Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

PENGUJIAN LIMBAH PADAT (SLUDGE) KELAPA SAWIT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

SKRIPSI

OLEH :

HAKIMUDDIN SIREGAR
030301048/BDP-AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

PENGUJIAN LIMBAH PADAT (SLUDGE) KELAPA SAWIT

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

SKRIPSI

OLEH :

HAKIMUDDIN SIREGAR
030301048/BDP-AGR

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi

: Pengujian Limbah Padat (sludge) Kelapa Sawit
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Varietas Kacang
Hijau (Vigna radiata L.)

Nama

: Hakimuddin Siregar

Nim

: 030301048

Departemen

: Budidaya Pertanian


Program studi

: Agronomi

Disetujui oleh,
Komisi pembimbing

(Ir. O. K. Nazaruddin Hisyam, MS)

(Ir. Hj. Sabar Ginting, MS)

Ketua

Anggota

Mengetahui,

(Ir. Edison Purba, Ph.D)
Ketua Departemen Budidaya Pertanian


Tanggal Lulus :

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

ABSTRACT

The objectives of research was to get level right sludge to growth and
production each of variety mung bean with maksimum. the experiment design was
randomized block design (RBD) faktorial with two factor and three replication.
the first factor was sludge consist of three level, S0 : 0 ton/ha, S1 : 8,5 ton/ha, S2 :
17 ton/ha and S3 : 25,5 ton/ha. the second factor was variety or mung bean consist
of three, V1 : Kutilang, V2 : Murai, V3 : Perkutut. This experiment result showed
that treatment sludge effected no significant to all parameters observation.
Treatment of variety gave no significant to height on plant 9 MST, sum of branch
primary, flowering ages but gave significant to age harvest, sum of seed fod, sum
of fod per plant, weight seed perplot and weight 100 of seed. Interaction sludge
and variety of showed that effected no significant to all parameters observation.

keyword : Sludge, Variety, Mung bean

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis sludge kelapa sawit yang
tepat untuk pertumbuhan dan produksi masing-masing varietas kacang hijau
secara maksimum. Penelitian ini menggunakan Ranacangan Acak Kelompok
(RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu
pemberian limbah padat (sludge) kelapa sawit dengan 4 taraf, S0 : 0 ton/ Ha, S1 :
8,5 ton/ Ha, S2 : 17 ton/ Ha dan S3 : 25,5 ton/ Ha. Faktor kedua varietas kacang
hijau, V1 : Varietas Kutilang, V2 : Varietas Murai dan V3 : Varietas Perkutut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh
tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. perlakuan varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 9 MST, jumlah
cabang primer dan umur berbunga tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter
umur panen, jumlah biji perpolong, jumlah polong pertanaman, bobot biji perplot

dan bobot 100 biji. Interakasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap
semua parameter pengamatan
Kata kunci : Sludge, Varietas, kacang hijau

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

HAKIMUDDIN SIREGAR, dilahirkan di Bahal pada tanggal 4 juni 1984
dari Ayahanda Burhanuddin Siregar dan Ibunda Masdinar Harahap, merupakan
putra ke-3 dari 5 bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Medan dan pada tahun 2003
lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Seleksi penerimaan
mahasiswa baru (SPMB) pada program studi Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama

mengikuti


perkuliahan,

penulis

pernah

menjadi

asisten

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan (2005-2007). Penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) unit usaha
Marihat Pematang Siantar pada bulan juni sampai dengan juli 2007.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengujian Limbah padat (sludge) Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.)” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir.O.K. Nazaruddin Hisyam, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu
Ir. Hj. Sabar Ginting, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda
Burhanuddin Sirergar dan Ibunda Masdinar Harahap, E. Wati Siregar, Helmi Wati
Siregar, dan adinda Amran saleh dan Hikma dani yang telah memberikan bantuan
materi dan moril. Dan juga kepada rekan-rekan satu kos, Gusnar Azis, SP, Rosadi,
Fai dan Dwito Rahman terima kasih atas bantuan dan persahabatannya yang
sangat indah.
Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua, amin.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap

Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACK ................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Hipotesa Penelitian ...........................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................


1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................
Syarat Tumbuh .................................................................................
Iklim .....................................................................................
Tanah....................................................................................
Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit ................................................

