Analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia Periode 2003-2009

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

PERBANKAN SYARI`AH DI INDONESIA

PERIODE 2003-2009

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Lia Andriani

NIM: 106084004341

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M


(2)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

PERBANKAN SYARI`AH DI INDONESIA

PERIODE 2003-2009

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Lia Andriani NIM: 106084004341

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja SE, MM Utami Baroroh S. Pi, M.Si NIP. 19490602 197803 1 001

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M


(3)

Hari ini Rabu Tanggal 15 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Lia Andriani dengan NIM: 106084004341

dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN

SYARI`AH DI INDONESIA PERIODE 2003-2009”. Memperhatikan hasil dan

kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, SE, MM Utami Baroroh, S.Pi, M.Si Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Dr. Suhenda Wiranata, ME


(4)

Hari ini Senin Tanggal 27 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Lia Andriani NIM: 106084004341

dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN

SYARI`AH DI INDONESIA PERIODE 2003-2009”. Memperhatikan

penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Lukman M. Si Zuhairan Y. Yunan SE, M.Sc Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Lia Andriani

NIM : 106084004341

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun sanduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Desember 2010


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Diri:

Nama Lengkap : Lia Andriani

Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tgl. Lahir : Jakarta, 08 Desember 1988

Agama : Islam

Email : [email protected]

Alamat : Jl. Cendrawasih Rt 004 Rw 011 No. 84

Cipayung - Ciputat, Tangerang Selatan 15411

Pendidikan Formal:

1. Periode 1993-1994 : TK Bina Aksara Cipayung 2. Periode 1994-2000 : SDN Ciputat VII

3. Periode 2000-2003 : SMPN 1 Pamulang 4. Periode 2003-2006 : SMAN 1 Ciputat

Pendidikan Non Formal:

Periode 2001-2005 : Mengikuti pendidikan Bahasa Inggris pada lembaga pendidikan Bahasa Inggris Intensive English Course (IEC) cabang Ciputat.

Latar Belakang Keluarga: 1. Ayah : Drs. Supardi 2. Ibu : Djanges Suliah

3. Alamat : Jl. Cendrawasih Rt 004 Rw 011 No. 84 Cipayung - Ciputat, Tangerang Selatan 15411

Pengalaman Kerja:

1. Mengajar di TPA Al-Muhajirin, Cipayung


(7)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of profit and loss sharing, the Jakarta Islamic Index (JII), inflation rate, Gross Domestic Product (GDP) and exchange rate of Rupiah/US$ against the demand of mudaraba financing on banking sharia in Indonesia in the short and long term. The analysis was done using monthly time series data which published by Bank Indonesia and the Indonesia Stock Exchange period 2003 to 2009. The method which is used in this study apply model dynamic Error Correction Model (ECM), which is popularized by Engle and Granger.

The results showed that the Jakarta Islamic Index (JII), Gross Domestic Product (GDP) and exchange rate of Rupiah/US$ variables both short and long term significantly influences the demand of mudaraba financing on banking sharia in Indonesia. While the level of profit and loss sharing and inflation rate variables both short and long term did not significantly affect the demand of mudaraba financing on banking sharia in Indonesia.

Keywords: Mudaraba financing, the level of profit and loss sharing, Jakarta Islamic Index (JII), inflation rate, Gross Domestic Product (GDP), exchange rate of Rupiah/US$, Error Correction Model (ECM)


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil, Jakarta Islamic Index (JII), tingkat inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs Rupiah/US$ dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtut waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia periode 2003 hingga 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dinamis Error Correction Model (ECM) yang dipopulerkan oleh Engle dan Granger.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Jakarta Islamic Index (JII), Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs Rupiah/US$ baik jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia. Sedangkan variabel tingkat bagi hasil dan tingkat inflasi baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia.

Kata kunci: Pembiayaan mudharabah, tingkat bagi hasil, Jakarta Islamic Index (JII), tingkat inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), kurs Rupiah/US$, Error Correction Model (ECM)


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita, barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad shalaallahu `alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.

Atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PADA PERBANKAN SYARI`AH DI INDONESIA PERIODE 2003-2009”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang ada. Serta penulis menyadari betul bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya usaha, bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ummi dan Abiku tercinta, love you so much.. atas seluruh pengorbanan yang telah Kalian berikan dengan penuh ketulusan, seluruh do`a yang Kalian panjatkan dengan penuh keikhlasan. Jasa-jasa Kalian tidak akan pernah bisa aku balas sampai kapanpun. Oleh karena itu aku berdo`a semoga Allah Azza Wa Jalla mengampuni dosa-dosa Kalian dan membalasnya dengan kebaikan yang sangat banyak. Allahumma aamiiinn.


(10)

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Lukman, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, SE, MM, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Utami Baroroh, SPi, M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa kuliah.

7. Ade-adeku yang aku sayangi, akhirnya kakakmu yang imut ini bisa juga kan menyelesaikan skripsinya, mantab-mantab ^^ Barokallahu fiik.

8. Keluarga pakde dan budehku, jazakumullohu khoyron katsiron untuk komputernya, makanannya, tempat tidurnya, dan semua-semuanya ya. Senang deh bisa menginap di sana ^^.

9. Saudara-saudara seimanku, Teman-teman senasib dan seperjuanganku, Keluarga besar Ekonomi Islam.. Yunita, Saras, Yeni, Winda, Lia, Sari, Iwas, Laras, Yanti, Joy, Ovi, pokoknya semua deh! Duh senengnya bisa kenal kalian semua. Semangat-semangat!!! Ayo abis lulus cepet-cepet nikah ya pada^^ oh iya hampir lupa!! mau mengucapkan special syukron for Iwas, Yanti dan Sapi.. terima kasih ya buat semua-semuanya.. terutama buat ngolah datanya^^

10. Saudari-saudari seaqidahku, hadooohhh…. Dah jarang ketemu nih sama antuna semua gara-gara sok sibuk sama tugas skripsi ci.. kangen… semoga abis kelar ini kita ketemu lagi ya. Uhibbukum fillah.


(11)

11. Pokoknya semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Jazakumullahu khoyron katsiron.

Para pembaca yang budiman, tulisan yang berada dihadapan Anda inilah karya penulis. Semua manfaat yang terkandung di dalamnya adalah milik Anda. Oleh karena itu, jika Anda mendapatkan kebaikan di dalamnya, maka janganlah Anda segan untuk mendo`akan penulis, karena do`a orang mukmin bagi saudaranya dari kejauhan akan dikabulkan. Dan jika Anda mendapat kesalahan, maka maafkanlah dan perbaikilah.

Penulis memohon kepada Allah Azza Wa Jalla akan ampunan-Nya, petunjuk-Nya, karunia-Nya serta keselamatan di dunia dan akhirat. Penulis berlindung kepada Allah dari kesempitan tempat berdiri pada hari Kiamat kelak, hari di mana harta dan anak tidak lagi mendatangkan manfaat kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan Allah selalu menepati janji.

