Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

DAVID FAHMI. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA

NURMALINA)

Beras menjadi penting bagi rakyat Indonesia karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional.

Meningkatnya jumlah penduduk, lambatnya pertumbuhan produktivitas padi dan luas panen mengakibatkan produksi beras belum mampu memenuhi permintaan beras. Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras untuk memenuhi permintaan beras melalui pendekatan penggunaan varieats unggul. Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masing- masing wilayah tidak sama. Tentunya kan berimbas pada penggunaan benih itu sendiri. Kabupaten Kediri sebagai kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur, peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri itu sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifkasi karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (2) menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri (3) rekomendasi alternatif kebijakan yang perlu dilakukan terkait dengan usaha peningkatan produksi beras nasional. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah santu sentra produksi padi di Jawa Timur serta pentignya sektor pertanian pangan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2008. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan tabulasi deskriptif untuk mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembelian. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah model multiatribut Fishbein, sedangkan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Importance and Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index.

Berdasarkan hasil karakteristik responden, petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 51-60 tahun dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga (istri dan anak) sebagian besar sebanyak enam orang. Petani menetapkan bertani sebagai pekerjaan utama mereka. Pola tanam yang biasa digunakan petani di Kabupaten Kediri adalah padi-padi-jagung/palawija/hortikultura. Hasil panen padi biasanya berkisar antara 4 sampai 7,9 ton per hektar.

Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari Hasil proses keputusan pembelian menunjukkan bahwa petani padi di Kabupaten Kediri memiliki motivasi dalam bertani padi karena turun temurun dari

panen akan lebih bagus atau meningkat. Informasi mengenai benih varietas unggul para petani lebih senang mencari informasi ke toko pertanian. Informasi

yang dibutuhkan petani tentang benih varietas adalah kualitas benih, harga benih tidak terlalu menjadi pertimbangan. Varietas yang menjadi pertimbangan para

petani adalah varietas IR 64, Ciherang, Memberamo, Ciboga, Cilamaya dan Intani. Hal yang menjadi pertimbangan utama mereka adalah produktivitas.

Kebanyakan petani lebih sering membeli Memberamo. Harga benih saat ini menurut petani telah sesuai dengan kualitas yang diberikan. Tempat membeli benih tersebut di toko pertanian dengan pertimbangan sekalian membeli pupuk dan pestisida. Jarak yang biasanya ditempuh adalah 1-1,5 km dan dianggap mudah sekali diakses. Secara keseluruhan petani responden puas terhadap pembelian dan mereka tetap akan membeli jika harga mengenai kenaian. Jika tidak tersedia di tempat biasa membeli, petani akan mencari di tempat lain.

Berdasarkan hasil Importance and Performance Analysis, atribut-atribut yang dirasakan oleh petani memiliki kinerja yang rendah adalah harga GKG, umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Sedangkan atribut-atribut yang memiliki kinerja yang baik adalah produktivitas, pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan dan harga benih. Berdasarkan hasil Customer Satisfaction Index, menunjukkan bahwa para petani puas terhadap kinerja atribut-atribut varietas unggul.

Berdasarkan hasil model multiatribut Fishbein, petani lebih menyukai varietas Memberamo. Varietas IR 64 memiliki kelebihan pada umur tanaman yang lebih pendek, lebih tahan rebah dan lebih tahan hama penyakit namun produktivitas dan pemasaran hasil panen lebih trendah dari varietas Ciherangdan memberamo. Varietas Memberamo memiliki kelebihan pada hasil panen yang lebih tinggi, rasa nasi yang lebih enak dan pemasaran hasil panen yang lebih mudah dijual namun tidak tahan hama penyakit, tahan rebah dan memiliki umur tanaman yang lebih panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih rendah.

Bauran pemasaran yang sekiranya perlu dilakukan adalah pengembangan produk yang bisa diterima petani maupun konsumen, penetapan harga benih varietas unggul yang sesuai dengan kualitas, peningkatan pelayanan serta promosi melalui toko pertanian.

Saran peneliti yang bisa disarankan adalah perlu terus diupayakan pengembangan varietas yang lebih baik dan dapat diterima pasar maupun petani. Atribut yang menjadi prioritas pengembangan adalah umur tanaman, tahan hama penyakit dan tahan rebah. Atribut produktivitas dan rasa nasi tetap perlu dikembangkan karena merupakan faktor pertimbangan utama dalam membeli

varietas unggul. Perlu adanya pengembangan varietas sejenis IR 64 yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Pengembangan varietas sejenis Memberamo dengan perbaikan atribut tahan hama penyakit, tahan rebah dan umur tanaman yang lebih pendek. Pengembangan varietas Ciherang dengan peningkatan kinerja rasa nasi dan umur tanaman. Perlu adanya penelitian mengenai efektifitas penyediaan benih dan efektifitas saluran pemasaran benih.