4
5
5
6
7

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 10

Bahan dan Alat ................................................................................. 10
Metode Penelitian ............................................................................. 10
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 13
Penyiapan Lahan................................................................... 13
Penyiapan Benih ................................................................... 13
Perlakuan Benih .................................................................... 13
Penanaman Benih ................................................................. 13
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Aplikasi Sludge Kelapa Sawit ...............................................
Pemeliharaan Tanaman .....................................................................
Penyiraman ...........................................................................
Penyulaman ..........................................................................
Pembumbunan ......................................................................
Penyiangan ...........................................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................
Panen ....................................................................................
Pengamatan Parameter ......................................................................
Tinggi Tanaman (cm) ...........................................................
Jumlah Cabang Primer (cabang)............................................
Umur Berbunga (hari) ...........................................................
Umur Panen (hari) ................................................................
Jumlah Biji Perpolong (biji) ..................................................
Jumlah Polong Pertanaman (polong) .....................................
Bobot Biji Perploot (g)..........................................................
Bobot 100 Biji (g) .................................................................

13
13
13
14
14
14
14
14
14
14
15
15
15
15
15
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................. 16
Pembahasan ..................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan....................................................................................... 28
Saran ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Hal
1. Hasil analisa padatan (sludge) kelapa sawit tanpa pemanasan
di kebun Dolok Sinumbah ....................................................................... 2
2. Rataan tinggi tanaman 9 MST dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 16
3. Rataan jumlah cabang primer dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 17
4. Rataan umur berbunga dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 18
5. Rataan umur panen dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 19
6. Rataan jumlah biji perpolong dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 20
7. Rataan jumlah polong pertanaman dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 21
8. Rataan bobot biji kering perplot dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 22
9. Rataan bobot 100 biji kering dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas ............................ 23

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Pembentukan limbah (sludge) kelapa sawit .............................................

9

2. Kurva sigmoid tinggi tanaman (2, 3, 4, 5 dan 6) MST ............................

17

3. Histogram hubungan antara varietas dengan umur panen ........................

19

4. Histogram hubungan antara varietas dengan jumlah biji perpolong .........

20

5. Histogram hubungan antara varietas dengan jumlah polong pertanaman .

21

6. Histogram hubungan antara varietas dengan bobot biji perplot ................

23

7. Histogram hubungan antara varietas dengan bobot 100 biji .....................

24

8. Tanaman kacang hijau perlakuan S0V1, S0V2, S0V3, S1V1, S1V2, S1V3 48
9. Tanaman kacang hijau perlakuan S2V1, S2V2, S2V3, S3V1, S3V2, S3V3 49
10. Profil biji kacang hijau varietas Kutilang, Murai, dan Perkutut ...............

50

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Deskripsi varietas kutilang ......................................................................

31

2. deskripsi varietas murai ..........................................................................

32

3. Deskripsi varietas perkutut ......................................................................

33

4. Bagan Penelitian .....................................................................................

34

5. Analisa sludge kelapa sawit pabrik kelapa sawit PTPN IV Adolina
Perbaungan dari kolam I..........................................................................

35

6. Analisa tanah penelitian sebelum tanam ..................................................

36

7. Analisa tanah penelitian setelah panen ....................................................

36

8. Data rataan curah hujan dan suhu pada bulan April dan Mei 2007 ...........

37

9. Jadwal kegiatan penelitian ......................................................................

38

10. Data pengamatan rataan tinggi tanaman 9 MST (cm) ..............................

39

11. Analisa sidik ragam rataan tinggi tanaman 9 MST ..................................

39

12. Data pengamatan rataan jumlah cabang primer (cabang) .........................

40

13. Analisa sidik ragam rataan jumlah cabang primer ...................................

40

14. Data pengamatan rataan umur berbunga (hari) .......................................

41

15. Analisa sidik ragam rataan umur berbunga ..............................................

41

16. Data pengamatan rataan umur panen (hari) .............................................

42

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

17. Analisa sidik ragam rataan umur panen ...................................................

42

18. Data pengamatan rataan jumlah biji perpolong (biji) ...............................

43

19. Analisa sidik ragam rataan jumlah biji perpolong ...................................

43

20. Data pengamatan rataan jumlah polong pertanaman (polong) ..................

44

21. Analisa sidik ragam rataan jumlah polong pertanaman ...........................

44

22. Data pengamatan rataan bobot biji perplot (g) ........................................

45

23. Analisa sidik ragam rataan bobot biji perplot .........................................

45

24. Data pengamatan rataan bobot 100 biji (g) ..............................................

46

25. Analisa sidik ragam rataan bobot 100 biji................................................

46

26. Rangkuman uji beda rataan pengujian sludge kelapa sawit terhadap
pertumbuhan dan produksi varietas kacang hijau ....................................

