Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur

ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA DI KECAMATAN
CIBEBER KABUPATEN CIANJUR

SAOR PARULIAN NAIBAHO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap,
Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Saor Parulian Naibaho
H34100026

ABSTRAK
SAOR PARULIAN NAIBAHO. Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas
Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cibeber. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA
Padi hibrida adalah turunan pertama (F1) dari persilangan antara dua varietas yang
berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik, proses
pengambilan keputusan, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida WM 04 SHS di Kecamatan Cibeber. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, Multiatribut Fishbein,
Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA),
piramida loyalitas. Hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa
petani lebih menyukai benih padi Ciherang dan IR64 dibandingkan hibrida WM
04 SHS. Hasil Customer Satisfaction Index(CSI) menunjukkan bahwa petani
hibrida WM 04 SHS cukup puas sebesar 57 persen sedangkan petani inbrida

Ciherang dan IR64 sebesar 70 persen dan 66 persen adalah puas. Hasil analisis
piramida loyalitas menunjukkan bahwa petani yang menggunakan hibrida WM 04
SHS dan inbrida IR64 tidak loyal sedangkan petani yang menggunakan Inbrida
Ciherang termasuk kategori loyal.
Kata kunci : Sikap, Perilaku, Kepuasan, Loyalitas, benih padi hibrida WM 04
SHS
ABSTRACT
SAOR PARULIAN NAIBAHO. Attitude analysis, Satisfaction, and Loyalty
Farmers to Hybrid Rice Seed in Cibeber Subdistrict. Supervised by RITA
NURMALINA.
Hybrid rice is the first derivative (F1) that was crossed between two different
varieties. The purpose of this research is to analyze the characteristic, decisionmaking process, attitude, satisfaction, and loyalty of farmers to used hybrid seed
(WM 04 SHS) in Cibeber Subdistrict. The method of data analysis was
descriptive analysis, Fishbein Multiatribut, Customer Satisfaction Index (CSI),
Importance Performance Analysis (IPA), pyramid loyalty. The result of Fishbein
Multiatribut analysis indicated that farmers prefer Ciherang and IR64 seed than
WM 04 SHS. The result of Customer Satisfaction Index (CSI) showed that hybrid
farmers WM 04 SHS were quite satisfied by 57 percent while the farmers that
used Ciherang and IR64 by 70 percent and 66 percent were satisfied. The results
of loyalty pyramid analysis indicate that the farmers who used hybrid (WM

04SHS) and inbreed (IR64) were disloyal whereas the farmers that used Inbreed
(Ciherang) were in loyal category.
Keywords: Attitude, Behavior, Satisfaction, Loyalty, hybrid seed rice WM 04
SHS

ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA DI KECAMATAN
CIBEBER KABUPATEN CIANJUR

SAOR PARULIAN NAIBAHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih
Padi Hibrida di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur
Nama
: Saor Parulian Naibaho
NIM
: H34100026

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis karakteristik, proses keputusan petani padi serta menganalisis Sikap,
Kepuasan dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Irwan selaku
pembimbing lapang penulis yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, dan
bantuan tenaga serta Bapak Abdul Mutaqin, Bapak Bani yang telah banyak
membantu dan memberi informasi selama proses penelitian. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua penulis Martahan Naibaho dan Dameria
Sitohang serta sudara - saudari penulis Patar Naibaho, Lina Naibaho, Roma Uli
Naibaho, Pilippus Neri Naibaho atas segala doa dan kasih sayangnya kepada
penulis. Penulis juga tidak lupa dengan teman teman seperjuangan penulis,

mahasiswa agribisnis angkatan 47 serta seluruh pihak yang telah memberikan
dukungan dan segala bantuan kepada penulis selama perkuliahan penulis di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Saor Parulian Naibaho

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Padi
Padi Hibrida

Varietas Unggul
Benih Padi
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan sampel
Atribut Benih Padi
Metode Analisis Data
Defenisi Operasional
GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis
Penduduk
Pertanian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden

Tahapan Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul
Analisis Sikap Petani Terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS,
Inbrida Varietas Ciherang, dan IR64.
Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS, Inbrida
Ciherang, dan Inbrida IR64
Perbaikan atribut benih padi hibrida varietas WM 04 SHS, inbrida Ciherang,
dan inbrida IR64 menggunakan metode Importance Performance Analysis
Analisis Loyalitas Konsumen
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

x
xi
xi
1
1
4
5
5

6
6
6
6
8
9
10
10
13
13
21
23
23
23
23
24
24
32
33
33

33
34
35
35
38
48
49
52
56
60
60
61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

61
64

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 20042012
2 Realisasi SLPTT-P2BN padi hibrida Kabupaten Cianjur di 32
Kecamatan
3 Perbedaan antara varietas inbrida dengan hibrida
4 Daftar atribut produk yang diuji dalam penelitian
5 Kriteria indeks kepuasan konsumen
6 Skor penilaian tingkat kepentingan dan kinerja
7 Kependudukan Kecamatan Cibeber Tahun 2011
8 Perbandingan produksi dan produktivitas padi anatar Kecamatan
9 Sebaran responden berdasarkan usia
10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
11 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan diluar usahatani
13 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan
14 Sebaran responden berdasarkan lama berusahatani padi
15 Sebaran responden berdasarkan status lahan
16 Sebaran responden berdasarkan luas lahan
17 Sebaran responden berdasarkan budidaya padi dalam satu tahun
18 Sebaran responden berdasarkan tahapan pengenalan kebutuhan
19 Sebaran petani responden berdasarkan tahapan pencarian informasi
20 Sebaran petani responden berdasarkan evaluasi alternatif
21 Sebaran petani responden berdasarkan keputusan pembelian
22 Sebaran petani responden berdasarkan perilaku setelah pembelian
23 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepentingan
(ei) terhadap atribut benih padi (n=36)
24 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan
(bi) terhadap atribut benih padi hibrida WM 04 SHS (n=36)
25 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan
(bi) terhadap atribut benih padi inbrida Ciherang (n=36)
26 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi inbrida IR64 (n=36)
27 Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein untuk padi benih hibrida
WM 04 SHS, inbrida Ciherang, dan inbrida IR64 (n=36)
28 Hasil Analisis Customer Satisfaction Index padi hibrida WM 04 SHS
29 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida Ciherang
30 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida IR64

