2009 di saat perekonomian dunia belum sepenuhnya
pulih, pemerintah berhasil mengambil kebijakan dan langkah strategis
yang cepat dan tepat, sehingga tercipta kestabilan politik dan ekonomi.
Situasi ini telah mendukung kinerja Bursa Efek Indonesia dalam
mewujudkan strategi dan langkah tepat untuk mengamankan pasar modal
dan meredam gejolak pasar, sehingga pelaku pasar dapat mengambil

5

6

Anis Wijayanti, “Pengaruh Beberapa Variabel Makroekonomi dan Indeks Pasar Modal Dunia
terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI”, Jurnal Administrasi &
Bisnis, Vol.1 No.2 (Juli 2013), 2.
tp., Building Convidence in The Global Market Turbulence, (Jakarta: Indonesian Stock
Exchange), Annual Report 2008, 28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

keputusan berinvestasi secara rasional. Upaya ini membuahkan hasil
dengan kesuksesan BEI menutup tahun 2009 dengan prestasi sebagai
bursa dengan kinerja IHSG tertinggi kedua di Asia Pasifik.7 BEI menutup
tahun 2009 dengan pencapaian IHSG terbesar 2.534,356 meningkat
86,98% dari tahun 2008 dan tertinggi pertumbuhannya dibandingkan
bursa-bursa lain di Asia Tenggara.8
Berbeda dengan tahun 2009, Meskipun perekonomian nasional
dibayangi laju inflasi dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun
2010 tercatat 6,96% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 2,78% namun hal
ini mampu diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1% lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 4,6%. Sedangkan dari sisi nilai
tukar, kurs Rupiah pada akhir tahun 2010 mencapai Rp. 8991 per dolar
AS atau terdepresiasi sebesar 4,35% dibandingkan dengan kurs Rupiah
akhir tahun 2009 yang berada diposisi Rp. 9.400 per dolar AS.9 Selain
itu, kondisi fundamental ekonomi yang kuat dan stabil menjadi salah satu
faktor dominan terhadap pencapaian kinerja pasar modal secara
keseluruhan dan BEI khususnya.10
Pemerintah juga mampu menjaga stabilitas sosial dan politik
sehingga menciptakan rasa nyaman dan aman bagi pelaku pasar. Sehingga
7

tp., Overcoming Global Crisis, Winning Back The Confidence, (Jakarta: Indonesian Stock
Exchange), Annual Report 2009, 5.
8
Ibid., 14.
9
tp., Entering New Frontiers Beyond Expectations, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange), Annual
Report 2010, 21.
10
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

kseluruhan faktor pendukung tersebut mendorong kepercayaan investor
baik

investor

domestik

maupun

investor

asing

untuk

tetap

menginvestasikannya di Pasar Modal Indonesia. Hal ini tercermin dari
nilai investasi bersih (net buying) investor asing sebesar 57,87% dari Rp
13,29 trilliun di akhir 2009 menjadi Rp. 20,98% per 31 Desember 2010.
Oleh sebab itu, bisa difahami jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
selama tahun 2010 mencatat kenaikan tertinggi di kawasan Asia Pasifik
setelah Bursa Efek Colombo (Srilanka).11
Di awal tahun 2011, aktivitas investasi di pasar modal lebih
ditentukan oleh faktor eksternal, terutama permasalahan krisis utang di
Eropa. Pelaku pasar pun masih dihinggapi ketidakpastian tentang
perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pengaruh kondisi
perekonomian global ini tercermin pada kinerja IHSG yang mengalami
naik turun cukup signifikan. Pada 1 Agustus 2011, IHSG mencapai titik
tertinggi di level 4.193,44 atau tumbuh sebesar 13,23% dibandingkan
dengan penutupan pasar di pada 30 Desember 2010. Namun indeks
mengalami penurunan hingga 8,8% pada September 2011 dan menyentuh
titik terendahnya pada tanggal 4 Oktober 2012 yakni 3,269,45. Namun
perkembangan situasi selanjutnya menunjukkan sisi yang positif.12
Pada tahun 2012, perekonominan Indonesia tumbuh stabil di saat
gejolak pasar keuangan dunia masih terasa efeknya dan belum pulih