Jakarta, Desember 2010


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Grafik ... xiii

Daftar lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syari`ah ... 12

1. Definisi Bank Syari`ah ... 12

2. Prinsip Bank Syari`ah ... 14

B. Permintaan Uang Dalam Islam ... 17

C. Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan... 27

1. Definisi Pembiayaan Perbankan ... 27

2. Definisi Sistem dan Sistem Pembiayaan ... 28

3. Jenis-jenis Pembiayaan ... 29


(13)

D. Pembiayaan Mudharabah ... 33

1. Definisi Mudharabah ... 33

2. Landasan Syari`ah... 33

3. Jenis-jenis Mudharabah ... 35

4. Aplikasi Dalam Perbankan ... 36

5. Manfaat Mudharabah ... 37

6. Risiko Mudharabah ... 38

7. Penentuan Bagi hasil dalam Skema Mudharabah ... 38

E. Bagi Hasil ... 40

F. Jakarta Islamic Index (JII) ... 44

G. Inflasi ... 48

H. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 55

I. Kurs Mata Uang ... 61

J. Penelitian Terdahulu ... 66

K. Kerangka Pemikiran ... 72

L. Hipotesis Penelitian ... 78

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 81

B. Metode Penentuan Sampel ... 81

C. Metode Pengumpulan Data ... 82

D. Metode Analisis ... 83

1. Uji Stasioneritas ... 83

a. Uji Akar-akar Unit ... 84

b. Uji Derajat Integrasi ... 85

2. Uji Kointegrasi ... 87

3. Asumsi Klasik ... 90

a. Multikolinieritas ... 91

b. Heteroskedastisitas ... 91

c. Autokorelasi ... 92

4. Error Correction Term (ECT) ... 94


(14)

E. Operasional Variabel Penelitian ... 97

1. Variabel Dependen (Y) ... 97

2. Variabel Independen (X) ... 98

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 100

1. Sejarah Singkat Perbankan Syari`ah ... 100

2. Perkembangan Bank Syari`ah di Indonesia ... 104

3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah ... 106

4. Perkembangan Tingkat Bagi hasil ... 108

5. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII) ... 110

6. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia ... 112

7. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 114

8. Perkembangan Kurs Rupiah/US$ ... 116

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 118

1. Uji Akar-Akar Unit ... 119

2. Uji Derajat Integrasi ... 121

3. Uji Kointegrasi ... 122

4. Uji Asumsi Klasik ... 124

a. Multikolinieritas ... 124

b. Heteroskedastisitas ... 125

c. Autokorelasi ... 126

5. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ... 127

a. TBH dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah ... 130

b. JII dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah ... 132

c. Tingkat Inflasi dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah ... 133

d. PDB dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah ... 135

e. Kurs Rupiah/US$ dan Permintaan Pembiayaan Mudharabah ... 136


(15)

6. Analisis Ekonomi... 137

a. Pengaruh JII dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang 138 b. Pengaruh PDB dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 140

c. Pengaruh Kurs Rupiah/US$ dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang……… ... . 141

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………. 144

B. Implikasi……….. 148

DAFTAR PUSTAKA………. .. 153


(16)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Komposisi Dana Pihak Ketiga yang Dihimpun Perbankan Syari`ah…. 5

1.2 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan………. 6

2.1 Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil……… 16

2.2 Perbandingan Antara Bank Syari`ah dan Bank Konvensional………… 17

2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu……….. 70

4.1 Jaringan Kantor Perbankan Syari`ah………... 106

4.2 Hasil Estimasi Akar-akar Unit Pada Level………. 120

4.3 Hasil Estimasi Akar-akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama………. 121

4.4 Nilai Regresi Uji Kointegrasi……….. 123

4.5 Hasil Uji Correlation Matrix……….. 125

4.6 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test………. 126

4.7 Hasil regresi LM-Test………. 127


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Hubungan Antara a dan Y di Pasar Uang……… 22

2.2 Bentuk Kurva LAM Vertikal………... 23

2.3 Gambar Kurva LAM Horizontal………. 24

2.4 Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam………. 25

2.5 Pembiayaan Mudharabah……… 34

2.6 Bagi Hasil dalam Skema Mudharabah………... 38

2.7 Kurva Demand Pull Inflation………. 51

2.8 Kurva Cost Push Inflation……….. 52

2.9 Kerangka Pemikiran………... 77


(18)

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Halaman

4.1 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah Periode 2003-2009……. 107

4.2 Perkembangan Bagi Hasil Periode 2003-2009……….. 109

4.3 Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2003-2009…… 110

4.4 Perkembangan Inflasi Periode 2003-2009………. 112

4.5 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Periode

2003-2009……….. 114


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Penelitian……….... 158

2. Hasil Estimasi Akar-akar Unit PM Pada Level………. 161

3. Hasil Estimasi Akar-akar Unit TBH Pada Level……… 162

4. Hasil Estimasi Akar-akar Unit JII Pada Level………... 163

5. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Tingkat Inflasi Pada Level…... 164

6. Hasil Estimasi Akar-akar Unit PDB Pada Level……… 165

7. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Kurs Rupiah/US$ Pada Level.. 166

8. Hasil Estimasi Akar-akar Unit PM Pada First Different……… 167

9. Hasil Estimasi Akar-akar Unit TBH Pada First Different……. 168

10. Hasil Estimasi Akar-akar Unit JII Pada First Different………. 169

11. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Tingkat Inflasi Pada First Different………. 170

12. Hasil Estimasi Akar-akar Unit PDB Pada First Different……. 171

13. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Kurs Rupiah/US$ Pada First Different... 172

14. Hasil Estimasi Regresi Linier……… 173

15. Hasil Regresi Uji Kointegrasi………... 174

16. Hasil Uji Correlation Matrix……… 174

17. Hasil Uji White Heteroskedasticity Test………... 175

18. Hasil Uji LM-Test………. 175


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Sejak awal kelahirannya, perbankan syari`ah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslim untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo Mesir.

Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana ini, bank syari`ah tumbuh dengan sangat pesat yang beroperasi di seluruh dunia, baik di negara-negara yang berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia dan Amerika. Satu hal yang juga patut dicatat adalah saat ini banyak nama besar dalam dunia keuangan internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang dan subsidiaries yang berdasarkan syari`ah.

Dalam dunia pasar modal pun, Islamic fund kini ramai

diperdagangkan, suatu hal yang mendorong singa pasar modal dunia Dow Jones untuk menerbitkan Islamic Dow Jones Index . Oleh karena itu tak heran


(21)

jika Scharf, mantan direktur utama bank syari`ah Denmark yang non muslim itu, menyatakan bahwa bank syari`ah adalah partner baru pembangunan.

Berkembangnya bank-bank syari`ah di negara-negara Islam berpengaruh sampai ke Indonesia. Aspek hukum yang mendasari perkembangan bank syari`ah di Indonesia adalah UU No 7 Tahun 1992. Dalam UU tersebut prinsip syari`ah masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syari`ah secara tegas dinyatakan dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 tahun 2004.

Dalam Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syari`ah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi

bank-bank konvensional untuk membuka unit syari`ah atau bahkan

mengkonversikan diri secara total menjadi bank syari`ah.

