Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan dan tanpa Kulit Biji yang terdapat di Pasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

LISDA RIMAYANI NST NIM 081501020

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 10 April 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Chairul Azhar D, M.Sc., Apt. Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.

NIP 194907061980021001 NIP 194809041974122001

Pembimbing II, Drs. Chairul Azhar D, M.Sc., Apt. NIP 194907061980021001

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si.,Apt. NIP 195201041980031002 NIP 19540910198332001

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001

Medan, Mei 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan dan tanpa Kulit Biji yang terdapat di Pasaran secara Spektrofotometri Serapan Atom.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc, Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Prof. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku penasehat akademik


(5)

yang selalu memberikan bimbingan, perhatian dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda Mukhlis Nst, S.H., Ibunda (Almh) Seriannur Lubis dan Ibunda Elliwati Hsb, M.Si., yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Adik ku tercinta Ahmad Dahlan Nst, Fauzan Alamsyah Nst dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 10 April 2012 Penulis,

Lisda Rimayani Nst NIM 081501020


(6)

PENETAPAN KADAR BESI DAN KALSIUM DALAM KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DENGAN DAN TANPA KULIT BIJI

YANG TERDAPAT DI PASARAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dianggap sebagai sumber bahan makanan padat gizi yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Menurut informasi, kacang hijau dapat dijadikan sebagai tambahan asupan dalam pencegahan anemia (kurang darah) dan osteoporosis (pengeroposan tulang) karena kandungan besi dan kalsium yang cukup tinggi di dalamnya. Di masyarakat dikenal dua bentuk kacang hijau yaitu kacang hijau utuh (dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar besi dan kalsium dalam kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji yang terdapat di pasaran.

Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan nyala udara-asetilen. Analisis kuantitatif dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm untuk besi dan 422,7 nm untuk kalsium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar besi dan kalsium yang diperoleh dengan kadar besi dan kalsium yang tercantum pada literatur berbeda. Hasil penelitian juga menunjukkan ada perbedaan kadar besi dan kalsium antara kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji. Kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji berturut-turut yaitu (4,8533 ± 0,5835)mg/100g dan (3,5300 ± 0,2635)mg/100g. Kadar kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji berturut-turut yaitu (61,0591 ± 5,4910)mg/100g dan (6,8628 ± 0,0652)mg/100g.

Kata kunci: Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Spektrofotometri Serapan Atom


(7)

DETERMINATION OF LEVELS IRON AND CALCIUM IN GREEN BEANS (Phaseolus radiatus L.) WITH AND WITHOUT SEED COAT ON THE MARKET BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Green beans (Phaseolus radiatus L.) is a solid food nutrient which is most consumpted by Indonesian’s people. Some informed that green beans can be food addition to prevent anemia and osteoporosis cause of its quite high iron and calcium content. Green beans with and without seed coat which is most famous in community. The aim of this research is to have a quantitative levels of iron and calcium in green beans with and without seed coat on the market.

Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Iron and calcium was quantitative analyzed at 248.3 nm and 422.7 nm wavelength.

The result of this study showed there are differences levels of iron and calcium found in green beans with level content in literature. The result of this study showed there are differences levels of iron and calcium between green beans with and without seed coat which is (4.8533 ± 0.5835)mg/100g and (3,5300 ± 0,2635)mg/100g. The calcium levels found in green beans with and without seed coat which is (61.0591 ± 5.4910)mg/100g and (6.8628 ± 0.0652)mg/100g.

Key words: Green beans (Phaseolus radiatus L), Iron (Fe), Calcium (Ca), Atomic Absorption Spectrophotometry


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kacang Hijau ... 4

2.2 Mineral ... 5

2.2.1 Besi ... 6

2.2.2 Kalsium ... 7


(9)

2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri

Serapan Atom ... 11

2.4 Validasi Metode Analisis ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Bahan-bahan ... 14

3.2.1 Sampel ... 14

3.2.2 Pereaksi ... 14

3.3 Alat-alat ... 14

3.4 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.4.1 Larutan HNO3 (1:1) ... 15

3.4.2 Larutan H2SO4 1N ... 15

3.4.3 Larutan NH4SCN 1,5N ... 15

3.4.4 Larutan K4[Fe(CN)6] 2N ... 15

3.5 Prosedur Penelitian ... 15

3.5.1 Pengambilan Sampel ... 15

3.5.2 Penyiapan Sampel ... 16

3.5.3 Proses Destruksi ... 16

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel ... 16

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif ... 17

3.5.5.1 Besi ... 17

3.5.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan K4[Fe(CN)6] 2N ... 17

3.5.5.1.2 Reaksi Kualitatif dengan Larutan NH4SCN 1,5N ... 17


(10)

3.5.5.2 Kalsium ... 17

3.5.5.2.1 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1N ... 17

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif ... 17

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi ... 17

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium ... 18

3.5.6.3 Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel ... 18

3.5.6.3.1 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji... 18

3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji ... 19

3.5.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 19

3.5.6.3.4 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji ... 19

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik ... 20

3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Sampel Dengan Nilai yang Terdapat di dalam Literatur ... 21

3.5.7.3Pengujian Beda Nilai Rata-rata antar Sampel... 21

3.5.8 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 22

3.5.9 Simpangan Baku Relatif ... 23

3.5.10 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Kuantitasi (Limit of Quantitation) ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25


(11)

4.2 Analisis Kuantitatif ... 26

4.2.1 Kurva Kalibrasi Besi dan Kalsium ... 26

4.2.2 Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji dan tanpa Kulit Biji ... 27

4.2.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 30

4.2.4 Simpangan Baku Relatif ... 30

4.2.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Analisis Kualitatif ... 25 Tabel 2 Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium

Dalam Sampel ... 28 Tabel 3 Hasil Uji Beda Nilai rata-rata Kadar Besi dan Kalsium