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI

TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR

Oleh : David Fahmi A14104023

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Skripsi : Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur Nama

: David Fahmi NRP

: A14104023

Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 685 542

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal lulus :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Juli 2008

David Fahmi A14104023

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, tanggal 8 Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Mohammad Taufiq dan Munis Rasyidah.

Penulis menempuh pendidiakn Taman Kanak-Kanak di TK Al-Khairat Ternate pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan dasar di SDN Al-Khairat Ternate, kemudian pada tahun 1993 melanjutkannya di Madrasah Ibtidaiyah Sedayulawas, Lamongan. Pada tahun 1994 melanjutkan pendidikannya di SDN Ngronggo 5 Kediri sampai lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah dan atas ditempuh penulis di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam sampai tahun 2004. Pada tahun yang sama, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (KOPMA IPB) tahun 2004-2008 dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-

Ilmu Sosial Ekonomi pertanian (MISETA) tahun 2006-2007.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap kata, setiap perbuatan dan setiap langkah selalu senantiasa untuk beribadah kepada-Nya.

Analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan skripsi yang bertujuan untuk menganalisis proses keputusan pembelian, sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul, serta rekomendasi alternatif kebijakan yang mungkin dapat dilakukan terkait usaha peningkatan produksi beras nasioanal.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidaklah sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama berlangsungnya peneitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Juli 2008

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Faroby Falatehan, SP. ME, selaku dosen penguji wakil departemen yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Rachmina, MS, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan masukan selama kuliah.

5. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do’a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu.

6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya.

7. Opik, Iwan, Nunu, Evan, Wahid, Yoga, Lukman, Saut dan Arisman terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

8. Ipunk, Tere, Agnes, Widi, Fanny, Sastrow, Uci, Intan, Nung, Pretty, Rani, Cumi, Mela, Dini, Neneng, Mami, Nuy, Endang, Anggi dan Yanti terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

9. Temen-temen AGB’41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah.

10. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri atas informasi-informasi yang telah diberikan.

11. Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Juli 2008

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Periode 1980-2006 .................

2. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode 1980-2006 .....

3. Model Perilaku Konsumen Kotler ..............................................

4. Model Perilaku Konsumen Engel...............................................

5. Matriks Importance and Performance Analysis..........................

6. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional .............................

7. Diagaram Kartesius Importance and Performance Analysis .......

8. Grafik Scatterplot IPA Benih Varietas Unggul ..........................

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi Padi, Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 19980-2006.....................................................................

2. Permintaan Beras dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 ......................................................................

3. Luas Panen, Produktivitas dan Pertumbuhannya di Indonesia Tahun 1980-2006 ......................................................................

4. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelompok Tani, Petani, Kepemilikan Lahan, Komoditas Utama dan Pola Tanam Kab. Kediri .............

5. Uji Validitas Atribut Metode Chi-Square ................................... 108

6. Data Produksi Beras Provinsi Jawa Timur ................................. 109

7. Penyebaran Varietas Unggul di Indonesia Tahun 2005 .............. 110

8. Informasi Varietas Unggul IR 64, Ciherang dan Memberamo .... 111

9. Rekapitulasi Tingkat Kepentingan Atribut dan Kinerja Benih Varietas Unggul IR 64 ........................................

10. Rekapitulasi Tingkat Kinerja Benih Varietas Unggul Memberamo dan Ciherang ..............................

11. Kuisioner Penelitian .................................................................. 114

12. Foto Kegiatan ............................................................................ 120

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan komoditi penting karena lebih dari 90 persen rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok. Beras juga komoditi yang strategis secara politis karena banyak kepentingan publik didalamnya, seperti masalah ketahanan pangan, kondisi politik, stabilitas keamanan, stabilitas ekonomi dan lapangan kerja. Sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah dalam menjaga perberasan nasional.

Tingkat konsumsi beras nasional rata-rata saat ini sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia yang berkisar antara 80 sampai dengan 90 kg/kapita/tahun. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tentunya akan meningkatkan jumlah permintaan akan beras. Meningkatnya industri yang membutuhkan input berupa beras akan ikut menambah jumlah permintaan beras. Permintaan industri terhadap beras diperkirakan mencapai 23,5 persen dari konsumsi rumah tangga (Departemen Pertanian, 2005).