Di sisi yang lain, banyak pihak yang sangat diuntungkan dengan kehadiran perbankan syari`ah di Indonesia terutama dunia usaha. Pada saat produsen harus membayar input modal yang digunakan, terutama ketika tidak menggunakan modalnya sendiri. Produsen akan mencari pembiayaan dari pihak lain, misalnya melalui perbankan syari`ah. Atas penggunaan modal dari pihak lain ini kemudian produsen harus memberikan kompensasi kepada pemilik modal.


(22)

Dalam ekonomi konvensional, kompensasi ini terutama berwujud bunga, karenanya bunga dapat disebut sebagai price of capital. Dalam ekonomi Islam, eksistensi bunga tidak bisa dipertahankan karena adanya larangan Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengenai hal ini. Bunga adalah riba, sedangkan riba adalah haram. Sebagai alternatif penggantinya ajaran Islam menawarkan konsep profit and loss sharing atau bagi rugi dan bagi untung (sering disebut bagi hasil saja) yang dipandang lebih mencerminkan keadilan bagi para pelaku ekonomi.

Aktivitas bagi hasil yang dilakukan perbankan syari`ah ini memang potensial dalam menggerakkan dunia usaha yaitu untuk memajukan usaha produktif. Sebagai sektor yang tergolong modern usaha produktif tidak bisa dilepaskan dari keberadaan perbankan, karena selama ini banyak yang memperoleh kredit atau pinjaman dari sektor perbankan. Mekanisme pembiayaan melalui perbankan syari`ah yang berbasis bagi hasil akan lebih fleksibel dalam menyikapi kondisi dunia usaha, yang adakalanya dihadapkan pada kondisi untung dan adakalanya dihadapkan pada kondisi rugi.

Sistem pembiayaan bagi hasil ini sangat berbeda dengan sistem pembiayaan perbankan konvensional berbasis bunga yang mengasumsikan hasil usaha akan selalu bernilai positif, sehingga peminjam (pelaku usaha) harus selalu dapat membayar pokok pinjaman berikut bunganya. Kondisi ini akan sangat membebani pelaku usaha, terutama jika ia mengalami kerugian, sementara penyedia modal akan berada pada pihak yang terus menerus diuntungkan. Kondisi yang berat sebelah ini membuat dunia usaha semakin


(23)

terpuruk. Sehingga berdasarkan kenyataan empiris tersebut memang perlu adanya alternatif pembiayaan yang bisa memberikan iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan menggerakkan kembali sektor ekonomi riil.

Berdasarkan pengamatan lebih mendalam, terdapat keunikan yang terjadi di dalam Statistik Perbankan Syari`ah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dari data tahun 2003 sampai tahun 2009 pembiayaan (nominal) bagi hasil bukanlah pembiayaan yang menempati posisi utama, pembiayaan murabahah yang berprinsip jual beli dan sewalah yang mendominasi dari seluruh pembiayaan yang ada (Statistik Perbankan Syari`ah, 2009). Dengan kata lain permintaan akan pembiayaan bagi hasil masih cenderung berada di bawah pembiayaan murabahah.

Kegentingan pembiayaan (kredit) pada bank syari`ah di Turki yang disinyalir oleh Starr dan Yilmaz (2005) juga mengalami hal yang sama seperti di Indonesia yaitu disebabkan adanya masalah pada sisi permintaan kredit. Transaksi syari`ah lebih didominasi (90%) oleh murabahah dari pada mudharabah. Murabahah merupakan bentuk transaksi pembelian barang melalui bank, mirip dengan kredit konsumen pada perbankan konvensional.

Sementara mudharabah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sistem transaksi bagi untung dan bagi rugi (profit and loss sharing) atau jika usaha untung atau rugi baik pihak pemodal (bank) maupun

pengusaha harus bersama-sama menanggungnya (Antonio, 1999).


(24)

syari`ah untuk menggantikan konsep riba atau tingkat suku bunga yang diterapkan oleh perbankan konvensional.

Konsep mudharabah dipergunakan baik untuk mengumpulkan

modal dari masyarakat maupun untuk menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada nasabah. Dari sudut pengumpulan dana, mudharabah mendominasi penghimpunan dana perbankan syari`ah di Indonesia. Yakni pada tahun 2007, deposito mudharabah telah mencapai 52,86% dari total pengumpulan dana perbankan syari`ah. Pada tahun 2008 dan 2009 mengalami kenaikan masing-masing menjadi 54,66% dan 56,62% (lihat tabel 1.1).

Tabel 1.1

Komposisi Dana Pihak Ketiga yang Dihimpun Perbankan Syari`ah (Dalam Milyar Rupiah)

Jenis Data 2007 2008 2009

Nilai share Nilai Share Nilai share

Giro Wadiah 3.750 13,39% 4.238 11,50% 6.202 11,87%

Tabungan Mudharabah 9.454 33,75% 12.471 33,84% 16.475 31,52%

Deposito Mudharabah 14.807 52,86% 20.143 54,66% 29.595 56,62%

Total 28.012 100% 36.852 100% 52.271 100%

Sumber: Bank Indonesia, 2009

Sementara itu, untuk menyalurkan pembiayaan selama periode itu justru paling besar ditempati oleh transaksi murabahah yaitu sekitar 59,24% pada tahun 2007, 58,87% pada tahun 2008, dan 56,14% pada tahun 2009. Sebaliknya model penyaluran pembiayaan mudharabah relatif masih rendah, seperti pada tahun 2007 hanya sebesar 19,96%, pada tahun 2008 turun menjadi 19,40% dan naik menjadi 22,21% pada tahun 2009 (lihat tabel 1.2)


(25)

Tabel 1.2

Komposisi Pembiayaan yang Diberikan (Dalam Milyar Rupiah)

Jenis Pembiayaan 2007 2008 2009

Nilai share Nilai Share Nilai share

Musyarakah 4.406 15,77% 6.205 16,25% 6.597 14,07%

Mudharabah 5.578 19,96% 7.411 19,40% 10.412 22,21%

Piutang Murabahah 16.553 59,24% 22.486 58,87% 26.321 56,14%

Piutang Istishna` 351 1,26% 369 0,97% 423 0,9%

Lainnya 1.056 3,78% 1.724 4,51% 3.134 6,68%

Total 27.944 100% 38.195 100% 46.886 100%

Sumber: Bank Indonesia, 2009

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa untuk penghimpunan dana, cara mudharabah sudah mampu menghimpun dana relatif besar, sementara untuk pembiayaan mudharabah masih kalah jauh dari murabahah. Di kalangan praktisi perbankan syari`ah memang sering ada pendapat bahwa banyak masyarakat menyimpan uang di perbankan syari`ah dengan sistem mudharabah karena bagi hasilnya tinggi, sehingga masyarakat merasa “diuntungkan”. Sebaliknya dalam urusan pembiayaan masyarakat justru menghindari mudharabah, karena bagi hasilnya tinggi di mana yang diuntungkan adalah pemilik modal (bank).