47

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminosae yang cukup
penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan
kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung
meningkat (Marzuki dan Soeprapto, 2004). Konsumsi kacang hijau penduduk
Indonesia pada tahun 1999 adalah 0,55 g perkapita/hari, tahun 2002 meningkat
0,85 g perkapita/hari, tahun 2003 sebesar 0,72 g perkapita/hari, 2004 sebesar
0,74 g perkapita/hari, dan tahun 2005 mencapai 0,75 g perkapita/hari. Sementara
laju peningkatan luas panen dan produksinya masih rendah, yaitu pada tahun 2001
sebesar 339 hektar, 2002 sebesar 314 hektar, 2003 sebesar 345 hektar, 2004
sebesar 312 hektar, dan tahun 2005 menjadi 308 hektar (BPS, 2006).
Produksi kacang hijau selain sebagai sumber bahan pangan juga sangat
baik untuk kesehatan manusia. Karena biji kacang hijau mengandung vitamin B
yang berfungsi melancarkan peredaran darah, vitamin E sebagai antisterilisasi dan
tidak menyebabkan kolestrerol bagi yang mengkonsumsinya, karena lemak yang
dikandungnya adalah lemak tidak jenuh (Purwono dan Hartono, 2005).
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Ada empat varietas unggul kacang hijau,

tiga diantaranya adalah

varietas Kutilang, Murai dan Perkutut. Ketiga varietas ini mempunyai
potensi hasil masing-masing 1,96 ton perhektar, 0,7-2,2 ton perhektar
dan

0,9-2,5

terhadap

ton

penyakit

perhektar,
embun

dan

tepung

ketiga
dan

varietas

bercak

daun

ini

tahan

cercospora

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2005).
Rendahnya produksi kacang hijau yang dicapai oleh petani diakibatkan
karena praktek budidaya yang kurang seperti penggunaan lahan pertanian secara
terus menerus sehingga lahan menjadi tandus atau miskin unsur hara dan juga
membuat tekstur tanah menjadi keras sehingga tanaman tidak dapat berproduksi
maksimum sehingga perlu dilakukan pemupukan (Hasibuan, 2005).
Sludge adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak pengendapan
dalam sarana pengelolaan limbah dan harus dibuang atau dikelola untuk
mengurangi pencemaran lingkungan. Tetapi sludge yang dihasilkan dari
Pengolahan Minyak Sawit (PMS) mengandung unsur hara nitrogen, fosfor,
kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai pupuk.
Tabel 1. Hasil Analisis Padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok
Sinumbah
Kandungan/senyawa

Sludge Baru (mg/100 g)

Nitrogen

2.770,00

Sludge Umur 1 Bulan
(mg/100 gr)
3.400,00

P2O5

874,02

338,25

K2O

897,43

285,05

MgO

356,33

329,72

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

CaO

1.681,48

664,42

Sumber : Lubis et al, 1988. Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian
Limbah PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan

Menurut penelitian Dartius (1990) pemberian sludge kelapa sawit dengan
dosis 16,9 ton per hektar menghasilkan produksi kacang hijau sebesar 1,61 ton/ha.
Dari hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Pengujian Limbah padat (sludge) Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis sludge yang tepat untuk
pertumbuhan dan produksi masing-masing varietas kacang hijau secara
maksimum.

Hipotesa Penelitian
1. Ada respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau terhadap pemberian
sludge kelapa sawit.
2. Ada perbedaan respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau dari 3 varietas
yang berbeda.
3. Ada interaksi antara pemberian sludge kelapa sawit dan varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam menyusun skripsi yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi

tanaman kacang hijau dalam Prwono dan Hartono (2005)

adalah sebagai berikut :
Divisio

: Spermatophytae

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Rosales

Famili

: Leguminosae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna radiata L.
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi

menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak
cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar.
Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang kearah
bawah (Andrianto dan Indiarto, 2004).
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya
kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun
yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang
hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 75 cm. Cabangnya menyebar ke
segala arah (Purwono dan Hartono, 2005).
Daunnya terdiri dari 3 helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai
daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnnya hijau muda
sampai hijau tua (Marzuki dan Soeprapto,2004).
Bunga kacang hijau seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan
atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin
sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi
harinya