Mempertimbangkan hal tersebut, maka permintaan beras pada tahun 2000 dapat dihitung sebesar 31,339 juta ton. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 31,820 juta ton dan terus meningkat menjadi 36,683 juta ton pada tahun 2006. Dari sisi produksi padi, produksi padi belum aman dalam memenuhi permintaan beras. Produksi beras pada tahun 2000 mencapai 32,696 juta ton, pada tahun 2003 meningkat menjadi 32,846 juta ton, kemudian meningkat mencapai 34,306 juta ton pada tahun 2006. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 1. Selisih antara permintaan dan produksi beras dapat dijadikan indikator bahwa perberasan Mempertimbangkan hal tersebut, maka permintaan beras pada tahun 2000 dapat dihitung sebesar 31,339 juta ton. Pada tahun 2003 meningkat menjadi 31,820 juta ton dan terus meningkat menjadi 36,683 juta ton pada tahun 2006. Dari sisi produksi padi, produksi padi belum aman dalam memenuhi permintaan beras. Produksi beras pada tahun 2000 mencapai 32,696 juta ton, pada tahun 2003 meningkat menjadi 32,846 juta ton, kemudian meningkat mencapai 34,306 juta ton pada tahun 2006. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 1. Selisih antara permintaan dan produksi beras dapat dijadikan indikator bahwa perberasan

Produksi Beras (kg) Per mintaan Ber as (konsumsi RT dan Industr i) Konsum si RT

Per mintaan Industr i (23,5% dari Konsum si RT))

Sumber: BPS, 2007 (diolah) Gambar 1. Produksi Beras, Permintaan Beras, Konsumsi Rumah Tangga

dan Permintaan Industri di Indonesia Periode 1980-2006

Jumlah produksi beras mengalami peningkatan secara nominal namun laju pertumbuhan produksi beras mengalami penurunan dan laju pertumbuhan ini lebih rendah daripada laju pertumbuhan permintaan beras (Gambar 2). Hal ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan produktivitas padi dan pertumbuhan luas panen (Maulana, 2004). Hal ini tentunya akan memperbesar selisih permintaan dan produksi beras. Jika tidak segera diatasi maka dikhawatirkan pertumbuhan produksi beras tidak dapat mengimbangi permintaan beras akibat pertumbuhan penduduk dan industri yang terus meningkat.

Pert um buhan Pr oduksi Pert um buhan Perm int aan

Sumber: BPS, 2007 (diolah) Gambar 2. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia Periode 1980-2006

Untuk meningkatkan produksi beras dalam mengimbangi kebutuhan beras dalam negeri serta meningkatkan ketahanan pangan maka pemerintah melakukan berbagai kebijakan, antara lain (1) merehabilitasi, dan ekstensifikasi infrastruktrur irigasi; (2) pembukaan lahan sawah baru; dan (3) memacu inovasi teknologi, termasuk revitalisasi sistem penelitian pengembangan pertanian serta sistem diseminasi inovasi pertanian dengan deregulasi dan penciptaan iklim kondusif bagi investor swasta dalam upaya mendorong pertumbuhan produksi padi nasional (Maulana et al., 2006).

Salah satu bentuk program yang dilakukan pemerintah saat ini adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan produksi beras sebesar 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2007, dan meningkat 5 persen pada tahun-tahun selanjutnya sampai pada tahun 2009 (Departemen pertanian, 2007). Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi Varietas Unggul Baru (VUB), Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) maupun varietas hibrida dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984 (Nugraha dan Sayaka, 2004). Menurut Maulana et al.(2006) pertumbuhan produksi padi yang luar biasa pada periode 1980-1989 serta keberhasilan berswasembada merupakan hasil dari perpaduan (1) adanya terobosan teknologi Revolusi Hijau (2) potensi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan masih tinggi (3) dukungan kebijakan komprehensif dan terpadu (4) Kontribusi penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi beras telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984 (Nugraha dan Sayaka, 2004). Menurut Maulana et al.(2006) pertumbuhan produksi padi yang luar biasa pada periode 1980-1989 serta keberhasilan berswasembada merupakan hasil dari perpaduan (1) adanya terobosan teknologi Revolusi Hijau (2) potensi intensifikasi dan ekstensifikasi lahan masih tinggi (3) dukungan kebijakan komprehensif dan terpadu (4)

Teknologi revolusi hijau untuk padi pertama kali ditemukan oleh International Rice Research Institute (IRRI) pada pertengahan 1960-an. Karakteristik dasar dari teknologi ini adalah (1) benih unggul berumur pendek sehingga dapat meningkatkan hasil panen melalui peningkatan intensitas tanam; (2) responsif terhadap pupuk kimia utamanya urea sehingga dapat meningkatkan produktivitas melalui penggunaan pupuk; (3) membutuhkan lingkungan prima, utamanya irigasi terkelola (Maulana et al., 2006).