2
3
8
24
28
29
34
35
35
36
36
36
37
37
38
38
38
39
40
40
41
42
43
46
47
48
49
50
50
51

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Hubungan antara 3 Komponen Sikap
Piramida loyalitas merek
Kerangka pemikiran operasional
Diagram Kartesius
Diagram kartesius IPA padi hibrida varietas WM 04 SHS
Diagram kartesius IPA padi inbrida varietas Ciherang
Diagram kartesiuS IPA padi inbrida IR64
Piramida loyalitas padi hibrida varietas WM 04 SHS
Piramida loyalitas padi inbrida varietas Ciherang
Piramida loyalitas padi inbrida IR64

16
20
22
30
52
53
54
56
57
57

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Varietas Padi Hibrida WM 04 SHS
2 Deskripsi Varietas Padi Ciherang
3 Deskripsi Varietas Padi IR64

64
65
66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian tetap memegang peran penting sebagai penggerak
perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan oleh
besarnya konstribusi PDB pertanian terhadap PDB Nasional, penyedia bahan baku
industri kecil dan menengah, sumber utama pendapatan rumah tangga pedesaan,
sebagai tumpuan lapangan kerja, penghasil devisa yang paling penting dan
penyedia pangan bagi 259 juta penduduk Indonesia.
Berdasarkan Kementerian Pertanian (2013) sektor pertanian masih
merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga kerja terbesar dengan
persentase 39,9 persen dari total penduduk yang bekerja. Selain peran dibidang
penyediaan lapangan kerja, pada periode yang sama tahun 2004-2012 sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan cukup berkonstribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, rata–rata berkonstribusi sebesar 14
persen per tahun terhadap PDB total. Berdasarkan hal tersebut peran sektor
pertanian sangat berperan dalam membangun perekonomian nasional dan menjadi
andalan pemerintah untuk sektor penyerapan tenaga kerja nasional.
Sektor pertanian yang sangat penting sebagai penggerak perekonomian
nasional dan juga berperan sebagai penyedia makanan pokok terutama beras
untuk lebih 95 persen rakyat Indonesia yang menjadikan beras sebagai makanan
pokok. Berdasarkan Bappenas (2014) jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
akan terus tumbuh dari 237,6 juta jiwa tahun 2010 menjadi 271,1 juta jiwa pada
tahun 2020, dan 305,6 juta jiwa pada tahun 2035, dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin tinggi tentu akan meningkatkan tingkat konsumsi atau permintaan
pasar khususnya terkait dengan kebutuhan beras sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengimbangi
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi terhadap permintaan beras adalah :
1) perluasan areal tanam 2) peningkatan produktifitas dan 3) rekayasa teknologi
dan sosial. Perluasan areal dilakukan melalui percetakan sawah baru, optimalisasi
lahan dan peningkatan indeks pertanaman. Produktivitas dilakukan melalui
varietas unggul, pemupukan. Rekayasa teknologi dan sosial dilakukan melalui
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanam Terpadu (SL-PTT) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2013).
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan meningkatkan kebutuhan
pangan yang semakin tinggi maka diperlukan teknologi yang berperan penting
dalam peningkatan kuantitas dan kualitas beras nasional. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan produksi beras adalah program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta pencapaian target 10 juta ton
surplus produksi beras nasional tahun 2014 untuk mencapai swasembada beras
nasional (Kementan 2012). Untuk mencapai surplus 10 juta ton beras pada tahun
2014 maka produksi beras nasional diharapkan mencapai 43 juta ton beras
dengan konsumsi 33 juta ton artinya tambahan panen 4,1 juta ton beras atau
setara dengan 6,68 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut
maka pemerintah melalui program P2BN serta pencapain target 10 juta ton

2
surplus beras nasional melaksanakan program pemberian bantuan benih varietas
unggul hibrida serta sosialisasi penggunaan benih padi hibrida dengan sekolah
lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat 2012).
Sampai dengan tahun 2013, menteri pertanian telah melepas 87 varietas padi
hibrida banyaknya vaietas hibrida yang dilepas guna untuk meningkatakan
produksi beras nasional mengingat kebutuhan pangan khususnya beras sebagai
pangan pokok yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. hibrida secara defenitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan
dua variertas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi
dibandingkan varietas Inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu
kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingklan tetuannya. Heterosis
tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida
diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2007).
Berdasarkan Kementerian Pertanian (2013) Perkembangan produksi padi
selama periode tahun 2004-2012 menunjukkkan trend pertumbuhan yang positif,
meningkat lebih dari 15 juta ton GKG dari 54, 088 juta ton GKG pada tahun 2004
menjadi 69,045 juta ton GKG pada tahun 2012 atau tumbuh rata- rata 3,20%
setiap tahun. Perkembangan produksi padi tersebut disebabkan meningkatnya
produktivitas padi dari 45,36 ku/ha tahun 2004 menjadi 51,36 ku/ha pada tahun
2012. Hasil ini merupakan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan produksi
padi salah satunya dengan peningkatan produktivitasnya melalui penggunaan
benih padi varietas unggul maupun hibrida dengan sekolah lapang pengelolaan
tanaman terpadu (SL-PTT).
Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 20042012
Uraian
Produksi Padi
(000 Ton
GKG)
Produktivitas
(Ku/Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi Beras
(000 Ton)
Konsumsi
Beras (000
Ton)
Surplus/Defisit
(000 Ton)