bunga

akan

mekar

dan

pada

sore

hari

menjadi

layu

(Purwono dan Hartono, 2005).
Buah kacang hijau berbentuk polong yang panjangnya 5-16 cm. Setiap
polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih
dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua
berubah menjadi coklat kehitaman (Andrianto dan Indiarto, 2004).
Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan biji kacang-kacangan lainnya.
Warna biji kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang
berwarna kuning, coklat dan hitam (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Syarat Tumbuh
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Iklim
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki
suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah
hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan air laut. Di Jawa tanaman ini
banyak ditanam di Pasuruan, Probolinggo, Mojosari, Jombang, Pekalongan,
Banyumas, Jepara, Cirebon, dan Banten. Selain di Jawa, tanaman ini juga ditanam
di Madura, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku (Marzuki dan Soeprapto, 2004).
Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim
yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 250C-270C
dengan kelembaban udara 50-80%, curah hujan antar 50-200 mm/bulan dan cukup
untuk mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat
mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim
kering (kemarau) yang rataan curah hujannya rendah (Rukmana, 1997).
Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar
pukul 10.00 WIB. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanamn kacang
hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam perhari karena tanaman ini
termasuk tanaman golongan C3 (Purwono dan Hartono, 2005).

Tanah
Lokasi untuk kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak
mengandung humus, aerase dan drainase baik, serta mempunyai kisaran pH 5,86,5. untuk tanah yang ber pH lebih rendah daripada 5,8 perlu dilakukan
pengapuran (Rukmana, 1997).

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5-7,5
atau mendekati netral. Seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah banyak pada
kisaran pH 6,5-8 dan 9-10 (Sutedjo, 1987).
Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat, artinya
tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan bahan
organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasirpun dapat
digunakan untuk pertumbuhan kacang hijau asalkan kandungan air tanahnya tetap
terjaga dengan baik (Purwono dan Hartono, 2005).
Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (Fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Dosis anjuran pemupukan
tanaman kacang hijau adalah 50 kg/ha urea atau 22,5 N kg/ha, 75 kg/ha atau 34,5
kg/ha P2O5, 50 kg/ha KCl atau 30 kg/ha K2O (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Limbah Padat (sludge) Kelapa Sawit

Limbah mengandung bahan yang dapat dipergunakan sebagai pupuk
dalam jumlah yang cukup tinggi. Banyak pertanian telah dan sekarang masih tetap
berhasil menanam tanaman dengan hasil panen yang tinggi dengan memakai
limbah (Mahida, 1984).
Limbah cair PKS, di samping sebagai sumber hara makro dan mikro yang
penting bagi tanaman, juga merupakan sumber bahan organik. Sebagai sumber
bahan organik, limbah cair PKS akan berperan pada perbaikan sifat fisik dan
kimia tanah, antara lain peningkatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan
peningkatan porositas tanah (Lubis dan Tobing, 2000).
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Secara umum dapat dikatakan bahwa air limbah sludge merupakan
mikroorganisme yang bekerja untuk mengurai komponen organik dalam sistem
pengolahan air limbah. Sludge akan selalu diproduksi sebagai hasil dari
pertumbuhan bakteri/mikroorganisme pengurai selama proses berlangsung.
Jumlah sludge akan selalau meninngkat sejalan dengan peningkatan beban
cemaran yang terolah. Secara biologi, mikroorganisme tersebut terdiri dari group
prokariotik dan eukariotik. Komposisi dasar dari sel terdiri dari 90 % organik dan
10 % anorganik. Fraksi organik tersebut secara kimiawi dapat dirumuskan sebagai
C5H7O2N atau perumusan yang lebih kompleks lagi sebagai C60H87O23N12P,
sehingga kandungan C 53% dan C/N ratio empiris 4,3. Untuk basis fraksi
anorganik yang 10% terdiri dari P2O5 (50%), SO3 (15%), Na2O (11%), CaO (9%),
MgO (8%), K2O (6%), dan Fe2O3 (1%) (Supriyanto, 2001).
Ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan
unsur hara, maka sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila
digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut
dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisis dan kadar
nutrisi hampir sama dengan kompos (Loebis dan Tobing, 1989).
Sumbangan bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik
dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam
menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan sulfur bagi tanaman
(Sarief, 1985).