Varietas unggul merupakan teknologi yang mudah, murah, dan aman dalam penerapan, serta efektif meningkatkan hasil. Teknologi tersebut mudah karena petani tinggal menanam. Murah karena varietas unggul yang tahan hama misalnya, memerlukan insektisida jauh lebih sedikit daripada varietas yang peka. Varietas unggul relatif aman, karena tidak menimbulkan polusi dan perusakan lingkungan. Sampai saat ini telah dihasilkan lebih dari 150 varietas unggul padi yang meliputi

80 persen total areal padi di Indonesia (Susanto, 2003), bahkan sejak tahun 1943 hingga kini, Indonesia telah melepas 191 varietas unggul (Las et al., 2004).

1.2. Perumusan masalah

Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi beras tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani padi terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama.

Sedangkan pemerintah berupaya mendorong petani padi untuk menggunakan varietas-varietas unggul sebagai upaya untuk meningkatkan produksi padi.

Menurut Las et. al. (2004) dari sekitar 80 VUB yang berkembang di petani, varietas IR 64 merupakan varietas unggul padi yang paling banyak digunakan petani padi di 12 provinsi penghasil padi utama di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali dan NTB. Hasil dari Statistik Badan Litbang Pertanian pada tahun 2002 menunjukkan verietas IR 64 menyebar 45,52 persen dari luas tanam di 12 provinsi tersebut. Varietas yang menonjol selain varietas IR 64 antara lain Way Apoburu (8,16%), Ciliwung (6,82%), Memberamo (4,59%), Ciherang (4,43%) dan Cisadane (2,63%).

Pada tahun 2005 varietas IR 64 menyebar 31,4 persen, Ciherang 21,8 persen, Ciliwung 8 persen, Way Apo Buru 3,3 persen, IR 42 2,4 persen, Widas 1,8 persen dan Memberamo 1,6 persen (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2005). Hal ini menandakan secara keseluruhan bahwa terjadi perubahan perilaku petani padi terhadap varietas-varietas tersebut mengingat perilaku petani padi bersifat dinamis.

Penyebaran varietas unggul berbeda-beda di setiap wilayah sentra produksi padi. Varietas IR 64 relatif masih banyak ditanam oleh petani padi di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ngawi, dengan proporsi masing-masing kabupaten sebesar

64 persen dan 70 persen (Nugraha dan Sayaka, 2004). Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Kediri termasuk dalam kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Keadaan ini berbeda dengan sentra produksi padi di Jawa Barat seperti Kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang. Varietas yang relatif banyak ditanam oleh petani padi di ketiga kabupaten tersebut adalah varietas Ciherang. Masing-masing dengan luas areal tanam 39,9 persen, 36,1 persen dan 37,9 persen, sedangkan luas 64 persen dan 70 persen (Nugraha dan Sayaka, 2004). Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Kediri termasuk dalam kabupaten sentra produksi padi di Jawa Timur. Keadaan ini berbeda dengan sentra produksi padi di Jawa Barat seperti Kabupaten Indramayu, Subang dan Karawang. Varietas yang relatif banyak ditanam oleh petani padi di ketiga kabupaten tersebut adalah varietas Ciherang. Masing-masing dengan luas areal tanam 39,9 persen, 36,1 persen dan 37,9 persen, sedangkan luas

Hal-hal yang telah diuraikan di atas menandakan terdapat perbedaan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi terhadap varietas unggul. Hal ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis dan fakor- faktor lainnya. Kondisi-kondisi tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih varietas unggul sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Sebagian besar (47,27 %) penduduk di Kabupaten Kediri masih bergantung pada sektor pertanian (BPS, 2003). Kabupaten Kediri dapat dikategorikan sentra produksi beras dengan pertimbangan luas panen yang menduduki peringkat ke-8 (Departemen Pertanian Jawa Timur, 2007). Sektor pertanian tanaman pangan menyumbang 22,96 persen terhadap pembentukan Pendapatan Daerah Rata-Rata Bruto (PDRB) Kabupaten Kediri serta memiliki peranan penting dalam pembentukan PDRB Jawa Timur. Sehingga penelitian terhadap perilaku petani padi, sikap mereka terhadap benih padi dan tingkat kepuasan mereka dalam menggunakan benih varietas unggul di Kabupaten Kediri menarik untuk dilakukan.

Berdasarakan penjelasan tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri?

2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri?