Hal ini memang sungguh disayangkan karena, meskipun perbankan syari`ah memiliki karakteristik bagi hasil, berprinsip dengan sistem bagi hasil, tetapi pada kenyataannya total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip murabahah (jual beli). Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih mengembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil di Indonesia karena menutup


(26)

kemungkinan disalurkannya dana pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Dalam pandangan Islam, uang dapat berkembang hanya dengan suatu produktivitas yang nyata.

Selain itu, apabila ditinjau dari konsep bagi hasil, maka harus ada return yang dibagi, hal tersebut hanya bisa terjadi bila uang digunakan untuk usaha produktif. Bila ditinjau dari prinsip ketaatan terhadap syari`ah, pembiayaan dengan prinsip jual beli dan sewa menimbulkan celah lebih besar untuk melakukan penyimpangan terhadap prinsip syari`ah, ditambah lagi dengan risiko yang dihadapi akan lebih besar. Hal ini berbeda dengan prinsip pembiayaan mudharabah yang berbagi rugi dan berbagi untung.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meneliti pembiayaan mudharabah dengan analisis tidak hanya terfokus pada sektor perbankan tetapi juga di luar sektor perbankan. Variabel sektor perbankan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat bagi hasil dan Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan variabel di luar sektor perbankan yang digunakan antara lain: tingkat inflasi, PDB dan kurs Rupiah/US$ yang sebenarnya sangat mungkin berpengaruh terhadap kelancaran penyaluran pembiayaan mudharabah.

Oleh karena itu dengan berpijak dari masalah-masalah di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mengenai permintaan pembiayaan mudharabah dengan mengambil judul:


(27)

“ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARI`AH DI

INDONESIA PERIODE 2003-2009.”

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah baik jangka pendek maupun jangka panjang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah tingkat bagi hasil (TBH) berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?

2. Apakah Jakarta Islamic Indeks (JII) berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?

3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?

4. Apakah Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?


(28)

5. Apakah kurs Rupiah/US$ berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil (TBH) dalam jangka pendek

maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah

pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.

b. Menganalisis pengaruh Jakarta Islamic Indeks (JII) dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. c. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun

jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.

d. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009. e. Menganalisis kurs Rupiah/US$ dalam jangka pendek maupun jangka

panjang terhadap permintaan pembiayaan mudharabah pada perbankan syari`ah di Indonesia periode 2003-2009.


(29)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi mahasiswa:

1) Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk

meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosional. 2) Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis

yang diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja.

b. Bagi praktisi lembaga-lembaga keuangan

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khususnya perbankan syari`ah yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha, dari sudut pandang lembaga keuangan Islam, khususnya perbankan syari`ah sebagai lembaga nirlaba yang menggunakan sistem keuangan syariah.

c. Bagi pemerintah, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan, untuk menentukan kebijakan dalam pengembangan serta pemberdayaan perbankan syari`ah yang memiliki peran sebagai lembaga yang ikut andil dalam menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor riil yang ada di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional.


(30)

d. Bagi pihak lain

Memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan lembaga keuangan atau lembaga pembinaan berbasis syari`ah dalam hal ini adalah perbankan syari`ah sebagai lembaga pemberdayaan umat baik dari kalangan atas, menengah maupun bawah, baik dari pelaku rumah tangga, pengusaha maupun pelaku ekonomi lainnya, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Bank Syari`ah

1. Definisi Bank Syari`ah

Dalam Booklet Perbankan Indonesia edisi Maret 2006 dijelaskan pengertian tentang perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah (Kairo: al-Maktabah at-Tijariyah al- Kubro, 1955) mendefinisikan mengenai basis syari`at yaitu hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna, rahmat, kebahagiaan dan kebijaksanaan. Apapun yang mengubah keadilan menjadi penindasan, rahmat menjadi kesulitan, kesejahteraan menjadi kesengsaraan dan hikmah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya dengan syari`at. Adapun prinsip syari`ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari`ah. Berdasarkan pemaparan


(32)

di atas maka Heri Sudarsono (2003:18) mendefinisikan bank syari`ah sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip-prinsip syari`ah.

Bank Syari`ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, bank syari`ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari`at Islam. (Muhammad, 2004:1). Bank Syari`ah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari`ah yaitu jual beli dan bagi hasil. (Y Sri Susilo, 2000:110).

Antonio (2001) membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari`ah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari`ah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank syari`ah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syari`at (hukum) Islam.


(33)

2. Prinsip Bank Syari`ah

Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syari`ah adalah (Zainul Arifin, 2006:12):

a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.

b. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah.

c. Memberikan zakat.

Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syari`ah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-Qur`an riba adalah haram. Pernyataan ini ditegaskan oleh ayat-ayat dalam Al-Qur`an antara lain sebagai berikut:

a. QS. Al-Baqarah ayat 276:

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

b. QS. Al-Baqarah ayat 279 yang artinya:

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu, dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”


(34)

Selain itu dalam beberapa hadist juga disebutkan tentang riba diantaranya:

a. Dari Jubair radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam mencela penerima dan pembayar bunga, orang yang mencatat begitu pula yang menyaksikan. Beliau bersabda; “Mereka semua sama-sama berada dalam dosa”. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad; dalam Heri Sudarsono, 2003:3)

b. Dari Ubaidah bin Sami radhiyallahu `anhu, Rasulullah shalallahu `alahi wa sallam bersabda; “Emas untuk emas, perak untuk perak, gandum untuk gandum. Barang siapa membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba, pemberi dan penerima sama saja (dalam dosa)”. (HR Muslim dan Ahmad; dalam Heri Sudarsono, 2003:3)

Dalam pengertian syari`ah, riba memiliki dua kategori yaitu riba nasi`ah dan riba fadhl. Riba nasi`ah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya. Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya (Umer Chapra, 2000:22).

Untuk menghindari perbuatan yang dilarang dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah, maka bank-bank yang menganut prinsip syari`ah menerapkan prinsip bagi hasil yang sesuai dengan syari`ah. Dan inilah yang membedakan bank yang menganut prinsip syari`ah dengan bank


(35)

konvensional yang telah ada selama ini. Di mana bank konvensional masih menerapkan bunga sebagai imbalan yang diterima oleh nasabahnya. Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil

Keterangan Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan besarnya hasil Sudah ditentukan sebelumnya Ditentukan sesudah berusaha,

sesudah ada untungnya

Indikator yang ditentukan Bunga, besarnya nilai rupiah Menyepakati proporsi pembagian

untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, dst

Jika terjadi kerugian Ditanggung oleh nasabah Ditanggung oleh kedua belah pihak,

yaitu nasabah dan lembaga

Proses perhitungan hasil Dari dana yang dipinjamkan,

bersifat fixed (tetap)

Dari keuntungan yang akan diperoleh, belum tentu besarnya Titik perhatian proyek atau

usaha

Besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah pasti

akan diterima oleh bank

Keberhasilan proyek atau usaha menjadi perhatian bersama antara

nasabah dan lembaga Penghasilan yang akan

didapat

Pasti: (%) x jumlah pinjaman yang telah diketahui

Proporsi: (%) x jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui

Status hukum Berlawanan dengan

QS. Luqman ayat 34

Sesuai dengan QS. Luqman ayat 34

Sumber: Muhammad, 2004: 4

Sedangkan perbandingan antara bank konvesional dan bank yang menganut prinsip syari`ah adalah seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut:


(36)

Tabel 2.2

Perbandingan Antara Bank Syari`ah dan Bank Konvensional

Bank Syari`ah Bank Konvensional

1) Investasi yang halal 1)Investasi halal dan haram

2) Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa 2) Memakai perangkat bunga

3) Profit dan falah oriented 3) Profit oriented

4) Hubungan kemitraan 4) Hubungan debitur-kreditur

5) Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Syari`ah Nasional (DSN)

5) Tidak terdapat dewan sejenis Sumber: M. Syafi’i Antonio dalam Angga Atmawardhana, 2006: 51

B.