Tahun
2004
54.08

2005
54.11

2006
54.45

2007
57.17

2008
60.36

2009
64.39

2010
66.49

2011
65.77

2012
69.05

45,36

45,74

46,20

47,05

48,94

49,99

50,15

49,80

51,36

11.923

11.839

11.786

12.148

12.327

12.884

13.253

13.204

13.443

30.636

30.671

30.843

32.371

34.166

36.207

37.371

36.962

38.817

30.109

30.592

30.898

31.296

31.799

32.195

33.056

33.045

33.035

527

79

-55

1.075

2.367

4.012

4.315

3.917

5.782

Sumber : Kementerian Pertanian 2013
Produksi padi tahun 2004-2011 = ATAP, tahun 2012 =ASEM ; Jumlah penduduk tahun 2011 =
241.095.593, tahun 2012 = 244.688.283 ; Konsumsi beras perkapita tahun 2004-2010 = 139,15 kg,
tahun 2011 = 137,06 kg, tahun 2012 135,01 kg

3
Seiring dengan program pemerintah untuk pencapaian swasembada beras
melalui program Pengembangan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta
pencapaian target 10 juta ton surplus beras tahun 2014 maka Provinsi Jawa Barat
merupakan salah satu target pemerintah untuk meningkatkan produksi beras
nasional telah melakukan program penggunaan padi hibrida dan sosialisasi
penggunaan padi hibrida. Provinsi Jawa Barat dibebani target 20-30 % atau 2-3
juta ton beras. Dimana target produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebesar
12.5000.000 ton GKG, khususnya Kabupaten Cianjur mempunyai target produksi
sebesar 2.466.594 ton GKG (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2012).
Melalui program P2BN dengan sosialisasi Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kabupaten Cianjur telah melakukan budidaya padi
hibrida, pada tahun 2012 dengan luas areal 1.200 Ha, realisasi tanam 1.200 Ha
mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2011 dengan luas areal 500 Ha
dan realisasi tanam 500 Ha. SL-PTT atau Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu merupakan pelaksanaan pembelajaran bagi petani melalui proses
pengamatan, penghayatan, mengungkapkan, menganalisa, mendiskusikan dan
menyimpulkan apa yang mereka alami dilapangan. Mengenai teknik dan cara
mengelola tanaman khususnya padi sawahdengan cara mengintegrasikan beberapa
aspek diantaranya pertimbangan budidaya, teknologi anjuran, ekosistem
lingkungan, pembiyaan, serta prediksi hasil yang diinginkan.
Tabel 2 Realisasi SLPTT-P2BN padi hibrida Kabupaten Cianjur di 32 Kecamatan

Luas Areal (Ha)
Realisasi Tanam (Ha)
Realisasi Panen (Ha)

2009
250
250
250

2010
1.000
1.000
1.000

2011
500
500
500

2012
1.200
1.200
1.200

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Tahun 2012

Untuk mencapai program tersebut perlu diketahui sikap, kepuasan, dan
loyalitas petani, apakah petani memberi respon positif atau negatif, sehingga
pemerintah didalam melaksanakan program dan target 10 juta ton surplus beras
2014 dapat terwujud, sehingga kedepannya akan menjadi solusi yang tepat untuk
mencapai swasembada beras nasional yang berkelanjutan secara kuantitas dan
kualitas.
Perilaku petani terhadap penggunaan benih padi hibrida tidak terlepas dari
kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologi, dan faktor faktor
lainnya. Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida tergantung dari atributatribut yang dimiliki produk. Dengan mengetahui kondisi tersebut akan
membentuk sikap, kepuasan, dan loyalitas petani dalam penggunaan benih padi
hibrida sehingga pada akhirnya petani dapat mengevaluasi benih tertentu dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan analisis sikap dan kepuasan
petani terhadap penggunaan padi hibrida.