3. Bagaimana strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan para petani padi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik petani padi dan proses keputusan pembelian benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri.

2. Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri.

3. Merekomendasikan strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani padi berdasarkan bauran pemasaran.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Penangkar, dapat menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat dengan melihat apa yang dibutuhkan dan diinginkan petani padi terhadap benih padi varietas unggul.

2. Pemerintah melalui intansi terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan masukkan dalam perencanaan peningkatan produksi beras nasional.

3. Lembaga ilmu pengetahuan dan bidang penelitian, dapat mengembangkan jenis-jenis padi yang diharapkan oleh petani padi.

4. Pembaca pada umumnya, dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Benih padi yang akan menjadi bahan penelitian ini merupakan varietas benih padi yang ditanam di areal persawahan (varietas benih padi sawah) karena varietas benih padi ini paling banyak diusahakan oleh petani.

2. Dalam penelitian ini varietas benih padi yang akan diteliti adalah varietas benih padi yang secara umum dipakai petani padi di Kabupaten Kediri yaitu varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo.

3. Petani padi yang menjadi objek penelitian adalah petani padi yang melakukan pengambilan keputusan pembelian (bukan buruh tani) dan menggunakan benih padi varietas IR 64, Ciherang dan Memberamo.

Keterbatasan penelitian ini adalah hasil penelitian tidak bisa dianggap sama jika dilakukan didaerah lain mengingat kultur budaya, demografi, ekonomi, politik dan aspek-aspek lainnya tentunya berbeda pada setiap daerah. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan data jumlah petani padi (responden) yang diperoleh karena jumlah responden adalah jumlah sampel minimal dalam pengolahan data dan pemenuhan syarat penelitian serta adanya keterbatasan waktu dan biaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Benih Padi

Benih adalah biji tumbuhan yan berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun kualitas hasilnya.

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi bahan pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian.

Benih unggul adalah bahwa benih itu murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji-biji rerumputan dan lain- lainnnya (Siregar, 1981). Benih bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993). Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas, yaitu:

1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS) Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khsusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih.

2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS) Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih.

3. Benih pokok atau Stock Seed (SS) Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu.

4. Benih sebar atau Ekstension Seed (ES) Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.

2.2 Benih Bersertifikat

Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman dan kemudian disertifikasi oleh Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sedangkan benih biasa merupakan benih yang disisihkan dari panen pertanaman komoditas yang bersangkutan dan tidak disertifikasi oleh BPSB.

Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem Budi Daya Tanaman yang menyebutkan bahwa varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu mendapat izin dilepas oleh pemerintah. Varietas yang belum dilepas oleh pemerintah dilarang diedarkan. Benih dari varietas yang telah dilepas tersebut disebut benih bina. Benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Menurutt Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih biasa diantaranya adalah:

1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi dari rata-rata 40-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha.

2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus.

3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam.

4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan haisl panen 5-15 persen per hektar.

5. Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan.

6. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dimana peranan sarana produksi tidak akan terliha apabila benih yang digunakan tidak bermutu.

2.3 Industri Benih

Industri benih berperan untuk menghasilkan produk benih yang tidak mengalami perubahan bentuk dalam pemrosesasnnya. Disebut industri karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dan berakhir menjadi produk siap pakai yang dalam hal industri benih berupa benih suatu varietas tanaman. Menurut Sadjad (1997) industri benih dapat dibagi menjadi lima tingkat berdasarkan teknologinya, yaitu:

1. Industri benih tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi sederhana.

2. Industri benih tingkat II, merupakan industri yang telah menggunakan mesin- mesin pembersih.

3. Industri benih tingkat II, merupakan industri benih yang melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Benih ini dipilah berdasarkan besar butiran, panjang, lebar, tebal atau berat. Industri ini menghasilkan kinerja fisik benih yang prima.

4. Industri benih tingkat IV. Industri pada tingkat ini selain memproduksi sebagaimana pada industri tingkat III juga selalu berhubungan dengan lembaga litbang (selaku penghasil varietas dan mulai memasuki program sertifikasi), meski belum memilikinya sendiri untuk lebih terjamin kelanjutan industrinya.

5. Industri benih tingkat V. Industri ini memiliki kemampuan memproduksi benih hasil litbang sendiri. Litbang ini selain memproduksi varietas hibrida yang selalu diperbaharui juga melakukan penelitian dan pengembangan bioteknologi.

2.4 Varietas Unggul

Siregar (1981) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit, lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak.