11
12

Ibid.
tp., Sterenghening Resilience Embracing Growth., (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),
Annual Report 2011, 22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

sepenuhnya. Kinerja ekonomi positif tersebut ikut mendorong tumbuhnya
pasar modal Indonesia. Meskipun nilai rata-rata transaksi harian turun,
tetapi secara keseluruhan pasar bergerak positif. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi di angka 4.375,17 pada
November 2012. Meskipun terjadi fluktuasi, namun sampai dengan akhir
perdagangan tahun 2012, IHSG masih mampu bertahan di titik 4.316,69
dan mencatat pertumbuhan positif 12,94% dibandingkan penutupan tahun
2011.13
Demikian pula pada tahun 2013, Indeks Harga Saham Gabungan
meningkat di awal tahun namun kembali terkoreksi pada akhir tahun,
meskipun sempat memecahkan rekor tertinggi di level 5.214,98 pada
tangal 20 Mei 2013. Di penghujung 2013 IHSG ditutup di level 4.274,18
atau mengalami koreksi sebesar 0,98% dibanding tahun sebelumnya yang
di tutup di level 4.316,69. Kondisi ini tidak bisa dihindarkan seiring
dengan dinamika yang terjadi di ekonomi makro maupun ekonomi global.
Ekonomi makro hanya mampu tumbuh 5,78% tidak mencapai 6,3%
seperti yang ditargetkan di APBN-P. Indikator lainnya juga kurang
kondusif bagi kegiatan pasar modal. Nilai Rupiah terhadap dolar AS
mengalami penurunan hingga akhir tahun menjadi Rp.12.189 per dolar
AS. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah sepanjang 2013 adalah 10.425
per dolar AS, lebih rendah dari target APBN-P 2013 yang ditetapkan
Rp.9.600 per dolar AS. Laju inflasi juga bergerak di luar perkiraan yaitu
13

tp., Broadening, Opportunities, Entering The Next Level, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange),
Annual Report 2012, 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

8,38% selama tahun kalender 2013, lebih tinggi dari target 7,2%. Begitu
pula dengan tingkat BI rate yang mencapai 7,5% serta terjadinya defisit
transaksi berjalan yang semakin membuat investor untuk menahan diri
untuk berinvestasi di pasar modal.14
Di tingkat global, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2012
mencapai 3,22%, sedangkan pada tahun 2013 tumbuh hanya 3,01%.
Meskipun ekonomi di beberapa negara kawasan Eropa (zona Euro) belum
mengalami recovery, tapi pertumbuhan ekonomi global ditandai oleh
pemulihan ekonomi di sejumlah negara yang selama ini sering menjadi
barometer seperti Amerika Serikat, Jepang, China dan India. Namun
pemulihan ekonomi di negara adidaya itu justru menimbulkan efek yang
kurang kondusif dalam negeri. Kebijakan yang ditempuh Bank Sentral
AS, Federal Reserve (The Fed), tentang pengurangan stimulus

(quantitave easing) telah menyebabkan keluarnya dana-dana jangka
pendek dari Indonesia. Kebijakan ini menjadi salah satu faktor turunnya
IHSG di kuartal IV dan melemahnya nilai rupiah.15
Berdasarkan

fenomena

tersebut, peneliti

ingin

melakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makroekonomi
internal dan eksternal terhadap indeks saham dengan prinsip konvensional
pada IHSG dan indeks saham dengan prinsip syariah pada JII pada kurun

14

tp., Embarking on a New Journey, (Jakarta: Indonesian Stock Exchange) Annual Report 2013,
28.
15
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

waktu 2008 hingga 2013 untuk melihat pengaruh yang akan timbul
selama terjadi kondisi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,
jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?
2. Apakah variabel makroekonomi internal dan eksternal (PDB, inflasi,
jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, tingkat
suku bunga (SBI), harga minyak, dan Indeks Dow Jones) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah variabel makroekonomi internal dan
eksternal (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan
Indeks Dow Jones) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

terhadap perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Jakarta Islamic Index (JII).
2. Untuk mengetahui apakah variabel makroekonomi internal dan
eksternal (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan
Indeks Dow Jones) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic
Index (JII).
D. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Untuk mengetahui bukti empiris mengenai pengaruh variabel
makroekonomi (PDB, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, tingkat suku bunga (SBI), harga minyak, dan
Indeks Dow Jones) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Jakarta Islamic Index (JII).
2. Bagi perusahaan yang sahamnya tergabung dalam IHSG maupun
dalam JII hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
pengaruh perubahan variabel makero ekonomi internal dan eksternal
yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat
inflasi, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar, perubahan nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS, perubahan tingkat suku bunga,
tingkat pertumbuhan harga minyak dunia, dan perubahan indeks Dow
Jones terhadap IHSG dan JII sehingga investor dapat mengambil