Pada Sampel dengan Nilai pada Literatur ... 29 Tabel 4 Hasil Uji Beda Nilai rata-rata Kadar Besi dan Kalsium

Antar Sampel ... 29 Tabel 5 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kadar Besi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi ... 26 Gambar 2 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 27


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) ... 35 Lampiran 2. Bagan Alir Proses Destruksi Kering ... 36 Lampiran 3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel ... 37 Lampiran 4. Hasil Analisis Kualitatif Besi

dan Kalsium ... 38 Lampiran 5. Data Kalibrasi Besi dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) ... 40 Lampiran 6. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) ... 41 Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium

dalam Sampel ... 42 Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Besi dan Kalsium

dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 43 Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Sampel ... 44 Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam Sampel ... 49 Lampiran 11. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada Sampel

dengan Nilai yang Terdapat dalam Literatur ... 55 Lampiran 12. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada

Sampel dengan Nilai yang Terdapat dalam Literatur ... 57 Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada

Sampel ... 59 Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada

Sampel ... 61 Lampiran 15. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium Sebelum dan


(15)

Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Baku ... 63 Lampiran 16. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar Besi

dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji ... 64 Lampiran 17. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Besi

dan Kalsium dalam Sampel ... 70 Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 72 Lampiran 19. Gambar Atomic Absorption Spectrophotometre

(AAS) Hitachi Z-2000 dan Tanur Nabertherm ... 74 Lampiran 20. Tabel Distribusi t ... 75 Lampiran 21. Tabel Distribusi F ... 76


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dianggap sebagai sumber bahan makanan padat gizi yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur, isi onde-onde, bakpia, es puter, dan sari kacang hijau. Kacang hijau mengandung vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009).

Selain bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan dan minuman, kacang hijau juga berguna untuk kesehatan dan kecantikan kulit. Untuk kesehatan kacang hijau bisa digunakan sebagai tambahan asupan dalam pencegahan kurang darah (anemia) dan pengeroposan tulang (osteoporosis) (Anonim, 2009).

Di masyarakat dikenal dua bentuk kacang hijau yaitu kacang hijau utuh (dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji. Umumnya kacang hijau utuh diolah menjadi bubur, sementara kacang hijau tanpa kulit biji diolah untuk dijadikan isi kue.

Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi untuk sintesa hemoglobin (Tjay, 2007). Unsur besi yang tergolong mineral mikro merupakan komponen utama dari hemoglobin (Hb), sehingga kekurangan besi dalam tubuh akan mempengaruhi pembentukan hemoglobin (Hb).

Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dalam makanan (Wirakusumah, 1999). Kandungan besi sebesar 6,7 mg/100 g


(17)

yang terdapat di dalam kacang hijau (Rukmana, 1997) diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap pencegahan anemia.

Osteoporosis (pengeroposan tulang) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan masa tulang akibat keseimbangan kalsium negatif di dalam tubuh. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang susunannya baik, antara lain banyak kalsium, sebelum usia 35-38 tahun (Tjay, 2007). Kandungan kalsium sebesar 125 mg/100 g yang terdapat di dalam kacang hijau (Rukmana, 1997) diyakini dapat memberikan kontribusi terhadap pencegahan osteoporosis.

Zat besi dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara antara lain: metode spektrofotometri sinar tampak, metode titrasi dan metode spektrofotometri serapan atom, sedangkan, kalsium dapat ditentukan antara lain dengan cara: metode titrasi, metode gravimetri dan metode spektrofotometri serapan atom (Bassett, dkk., 1994).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti kandungan besi dan kalsium yang terdapat pada kacang hijau dengan kulit biji dan tanpa kulit biji yang dijual di pasar. Metode yang dipilih untuk penetapan kadar besi dan kalsium adalah metode spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaannya relatif sederhana, mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), interferensinya sedikit (Rohman, 2009), jika dibandingkan dengan metode lainnya.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah kadar besi dan kalsium pada kacang hijau sesuai dengan literatur? b. Apakah terdapat perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau

dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Kadar besi dan kalsium pada kacang hijau sesuai dengan literatur.

b. Terdapat perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kesesuaian kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kadar yang tercantum pada literatur.

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji.

1.5 Manfaat

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat perbedaan kandungan kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa


(19)

kulit biji, sehingga masyarakat dapat memilih kacang hijau mana yang lebih baik dikonsumsi untuk mencegah anemia dan osteoporosis .


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kacang Hijau

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi (Makassar) (Astawan, 2009).

Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan dikelasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Leguminales Famili : Leguminosae Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus L. (Rukmana,1997).

Susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar (Rukmana, 1997).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan, atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian


(21)

30 cm-110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau (Rukmana, 1997).

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm-15 cm. Tiap polong berisi 6-16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg-0,8 mg atau per 1000 butir antara 36 g -78 g, berwarna hijau sampai hijau mengilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga bagian, yaitu kulit biji, kotiledon, dan embrio (Rukmana, 1997).

Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan (bijinya), pakan ternak (limbahnya), dan pupuk hijau (limbahnya). Dalam tatanan makanan sehari-hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur , sayur (taoge), dan kue-kue. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein nabati.

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah 345,00 kalori energi; 22,00 g protein; 1,20 g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125,00 mg kalsium; 320,00 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157,00 SI vitamin A; 0,64 mg vitamin B1; 6,00 mg vitamin C (Rukmana, 1997); 6 mg natrium; 1132 mg kalium; 4,4 g serat (Duke, 1981).

2.2 Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara berlainan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan


(22)

mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain: besi, mangan dan tembaga (Almatsier, 2004).

Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya (Poedjiadi, 2006).

2.2.1 Besi

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2004).