4
Perumusan Masalah
Dalam rangka pencapaian swasembada beras nasional, pemerintah
menetapkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional atau disingkat dengan
P2BN serta pencapaian target 10 juta ton surplus beras nasional tahun 2014.
Untuk mendukung pelaksanaan program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) serta pencapaian surplus beras nasional 10 juta ton tahun 2014, Provinsi
Jawa Barat dibebani target 20-30 % atau 2-3 juta ton beras. Dimana target
produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 12.5000.000 ton GKG. Khusus
untuk tanaman padi di Kabupaten Cianjur mempunyai target produksi sebesar
2.466.594 ton GKG (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2012).
Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi
hibrida. Padi hibrida memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas padi
inbrida, potensi padi inbrida sekitar 5-8 ton/ha sedangkan potensi produksi benih
padi hibrida mencapai 9-11 ton/ha. Karena itu penggunaan padi hibrida dapat
memberi lonjakan peningkatan produksi yang sangat signifikan (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Jawa Barat 2013).
Dalam program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta
pencapaian target surplus 10 juta ton produksi beras 2014 dan peranan Kabupaten
Cianjur dalam penyediaan produksi padi di Jawa Barat, Pemerintah melakukan
berbagai program salah satu program yang dilakukan SL-PTT Padi hibrida.
Pemerintah Kabupaten Cianjur sebagai salah satu target P2BN dan pencapain
target surplus10 juta ton beras nasional tahun 2014 mendapat program ini, tahun
2012 telah melakukan realisasi tanam padi hibrida 1200 Ha serta realisasi panen
hibrida 1200 Ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat
2012).
Kecamatan Cibeber khususnya Desa Cihaur dan Desa Mayak merupakan
desa yang menjadi target pengembangan benih padi hibrida melalui program
pemerintah P2BN. Pengembangan benih padi hibrida di desa ini didasarkan
daerah ini memiliki pengairan irigasi teknis yang baik, bebas banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada tahun 2009 terdapat 1 desa yang
menjadi target pengembangan benih padi hibrida dan mengalami peningkatan
pada tahun 2010 menjadi 5 desa dan pada tahun 2011 mengalami penurunan
menjadi 3 desa. Benih yang disalurkan pemerintah salah satunya adalah padi
Wilmar 04 Sang Hyang Seri atau disingkat WM 04 SHS yang disosialisasikan
melalui kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Terpadu (SL-PTT) (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat 2012).
Hasil dari program ini menunjukkan jumlah produksi yang lebih tinggi
terlihat dari penggunaan padi hibrida walaupun tidak jauh signifikan dibanding
penggunaan benih inbrida seperti Ciherang dan IR64 yang umum digunakan
petani.Keberhasilan produksi padi hibrida ini tidak membuat petani menggunakan
benih padi hibrida secara berkesinambung, justru sebagian besar petani hanya
menanam benih padi hibrida ketika terdapat program dari pemerintah yang
membagikan benih untuk dibudidayakan petani Desa Cihaur dan Desa Mayak.
Setelah program pemerintah selesai, petani kembali menggunakan benih varietas
unggul seperti Ciherang, IR64, Meokongga, Sintanur. Fenomena ini menjadi
sebuah permasalahan yang perlu dilihat sejauh mana petani merasakan hadirnya
benih padi hibrida WM 04 SHS sejalan dengan program pemerintah Kabupaten

5
Cianjur yang ingin menyukseskan Program P2BN serta pencapaian target 10 juta
ton surplus beras nasional tahun 2014.
Perbedaan perilaku petani dalam memilih benih unggul sangat berpengaruh
dengan kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis wilayah.
Hadirnya varietas-varietas unggul padi di Kabupaten Cianjur seperti varietas
unggul benih padi hibrida WM 04 SHS yang bersaing dengan padi inbrida
menyebabkan perlu dilakukan penelitian terhadap perilaku petani padi terutama
sikap dan tingkat kepuasan petani dalam menggunakan benih varietas unggul di
Kecamatan Cibeber, sehingga pemerintah juga dapat mengetahui sejauh mana
program Peningkatan Produksi Beras Nasional melalui Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ini dapat berhasil dan diterima petani
untuk mendukung swasembada beras nasional dan pencapaian target 10 juta ton
beras nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk menganalisis
perilaku petani dan masalah yang perlu dikaji adalah antara lain :
1. Bagaimana karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan Cibeber.
2. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida di Kecamatan
Cibeber.
3. Bagaimana kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih padi
hibrida di Kecamatan Cibeber.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik dan proses pengambilan keputusan petani
dalam penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan Cibeber.
2. Menganalis sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di
Kecamatan Cibeber.
3. Menganalisis kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih
padi hibrida di Kecamatan Cibeber.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Pemerintah dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan untuk
mengetahui sejauh mana sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap
penggunaan benih hibrida di Kecamatan Cibeber. Hal ini menjadi
masukan bagi pemerintah untuk menyukseskan program Pengembangan
Produksi Beras Nasional (P2BN) serta pencapain target 10 juta ton
surplus beras nasional dalam rangka pencapaian swasembada beras.
2. Produsen benih hibrida dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar
dalam penyusunan strategi pemasaran yang lebih baik.
3. Bahan masukan bagi pembaca untuk penelitian dan sumber informasi.

6
Ruang Lingkup Penelitian
1. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hibrida
varietas WM 04 SHS, dengan pembanding benih Inbrida varietas
Ciherang, IR64 yang umumn ditanam di Kecamatan Cibeber.
2. Benih padi hibrida WM 04 SHS diproduksi oleh PT Shang Hyang Seri
(Produsen benih hibrida WM 04 SHS).
3. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang telah terdata di
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kecamatan Cibeber sebagai pengguna benih padi hibrida WM 04 SHS
dan Inbrida varietas Ciherang, IR64.
Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Cianjur Kecamatan Cibeber
sehingga hasil penelitian ini tidak boleh dianggap sama dengan jika dilakukan di
daerah lain mengingat pola pikir, ekonomi, sosial, budaya, serta faktor faktor
lainnya di setiap daerah tidak sama.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Padi
Padi merupakam tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
Pertanian padi pertama berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis
dan subtropis. Penanaman padi sudah dimulai pada 3.000 tahun SM di Zhejiang
(Cina).Berdasarkan sistem budidaya, tanaman padi di Indonesia dibedakan dalam
dua tipe, yaitu padi gogo (padi kering, padi ladang) dan padi sawah (Purwono dan
Purnamawati 2007).Padi gogo ditanam di lahan kering (tidak digenangi),
sedangkan padi sawah ditanam di sawah yang selalu tergenang air.
Padi Hibrida
Padi hibrida secara defenitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan
antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih
tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu
kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuannya.
Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida
diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Padi hibrida
dikembangkan atas azas pemanfaatan peristiwa heterosis atau hibrid vigor yang
timbul akibat heterosigositas. Hal ini dimungkinkan karena sifat dominan atau
over dominan yang timbul bila dua atau lebih galur murni disilangkan (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007).
Cina merupakan negara pertama mengembangkan padi hibrida.
Keberhasilan Cina dalam memproduksi benih hibrida secara massal ditunjang
oleh kemampuan menghasilkan tetua mandul jantan sitoplasmik genetik. Bagi
tanaman menyerbuk sendiri seperti padi, pengembangan hibrida dengan
menggunakan tanaman mandul jantan sitoplasmik genetik merupakan cara yang
plaing mudah dilakukan dibandingkan dengan cara-cara lain. Di Indonesia