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

keputusan

untuk

menjual

atau

membeli

saham

agar

dapat

meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
3. Peneliti/penulis sendiri, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai investasi di pasar modal.
4. Peneliti selanjutnya, sebagai referensi dalam meneliti dan mengkaji
masalah yang sama di masa yang akan datang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah penggambaran
secara keadaan harga-harga saham secara keseluruhan pada waktu
yang berbeda sehingga dapat dilihat kecenderungan kenaikan atau
penurunan. IHSG merupakan perbandingan total nilai pasar saham
terhadap total nilai dasar saham yang merupakan salah satu indikator
bagi perkembangan suatu pasar modal. Selain itu IHSG dapat
dikatakan sebagai pencerminan dari berbagai fenomena ekonomi,
bahkan fenomena sosial politik.1
2. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang berisi 30 saham
syariah yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia. Saham-saham yang
masuk JII dipilih dari saham saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia yang masuk DES (Daftar Efek Syariah) yang ditetapkan
Bapepam dan LK serta dipilih berdasarkan urutan terbesar dari ratarata nilai kapitalisasi dan nilai perdagangan dalam setahun.2

1

2

Alfarisi Muslim, “Indeks Developed Market (Dow Jones, FTSE100, NKY225) Dan Indeks
Emerging Market (BVSE, SENSEX) Dengan IHSG Sebelum dan Selama Krisis” (Skripsi - Universitas Airlangga, Surabaya, 2011), 9.
http://www.bapepam.go.id/syariah/edukasi/faq.html diakeses pada tanggal 2 Desember 2014
Pukul 10.14.

12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia berkerjasama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam yaitu Jakarta
Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja
saham-saham

yang

berbasis

syariah

serta

untuk

lebih

mengembangkan pasar modal syariah.3
3. Teori Variabel Makroekonomi
Beberapa variabel makroekonomi yang akan penulis gunakan
dalam menganalisis pengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan dan Jakarta Islamic Indeks adalah produk domestik bruto,
tingkat inflasi, tingkat jumlah uang yang beredar, nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS, tingkat suku bunga SBI, harga minyak dunia, dan
Indeks Dow Jones.
a. Produk Domestik Bruto
Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu
tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: Produk
Domestik Bruto/PDB (gross domestic product/GDP), Produk
Nasional Bruto (gross national product/ GNP) serta pendapatan
nasional netto (net national product/NNP).4

3
4

Ibid., 12.
Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Gross Domestic Products (GDP) dapat diartikan sebagai
nilai pasar semua

barang dan jasa akhir yang diproduksikan

didalam suatu negara atau perekonomian dalam kurun waktu
tertentu.
Produk

Domestik

Bruto

dinilai

sebagai

statistika

perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai
ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. PDB
mengukur nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final)
yang diproduksi dalam sebuah negara.5
Jenis PDB digolongkan menjadi 2, yaitu PDB nominal dan
PDB riil. PDB nominal adalah nilai produksi barang dan jasa
yang di ukur dengan harga-harga di masa sekarang, sedangkan
PDB riil adalah menilai suatu produksi barang dan jasa dengan
menggunakan harga-harga tetap/konstan.6
Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Tandelin menjelaskan bahwa
jika pertumbuhan ekonomi membaik maka daya beli masyarakat
pun akan meningkat, dan memberikan kesempatan bagi
perusahaan untuk meningkatkan penjualan, dan pada akhirnya
merupakan

kesempatan

perusahaan

untuk

meningkatkan

keuntungan. Laba yang tinggi menjadi daya tarik bagi para
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga
5
6

Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro Edisi ke 3 , (Jakarta: Salemba, 2006), 6.
Gregory Mankiw, Makroekonomi Edisi ke 6, (Jakarta; Erlangga, 2006), 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

apabila semakin banyak permintaan atas saham perusahaan maka
harga saham akan meningkat.7
b. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum dan berlangsung
secara terus menerus.8 Veneries dan Sebold (1978:603),
mendefinisikan

inflasi

sebagai

suatu

kecenderungan

meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus
sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level of

prices to rise over time).
Dari tersebut di atas, setidaknya ada tiga hal yang penting
ditekankan, yaitu9:
1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat,
yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada
waktu yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan

dengan

sebelumnya,

tetapi

tetap

menunujukkan tendensi yang meningkat.