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Pemakaian sludge kelapa sawit memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah polong pertanaman, produksi perplot dan
produksi perhektar untuk tanaman kacang hijau (Dartius, 1990).
Lumpur minyak sawit kering berpengaruh nyata menaikkan berat kering
akar, berta kering tanaman dan serapan N, P, K

pada tanaman jagung

(Harahap, 1992).

Cara memperoleh sludge adalah sebagai berikut :
Tandan Buah Segar

Perebusan

Incinerator

Tandan kosong

Pupuk

air kondensat

Bantingan

Pengadukan

LPKS

Kempa
Air
Ampas

Ampas/biji

klarifikasi

Sludge

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Minyak

Gambar 1. Pembentukan Limbah (Sludge)Kelapa Sawit
(Loebis dan Tobing, 1989).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera utara, Medan pada bulan Maret sampai Juni 2007, dengan
ketinggian tempat 25m di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang
hijau varietas kutilang, murai dan perkutut deskrpsi lampiran 1, 2,3, insektisida
Confidor, Fungisida Benlate, Sludge kelapa sawit.
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, meteran, tali rafia,
pacak sampel, alat tulis, kalkulatur, timbangan, dan peralatan lain yang
mendukung penelitian ini .

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I

Faktor II

: Pemberian limbah padat (sludge) kelapa sawit dengan 4 taraf
S0 = 0 ton / Ha

= 0 g / tanaman

S1 = 8,5 ton / Ha

= 171,4 g / tanaman

S2 = 17 ton / Ha

= 342,83 g / tanaman

S3 = 25,5 ton / Ha

= 514,25 g / tanaman

: Varietas kacang hijau
V1 = Varietas Kutilang
V2 = Varietas Murai
V3 = Varietas Perkutut

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :
S0V1

S0V2

S0V3

S1V1

S1V2

S1V3

S2V1

S2V2

S2V3

S3Vi

S3V2

S3V3

Jumlah ulangan

= 3 ulangan

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Jumlah plot/ blok

= 12

Jumlah plot seluruhnya

= 36

Jumlah tanaman / plot

=6

Jumlah sampel / plot

=3

Jumlah tanaman seluruhnya

= 216

Ukuran plot

= 110 cm x 110 cm

Jarak tanam

= 25 cm x 30 cm

Model Analisis

Data hasil penelitian dianalisa dengan sidik ragam berdasarkan model
linier sebagai berikut :
Yijk

= µ + i + j + ßk + ( ß) jk + ijk

Yijk

= hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan limbah padat
(sludge) kelapa sawit pada taraf ke-j dan varietas pada taraf ke-k

µ

= nilai tengah
i

= pengaruh ulangan pada taraf ke-i

j

= pengaruh pemberian limbah padat
(sludge) kelapa sawit pada taraf ke-j

ßk

= pengaruh varietas pada taraf ke-k

( ß) jk = pengaruh interaksi kedua perlakuan
ijk

= galat pada blok ke-i dengan perlakuan pemberian sludge kelapa sawit
pada taraf ke-j dan faktor varietas pada taraf ke-k

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan
dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada
taraf 5 % (Bangun, 1991).

Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulmagulma yang tumbuh pada areal tersebut dan dibuat bedengan dan parit keliling.
Tanah diolah dengan cara mencangkul dengan kedalaman kira-kira 20-30 cm dan
digemburkan.
Penyiapan Benih

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan pemilihan
terhadap benih yang akan ditanam. Dilakukan perendaman benih, benih yang
terapung dibuang dan yang terbenam atau bernas digunakan.
Perlakuan benih
Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu direndam dengan fungisida
Benlate dengan dosis 2 g/liter air selama 5 menit.
Penanaman Benih
Pada tiap-tiap petakan

dibuat lubang tanam dengan kedalaman 3cm,

kemudian ditanam dengan jarak tanam 25x30 cm sebanyak 2 benih perlubang
tanam.
Aplikasi Sludge Kelapa Sawit
Limbah diaplikasikan ke masing-masing petak perlakuan sesuai dengan
dosis, yaitu 1 minggu sebelum penanaman.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, dan disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, yang bertujuan untuk menjaga kelembaban areal pertanaman.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tumbuh abnormal.
Agar pertumbuhannya seragam, penyulaman dilakukan pada umur 5-15 Hari
Setelah Tanam (HST).
Pembumbunan
Agar tanaman berdiri tegak dan kokoh dilakukan pembumbunan dengan
cara membuat gundukan tanah di sekeliling tanaman.
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman maka
dilakukan penyiangan secara manual atau dengan menggunakan cangkul untuk
mencabut gulma.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan sistem Pengendalian
Hama