7
penelitian tentang padi hibrida telah dilakukan sejak tahun 1983. Penelitian pada
saat itu terbatas pada pengujian galur mandul jantan dan hibrida introduksi. Dalam
kurun waktu 10 tahun, sejak penelitian pertama sampai tahun 1992,
perkembangan padi hibrida tidak menunjukkan kemajuan yang berarti. Baru pada
tahun 1993, penelitian diintensifkan dan mendapat dukungan serius dari IRRI,
sehingga evaluasi keunggulan hibrida introduksi IRRI dilakukan melalui
pengujianmulti lokasi.
Perakitan padi hibrida di Indonesia dilakukan dengan menggunakan tiga
galur, dalam arti membentuk padi hibrida diperlukan tiga galur tetua, yaitu : 1)
galur mandul jantan (GMJ atau CMS atau A), 2) galur pelestari atau maintainer
(B), 3) galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari (B) dan galur
pemulih kesuburan (R) memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu
menghasilkan benihnya sendiri. GMJ bersifat mandul jantan mampu
menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepungsari dari tanaman lain. GMJ bila
diserbuki oleh galur B pasangannya menghasilkan benih GMJ lagi. Sedangkan
bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida yang dikenal
dengan nama benih hibrida. Dengan demikian, produksi beniih hibrida mencakup
dua tahap : 1) produksi benih galur tetua 2) produksi benih hibrida. Produksi
benih galur A harus dilakukan dengan menanam tetua mandul jantan bersama
dengan galur B (pelestari), sedangkan produksi galur B dan R dilakukan seperti
produksi benih inbrida. Produksi benih hibrida dilakukan dengan menanam secara
bersamaan galur ( A) dengan galur (R) (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 2007).
Keunggulan padi hibrida yaitu hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa,
vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma, keunggulan dari aspek
fisiologi seperti aktivitas perakaranyang lebih luas, area fotosintesis yang lebih
luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih
tinggi, keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran
yang lebih kuat, anakan lebih banyak,jumlah gabah per malai lebih banyak, dan
bobot 1000 butir isi lebih tinggi. Kekurangan padi hibrida yaitu harga benih yang
sangat mahal, petani harus beli benih baru setiap kali tanam karena benih hasil
panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya, tidak semua
galur yang dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida, produksi benih rumit,
memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu (Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 2007).
Perbedaan benih padi hibrida dan inbrida yaitu, benih padi inbrida
merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga secara alami kondisinya
adalah homozygot-homogen dan cara perbanyakannya dengan benih keturunan.
Sedangkan kondisi benih hibrida adalah heterozygot-homogen atau dalam
individu tanaman yang sama konstruksi gen bersifat heterozygot, namun antara
individu tanaman dalam populasi yang sama bersifat homogen dan cara
perbanyakannya melalui silangan baru. Perbedaan antara varietas inbrida dengan
hibrida dapat dilihat pada tabel dibawah.

8
Tabel 3 Perbedaan antara varietas inbrida dengan hibrida
No
1
2
3
4
5

Varietas Hibrida
Komposisi genetik heterozigot homogen
Produksi benih dihasilkan dari
persilangan tiga galur yang berbeda
Benih yang digunakan untuk pertanaman
konsumsi berupa F1
Ada keunggulan fenomena heterosis
Tanaman lebih seragam (Homogeneus)

Varietas Inbrida
Komposisi genetik homozigot homogen
Produksi benih dihasilkan dari penyerbukan
sendiri
Benih yang digunakan berupa benih turunan
generasi selanjutnya (>F12)
Tidak ada terdapat fenomena heterosis
Ketidakseragaman lebih mungkin terjadi
(akibat produksi benih yang kurang baik)

Satoto et al. (2009) dalam Abdurachman (2011)