Pada orang dewasa normal, terdapat 4-5 g besi, 75% berada dalam bentuk hemoglobin (2,5 g), mioglobin (0,15 g),enzim heme, dan enzim nonheme. Sisanya disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin dalam sistem retikuloendotelial, limfa, sumsum tulang, dan sel hepatik parenkim (Eastwood, 2003).

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam


(23)

makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan alat angkut protein khusus (Almatsier, 2004).

Ada dua macam bentuk zat besi dalam makanan, yaitu heme dan nonheme. Zat besi heme berasal dari hewan, penyerapannya tidak tergantung pada jenis kandungan makanan lain, dan lebih mudah diabsorbsi dibandingkan zat besi nonheme. Pada umumnya zat besi nonheme terdapat pada pagan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan (Wirakusumah, 1999).

Kebutuhan tubuh untuk unsur besi sehari adalah 8,7 mg bagi pria dan 14,8 mg bagi wanita. Kebutuhan besi selama pertumbuhan meningkat sampai kurang lebih 0,6 mg, dan waktu kehamilan sampai 1-2 mg/hari (Tjay, 2007).

Kekurangan darah atau anemia adalah sutu keadaan kronis dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah eritrosit berkurang. Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi untuk sintesa hemoglobin (Tjay, 2007).

2.2.2 Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg (Barasi, 2007). Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit selebihnya kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu

duodenum. Peningkatan kebutuhan akan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan,

kehamilan, dan menyusui. Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber kalsium, seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah (Almatsier, 2004).


(24)

Mineral kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Kalsium sangat penting terutama untuk anak-anak, wanita hamil, dan wanita menyusui. Jumlah yang dianjurkan per hari untuk anak-anak sebesar 500 mg, remaja 600-700 mg, dan dewasa sebesar 800 mg (Almatsier, 2004).

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun akan kehilangan kalsium dari tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Ini yang dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna (Almatsier, 2004).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet (Rohman, 2007)

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Rohman, 2007).


(25)

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 2008).

Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan mineral tertentu (Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber


(26)

nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007). 2.Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima

dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007). f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).


(27)

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom 2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia (Khopkar, 2008).

Interferensi spektral disebabkan karena tumpangasuh absorpsi antara spesies pengganggu dan spesies yang diukur. Interfernsi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar, 2008).

2.4 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa


(28)

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

- Metode simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

- Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

Menurut Ermer (2005) rentang persen perolehan kembali memenuhi syarat jika nilai persen perolehan kembali berada pada rentang 80% -120%.


(29)

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus 2011 – Januari 2012.

3.2 Bahan – bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang hijau utuh (dengan kulit biji) dan kacang hijau tanpa kulit biji yang berasal dari Berastagi Supermarket Jl. Jend. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 37).

3.2.2 Pereaksi

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu akuabides (Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU), ammonium tiosianat, asam nitrat 65% b/v, asam sulfat 96% v/v, etanol 96% v/v, kalium heksasianoferat (II), larutan baku besi 1000 µg/ml, larutan baku kalsium 1000 µg/ml.


(31)

3.3 Alat – alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan Lampu katoda besi dan kalsium, Neraca analitik (AND GF-200), Hot plate (FISONS), alat tanur Nabertherm, blender, kertas saring Whatman No.42, krus porselen, spatula dan alat – alat gelas (Pyrex dan Oberol).

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO3 (1:1)

Sebanyak 500 ml larutan HNO3 65% b/v diencerkan dengan 500 ml akuabides (Helrich, 1990).

3.4.2 Larutan H2SO4 1 N

Sebanyak 3 ml larutan H2SO4 96% v/v diencerkan dengan akuades hingga 100 ml (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Larutan NH4SCN 1,5 N

Sebanyak 57,09 gram ammonium tiosianat dilarutkan dalam 100 ml akuades, diencerkan hingga 500 ml (Manan, 2009).

3.4.4 Larutan K4[Fe(CN)6] 2 N

Sebanyak 105,5 gram K4[Fe(CN)6] dilarutkan dalam akuades hingga 500 ml (Manan, 2009).

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas


(32)

dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Budiarto, 2004).

3.5.2 Penyiapan Sampel

Sebanyak ±500 gram kacang hijau dengan kulit biji (yang tidak ditentukan kadar airnya) dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih dengan akuabides, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung, setelah kering, dihaluskan dengan blender. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk kacang hijau tanpa kulit biji (yang tidak ditentukan kadar airnya). 3.5.3 Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang seksama sebanyak 50 gram dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600 dengan interval 25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 60 jam (dihitung saat suhu sudah 600 , lalu setelah suhu tanur krus porselen dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100 dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600 dengan interval 25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator (Horwitz, 2000, dengan modifikasi). Bagan alir proses destruksi dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 38.

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1), lalu dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dibilas krus porselen dengan 10ml


(33)

akuabides sebanyak tiga kali dan dicukupkankan dengan akuabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dimana 5 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol (Horwitz, 2000, dengan modifikasi). Larutan ini digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Bagan alir pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 39.

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif 3.5.5.1 Besi

3.5.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan K4[Fe(CN)6] 2 N

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil destruksi, ditambahkan 10 tetes kalium heksasianoferat (II) 2 N. Dihasilkan larutan dengan endapan berwarna biru tua (Vogel, 1990).

3.5.5.1.2 Reaksi Kualitatif dengan Larutan NH4SCN 1,5 N

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel hasil destruksi, ditambahkan 3 tetes amonium tiosianat 1,5 N. Dihasilkan larutan berwarna merah (Vogel, 1990).

3.5.5.2 Kalsium

3.5.5.2.1 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1 N

Larutan sampel hasil destruksi sebanyak 1-2 tetes diteteskan pada object

glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat 1 N dan etanol 96% v/v akan

terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum (Vogel, 1990).