Terpadu,

insektisida

confidor

dengan

konsentrasi

2cc/Liter

air

disemprotkan ketanaman untuk mengendalikan Agromyza phaseoli pada umur 3
MST dan 4 MST.
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari atau sesuai dengan
deskripsi dalam batas dua minggu dengan cara dipetik secara bertahap.
Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal sampai titik tumbuh
dengan menggunakan meteran,untuk menghindari kekeliruan dibuat pacak
sampel. Pengukuran dilakukan mulai 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai 6
MST dan 9 MST.
Jumlah Cabang Primer (cabang)
Jumlah cabang primer dihitung pada saat panen. Pengamatan ini dilakukan
dengan menghitung jumlah cabang yang terdapat pada batang utama.
Umur Berbunga (hari)

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Umur berbunga ditentukan setelah tanaman berbunga kira-kira 50% dari
masing-masing plot.
Umur Panen (hari)
Umur panen ditentukan setelah polong mulai masak kira-kira 50% dari
masing-masing plot yang ditandai dengan berubahnya warna polong menjadi
hitam dan mengeringnya batang dan daun.
Jumlah Biji Per Polong (biji)
Dihitung jumlah biji perpolong dari masing-masing sampel setelah panen.
Jumlah Polong Pertanaman (polong)
Dihitung Jumlah polong pertanaman dari masing-masing sampel pada saat
panen.
Bobot Biji Perplot (g)
Ditimbang seluruh biji dalam satu plot setelah panen.
Bobot 100 Biji (g)
Diambil biji secara acak sebanyak 100 biji, kemudian ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm) 9 MST

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Data hasil pengamatan tinggi tanaman Lampiran 10 dan analisis sidik
ragamnya Lampiran 11. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman 9 MST.
Data rataan tinggi tanaman (cm) dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman 9 MST dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
43.88
43.03
40.55
42.49

S1
39.38
39.26
36.58
38.41

S2
40.10
38.06
37.62
38.59

S3
39.00
42.75
35.92
39.22

Rataan
40.59
40.78
37.67

Pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Kurva sigmoid antara umur tanaman (MST) dengan tinggi tanaman (cm )

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Tinggi Tanaman (cm)

30
25
20
15
10
5
0

V1
V2
V3
0

2

4

6

8

Umur Tanaman (MST)

Gambar 2. Kurva sigmoid tinggi tanaman ( 2 , 3 , 4 , 5 dan 6) MST.
Jumlah Cabang Primer (cabang)
Data hasil pengamatan jumlah cabang primer Lampiran 12 dan analisis
sidik ragamnya Lampiran 13. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer.
Data rataan jumlah cabang primer (cabang) dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan jumlah cabang primer (cabang) dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
8.07
7.43
7.20
7.57

S1
7.40
7.43
7.07
7.30

S2
7.53
6.53
7.07
7.04

S3
7.17
7.53
7.17
7.29

Rataan
7.54
7.23
7.13

Umur berbunga (hari)
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Data hasil pengamatan umur berbunga lampiran 14 dan analisis sidik
ragamnya lampiran 15. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.
Data rataan umur berbunga (hari) dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan umur berbunga (hari) dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
36.67
39.67
41.33
39.22

S1
38.33
41.33
38.00
39.22

S2
40.67
41.33
38.67
40.22

S3
38.00
40.00
40.00
39.33

Rataan
38.42
40.58
39.50

Umur panen (hari)
Data hasil pengamatan umur panen Lampiran 16 dan analisis sidik
ragamnya Lampiran 17. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata dan perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.
Data rataan umur panen (hari) dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Tabel 5. Rataan umur panen (hari) dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
61.67
67.33
63.33
64.11