2.5 Perkembangan Teknologi Perakitan Varietas Unggul Padi di Indonesia

Secara umum perkembangan teknologi perakitan varietas unggul padi di Indonesia dapat dipilah ke dalam tiga periode (Las et al., 2004), yaitu era sebelum tahun 1970-an, era thaun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-IR 64), dan era pascaswasembada beras (era IR 64).

1. Era sebelum tahun 1970-an Di Indonesia, perakitan varietas unggul padi melalui persilangan dimulai tahun 1920-an dengan memanfaatkan gen pool yang dibentuk melalui introduksi tanaman (Harahap et al. dalam Las et al.,2004). Hingga tahun 1960-an, pemuliaan padi diarahkan pada pembentukan varietas untuk lahan tadah hujan yang kurang subur atau varietas yang kurang responsif terhadap pemupukan.

Varietas padi hasil persilangan di dalam negeri yang pertama kali dilepas pada tahun 1943 adalah Bengawan. Varietas ini memiliki latar belakang genetik hasil perbaikan dari varietas Cina yang berasal dari Cina, Latisail dari India dan Benong dari Indonesia (Hargrove et al. dalam Las et al.,2004). Varietas Bengawan berumur 140-155 hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman 145-165 cm, memiliki rasa nasi yang enak (Daradjat et al. dalam Las et al.,2004), dengan daya hasil 3,5-4,0 ton/ha. Contoh padi tipe Bengawan adalah varietas Bengawan (dilepas tahun 1943), Sigadis (1953), Remaja (1954), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Dewi Tara (1964), Arimbi (1965), Bathara (1965) dan Dewi Ratih (1969)

2. Era tahun 1970-an hingga sebelum swasembada beras (pra-IR 64) Selain untuk meningkatkan potensi hasil, program pemuliaan pada era ini juga diarahkan untuk memperbaiki rasa nasi. Dua varietas introduksi yang dilepas sebelumnya, yaitu PB8 atau IR8( yahun 1967) dan PB5 atau IR 5 (tahun 1968) dengan potensi hasil 4,5-5,5 ton/ha, digunakan sebagai sumber gen untuk memperbiki sifat-sifat varietas unggul yang sudah ada.

Persilangan antara PB5 dan Shinta menghasilkan varietas Pelita-I-1 dn Pelita I-2 yang dilepas tahun 1971. Kedua varietas tersebut memiliki daya hasil yang cukup tinggi dan rasa nasi yang lebih enak disbanding PB5. Namun karena rentan terhadap wereng coklat maka kedua varietas tersebut tidak dapat bertahan lama.

Sejak itu program perakitan varietas padi diarahkan tidak hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil, tetapi juga untuk memperbaiki

ketahanan terhadap hama dan penyakit utama. Selanjutnya dirakit dan dikembangkan sejumlah varietas unggul baru seperti Serayu (1978), Asahan (1978), Brantas (1978), Citarum (1978), Semeru (1980), Cisadane (1980), Cipunagara (081), Krueng Aceh (1981), Sadang (1983), dan Cikapundung (984). Diantara varietas unggul tersebut, Cisadane yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 berkembang pesat di kalangan petani dan menjadi contributor utama dalam swasembada beras tahun 1984. Namun, popularitas Cisadane kemudian menurun tajam sejalan dengan berkembangnya wereng coklat biotipe 3. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan introduksi beberapa galur dari IRRI, satu diantaranya dilepas sebagai varietas IR 64 yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan rasa nasinya enak.

3. Era swasembada beras (era IR 64) Dilepas tahun 1986, IR 64 berkembang dengan cepat karena disukai oleh sebagian besar petani dan konsumen, terutama karena rasa nasi yang enak, umur genjah dan hasil yang relatif tinggi. Hingga saat ini, luas areal tanam IR 64 mencapai 61persen dari luas tanam padi di Indonesia, disusul oleh varietas lokal (10%), Memberamo (8%), Way Apoburu (8%), IR66 (6%) dan Cisadane ( 6%) (direktorat Bina Perbenihan dalam Las et al.,2004). Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) tahun 2004 di 12 provinsi penghasil utama padi menunjukkan IR 64 masih mendominasi areal tanam padi dengan porsi 45 persen dari luas panen sekitas 9,2 juta ha.

Upaya meningkatkan potensi hasil dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan heterois melalui perakitan varietas padi hibrida dan padi tipe baru

(PTB). Beberapa varietas yang dilepas setelah IR 64 adalah Ciliwung (1989), Barumun (1991), Memberamo (1995), Way Apoburu (1998), Widas (1999), Ciherang 2000), Tukad Unda (2000), Konawe (2001), Sintanur (aromatic, 2001), Cimelati semi PTB, 2002), Gilirang (semi PTB aromatic, 2002), Maro (hibrida, 2002), Rojan (hibrida, 2002) dan Fatmawati (PTB, 2003).