(34)

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi

Larutan baku besi (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 50 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi besi dibuat dengan memipet (1; 2; 3; 4 dan 5) ml larutan baku 50 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung (2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (5; 10; 15; 20; dan 25) ml larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung (1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0) µg/ml dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.5.6.3 Penetapan Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel

Sebelum dilakukan penetapan kadar besi dan kalsium dalam sampel, terlebih dahulu alat spektrofotometer serapan atom dikondisikan dan di atur metodenya sesuai dengan mineral yang akan diperiksa.


(35)

3.5.6.3.1 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 25 ml/4 ml = 6,25 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar besi dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.2 Penetapan Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor pengenceran = 25 ml/4 ml = 6,25 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar besi dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides sampai garis tanda (Faktor pengenceran = 25 ml/0,1 ml = 250 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan


(36)

di atur metodenya dimana penetapan kadar kalsium dilakukan pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.3.4 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuabides sampai garis tanda (Faktor pengenceran = 25 ml/0,5 ml = 50 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar untuk kalsium dilakukan pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Kadar mineral besi dan kalsium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

n pengencera Faktor

x (g)

Sampel Berat

(ml) Volume x

(µg/ml) i

Konsentras (µg/g)

Logam Kadar


(37)

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar besi dan kalsium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus (Sudjana, 2005):

SD =

( )

1 -n

X

-Xi 2

Keterangan : Xi = Kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel

n = jumlah perlakuan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X Xi

/ −

dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar Mineral : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )

Keterangan : X − = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = interval kepercayaan


(38)

3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Sampel dengan Nilai yang terdapat dalam literatur

Sampel akan diuji rata-ratanya dengan nilai yang terdapat didalam literatur dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005):

to =

n s x

/ 0

µ

Keterangan : x = nilai rata-rata yang pembanding µo= nilai rata-rata sampel

s = standard deviasi sampel n =jumlah perlakuan sampel

3.5.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2) atau berbeda (σ1≠ σ2) dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005):

Fo = 2 2 2 1

S S

Keterangan : Fo = Beda nilai yang dihitung S1 = Standar deviasi terbesar

S2 = Standar deviasi terkecil

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:


(39)

(X1 – X2) to =

Sp √1/n1 + 1/n2

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1 X2 = kadar rata-rata sampel 2 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2 Sp = Simpangan baku

jika Fo melewati nilai kritis F, dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus : (X1 – X2)

to =

S12/n1 + S22/n2

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 S1 = Standar deviasi sampel 1 X2 = kadar rata-rata sampel 2 S2 = Standar deviasi sampel 2

n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya.

3.5.8 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 5 ml larutan baku besi (konsentrasi 50 µg/ml) dan 5 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) .

Kacang hijau yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 50 gram di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 5 ml larutan baku besi (konsentrasi 50 µg/ml) dan 5 ml larutan baku kalsium (1000 µg/ml), kemudian


(40)

dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004):

100% an

ditambahak yang

baku larutan Kadar

awal sampel dalam

logam rata) -Kadar(rata sampel

dalam logam total Kadar

× −

3.5.9 Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Harmita, 2004) :

RSD = ×100%

X SD

Keterangan : X − = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation

3.5.10 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi


(41)

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004):

Simpangan Baku (

X

SY ) =

(

)

2 2

− −

n

Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope X SY x 3

Batas kuantitasi (LOQ) =

slope X SY x 10


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya ion besi dan ion kalsium dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 4, halaman 40, 41.

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif No. Ion yang

dianalisis

Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan 1. Kalsium Asam sulfat 1 N + etanol

96% Kristal jarum

+

2. Besi

Kalium heksasianoferat (II) 2 N

Larutan dengan endapan biru tua

+ Amonium tiosianat 1,5 N Larutan merah + Keterangan :

+ : Mengandung ion

Tabel di atas menunjukkan bahwa larutan sampel yang diperiksa mengandung ion besi dan ion kalsium. Sampel dikatakan positif mengandung ion kalsium jika menghasilkan endapan putih berbentuk kristal jarum dengan penambahan asam sulfat 1 N dan etanol 96% v/v, mengandung ion besi jika menghasilkan endapan berwarna biru tua dengan penambahan larutan kalium heksasianoferat (II) 2 N dan larutan merah dengan penambahan amonium tiosianat 1,5 N. Berdasarkan hasil reaksi warna maupun reaksi kristal dari masing-masing kedua ion tersebut membuktikan larutan sampel mengandung ion besi dan ion kalsium.

Hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang besi yaitu 248,3 nm dan kalsium


(43)

422,7 nm. Hal ini juga membuktikan secara kualitatif bahwa sampel mengandung mineral besi dan mineral kalsium.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva kalibrasi Besi dan Kalsium

Kurva kalibrasi besi dan kalsium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku besi dan kalsium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kedua mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0317X - 0,0026 untuk besi dan Y = 0,0612X + 0,0063 untuk kalsium.

Kurva kalibrasi larutan baku besi dan kalsium dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi Y= 0,0317x + 0,0026

r = 0,9994

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 2 4 6 8 10 12

A

bs

or

ban

si


(44)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) besi sebesar 0,9994 dan kalsium sebesar 0,9990. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (Konsentrasi) dan Y (Absorbansi) (Ermer, 2005). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku besi dan kalsium dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6, halaman 42, 43.

4.2.2 Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji dan tanpa Kulit Biji

Penentuan kadar besi dan kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi mineral besi dan kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku masing-masing mineral. Agar konsentrasi mineral besi dan kalsium dalam sampel berada pada rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel diencerkan terlebih dahulu dengan faktor pengenceran yang berbeda-beda. Faktor pengenceran untuk penentuan kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji maupun pada kacang

Y = 0,0612x + 0,0063 r = 0,9990

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

0 1 2 3 4 5 6

A

bs

or

ban

si


(45)

hijau tanpa kulit biji adalah sebesar 6,25 kali sedangkan faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji adalah sebesar 250 kali, dan faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalsium pada kacang hijau tanpa kulit biji adalah sebesar 50 kali. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiaran 8, halaman 44, 45.

Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10, halaman 46 sampai halaman 56). Hasil analisis kuantitatif mineral besi dan kalsium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel

No. Sampel Kadar Besi

(mg/100g)

Kadar Kalsium (mg/100g)

1. KHDK 4,8533±0,5835 61,0591 ± 5,4910

2. KHTK 3,5300 ± 0,2635 6,8628 ± 0,0652

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Data yang didapat kemudian diuji kembali secara statistik untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata mineral pada sampel dengan kadar yang tercantum di literatur serta untuk mengetahui beda nilai kadar rata-rata mineral antar kedua sampel (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai dengan Lampiran 14, halaman 57 sampai halaman 64). Hasil perhitungan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.


(46)

Tabel 3. Hasil Uji Beda nilai rata-rata kadar besi dan kalsium pada sampel dengan Nilai pada Literatur

No. Sampel Kadar t hitung t tabel Hasil

1. Literatur KHDK Besi 12,7494 4,0321 Beda

KHTK 55,2912 4,6041 Beda

2. Literatur KHDK Kalsium 53,5652 4,6041 Beda

KHTK 3704,9482 4,6041 Beda

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Tabel 4. Hasil Uji Beda nilai rata-rata kadar besi dan kalsium antar sampel

No. Kadar Sampel t hitung t tabel Hasil

1.

Besi

KHDK

88,5281 3,2498 Beda KHTK

2.

Kalsium

KHDK

45,3632 0,7129 Beda KHTK

Keterangan :

KHDK: Kacang Hijau Dengan Kulit Biji KHTK: Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa kadar besi dan kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji maupun tanpa kulit biji yang diperoleh dari hasil analisis berbeda dengan kadar besi dan kalsium yang tercantum pada literatur.

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji lebih besar dibandingkan kadar besi di dalam kacang hijau tanpa kulit biji. Hal ini kemungkinan karena zat besi di dalam kacang hijau banyak terdapat pada bagian embrio dan kulit biji (Astawan, 2009). Jadi, saat kulit bijinya dihilangkan maka kadar besi yang terdapat di dalamnya berkurang. Selanjutnya, kadar kalsium di dalam kacang hijau dengan kulit biji jauh lebih besar dari kadar kalsium pada kacang hijau tanpa kulit biji. Hal ini


(47)

kemungkinan karena kalsium pada kacang hijau paling banyak terdapat pada bagian kulit biji (Astawan, 2009). Jadi, saat kulit bijinya dihilangkan maka kadar mineral kalsium yang terdapat di dalamnya berkurang.

4.2.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar besi dan kalsium setelah penambahan masing-masing larutan baku besi dan kalsium dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 65. Perhitungan persen recovery besi dan kalsium dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 66 sampai halaman 71. Persen recovery besi dan kalsium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kadar besi dan kalsium No. Mineral yang dianalisis Recovery (%)

Syarat rentang persen recovery (%)

1. Fe 93,32

80-120

2. Ca 90,29

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) untuk kandungan besi adalah 93,32%, dan untuk kandungan kalsium adalah 90,29%. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar besi dan kadar kalsium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada rentang 80-120% (Ermer, 2005).

4.2.4 Simpangan Baku Relatif

Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar mineral besi dan kalsium pada kacang hijau, diperoleh nilai simpangan baku (SD)


(48)

sebesar 5,88% untuk mineral besi; 3,32% untuk mineral kalsium dan nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar 6,30% untuk mineral besi; 3,67% untuk mineral kalsium. Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSDnya adalah tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.

4.2.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi besi dan kalsium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk kedua mineral tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh untuk pengukuran besi dan kalsium masing-masing sebesar 0,4505

dan 0,2000 , sedangkan batas kuantitasinya sebesar 1,5000 dan 0,8000 .

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 74, 75.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Terdapat perbedaan kadar kandungan besi dan kalsium di dalam kacang hijau yang dianalisis dengan kadar yang tercantum di literatur. Kadar besi dan kalsium yang diperoleh dari hasil analisis lebih kecil (menurun) dari kadar besi dan kalsium yang tercantum pada literatur.

b. Hasil penetapan kadar besi dan kalsium secara spektrofotometri serapan atom menunjukkan adanya perbedaan kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji dan kacang hijau tanpa kulit biji. Kadar besi pada kacang hijau dengan kulit biji sebesar (4,8533±0,5835) mg/100 g dan pada kacang hijau tanpa kulit biji sebesar (3,5300 ± 0,2635) mg/100 g. Kadar kalsium pada kacang hijau dengan kulit biji sebesar (61,0591 ± 5,4910) mg/100 g dan pada kacang hijau tanpa kulit biji sebesar (6,8628 ± 0,0652) mg/100 g.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mineral lain yang terdapat pada kacang hijau.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Anemia dan Osteoporosis Bisa Dicegah dengan Mengonsumsi

Kacang Hijau. Diakses: 12 Januari 2012.http:// www.woment health

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 235, 241, 242, 243, 247, 255.

Astawan, M. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.33-35.

Barasi, M.E. (2007). At a Glance: Ilmu Gizi. Penerjemah: Halim Hermin. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 62.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel

Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi IV. Penerjemah: Setiono, L.,

Hadiyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 372, 512, 973, 463, 516.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 46.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 744.

Duke, J.A. (1981). Handbook of Legumes of World Economic Importance. New York and London: Plenum Press. Hal. 294.

Eastwood, M. (2003). Principles of Human Nutrition. Edisi II. Edinburgh: Blackwell Science Ltd. Hal. 329,330.

Ermer, J. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Hal. 171.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1 (3). 117-119, 121, 122, 127, 128, 130.

Helrich, K. (1990). Official Methods of the Association of Official Analytical

Chemist. Edisi kelimabelas. Viginia: AOAC International. Hal. 42.