S1
66.67
65.00
65.00
65.56

S2
65.67
67.00
61.67
64.78

S3
61.67
68.33
63.33
64.44

Rataan
63.92 ab
66.92 a
63.33 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 5 diketahui bahwa umur panen tersingkat terdapat pada
perlakuan V3 ( 63,33 hari) dan terlama V2 (66,92 hari). Perlakuan V2 berbeda
nyata terhadap V3, tetapi tidak berbeda nyata terhadap V1.
Hubungan antara varietas

dengan umur panen dapat dilihat pada

Umur panen (hari)

gambar 3.
68
67
66
65
64
63
62
61

66.92
63.92
V1

63.33
V2

V3

Varietas

Gambar 3. Histogram hubungan antara varietas dengan umur panen.
Jumlah Biji Perpolong (biji)
Data hasil pengamatan jumlah biji perpolong Lampiran 16 dan analisis
sidik ragamnya Lampiran 19. dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata dan perlakuan
varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah biji perpolong, sedangkan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji perpolong.
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Data rataan jumlah biji perpolong (biji) dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Jumlah Biji Perpolong (biji) dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian limbah padat (sludge) kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
11.53
11.20
11.00
11.24

S1
11.53
11.10
11.20
11.28

S2
11.53
10.53
11.63
11.23

S3
11.33
10.67
11.43
11.14

Rataan
11.48 a
10.88 b
11.32 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 6 diketahui bahwa jumlah biji perpolong tertinggi terdapat pada
perlakuan V1 (11,48 biji) dan terendah pada perlakuan V2 (10,88 biji). Perlakuan
V1 berbeda nyata dengan V2 tetapi tidak berbeda nyata dengan V3.
Hubungan antara varietas dengan jumlah biji perpolong dapat dilihat pada

Jumlah Biji Perpolong
(biji)

Gambar 4.
11.60
11.40
11.20
11.00
10.80
10.60
10.40

11.48

11.32
10.88

V1

V2

V3

Varietas

Gambar 4. Histogram hubungan antara varietas dengan jumlah biji perpolong.

Jumlah Polong Pertanaman (polong)
Data hasil pengamatan jumlah polong pertanaman Lampiran 20 dan
analisis sidik ragamnya Lampiran 21. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

bahwa perlakuan pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata dan
perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman,
sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong
pertanaman.
Data rataan jumlah polong pertanaman dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Jumlah Polong Pertanaman dalam hubungannya dengan
perlakuan pemberian sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
21.73
12.83
14.30
16.29

S1
19.07
13.97
14.50
15.84

S2
20.87
15.53
17.40
17.93

S3
17.40
12.93
12.97
14.43

Rataan
19.77 a
13.82 b
14.79 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 7 diketahui bahwa jumlah polong pertanaman tertinggi terdapat
pada perlakuan V1 (19,77) dan yang terendah pada perlakuan V2 (13,82).
Perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3.
Hubungan antara varietas dengan jumlah polong pertanaman dapat dilihat

Jumlah Polong
Pertanaman (Polong)

pada Gambar 5.
25.00
20.00
15.00
10.00

19.77

5.00

13.82

14.79

V2

V3

0.00
V1

Varietas

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Gambar 5. Histogram hubungan antara varietas dengan jumlah polong
pertanaman.

Bobot Biji Perplot (g)
Data hasil pengamatan bobot biji perplot Lampiran 22 dan analisis sidik
ragamnya Lampiran 23. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata dan perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap bobot biji perplot, sedangkan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji perplot.
Data rataan bobot biji perplot

dalam hubungannya dengan perlakuan

pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot biji perplot dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
98,55
50,43
51,15
66,71

S1
93,34
55,91
50,54
66,60

S2
103,19
62,69
55,09
73,66

S3
81,92
46,72
46,68
58,44

Rataan
94,25 a
53,94 b
50,87 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 8 diketahui bahwa bobot biji tertinggi terdapat pada perlakuan
V1 (94,25) dan yang terendah pada perlakuan V3 (50,87). Perlakuan V1 berbeda
nyata dengan perlakuan V2 dan V3.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Hubungan antara varietas dengan bobot biji perplot dapat dilihat pada

Bobot biji perplot (g)

Gambar 6.
100
80
60
40

94,25

20

53,94

50,87

V2

V3

0
V1

Varietas

Gambar 6. Histogram hubungan antara varietas dengan bobot biji perplot.
Bobot 100 biji (g)
Data hasil pengamatan bobot 100 biji Lampiran 24 dan analisis sidik
ragamnya Lampiran 25. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata dan perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji sedangkan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.
Data rataan bobot 100 biji dalam hubungannya dengan perlakuan
pemberian sludge kelapa sawit dan varietas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan bobot 100 biji dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian
sludge kelapa sawit dan varietas.
Perlakuan
V1
V2
V3
Rataan