2.6 Varietas Unggul Nonhibrida dan Hibrida

Varieatas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu varietas nonhibrida dan varietas hibrida. Verietas nonhibrida terdiri dari Varietas Unggul Baru (VUB) dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB). Sedangkan varietas hibrida hanya meliputi varietas hibrida. Berikut ini penjelasan umum mengenai dua kelompok varietas tersebut.

2.6.1 Varietas Nonhibrida

Varietas unggul baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara padi jenis indica (cere). Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara padi jensi indica dengan japonica (Las et al., 2004). Prinsip utama dalam pembentukan VUTB adalah melakukan modifikasi arsitektur tanaman pada varietas modern masa kini agar mampu menghasilkan biomassa dan indeks panen yang tinggi.

Padi tipe baru (PTB) memiliki sifat penting, antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, (b) malai lebih panjang dan lebat (>300 butir/malai), (c) batang besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua,

(e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25 persen tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al., 2004).

2.6.2 Varietas Hibrida

Padi hibrida yang dikembangkan di Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur atau melibatkan tiga galur tetua, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau A), galur pelestari atau maintainer (B) dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari dan pemulih kesuburan memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu menghasiklan benih sendiri. Galur mandul jantan hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki tepung sari dari tanaman lain. Galur mandul jantan bila diserbuki oleh galur pelestari menghasilkan benih GMJ, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al., 2004).

Sifat yang paling diharapkan dari varietas hibrida adalah tingkat produksinya 20-40 persen lebih tinggi daripada verietas unggul baru dan lebih tahan hama dan penyakit daripada varietas unggul baru (Las et al., 2004). Hal ini penting karena hasil varietas hibrida meskipun tinggi namun belum stabil dan masih kurang tahan terhadap wereng coklat, penyakit hawar daun, penyakit virus tungro.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah banyak penelitian yang membahas permasalahan benih dan preferensi konsumen (sebagai bagian dari perilaku konsumen). Sugara (2007) mengangkat permasalahan mengenai kepuasan konsumen instan temulawak Taman Sringanis. Tujuan peneletian ini adalah untuk menganalisis karkteristik konsumen instan temulawak, menganalisis proses Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah banyak penelitian yang membahas permasalahan benih dan preferensi konsumen (sebagai bagian dari perilaku konsumen). Sugara (2007) mengangkat permasalahan mengenai kepuasan konsumen instan temulawak Taman Sringanis. Tujuan peneletian ini adalah untuk menganalisis karkteristik konsumen instan temulawak, menganalisis proses

Pengumpulan sampling data yang dilakukan untuk menunjang penelitian tersebut menggunakan teknik convenient yang berarti sampel responden adalah responden yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).

Wachizin (2007) menganilisis mengenai preferensi konsumen rook kretek dan rokok nonkretek. Peneliitn ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab rokok kretek tetap mampu menjadi pemimpin pasar, menganalisis variabel demografi sampel konsumen rokok di kota Bogor, menganalisis korelasi antara atribut-atribut rokok yang mempengaruhi sampel konsumen rokok di kota Bogor dalam memilih jenis rokok. Teknik pengambilan sampel konsumen dilakukan secara non probability menggunakan teknik convenient, sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tabulasi silang (Crosstabs), Multiatribut Fishbein, The Mann _Whitney U test, Korelasi Rank Spearman serta Chi Square.

Hasil dari penelitin ini adalah variabel umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap preferensi. Sedangkan variabel yang mempengaruhi terhadap preferensi konsumen kretek maupun konsumen nonkretek hanya variabel tingkat pendidikan.

Ramadhan (2007) juga mengangkat topik tentang preferensi konsumen terhadap energy drink sachet. Produk yang diamati dalam penelitian tersebut adalah

Extra Joss , Hemaviton Jreng dan Kuku Bima Ener-G. tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen energy drink sachet, menganilisis sikap atau preferensi konsumen terhadap atribut-atribut minuman berenergi sachet dan merumsukan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk market leader energy drink sachet merek Extra Joss.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling, dimana sampel merupakan responden kosnumen minuman berenergi yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner (berada pada tempat dan waktu yang tepat). Lokasi pengambilan responden dilakukan secara accidental dan jumlah resonden yang dijadikan sampel adalah 100 responden.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode model multiatribut Fishbein dan Importance Performance Analysis (IPA). Model multiatribut digunakan untuk mengetahui merek mana yang paling disukai oleh konsumen energy drink sachet. Sedangkan Importance Performance Analysis digunakan untuk mengetahui atribut apa saja yang perlu diperbaiki, dipertahankan maupun diproritaskan dalam pemasaran. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Kuku Bima Energ-G merupakan minuman berenergi yang paling disukai oleh responden.