Permintaan Uang dalam Islam

Dalam sistem ekonomi Islam, (Metwally, 1995:87) menyebutkan bahwa terdapat dua motif seorang muslim memegang uang baik dari segi permintaan maupun penawaran yaitu:

1. Motif transaksi (transaction motive) 2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Motif transaksi timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara regular terhadap transaksi yang dilakukan. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dalam ekonomi Islam ini berhubungan dengan tingkat pendapatan. Artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan maka jumlah uang yang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan dan demikian sebaliknya. Motif kedua seorang muslim memegang uang adalah motif berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, untuk keperluan masyarakat di masa yang akan datang (berjaga-jaga), guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan


(37)

yang tidak disangka untuk pembelian di muka. Permintaan uang dengan motif spekulasi (seperti yang diutarakan Keynes) tidak dijumpai dalam sistem ekonomi Islam. Oleh karena itu permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagai fungsi dan tingkat bunga menjadi nol (tidak ada) dalam moneter Islam (Nurul Huda et al, 2008:83).

Praktek spekulasi ini dilarang dalam sistem ekonomi Islam disebabkan karena spekulasi akan memudharatkan pihak lain. Praktek spekulasi menyebabkan keadaan ekonomi suatu negara tidak normal dan sukar untuk diprediksi. Praktek ini memang dari satu segi dapat menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi dari segi lain menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa. Dalam Islam sangat dilarang keras adanya suatu pihak memudharatkan atau menganiaya pihak lain dalam bentuk kegiatan apapun. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam (As-Suyuti dalam Ismul Azhari, 2009):

Artinya: Tidak boleh memudaratkan (seseorang) dan tidak boleh dimudaratkan (orang lain). (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara umum fungsi permintaan uang menurut sistem ekonomi konvensional digambarkan dalam rumusan berikut: (Dornbusch, 1992:85)

MD = L (r,Y) (2.1) Di mana:

MD = Permintaan uang r = Tingkat suku bunga Y = Pendapatan nasional


(38)

Oleh karena Islam (Rahman dalam Ismul Azhari, 2009) mengharamkan praktek riba atau bunga, artinya bunga bukan merupakan faktor di dalam menentukan tingkat permintaan uang maka variabel bunga (r) tidak terdapat dalam fungsi permintaan uang. Yang menentukan permintaan uang dalam moneter Islam hanya tingkat pendapatan (Y) masyarakat itu sendiri. Sehingga persamaan (2.1) di atas berubah menjadi:

MD = L (Y) (2.2)

Selain dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya, permintaan uang dalam sistem ekonomi Islam juga tergantung kepada ekspektasi return dari finansial aset. Ekspektasi return yang tinggi dari finansial aset menyebabkan uang menjadi kurang bermanfaat jika uang hanya dipegang dan tidak diinvestasikan. Meski demikian, adanya rasa tanggung jawab seorang muslim dalam membantu sesama muslim lainnya, maka motif memegang uang seringkali dilandasi sikap untuk dapat memberikan pinjaman qardhul hasan kepada orang lain sebagai upaya untuk membantu mereka yang membutuhkan dana pinjaman jangka pendek. Besaran dana yang dipegang untuk motif ini akan tergantung dari konsekuensi biaya yang ditanggung akibat memegang uang tunai, dan juga return dari aset-aset finansial yang dimiliki seorang muslim (Nurul Huda et al, 2008:148) .

Rendahnya biaya dalam memegang uang tunai dan juga rendahnya return dari aset-aset finansial akan mengakibatkan keinginan untuk memegang uang dalam jumlah tunai menjadi lebih besar. Dengan jumlah


(39)

uang tunai yang lebih banyak, maka seorang muslim idealnya akan dapat memberikan lebih banyak pinjaman kebaikan kepada sesamanya. Inilah yang disebut oleh Fahim Khan (1995), sebagai motif spekulasi terselubung permintaan akan uang dalam sistem ekonomi Islam. Permintaan uang yang didedikasikan untuk pinjaman kebaikan ini selanjutnya disebut dengan motif altruistic.

Keinginan dasar untuk memegang uang pada saat return rendah dan dorongan untuk melakukan investasi pada saat return yang tinggi. Dengan kondisi ini, maka motif memegang uang untuk tujuan altruistic akan lebih besar pada saat return investasi dari aset finansial rendah daripada pada saat ekspektasi return investasi tinggi. Fahim Khan menambahkan bahwa dalam Islam terdapat suatu institusi pengendali dari permintaan uang yang speculative yaitu zakat. Dengan adanya zakat, maka akan memperkuat motif memegang uang untuk motif altruistic.

Permintaan uang riil dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan riil dan penurunan tingkat ekspektasi return dari finansial aset. Maka persamaan fungsi permintaan uang secara matematis dinyatakan sebagai berikut (Fahim Khan, 1995):

MD = kY – hQ (2.3) Di mana:

MD = Permintaan akan uang Y = Pendapatan nasional


(40)

Keseimbangan di pasar uang dibangun berdasarkan asumsi jumlah uang beredar dan tingkat harga yang tetap, sehingga jumlah uang riil yang beredar pun tetap. Selanjutnya persamaan matematis secara sederhana dapat dihubungkan antara a dan Y, yaitu (Fahim Khan, 1995):

a = 1 kY – M (2.4) h’ P

Di mana:

h’ = hR; R = Keuntungan

a = Rasio profit sharing (bagi hasil) M = Jumlah uang beredar

P = Tingkat harga yang tetap

Berdasarkan hubungan ini terlihat bahwa antara a atau bagi hasil dengan tingkat pendapatan terdapat suatu hubungan yang positif. Secara grafis, hubungan positif antara a dan Y ini akan digambarkan dalam suatu kurva yang disebut dengan kurva LAM, kurva LAM dibangun dari permintaan uang yang berlandaskan motif untuk mendapatkan profit dari investasi dengan mempertimbangkan sikap altruistic, seperti pada gambar 2.1 (Nurul Huda, 2008:150):


(41)

a

LAM

Y

Gambar 2.1

Hubungan Antara a dan Y di Pasar Uang

Kurva LAM, yang merupakan representasi dari keseimbangan di pasar uang sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki slope yang positif, namun, dimungkinkan bagi kurva LAM untuk memiliki bentuk kurva yang vertikal dan horizontal (Nurul Huda, 1995: 151).

a

LAM

Kurva LAM yang vertikal, pada saat ini permintaan akan uang tidak responsif terhadap nilai ‘a’ atau h’= 0 dan kurva ini menunjukkan bahwa perekonomian masih dalam masa awal pertumbuhan

Y

Gambar 2.2 Kurva LAM Vertikal


(42)

Kondisi ini terjadi karena rendahnya nilai Q, ekspektasi keuntungan investasi dari aset-aset finansial, yang berarti juga diakibatkan oleh nilai R yang rendah (sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Q=axR). Rendahnya nilai Q ini mengakibatkan pemilik dana lebih menyukai untuk memegang uangnya dalam bentuk tunai.