Horwitz, K. (2000). Official Methods of the Association of Official Analytical

Chemist. Edisi ketujuhbelas. Arlington: AOAC International. Hal. 42.

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo, A. Jakarta: UI-Press. Hal. 298.


(51)

Manan, M.H.A. (2009). Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 42, 46.

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakrta: Penerbit FK UI. Hal. 197.

Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298, 305-307, 309, 310-312, 319.

Rukmana, R. (1997). Kacang Hijau Budi Daya dan Pascapanen. Jakarta: Penerbit Kanisius. Hal.16.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Hal. 93, 168, 239. Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting. Edisi VII. Cetakan I

Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia. Hal.625, 698.

Vogel, A.I. (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian I. Penerjemah: Setiono, L., Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 262, 263, 303.

Wirakusumah, E.S. (1999). Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Penerbit Trubus Agriwidya. Hal. 22.


(52)

Lampiran 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

Gambar 1. Gambar Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan kulit biji


(53)

Lampiran 2. Bagan Alir Proses Destruksi Kering Kacang Hijau

Ditimbang 50 gram di atas krus porselen Diarangkan di atas hot plate

Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100◦C dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600◦C dengan interval 25◦C setiap 5 menit

Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

Diuapkan pada hot plate sampai kering

Hasil

Dilakukan selama 60 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Abu

Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Dibersihkan dari pengotoran

Dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100˚C dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 600˚C dengan interval 25˚C setiap 5 menit.

Dicuci bersih Ditiriskan

Dikeringkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung

Dihaluskan dengan blender Sampel yang telah dihaluskan


(54)

Lampiran 3. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel

Sampel yang telah didestruksi

Dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1)

Dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml Dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dibiladibila

Dibilas krus porselen sebanyak tiga kali dengan 10 ml akuabides. Dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda

Dimasukkan ke dalam botol Larutan sampel

Disaring dengan kertas saring Whatman No.42

Filtrat

Dibuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ

248,3 nm untuk kadar besi dan pada λ

422,7 nm untuk kadar kalsium


(55)

Lampiran 4. Hasil Analisis Kualitatif Besi dan Kalsium

Gambar 3. Gambar Kristal Kalsium sulfat (Perbesaran 10x10)

Gambar 4. Hasil Analisis Kualitatif dengan Larutan Kalium heksasianoferat (II) Kalsium sulfat

Sampel + K4[Fe(CN)6]

Akuabides + K4[Fe(CN)6]


(56)

Gambar 5. Hasil Analisis Kualitatif dengan Larutan Amonum tiosianat

Sampel + NH4SCN

Akuabides + NH4SCN


(57)

Lampiran 5. Data Kalibrasi Besi dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). No. Konsentrasi (µg/ml)

(X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0005

2. 2,0000 0,0627

3. 4,0000 0,1338

4. 6,0000 0,1974

5. 8,0000 0,2580

6. 10,0000 0,3149

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,00000025 2. 2,0000 0,0627 0,1254 4,0000 0,00393129 3. 4,0000 0,1338 0,5352 16,0000 0,01790244 4. 6,0000 0,1974 1,1868 36,0000 0,03912484 5. 8,0000 0,2580 2,0640 64,0000 0,06656400 6. 10,0000 0,3149 3,140 100,0000 0,09859600

∑ 30,0000 X = 5,0000

0,9668 Y= 0,1611

7,0514 220,0000 0,22611882

a =

( )

X n

X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)

(

30,0000

)

/6 0000 , 220 6 / ) 9668 , 0 ( 0000 , 30 0514 , 7 2 − − = 0,0317 Y = a X + b b = Y − aX

= 0,1611 – (0,0317)(5,0000) = 0,0026

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0317X – 0,0026

=

(

)(

)

(

)

{

220 30,0000 /6

}

{

0,22611882

(

0,9668

)

/6

}

6 / 9668 , 0 0000 , 30 0514 , 7 2 2 − − − = 2188 , 2 2174 , 2

= 0,9994

(

)

∑ ∑

− = n Y Y n X X n Y X XY r / ) ( )( / ) ( / 2 2 2 2


(58)

Lampiran 6. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). No. Konsentrasi (µg/ml)

(X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

2. 1,0000 0,0765

3. 2,0000 0,1293

4. 3,0000 0,1889

5. 4,0000 0,2478

6. 5,0000 0,3135

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,00000000 2. 1,0000 0,0765 0,0765 1,0000 0,00585225 3. 2,0000 0,1293 0,2586 4,0000 0,01671849 4. 3,0000 0,1889 0,5667 9,0000 0,56670000 5. 4,0000 0,2478 0,9912 16,0000 0,06140484 6. 5,0000 0,3135 1,5675 25,0000 0,09828225

∑ 15,0000 X = 2,5000

0,9560 Y = 0,1593

3,4605 55,0000 0,21794104

a =

( )

X n

X n Y X XY / / 2 2

∑ ∑

− − =

(

)(

)

(

15,0000

)

/6 0000 , 55 6 / 9560 , 0 0000 , 15 4605 , 13 2 − − = 0,0612 Y = a X + b b = Y − aX

= 0,1593 – (0,0612)(2,5000) = 0,0063

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0612X + 0,0063

=

(

)(

)

(

)

{

55,0000 15,0000 /6

}

{

0,21794104

(

0,9560

)

/6

}

6 / 9560 , 0 0000 , 15 4605 , 3 2 2 − − − = 0715 , 1 0705 , 1

= 0,9990

(

)

∑ ∑

− = n Y Y n X X n Y X XY r / ) ( )( / ) ( / 2 2 2 2


(59)

Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Besi dan Kalsium dalam Sampel 1. Hasil Analisis Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

Sampel Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,190 0,2583 8,0662 5,0223