Ika Sisbintari, “Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal
Kebijakan Pubilik & Bisnis, Vol.6 No.2 (Januari-Juni 2012), 7.
8
Prathama Raharja, et al. Teori Ekonomi Makro, (Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
7

9

Universitas Indonesia, 2004) 155.
Muana Nanga, Makroekonomi Teori Masalah dan Kebijakan , (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2001), 241.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

2. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara
terus menerus (sustained) yang berarti bukan terjadi pada
suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
3. Bahwa tingkat harga yang dimaksud di sini adalah tingkat
harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami
kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi
saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Untuk mencegah dan menanggulangi inflasi, maka
menurut Nopirin, pemerintah dapat melakukan kebijaksanaan
berikut ini:10
1. Kebijaksanaan Moneter.
Kebijaksanaan moneter diambil untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat yaitu dengan caa menaikkan
tingkat suku bunga melalui instrument Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
2. Kebijaksanaan Fiskal.
Kebijakan

fisikal

menyangkut

pengaturan

tentang

pengeluaran pemerintah dan perpajakan, artinya inflasi dapat
ditekan apabila pemerintah mengurangi pengeluarannya dan
menaikkan pajak.

10

Dindha Ayu Mitra Dyani, “Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (Periode Juli 2005-Juni2008)” (Skripsi - - Universitas Brawijaya, Malang, 2009), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output.
Kenaikan jumlah output barang dapat menekan inflasi,
karena dengan banyaknya jumlah barang di dalam negeri
cenderung menurunkan harga. kenaikkan jumlah output
barang ini dapat dicapai salah satunya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk impor barang.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indeks.
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan cara penentuan harga
berdasarkan indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah,
artinya jika indeks harga naik, maka gaji atau upah juga akan
naik.
Ang menyatakan bahwa inflasi yang tinggi menyebabkan
menurunnya

keuntungan

suatu

perusahaan,

sehingga

menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif. Menurut
Tandelilin , kinerja bursa efek ikut mengalami penurunan jika
inflasi meningkat. Inflasi yang tinggi akan berdampak naiknya
harga-harga secara umum, dan ini berdampak pada melonjakkan
biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami
persaingan investasi yang artinya adanya kecenderungan investor
berinvetasi di pasar uang dan tentunya dapat mengakibatkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

harga saham di pasar modal mengalami penurunan secara
signifikan.11
c. Tingkat Jumlah Uang yang Beredar
Uang adalah persediaan aset yang segera digunakan untuk
melakukan transaksi.12 Menurut Sadono Sukirno, uang beredar
adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu,
adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral dalam bank-bank umum.13 Uang beredar adalah uang
yang beredar di tangan masyarakat. Cakupan dan definisi ini terus
berkembang dan perhitungannya dapat berbeda antara negara satu
dengan negara lainnya.
Namun

demikian,

dua

pendekatan

utama

dalam

menghitung jumlah uang yang beredar yaitu: pendekatan
transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas

(liquidity approach). Pendekatan ini memandang bahwa jumlah
uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan
untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah
uang yang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1. Di
Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal yang terdiri
atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas pada
Ria Astuti, et al. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar, Kurs Rupiah,
Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG 2008-2012”, Journal Of Social and
Politic Of Science, Vol.2 No.4 (2013), 18.
12
Gregory mankiew, Macroeconomic Edisi ke 5, (Jakarta: Erlangga, 2003), 76.
13
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2004), 49.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan bank umum
dan uang giral yang terdiri atas rekening giro, kiriman uang,
simpanan berjangka, dan tabungan dalam rupiah yang sudah jatuh
tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam
rupiah pada sistem moneter.14
d. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Nilai tukar rupiah (exchange rate) adalah perbandingan
antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah
pusat

pasar

valuta

asing

berperan

sebagai

agen

yang

mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing.
Di dunia terdapat 3 macam sistem penetapan nilai tukar,
menurut Hady, sistem tersebut meliputi:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate

System).
Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus
perdagangan dan investasi internasional atau antar negara
dapat berjalan lancar.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate

System).