Hal ini karena mereka mengetahui kemungkinan risiko yang harus ditanggung jika mereka berinvestasi, yaitu return yang rendah dan bahkan kondisi yang lebih buruk lagi adalah berkurangnya dana pokok investasi (Nurul Huda, 1995:151).

a

Kurva LAM yang horizontal

menunjukkan nilai a yang mendekati 1, kondisi ini juga merepresentasikan R dan Q yang tinggi. Kurva ini menunjukkan bahwa perekonomian sudah dalam kondisi advance

LAM Y

Gambar 2.3 Kurva LAM Horizontal

Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam sistem ekonomi Islam hanyalah untuk melaksanakan dua motif permintaan uang, yaitu transaksi dan berjaga-jaga. Jumlah uang tunai tersebut merupakan fungsi dari pendapatan, dan pada tingkat itu pula dikenakan zakat bagi aset yang tidak produktif (Nurul Huda, 2008:96). Menurut Metwally (1995) Bertambahnya pendapatan seorang muslim mengiringi pula dengan meningkatnya permintaan atas uang


(43)

oleh masyarakat untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:

MD = ƒ Y

µ (2.5) δMD > 0 (2.6) δY dµ = 0

Di mana:

MD = Permintaan uang dalam masyarakat Islam Y = Pendapatan

µ

= Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas

Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan cenderung mengurangi jumlah permintaan uang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kurva berikut (Nurul Huda, 2008:97):

Y

µ

3

µ

2

µ

1 Y1 ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¦¯ ¯ ¯ ¯ ¦

¦ ¦ ¦

¦ ¦ ¦

¦ ¦ ¦

¦ ¦ ¦ MD M3D M2D M1D

Gambar 2.4


(44)

Pendapatan (Y) diukur pada garis vertikal dan permintaan uang (MD) pada garis horizontal. Bila pendapatan adalah Y1 dan tingkat biaya adalah

µ

1

maka permintaan uang adalah M1D.

Kenaikan tingkat biaya ke

µ

2 akan mengakibatkan penurunan

jumlah permintaan uang dari M1D menjadi M2D. Kenaikan biaya selanjutnya

menjadi

µ

3 akan menurunkan jumlah permintaan uang menjadi M3D. Kegiatan

pasar dalam Islam apalagi yang menyangkut dengan pasar uang, sering tidak dapat diprediksikan.

Kadangkala permintaan melebihi penawaran, namun tidak jarang penawaran melebihi permintaan. Apabila permintaan melebihi penawaran maka kelebihan itu (menurut Islam) diatasi dengan menaikkan biaya atas uang yang menganggur. Apabila pendapatan itu dilambangkan dengan Y0 dan

tingkat biaya dilambangkan dengan µ0 maka keseimbangan dan kondisi di atas menjadi (Metwally, 1995: 91):

Md0 (Y0 /

µ

1) > Ms0= αY0 (2.7) Oleh karena kenaikan tingkat biaya tersebut maka laju permintaan yang melebihi penawaran tadi sudah dapat diantisipasi sehingga mencapai suatu keseimbangan makro. Persamaan (2.7) akan berubah menjadi:

Md0 (Y0 /

µ

1) = Ms0= αY0 (2.8) Kenaikan

µ

akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan tingkat pendapatan menjadi Y1. Tingkat pendapatan yang


(45)

baru akan meningkatkan tingkat permintaan uang (menjadi Md1), selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh seperti:

Md1 ( Y1/ µ1 ) = Ms1 = αY1 (2.9)

C.

Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan

1. Definisi Pembiayaan Perbankan

Bank pada hakekatnya adalah lembaga intermediasi antara para penabung dan investor. Tabungan hanya akan berguna apabila diinvestasikan, sedangkan para penabung tidak dapat diharapkan untuk mampu melakukannya sendiri. Nasabah akan menyimpan dananya di bank karena ia percaya bahwa bank dapat memilih alternatif investasi yang menarik dan menguntungkan. Selanjutnya bank akan menyalurkan kembali dana tabungan dan nasabah tersebut dalam bentuk investasi kepada masyarakat yang membutuhkan dana (Ismul Azhari, 2009).

Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai aset yang dianggap dapat menguntungkan bank. Akan tetapi, kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan adalah pemberian pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank konvensional dan pembiayaan bagi bank yang melaksanakan operasionalnya berdasarkan prinsip syari`ah (Ismul Azhari, 2009).


(46)

Pengertian pembiayaan dalam hal ini dibatasi pada pengertian pembiayaan yang dilakukan oleh bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syari`ah saja, bukan pembiayaan yang dilakukan lazimnya oleh lembaga pembiayaan non bank. Dalam Standar Akuntansi Keuangan, dikatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (LM dalam Ismul Azhari, 2009).

Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2000:73).

2. Definisi Sistem dan Sistem Pembiayaan

Dalam buku Sistem Informasi Manajemen, dikatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan (Ross H. Mcleod, 1996:13). Sedangkan pendapat lain menyatakan, sistem adalah suatu kegiatan yang


(47)

telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang (Halim Alamsyah, 1998:2).

Beberapa pendapat mengenai pengertian sistem antara lain adalah (Zaki Baridwan, 1994:4):

a. W. Gerald Cole:

Sistem adalah suatu kerangka dan prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan

b. Steven A. Moscove:

Sistem adalah suatu kesatuan (entity) yang terdiri dan bagian-bagian yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari definisi-definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa sistem terdiri dan sub-sub atau bagian yang saling terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka definisi sistem pembiayaan adalah suatu kerangka dan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan proses penyediaan uang, barang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Ismul Azhari, 2009:29).


(48)

3. Jenis-jenis Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya pada perbankan syari`ah, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut (M. Syafi’i Antonio, 2001:160):

a. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi (M. Syafi’i Antonio, 2001:160). Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:

1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:

a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

Bank Syari`ah melaksanakan pembiayaan modal kerja untuk memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai


(49)

penyandang dana (shahibul maal), sedangkan pengusaha sebagai pengelola dana (mudharib). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukan semata-mata kreditor.

Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil secara periodik dengan nisbah wajar yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan sejumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) dan merupakan bagian bank.

2) Pembiayaan Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu. Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna

mengadakan rehabilitasi perluasan usaha. Pada umumnya

pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Dengan demikian perlu disusun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu barulah disusun jadwal arnortisasi yang merupakan angsuran pembiayaan.


(50)

b. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank Syari`ah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan skema berikut:

1) Bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabah, di mana bank menyediakan dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran.