S0
6.27
6.50
5.30
6.02

S1
7.00
6.10
5.33
6.14

S2
6.67
6.13
4.97
5.92

S3
6.63
6.07
5.07
5.92

Rataan
6.64 a
6.20 b
5.17 c

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 9 diketahui bahwa bobot 100 biji

tertinggi terdapat pada

perlakuan V1 (6,64) dan terendah pada perlakuan V3 (5,17). Perlakuan V1
berbeda nyata dengan V2 dan V3, V2 Berbeda nyata dengan V3.
Hubungan antara varietas dengan bobot 100 biji

dapat dilihat pada

Bobot 100 biji (g)

Gambar 7.
8
6
4

6,64

6,2

5,17

V1

V2

V3

2
0
Varietas

Gambar 7. Histogram hubungan antara varietas dengan bobot 100 biji.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Terhadap Pemberian
sludge Kelapa Sawit
Pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter pengamatan. Hal ini diduga karena pH tanah yang rendah yaitu 5,32
(lampiran 7), sehingga unsur hara yang ada dalam sludge kelapa sawit dan unsur
hara yang ada dalam tanah tidak dapat diserap oleh akar tanaman kacang hijau
untuk pertumbuhannya secara optimal. Sutedjo (1987) menyatakan bahwa unsur
hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5-7,5 atau mendekati
netral. Rukmana (1997) menyatakan bahwa lokasi untuk kebun kacang hijau
adalah tanahnya gembur, subur, banyak mengandung humus, aerase dan drainase
baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8-6,5.
Pemberian sludge kelapa sawit berpengaruh tidak nyata meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman 9 MST kacang hijau. Tinggi tanaman tertinggi yaitu
42,49 cm tanpa pemberian sludge kelapa sawit (S0) sedangkan terendah yaitu
38,41 cm dengan perlakuan S1. Gardner dan Pearce (1991) menyatakan bahwa
nirogen, air dan cahaya mempunyai pengaruh nayata terhadap pertumbuhan
batang, penyinaran yang gelap dapat meningkatkan auksin sehinga terjadi etiolasi
sedangkan penyinaran kuat dapat menurunkan auksin dan mengurangi tinggi
tanaman.

Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

Pemberian sludge kelapa sawit

berpengaruh tidak

nyata dalam

meningkatkan bobot biji perplot. Bobot biji perplot tertinggi yaitu 73,66 gram
dengan perlakuan S2 sedangkan bobot biji perplot terendah adalah 58,44 gram
dengan perlakuan S3. Hal ini diduga karena unsur hara P yang berfungsi untuk
meningkatkan produksi biji-bijian yang terdapat dalam

sludge kelapa sawit

tersebut tidak dapat diserap oleh akar tanaman kacang hijau secara optimal,
karena unsur hara P tidak tersedia optimal pada kisaran pH 5,32. Sutedjo (1987)
menyatakan bahwa unsur hara P tersedia dalam jumlah banyak pada kisaran pH
6,5-8 dan 9-10.

Perbedaan Respon Pertumbuhan dan Produksi kacang hijau dari 3 varietas
yang berbeda
Dari ketiga varietas yang digunakan dalam penelitian ini di dapat bahwa
respon varietas tidak berpangaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 9 MST,
jumlah cabang primer dan umur berbunga, yang artinya varietas yang digunakan
memiliki respon yang sama terhadap pemberian sludge kelapa sawit, tetapi
berpengaruh nyata pada parameter umur panen, jumlah biji perpolong, jumlah
polong pertanaman, bobot biji perplot dan bobot 100 biji.
Perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter umur panen, umur
panen tersingkat yaitu 63,33 hari pada V3 dan 63,92 pada V1 dan terlama pada
perlakuan V2 yaitu 66,92 hari, hal ini diduga karena V1 dan V3 lebih unggul
dibandingkan dengan V2. dari lampiran 1,2, dan 3 juga terlihat bahwa V1
memiliki polong masak 60-67 hari, V2 : 63 hari dan V3 : 60 hari. Ashari (1995)
menyatakan bahwa umur panen dipengaruhi oleh usia tanaman dan umur
Hakimuddin Siregar : Pengujian Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.), 2007.
USU Repository © 2009

berbunga, kelebihan nitrogen dapat memperlambat umur berbunga sehingga
memperlambat umur panen.
Varietas yang digunakan berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong
pertanaman. Jumlah polong pertanaman tertinggi yaitu 19,