Penelitian Haryadi (2004) menyebutkan bahwa jenis benih yang sering digunakan oleh petani di kecamatan Warungkondang antara lain IR 64, Widas, Way Apoburu, Pandan Wangi dan Rojo Lele. Dari hasil penelitian tersebut, jenis IR 64 merupakan jenis benih yang umum dipakai dan semua responden pernah memakai jenis ini.

Berdasarkan penelitian tersebut alasan para petani memilih jenis-jenis benih padi adalah umur tanaman, produktivitas, tahan kerebahan, tahan hama dan penyakit, rasa, harga, mudah/tidaknya benih didapatkan. Umur tanaman berperan penting dalam memprediksi kapan tanaman panen, kapan waktu untuk menanam, bagaimana peluang merotasi pola tanaman dan bagaimana mengatur keuangan keluarga. Pada umumnya padi dengan umur pendek lebih disukai oleh petani.

Produktivitas tanaman yang tinggi tentunya lebih disukai karena mendatangkan hasil panen yang lebih tinggi dan mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Tanaman yang memiliki tahan terhadap kerebahan juga disukai oleh petani karena akan mengurangi kehilangan butir padi. Ketahanan terhadap hama dan penyakit akan mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pestisida. Rasa dipengaruhi oleh permintaan pasar, dan para petani merespon permintaan tersebut dengan memperhatikan jenis benih yang digunakan.

Survey pada tahun 2002/2003 membuktikan bahwa, sekitar 90 persen dri 9,2 juta ha areal pertanaman padi sawah (lebih dari 80 persen luas tanaman padi nasional) di 12 provinsi penghasil utama padi telah ditanami varietas unggul. Dari sekitar 80 varietas unggul yang berkembang di petani, jenis Way Apoburu, Ciliwung, Memberamo dan Ciherang paling disukai dan diharapkan dapat menggantikan IR 64 yang populer sejak lebih dari lima belas tahun yang lalu (Las et al., 2004).

Penelitian ini dapat diketahui bahwa konsumen benih padi mulai mencoba jenis varietas lain selain IR 64 untuk kegunaan dan pasar yang berbeda pula. Seperti penelitian yang dilakukan Nugraha dan Sayaka (2004), bahwasannya IR 64 dan Kapuas yang memiliki kadar serat rendah dan suhu gelatinsasi awal rendah sehingga Penelitian ini dapat diketahui bahwa konsumen benih padi mulai mencoba jenis varietas lain selain IR 64 untuk kegunaan dan pasar yang berbeda pula. Seperti penelitian yang dilakukan Nugraha dan Sayaka (2004), bahwasannya IR 64 dan Kapuas yang memiliki kadar serat rendah dan suhu gelatinsasi awal rendah sehingga

Girsang (2003) mengangkat topik kepuasan petani padi terhadap insektisida X. tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi profil/karakteristik petani padi dan tingkat kepuasan petani dalam penggunaan insektisida X dan merumuskan alternatif- alternatif kegiatan pemasaran dalam upaya meningkatkan kepuasan petani dalam penggunaan insektisida. Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi padi terbesar di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Karawang. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode multistage random sampling. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah analisis cluster, analisis CHAID, Thurstone analysis dan Importance Performance Analysis.

Penelitian ini meniliti petani dengan membagi petani-petani kedalam empat segmen, yaitu: segmen experience, rational, follower dan trendsetter. Penilaian kinerja dan kepentingan atribut diukur sesuai dengan segmen-segmen tersebut sehingga perusahaan insektisida X dapat membenahi kinerja atribut di setiap segmen. Pasar sasaran perusahan yang dinilai tepat dan sesuai kemampuan perusahan adalah segmen experience, rational dan trendsetter.

Dari penelitian terdahulu yang mengangkat topik perilaku konsumen, terlihat bahwa penelitian mengenai preferensi (sikap) konsumen dan kepuasan konsumen menarik untuk dilakukan. Pada umunya untuk menganalisis kedua hal tersbut, alat analisis sikap multiatribut Fishbein, Importance Performance Analysis dan Costumer Satisfaction Index merupakan alat analisis yang ideal untuk mengetahui posisi produk suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing, mengetahui atribut apa saja yang perlu mendapat perhatian dan mengetahui sejauh mana kepuasan konsumen terhadap produk perusahaan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Definisi Konsumen

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65