2) Ijarah muntahia bi tamlik atau sewa beli.

3) Musyarakah mutanaqishah (decreasing paticipation), di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.

4) Rahn yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya (M. Syafi’i Antonio, 2001:168).

4. Prinsip Dasar Pembiayaan

Secara umum prinsip pembiayaan pada perbankan syari`ah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Sungguhpun demikian, didalam prakteknya, pihak perbankan syari`ah saat ini masih belum menerapkan semua jenis akad pembiayaan tersebut. Prinsip yang paling banyak digunakan adalah


(51)

musyarakah dan mudharabah, sedangkan muzara’ah dan musaqah biasanya dipergunakan secara lebih khusus lagi yaitu untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank syari`ah. Khusus dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai prinsip-prinsip pembiayaan mudharabah (Ismul Azhari, 2009).

D.

Pembiayaan

Mudharabah

1. Definisi Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (Shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan ke dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik modal, selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pihak pengelola. Seandainya kerugian itu akibat kelalaian atau kecurangan si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Asy-Syarbasyi dalam Ismul azhari, 2009). Pembiayaan mudharabah dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:


(52)

PERJANJIAN BAGI HASIL

Keahlian Modal Keterampilan 100%

Nisbah X% Nisbah Y%

Pengambilan Modal pokok

Gambar 2.5 Pembiayaan Mudharabah

2. Landasan Syari`ah

Secara umum, landasan dasar syari`ah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini:

a. Al-Qur`an

           

“…dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah…” (QS. al-Muzammil:20)

Nasabah (mudharib) Bank (shahibul maal) PROYEK/USAHA PEMBAGIAN KEUNTUNGAN MODAL


(53)

                         

“…apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah…” (QS. al-Jumu`ah:10)

b. As-Sunnah

Dari Shalih bin Shuhaib radhiyallahu `anhu bahwa Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya

terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah

(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah dalam Ismul Azhari, 2009)

3. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah (Zainul Arifin, 2006:19).

a. Mudharabah Muthlaqah

Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya amat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus shaleh seringkali diungkapkan


(54)

dengan contoh if’al ma syi’ta’ (lakukan sesukamu) dan shahibul maal ke mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali

mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam

memasuki jenis dunia usaha.

4. Aplikasi dalam Perbankan

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.

b. Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana

sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.


(55)

5. Manfaat Mudharabah

Manfaat mudharabah pada praktek perbankan (Ismul Azhari, 2009) antara lain:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang kongkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

e. Prinsip bagi basil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi .

6. Risiko Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi, diantaranya (Ismul Azhari, 2009):


(56)

a. side streaming nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

b. lalai dan kesalahan yang disengaja;

c. penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

7. Penentuan Bagi Hasil dalam Skema Mudharabah

S

PBHM (mudharib)

40% 60%

D PBHS (shahibul maal)

Gambar 2.6

Bagi Hasil dalam Skema Mudharabah

Kurva S menunjukkan kurva penawaran modal dari para shahibul maal, sementara D adalah kurva permintaan modal dari para mudharib. Kurva penawaran S memiliki lereng positif, yang berarti bahwa semakin tinggi porsi bagi hasil yang diterima oleh shahibul maal, maka akan semakin meningkat kesediaanya untuk menawarkan modal. Sebaliknya, dengan kenaikan porsi bagi hasil yang diterima oleh shahibul maal ini berarti menurunnya porsi yang diterima oleh mudharib. Karenanya, kurva


(57)

permintaan D berlereng negatif, yang berarti menaiknya porsi bagi hasil yang diterima oleh shahibul maal akan semakin mengurangi permintaan modal dari para mudharib.

Tingkat nisbah bagi hasil yang terjadi dihasilkan dari perpotongan kurva penawaran S dan pemintaan D dalam gambar di atas perpotongan ini menghasilkan nisbah bagi hasil 40:60, yaitu 40% untuk shahibul maal dan 60% untuk mudharib. Analisis seperti ini akan berlaku dalam kasus terdapat keuntungan (positive return) dari kerja sama tersebut. Dalam kasus terjadi kerugian, maka shahibul maal akan menanggung seluruh kerugian permodalan sementara mudharib tidak mendapat bagian pendapatan apa pun.

Jadi mudharib menanggung kerugian tenaga, pikiran dan manajemen yang telah ia curahkan. Dalam hal tidak terdapat keuntungan atau kerugian (zero return), maka tidak ada pembagian apa pun di antara keduanya. Tampak jelas bahwa dalam mudharabah harga modal akan ditentukan bersama-sama dengan harga dari kewirausahaan.

E.

Bagi Hasil

1. Definisi Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pihak penyedia dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara


(58)

bank dengan penyimpan dana atau antara bank dengan nasabah penerima dana. (M. Syafi’i Antonio, 1999).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil

a. Faktor Langsung

Diantara faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah:

1) Investment rate, yaitu merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dan total dana.

2) Jumlah dana yang tersedia. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dan berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata total saldo harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

3) Nisbah (profit sharing ratio)

a) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nasabah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.

b) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. c) Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu

bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account


(59)

b. Faktor Tidak langsung

Faktor tidak langsung terdiri dari:

1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah, antara lain:

a) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. b) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue

sharing.

2) Kebijakan Akuntansi (prinsip dan metode akuntansi)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

3. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi antara bank dengan para penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan (Zainul Arifin, 2006:57).

Bank dapat menegosiasikan nisbah bagi hasil atas investasi mudharabah sesuai dengan tipe yang ada, baik sifatnya maupun jangka waktunya. Bank juga dapat menentukan nisbah bagi hasi yang sama atas


(1)

Lampiran 11: Hasil Estimasi Akar-akar Unit Inflasi Pada

First Difference

Null Hypot hesis: D(INF) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, M AXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augm ent ed Dickey-Fuller test stat istic -7.531761 0.0000 Test critical values: 1% level -4.073859

5% level -3.465548 10% level -3.159372 * M acKinnon (1996) one-sided p-values.