2 50,129 0,2316 7,2239 4,5033

3 50,191 0,2561 7,9968 4,9789

4 50,145 02647 8,2681 5,1526

5 50,193 0,2224 6,9338 4,3543

6 50,196 0,2646 8,2649 5,1457

2.Hasil Analisis Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,154 0,1776 5,5205 3,4397

2 50,158 0,1935 6,0221 3,7519

3 50,156 0,1851 5,7571 3,5869

4 50,151 0,1435 4,4448 2,7696

5 50,152 0,1794 5,5836 3,4792

6 50,155 0,1752 5,4448 3,3925

3. Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,190 0,1616 2,5376 63,1998

2 50,129 0,1546 2,4232 60,4241

3 50,191 0,1590 2,4951 62,1401

4 50,145 0,1606 2,5212 62,8477

5 50,193 0,1456 2,2761 56,6837

6 50,196 0,1130 1,7435 43,4173

4.Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji Sampel Berat Sampel

(g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/100g)

1 50,154 0,0917 1,3954 6,9556

2 50,158 0,0890 1,3513 6,7352

3 50,156 0,0907 1,3791 6,8741

4 50,151 0,0906 1,3775 6,8668

5 50,152 0,0857 1,2974 6,4673


(60)

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Kadar Besi dan Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

1. Contoh Perhitungan Kadar Kadar Besi Berat sampel yang ditimbang = 50,190 gram Absorbansi (Y) = 0,2583

Persamaan Regresi:Y= 0,0317X + 0,0026 X = 0317 , 0 0026 , 0 2583 , 0 −

= 8,0662 µg/ml

Konsentrasi Besi = 8,0662 µg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (µg/ml) i Konsentras (µg/g) Logam

Kadar =

= g mlx mlx g 190 , 50 ) 25 , 6 ( 50 / µ 0662 , 8

= 50,2232 µg/g = 5,0223 mg/100g

2. Contoh Perhitungan Kadar Kadar Kalsium Berat sampel yang ditimbang = 50,190 gram Absorbansi (Y) = 0,1616

Persamaan Regresi:Y= 0,06612X + 0,0063 X = 0612 , 0 0063 , 0 1616 , 0 −

= 2,5376 µg/ml Konsentrasi Kalsium= 2,5376 µg/ml

(g) Sampel Berat n pengencera Faktor x (ml) Volume x (µg/ml) i Konsentras (µg/g) Logam

Kadar =

= g mlx mlx g 190 , 50 ) 250 ( 50 / µ 5376 , 2

= 631,9984 µg/g = 63,1998 mg/100g


(61)

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Sampel

1. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 5,0223 0,1690 0,02855762

2. 4,5033 -0,3500 0,12248670

3. 4,9789 0,1257 0,01579546

4. 5,1526 0,2993 0,08959246

5. 4,3543 -0,5363 0,28765845

6. 5,1457 0,2921 0,08531832

∑ 29,1196

X= 4,8533

0,062940902

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 6 2 0,06294090 − = 0,3548

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = α /2, dk = 4,0321.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

6 / 3548 , 0 1690 , 0 = 1,1668

t hitung 2 =

6 / 3548 , 0 3500 , 0 − = 2,4164

t hitung 3 =

6 / 3548 , 0 0,1257 = 0,8657


(62)

t hitung 4 =

6 / 3548 , 0

2993 , 0

= 2,0663

t hitung 5 =

6 / 3548 , 0

5363 , 0 −

= 3,7026

t hitung 6 =

6 / 3548 , 0

2921 , 0

= 2,0166

Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima.

Kadar besi dalam kacang hijau dengan kulit biji: µ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )

= 4,8533 ± (4,03 x 0,3548 / √6 ) = (4,8533 ± 0,5835) mg/100g


(63)

2. Perhitungan Statistik Kadar Besi dalam Kacang Hijau tanpa Kulit Biji

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 3,4397 0,0364 0,00132496

2. 3,7519 0,3486 0,12152196

3. 3,5869 0,1836 0,03370896

4. 2,7696 -0,6337 0,40157569

5. 3,4792 0,0759 0,00576081

6. 3,3925 -0,0108 0,00011664

∑ 20,4198

X= 3,4033

0,56400902

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 6 0,56400902 − = 0,3359

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = α /2, dk = 4,0321.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

6 / 3359 , 0 0364 , 0 = 0,2654

t hitung 2 =

6 / 3359 , 0 3486 , 0 = 2,5421

t hitung 3 =

6 / 3359 , 0 0,1836 = 1,3389

t hitung 4 =

6 / 3359 , 0 6337 , 0 − = 4,6212


(64)

t hitung 5 = 6 / 3359 , 0 0759 , 0 = 0,5535

t hitung 6 =

6 / 3359 , 0 0108 , 0 − = 0,0788

Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa t hitung data ke-4 > t tabel, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-4.

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 3,4397 -0,0903 0,00815409

2. 3,7519 0,2219 0,04923961

3. 3,5869 0,0569 0,00323761

4. 3,4792 -0,0508 0,00258064

5. 3,3925 0,1375 0,01890625

∑ 17,6502

X = 3,53

0,08211820

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 5 0,08211820 − = 0,1282

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 4 diperoleh nilai t tabel = α /2,dk = 4,6041.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

5 / 0,1282 0903 , 0 − = 1,5750


(65)

t hitung 2 =

5 / 0,1282

2219 , 0

= 3,8704

t hitung 3 =

5 / 0,1282

0569 , 0

= 0,9925

t hitung 4 =

5 / 0,1282

0508 , 0

= 0,8861

t hitung 5 =

5 / 0,1282

1375 , 0

= 0,2398

Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima.