Varietas Unggul
Menurut Siregar (1981) Varietas unggul adalah varietas yang memiliki sifat
sifat lebih daripada varietas lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya
hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan
serangga atau serangan cendawan, lebih tahan terhadap tumbangnya pertanaman,
mutu beras, rasa nasi yang lebih tinggi atau lebih enak.
Varietas unggul pada padi ada jenis Varietas Unggul Baru (VUB) dan
Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) atau padi hibrida (Las et al. 2004). Perbedaan
antara VUB masa VUTB terletak pada kapasitas sink yang cukup tinggi sehingga
mampu mendukung pencapaian daya hasil yang tinggi pula. Untuk memanfaatkan
potensi sink yang tinggi tersebut dibutuhkan source yang cukup memadai.
Potensi sink diperbaiki melalui peningkatan jumlah gabah per malai, sedangkan
kebutuhan source dirancang melalui pembentukan arsitektur tanaman , terutama
bentuk daun, jumlah anakan, perakaran, dan batang. Kebutuhan source yang
cukup selain harus dirancang secara cermat melalui pembentukan arsitektur
tanamn juga dapat melalui manipulasi teknologi budidaya tanaman dengan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. (Las et al. 2004).
Varietas Unggul Baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara
padi jenis indica (cere) Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara
padi jensi indica dengan japonica (Las et al. 2004). Contoh jenis padi VUB
adalah varietas IR64, Ciherang, Inpari 13. Padi hibrida yang dikembangkan di
Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur tetua yaitu galur mandul jantan atau
CMS atau A(Cytoplasmic-genetic Male Sterility), galur pelestari atau mandul
jantan atau maintainer (B), dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R) (Las et
al. 2004). Contoh varietas padi hibrida atau VUTB adalah WM 04 SHS, intani 1,
Intani 2, Rokan, Maro, Miki 1, Miki 2, Miki (Deptan 2008).
Pengembangan teknologi padi hibrida dari upaya pemanfaatan gejala
heterosis dari polpulasi F1 atas tetua-tetua persilangannya cenderung memberikan
produktivitas yang lebih besar daripada varietas-varietas tetuanya. Adapun
kelemahan padi hibrida ialah harga benih yang mahal, petani harus membeli benih
padi setiap kali akan tanam, tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan tetua
hibrida. Galur pelestari dan galur pemulih kesuburan memiliki tepung sari yang
normal (fertil) sehingga mampu menghasiilkan benih sendiri. Galur CMS bersifat
mandul jantan sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbukitepung
sari dari tanaman lain. Galur CMS bila diserbuki oleh galur pelestari

9
menghasilkan benih CMS, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan
menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al. 2004).
Benih Padi
Benih yang baik berperan sebagai sarana produksi yang mampu mengemban
misi agronomi, bahkan sebagai sarana pembawa teknologi baru yang harus jelas
identitas genetiknya. Penyediaan benih padi bermutu tinggi menjadi salah satu
faktor yang memberi jaminan pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi,
hal ini dapat dilihat dari proses produksi yang dihasilkan secara kualitas. Benih
unggul adalah benih yang murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan
penyakit cendawan, bebasa dari penularan penyakit cendawan, bebas dari bijibijian rerumputan (Siregar 1981). Menurut Badan Standardisasi Nasional (2003)
Benih Padi adalah bahan tanaman (Planting material) hasil perkembangbiakan
tanaman padi secara generatif yang digunakan untuk produksi benih atau produksi
tanaman. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1999)
syarat benih bermutu diantaranya :
1. Murni dan diketahui nama varietasnya.
2. Daya tumbuhnya tinggi (minimal 80%), serta virgonya baik.
3. Biji sehat, bernas, mengkilat, tidak keriput dan dipanen dari tanaman
telah matang.
4. Dipanen dari tanaman yang sehat, tidak terkena penyakit virus.
5. Tidak terinfeksi cendawan, bakteri atau virus.
6. Bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1999) faktorfaktor yang mempengaruhi mutu benih diantaranya :
1. Faktor bawaan (kemurniaan varietas)
2. Faktor fisiologi dan fisik benih : tingkat kematangan benih, tingkat
kerusakan mekanis benih, tingkat keusangan benih, ukuran dan berat
jenis benih, komposisi kimia benih , pathogen pada benih terutama
bakteri layu dan virus.
3. Faktor lingkungan : musim tanam, kultur teknik, waktu panen, cara
panen.
4. Faktor perlakuan pascapanen : cara penimbunan hasil sebelum disimpan,
cara pengeringan, keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan,
cara pengepakan dan kelembaban tempat penyimpanan, cara dan proses
pengangkutan benih
Menurut Nugraha dan Sayaka (2004) benih padi yang digunakan petani
bersumber dari dua sektor yaitu sektor formal dan informal. Benih yang
bersumber dari sektor formal dibagi menjadi dua kategori, yaitu sektor publik
(BUMN) dan swasta, sedangkan Sektor informal dikelompokkan menjadi dua,
yaitu petani yang menggunakan benih dari hasil panennya sendiri dan hasil panen
petani lain. Setiap benih yang diperoleh dari sektor formal memiliki ciri ciri
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari sektor informal, yaitu produkisi
terencana, menerapkan tingkat mekanisasi tertentu dalam pengolahan benih,
menggunakan nama varietas yang jelas, memasarkan benih dalam kemasan
beridentitas (berlabel), dan menerapkan sistem jaminan mutu. Berbagai contoh

10
benih yang bersumber dari sektor formal, yaitu varietas benih IR64, Memberamo,
Way Apoburu, Ciherang, dan padi Hibrida, dengan tujuan memberikan kepuasan
pada konsumen. Berbeda dengan benih sektor informal yang pada umumnya
hanya menyisihkan sebagaian dari hasil panenya untuk dijadikan sebagai benih
musim tanam berikutnya yang kelihatan bagus secara visual.
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan program
pemerintah pada tahun 2007 untuk meningkatkan produksi beras nasional yang
belum mencukupi dibandingkan dengan kebutuhan beras itu sendiri sehingga
Indonesia masih tergantung pada Impor beras. Tujuan dari gerakan P2BN ini
adalah menambahkan produksi beras hingga 2 juta ton sampai akhir 2007 dan
setiap tahunnya produksi akan naik 5 persen sampai tahun 2009. Strategi untuk
meningkatkan program ini adalah dengan melakukan peningkatan produktivitas,
perluasan areal tanam, pengamanan produksi dan pemberdayaan kelembagaan
pertanian dan dukungan pembiyaan usaha tani. Untuk peningkatan produktivitas
pemerintah melalui tenaga penyuluh yang direkrut Departemen Pertanian bersama
petani melaukan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di 33 provinsi pada areal
lahan pertanian seluas 2,08 juta hektar. Di lahan tersebut pemerintah memberikan
benih unggul yang disebut hibrida dan padi inbrida kepada 9 provinsi dengan luas
lahan 135 ribu hektar. Selain bantuan benih pemerintah juga memberikan bantuan
pupuk secara subsidi. Petani membeli dengan harga murah karena disubsidi.
Sementara perluasan areal tanam dilakukan tidak dengan memperluas lahan tetapi
dengan memperbaiki infrastruktur seperti perbaikan jaringan irigasi Tata Usaha
Tani, perbaikan jaringan irigasi desa, pengembangan tata air mikro, pencetakan
sawah baru, optimasi lahan, pemanfaatan air permukaan dan pemanfaatan air
dangkal.