Augm ent ed Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INF,2)

M ethod: Least Squares Dat e: 12/ 01/ 10 Time: 15:42

Sample (adjusted): 2003M 03 2009M 12 Included observations: 82 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.832956 0.110592 -7.531761 0.0000 C 0.157043 0.341860 0.459379 0.6472 @TREND(2003M 01) -0.004778 0.007043 -0.678369 0.4995 R-squared 0.417974 M ean dependent var 0.017683 Adjusted R-squared 0.403239 S.D. dependent var 1.947780 S.E. of regression 1.504666 Akaike info criterion 3.690918 Sum squared resid 178.8576 Schw arz criterion 3.778969 Log likelihood -148.3276 Hannan-Quinn criter. 3.726269 F-statist ic 28.36638 Durbin-Watson stat 1.977830 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran 12: Hasil Estimasi Akar-akar Unit PDB Pada

First Difference

Null Hypothesis: D(PDB) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic

Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic

-4.925150

0.0007

Test critical values:

1% level

-4.080021

5% level

-3.468459

10% level

-3.161067

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PDB,2)

Method: Least Squares

Date: 12/01/10 Time: 15:46

Sample (adjusted): 2003M07 2009M12

Included observations: 78 after adjustments

Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

D(PDB(-1))

-0.826964 0.167906

-4.925150

0.0000

D(PDB(-1),2)

0.571759

0.154969

3.689496

0.0004

D(PDB(-2),2)

0.433754

0.123326

3.517132

0.0008

D(PDB(-3),2)

-0.161187 0.125682

-1.282502

0.2038

D(PDB(-4),2)

0.272572

0.122948

2.216970

0.0298

C

1351.354

721.9931

1.871700

0.0654

@TREND(2003M01) 7.635553

13.67114

0.558516

0.5782

R-squared

0.474686

Mean dependent var

-84.37179

Adjusted R-squared 0.430293

S.D. dependent var

3548.104

S.E. of regression

2678.072

Akaike info criterion

18.70904

Sum squared resid

5.09E+08 Schwarz criterion

18.92054

Log likelihood

-722.6526 Hannan-Quinn criter.

18.79371

F-statistic

10.69286

Durbin-Watson stat

2.174420


(3)

Lampiran 13: Hasil Estimasi Akar-akar Unit Kurs Pada

First Difference

Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic

Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic

-4.425452

0.0035

Test critical values:

1% level

-4.076860

5% level

-3.466966

10% level

-3.160198

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(KURS,2)

Method: Least Squares

Date: 12/01/10 Time: 15:44

Sample (adjusted): 2003M05 2009M12

Included observations: 80 after adjustments

Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

D(KURS(-1))

-0.829888 0.187526

-4.425452

0.0000

D(KURS(-1),2)

0.079670

0.141192

0.564269

0.5743

D(KURS(-2),2)

-0.249563 0.112141

-2.225450

0.0291

C

37.51612

78.70361

0.476676

0.6350

@TREND(2003M01) -0.705252 1.597059

-0.441594

0.6601

R-squared

0.511264

Mean dependent var

1.912500

Adjusted R-squared 0.485198

S.D. dependent var

459.4936

S.E. of regression

329.6853

Akaike info criterion

14.49462

Sum squared resid

8151931.

Schwarz criterion

14.64349

Log likelihood

-574.7846 Hannan-Quinn criter.

14.55430

F-statistic

19.61425

Durbin-Watson stat

1.995607


(4)

Lampiran 14: Hasil Estimasi Regresi Linier

Dependent Variable: PM

Method: Least Squares

Date: 11/27/10 Time: 17:26

Sample: 2003M01 2009M12

Included observations: 84

Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

-21203.83 842.5259

-25.16698

0.0000

TBH

-29.34978 37.97679

-0.772835

0.4420

JII

-0.001781 0.001131

-1.573731

0.1196

INF

-65.97433 16.24858

-4.060314

0.0001

PDB

0.054669

0.003371

16.21527

0.0000

KURS

0.113975

0.127555

0.893539

0.3743

R-squared

0.962575

Mean dependent var

4084.571

Adjusted R-squared

0.960176

S.D. dependent var

2783.835

S.E. of regression

555.5385

Akaike info criterion

15.54650

Sum squared resid

24072597 Schwarz criterion

15.72013

Log likelihood

-646.9531 Hannan-Quinn criter.

15.61630

F-statistic

401.2375

Durbin-Watson stat

0.218670


(5)

Lampiran: 15 Hasil Regresi Uji Kointegrasi

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic

Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic

-2.215375

0.0266

Test critical values:

1% level

-2.593468

5% level

-1.944811

10% level

-1.614175

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(RESID01)

Method: Least Squares

Date: 12/01/10 Time: 15:50

Sample (adjusted): 2003M03 2009M12

Included observations: 82 after adjustments

Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

RESID01(-1)

-0.120723 0.054493

-2.215375

0.0296

D(RESID01(-1))

0.395980

0.108661

3.644185

0.0005

R-squared

0.151201

Mean dependent var

14.93122

Adjusted R-squared 0.140591

S.D. dependent var

252.3067

S.E. of regression

233.8992

Akaike info criterion

13.77175

Sum squared resid

4376707.

Schwarz criterion

13.83045

Log likelihood

-562.6416 Hannan-Quinn criter.

13.79531

Durbin-Watson stat

1.977428

Lampiran 16: Hasil Uji

Correlation Matrix

TBH

JII

INF

PDB

KURS

TBH

1.000000

0.245446

-0.004006

0.487058

0.390918

JII

0.245446

1.000000

-0.089016

0.810215

0.165741

INF

-0.004006

-0.089016

1.000000

-0.055907

0.161374

PDB

0.487058

0.810215

-0.055907

1.000000

0.574965


(6)

Lampiran 17: Hasil Uji

White Heteroskedasticity Test

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic

1.749313

Prob. F(11,71)

0.0800

Obs*R-squared

17.69813

Prob. Chi-Square(11)

0.0889

Scaled explained SS 183.8087

Prob. Chi-Square(11)

0.0000

Lampiran 18: Hasil Regresi

LM-Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

0.700736

Prob. F(1,70)

0.4054

Obs*R-squared

0.822638

Prob. Chi-Square(1)

0.3644

Lampiran 19: Hasil Estimasi Model Dinamis ECM

Dependent Variable: D(PM)

Method: Least Squares

Date: 11/27/10 Time: 17:37

Sample (adjusted): 2003M02 2009M12

Included observations: 83 after adjustments

Variable

Coefficient Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

1235.518

805.9667

1.532964

0.1297

D(TBH)

3.073299

15.71114

0.195613

0.8455

D(JII)

0.088549

0.035147

2.519363

0.0140

D(INF)

-12.93882 12.34707

-1.047926

0.2982

D(PDB)

0.101543

0.034323

2.958480

0.0042

D(KURS)

0.220705

0.075644

2.917671

0.0047

TBH(-1)

3.573885

12.11134

0.295086

0.7688

JII(-1)

0.087935

0.035238

2.495451

0.0149

INF(-1)

-2.119427 5.346480

-0.396415

0.6930

PDB(-1)

0.083341

0.033160

2.513305

0.0142

KURS(-1)

0.138589

0.051381

2.697294

0.0087

ECT

0.087741

0.035148

2.496370

0.0149

R-squared

0.335500

Mean dependent var

119.2892

Adjusted R-squared 0.232550

S.D. dependent var

178.5060

S.E. of regression

156.3788

Akaike info criterion

13.07544

Sum squared resid

1736257.

Schwarz criterion

13.42515

Log likelihood

-530.6306 Hannan-Quinn criter.

13.21593

F-statistic

3.258848

Durbin-Watson stat

2.155354


Dokumen yang terkait

ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 2 101

Analisis pengaruh profitabilitas perbankan syariah, suku bunga bank indonesia dan deposito mudharabah terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013

0 6 151

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 5 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 4 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 5 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 3 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia Periode 2012.05-2015.04.

0 3 12

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah dan Kredit Pada Bank Konvensional di Indonesia.

0 1 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah dalam Melakukan Permintaan Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia.

0 0 6

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 10