14

Rowland Bismark Fernando Pasaribu, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Indeks Saham Syariah Indonesia”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol 7 No.2 (Juli 2013), 120.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Dalam sistem ini nilai tukar atau forex rate suatu mata
uang atau valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran

pada

bursa

valuta

asing.

Sistem

nilai

tukar mengambang dibagi menjadi dua yaitu:
a) Freely Floating Rateatau Clean Float.
Adalah sistem dengan tidak adanya campur tangan
pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap
valuta asing di bursa valuta asing.
b) Managed Float atau Dirty Float.
Adalah sistem dengan adanya campur tangan
pemerintah dalam permintaan dan penawaran terhadap
valuta asing di bursa valuta asing. Sistem ini banyak
digunakan oleh berbagai negara di dunia termasuk di
Indonesia.
c) Sistem Nilai Tukar Terkait (Pegged Exchange Rate

System).
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan
nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang
negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini
dilakukan oleh beberapa negara di Afrika yang mengaitkan
nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis.
Kurs merupakan variabel yang banyak diperhatikan oleh
investor. Saat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dollar

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

AS maka investor akan cenderung untuk memegang dollar
karena hal tersebut akan lebih menguntungkan bagi investor,
selain itu keuntungan mata uang rupiah yang diperoleh oleh
investor asing setelah dikonversikan dalam mata uang dollar
akan

menjadi

lebih

sedikit.

Sehingga

dengan

tingkat

keuntungan yang lebih rendah ketika kurs rupiah terdepresiasi
akan mengakibatkan investor menarik uangnya dalam pasar
saham dan memindahkanya untuk diinvestasikan ke pasar valas.
Hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham jika investor
secara besar-besaran menjual sahamnya (over-supply) untuk
diinvestasikan ke pasar valas.
e. Tingkat Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan 47 oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan
maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BISSSS. Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum
dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana
sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar
sekunder.15

15

http://www.bi.go.id diakses pada tanggal 1 Juli 2014 Pukul 23.19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Tingkat suku bunga menurut Reilly dan Brown (2003:422)
merupakan harga atas dana yang dipinjam. Kenaikan atas suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia diikuti pula oleh kenaikan suku
bunga deposito. Suku bunga deposito cenderung berpengaruh
negatif terhadap harga saham, sehingga semakin tinggi suku
bunga deposito maka harga saham akan semakin menurun.16
f. Harga Minyak Dunia
Harga minyak bumi seperti yang disebutkan dalam berita
pada umumnya mengacu pada harga spot minyak perbarel (159
liter) jenis WTI (West Texas Intermediate) yang diperdagangkan
pada New York Mercantile Exchange (NYMEX) atau jenis
minyak Brent

yang diperdagangkan pada

Intercontinental

Exchange (ICE). Harga satu barel minyak mentah dunia sangat
tergantung pada kedua kelas tersebut, yang ditentukan oleh
faktor-faktor seperti berat jenis atau API dan kandungan sulfur,
serta lokasinya. Tolok ukur minyak mentah dunia lainnya yang
cukup penting antara lain harga minyak OPEC, Dubai Crude, serta
Tapis Crude (Singapura).
Menurut Prasetiono, kenaikan harga minyak Dunia dapat
memberikan dampak yang berbeda pada setiap harga saham, baik
pada saham perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
16

Ike Nofiatin, “Hubungan Inflasi Suku Bunga, Produk Domestik Bruto, Nilai Tukar, Jumlah
Uang Beredar, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Periode 2005-2011)”, Jurnal
Aplikasi Manajemen, Vol.11 No.2 (Juni 2013), 216.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

maupun saham pada perusahaan yang bergerak di luar bidang
pertambangan. Pada perusahaan non pertambangan, kenaikan
harga minyak bisa membawa dampak yang negatif karena akan
mengakibatkan kenaikan biaya produksi dan secara tidak langsung
akan menurunkan harga saham. Sedangkan pada perusahaan
pertambangan kenaikan harga minyak akan berdampak positif
pada penerimaan yang akan diperoleh yang akan mengakibatkan
kenaikan harga saham.
g. Indeks Dow Jones
Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di
Amerika selain dari Indeks transportasi Dow Jones. Indeks Dow
Jones dikeluarkan pertama kali pada tanggal 26 Mei 1896 oleh
editor Wall Street Journal dan Dow Jones & company. In