Penelitian Terdahulu
Fahmi (2008) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani padi
terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri.Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi
varietas unggul di kabupaten Kediri. Alat analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan tersebut adalah Fishbein, Important Performance Analysis(IPA)
dan Costumers Satisfaction Index (CSI).Fishbein digunakan untuk mengukur
sikap sedangkan IPA dan CSI digunakan untuk mengukur kepuasan.Penelitian
dilakukan terhadap tiga varietas benih yaitu, IR 64, Ciherang dan Membramo.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian Fahmi (2008)
adalah metodeconvenience sampling yang berarti sampel responden adalah
responden yang bersedia untuk diwawacarai dan mengisi kuisioner.
Berdasarkan hasil model multiatribut Fishbein, petani lebih menyukai varietas
Memberamo. Varietas IR 64 memiliki kelebihan pada umur tanaman yang lebih
pendek, lebih tahan rebah dan lebih tahan hama penyakit namun produktivitas dan
pemasaran hasil panen lebih trendah dari varietas Ciherangdan memberamo.
Varietas Memberamo memiliki kelebihan pada hasil panen yang lebih tinggi, rasa

11
nasi yang lebih enak dan pemasaran hasil panen yang lebih mudah dijual namun
tidak tahan hama penyakit, tahan rebah dan memiliki umur tanaman yang lebih
panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun
memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih
rendah.Hasil dari CSImenunjukkan bahwa petani puas terhadap kinerja atrubutatribut varietas unggul dengan nilai CSI sebesar 73,32 persen.
Irawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap dan
Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oriza sativa) Varietas Unggul di
Kota Solok, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakteristik petani dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif,
Importance Performance Analysis dan Costomer Satisfaction Index. Berdasarkan
uraian tentang karakteristik responden diketahui bahwa petani responden lebih
banyak perempuan berusia antara 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir
adalah SD dan telah melakukan budidaya padi sawah selama lebih dari 21 tahun.
Berdasarkan hasil proses keputusan pembelian, petani di Kota Solok memiliki
motivasi bertani padi untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu mereka
menganggap penggunaan benih varietas unggul sangat penting. Saat ini petani
mengetahui tentang benih padi varietas unggul dari PPL. Mereka berharap dengan
menggunakan benih varietas unggul bisa meningkatkan hasil panen dengan
pertimbangan utama adalah rasa nasi. Berdasarkan analisis sikap, diantara empat
varietas unggul yang dibandingkan, petani lebih menyukai varietas Cisokan dan
Anak Daro dibanding varietas Batang Piaman dan Batang Lembang. Hasil analisis
Importance Performance Analysis (IPA), diketahui bahwa atrbut-atribut yang
memiliki tingkat kinerja tinggi dan kepentingan tinggi lebih banyak terdapat pada
varietas Anak Daro dan Cisokan. Berdasarkan Costumer Satification Index (CSI),
tingkat kepuasan konsumen terhadap keempat benih varietas unggul berada pada
kategori puas.
Manalu (2010) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani padi
terhadap penggunaan benih padi varietas unggul Kecamatan Baros, Kota
sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah : Mengidentifikasi karakteristik petani dan
proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida
Bernas Prima, Menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas
Prima, Menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima.
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
melalui
pendekatan
surveymenggunakan sampel acak sederhana (snowball sampling).Dalam
menjawab perumusan masalah penelitian dipergunakan analisis deskriptif, analisis
Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan
Consumers Satisfaction Index (CSI).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden, paling
banyak petani pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
menikah dan rata-rata berjumlakan anggota keluarga sebanyak lima orang, tingkat
pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini merupakan pekerjaan
utama, pendapatan diluar usahatani kurang dari Rp 500.000, dengan lama
berusahatani padi lebih dari 30 tahun, lahan yang mereka gunakan sebagian besar
milik sendiri dengan rata-rata luas lahan 3.000-5.000 m2. Budidaya yang
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, sedangkan varietas yang paling

12
banyak digunakan adalah Ciherang dan Sintanur.Hasil analisis multiatribut
Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang diperoleh benih padi hibrida Bernas
Prima, Ciherang, dan Sintanur secara berturut-turut adalah 152.18, 174.03 dan
149.79. Semakin besar skor sikap total maka produk terkait semakin dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Dengan demikian
berdasarkan hasil total penilaian sikap petani terhadap benih padi menunjukkan
bahwa benih padi varietas Ciherang lebih disukai oleh petani dan dianggap lebih
mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Tingkat kepuasan
petani terhadap padi hibrida Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor
0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka tersebut berarti masih ada nilai
ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki.
Abdurachman (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sikap
dan Kepuasn Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cigombong
Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis karakteristik
petani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, (2) Menganalisis motivasi
dan sikap petani terhadap benih padi hibrida varietas Intani 2 di Kecamatan
Cigombong Kabupaten Bogor, dan (3) Menganalisis kepuasan petani terhadap
benih padi hibrida varietas Intani 2 di Kecamatan Cigombong Kabupaten
Bogor.Pemilihan responden dilakukan dengan metode Sensus sebanyak 43 petani
responden. Dalam menjawab perumusan masalah penelitian digunakan analisis
deskriptif, analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, dan Costumers
Satisfaction Index.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden, paling
banyak petani berada pada kelompok usia ≥42 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
menikah, tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini
merupakan pekerjaan utama, rata-rata pendapatan antara Rp 500.000 hingga Rp
999.999, dengan lama berusahatani padi dari 11 hingga 20 tahun, lahan yang
digunakan sebagian besar menyewa dengan rata-rata luas lahan kurang dari 0,5
ha. Budidaya yang dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun dengan pola tanam
menggunakan padi secara terus menerus, rata-rata hasil Gabah Kering Panen
(GKP) dari benih padi inbrida atau benih padi konvensional yang umumnya
ditanam oleh para petani ialah sebesar 5,29 ton/ha, rata-rata harga gabah kering
panen (GKP) adalah Rp 2.400/kg, dan varietas yang paling sering digunakan ialah
Ciherang.Berdasarkan hasil penelitian pada motivasi petani terhadap benih padi
hibrida varietas Intani 2 sebagian besar petani responden tidak termotivasi untuk
menanam kembali benih padi hibrida varietas Intani 2 sebesar 50,90 persen. Hasil
analisis multiatribut Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang diperoleh benih
padi hibrida varietas Intani 2 dan benih padi inbrida varietas Ciherang ialah
sebesar -7,59 dan 9,88. Semakin besar total skor sikap maka benih tersebut
semakin dapat memenuhi harapan dan keinginan petani. Sehingga berdasarkan
hasil analisis menunjukkan bahwa petani lebih menyukai benih padi inbrida
varietas Ciherang dari pada benih padi hibrida varietas Intani 2. Hasil analisis
Costumers Satisfaction Index (CSI) menunjukkan bahwa benih padi hibrida
varietas Intani 2 memperoleh skor sebesar 49,59 persen yang dianggap termasuk
dalam kategori biasa atau netral. Sedangkan CSI pada benih padi inbrida varietas
Ciherang ialah 75,87 persen atau termasuk kedalam kategori puas.
Koes (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap, Kepuasan
dan Loyalitas Petani terhadap Penggunaan Benih Unggul Jagung Komposit di

13
Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi karakteristik
dan menganalisis sikap serta perilaku petani terhadap penggunaan benih jagung
komposit di Sulawesi Selatan; 2) menganalisis faktor dominan (variabel laten dan
variabel indikator) pembentuk kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan
benih unggul jagung komposit di Sulawesi Selatan; dan 3) menganalisis hubungan
antara kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih unggul jagung
komposit di Sulawesi Selatan. Berdasarkan analisis sikap diantara tiga jenis
jagung yang dibandingkan, sikap petani responden terhadap benih jagung
komposit cenderung lebih baik dibandingkan dengan benih jagung hibrida dan
benih jagung lokal. Faktor dominan dari variabel laten bauran pemasaran yang
berpengaruh terhadap kepuasan petani dalam menggunakan benih jagung
komposit adalah variabel laten produk dan tempat, sementara variabel laten dari
bauran pemasaran lainnya yaitu harga dan promosi tidak berpengaruh terhadap
kepuasan. Berdasarkan hasil analisis SEM dengan model kepuasan dan loyalitas
petani dalam menggunakan benih unggul jagung komposit menunjukkan bahwa
variabel kepuasan memiliki hubungan terhadap loyalitasnya yaitu: melakukan
pembelian berulang dan bersedia merekomendasikan kepada pihak lain untuk
menggunakan benih jagung komposit.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsumen dan Perilaku Konsumen
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Kotler
(2005) konsumen didefenisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha
untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang dipengaruhi untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut
(Engel et al. 1994). Untuk memahami seorang konsumen dan mengembangkan
suatu strategi, pemasar harus memahami apa yang konsumen pikirkan (kognisi)
dan rasakan (pengaruh) serta perilaku konsumen itu sendiri. Dalam mempelajari
perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan
untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa
yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Para pemasar wajib
memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar
mereka mampu memasarkan produk dengan baik. Para pemasar harus memahami
mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga
pemasar dapat merangsang strategi pemasaran dengan baik. Pemasar yang
mengerti perilaku konsumen akan mampu memprediksikan bagaimana
kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya,
sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan

14
2004). Adanya rasa kebutuhan seorang konsumen terhadap suatu produk menjadi
awal dalam proses pengambilan keputusan pembelian. kebutuhan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dapat berasal dari individunya sendiri
ataupun dari pihak luar yang diperoleh dari berbagai informasi yang terkandung di
dalam promosi.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai keputusan mengenai segala
hal yang menyangkut aktivitas kehidupannya. Semua itu menyebabkan adanya
disiplin perilaku konsumen yang berusaha mempelajari bagaimana konsumen
mengambil keputusan dan juga memahami faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dan yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Keputusan konsumen dalam bentuk tindakan membeli suatu barang atau jasa
muncul melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut Engel et al (1994) proses
keputusan konsumen meliputi lima tahap yaitu tahap pengenalan kebutuhan, tahap
pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian, dan tahap perilaku
setelah pembelian
Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan didefenisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuain
antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya, yang akan
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan dikenali ketika
ketidaksesuaian mele