Kadar besi dalam kacang hijau tanpa kulit biji: µ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )

= 3,5300 ± (4,60 x 0,3359 / √5 ) = (3,5300 ± 0,2635) mg/100g


(66)

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam Sampel

1. Perhitungan Statistik Kadar Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 63,1998 5,0811 25,81696748

2. 60,4241 2,3054 5,31445420

3. 62,1401 4,0214 16,17101454

4. 62,8477 4,7289 22,36287352

5. 56,6837 -1,4351 2,05951201

6. 43,4173 -14,7015 216,13410225

∑ 348,7127

X= 58,1188

287,85892400

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 6 00 287,858924 − = 7,5876

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = α /2, dk = 4,0321.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

6 / 5876 , 7 0811 , 5 = 1,6403

t hitung 2 =

6 / 5876 , 7 3053 . 2 = 0,7442

t hitung 3 =

6 / 5876 , 7 4,0213 = 1,2982


(67)

t hitung 4 = 6 / 5876 , 7 7289 , 4 = 1,5266

t hitung 5 =

6 / 5876 , 7 4351 , 1 − = 0,4633

t hitung 6 =

6 / 5876 , 7 7015 , 14 − = 4,7461

Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa t hitung data ke-6 > t tabel, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-6.

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 63,1998 2,1407 4,58276775

2. 60,4241 -0,6350 0,40321230

3. 62,1401 1,0810 1,16860424

4. 62,8477 1,7886 3,19923305

5. 50,6837 -4,3754 19,14412516

∑ 305,29551

X= 51,0591

28,49794250

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 5 0 28,4979425 − = 2,6692

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 4 diperoleh nilai t tabel = α /2,dk = 4,6041.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −


(68)

t hitung 1 =

5 / 2,6692

1407 , 2

= 1,7934

t hitung 2 =

5 / 2,6692

6350 , 0 −

= 0,5320

t hitung 3 =

5 / 2,6692

0810 , 1

= 0,9056

t hitung 4 =

5 / 2,6692

7886 , 1

= 1,4984

t hitung 5 =

5 / 2,6692

3754 , 4

= 3,6504

Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima.

Kadar kalsium dalam kacang hijau dengan kulit biji: µ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )

= 61,0591 ± (4,60 x 2,6692 / √5 ) = (61,0591 ± 5,4910) mg/100g


(69)

2. Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam Kacang Hijau dengan Kulit Biji

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 6,9556 0,1887 0,03559901

2. 6,7352 -0,0317 0,00100381

3. 6,8741 0,1072 0,01148177

4. 6,8668 0,0999 0,00997242

5. 6,4673 -0,2996 0,08973679

6. 6,8822 0,1153 0,01328620

∑ 40,7811

X= 6,7969

0,16107982

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 6 0,16107982 − = 0,1759

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 5 diperoleh nilai t tabel = α /2, dk = 4,0321.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

6 / 1759 , 0 1887 , 0 = 2,5750

t hitung 2 =

6 / 1759 , 0 0317 , 0

= 0,4326

t hitung 3 =

6 / 1759 , 0 0,1072 = 1,4623

t hitung 4 =

6 / 1759 , 0 0999 , 0 = 1,3633


(70)

t hitung 5 = 6 / 1759 , 0 2996 , 0

= 4,0884

t hitung 6 =

6 / 1759 , 0 1153 , 0 = 1,5734

Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa t hitung data ke-5 > t tabel, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-5.

No. Xi

Kadar (mg/100g) (Xi-X ) (Xi-X )

2

1. 6,9556 0,0928 0,00860757

2. 6,7352 -0.1276 0,01627742

3. 6,8741 0,0113 0,00012663

4. 6,8668 0,0040 0,00001570

5. 6,8822 0,0194 0,00037500

∑ 34,3138

X = 6,8628

0,02540232

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 1 5 0,02540232 − = 0,0713

Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01, dk = 4 diperoleh nilai t tabel = α /2,dk = 4,6041.

Data diterima jika t hitung < t tabel. t hitung =

n SD X Xi / −

t hitung 1 =

5 / 0,0713 0928 , 0 = 2,9104


(71)

t hitung 2 =

5 / 0,0713

1276 , 0

= 4,0018

t hitung 3 =

5 / 0,0713

0113 , 0

= 0,3544

t hitung 4 =

5 / 0,0713

0040 , 0

= 0,1254

t hitung 5 =

5 / 0,0713

0194 , 0

= 0,6084

Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima.

Kadar kalsium dalam kacang hijau tanpa kulit biji: µ = X ± (t (α/2, dk) x SD / √n )

= 6,8628 ± (4,60 x 0,0317 / √5 ) = (6,8628 ± 0,0652) mg/100g


(72)

Lampiran 11. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada Sampel dengan Nilai yang Terdapat pada Literatur

1.Kacang Hijau dengan Kulit Biji Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

− Dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 1% → t0,01/2 = ±4,0321 untuk df = 6 - 1 = 5

− Daerah kritis penerimaan : -4,0321 ≤ to ≤ 4,0321

Daerah kritis penolakan : to < -4,0321 dan to > 4,0321

to =

n s x

/ 0

µ

to =

6 / 3548 , 0

8533 , 4 7 ,

6 −

to = 12,7494

Karena to = 12,7494 > 4,0321 maka hipotesis ditolak. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar besi dalam kacang hijau dengan kulit biji dengan yang terdapat dalam literatur.


(73)

2. Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

− Dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 1% → t0,01/2 = ±4,6041 untuk df = 5 - 1 = 4

− Daerah kritis penerimaan : -4,6041 ≤ to ≤ 4,6041

Daerah kritis penolakan : to < -4,6041 dan to > 4,6041

to =

n s x

/ 0

µ

to =

5 / 1282 , 0

5300 , 3 7 ,

6 −

to = 55,2912

Karena to = 55,2912 > 2,5706 maka hipotesis ditolak. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar besi dalam kacang hijau tanpa kulit biji dengan yang terdapat dalam literatur.


(74)

Lampiran 12. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium pada Sampel dengan Nilai yang Terdapat pada Literatur

1.Kacang Hijau dengan Kulit Biji Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

− Dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 1% → t0,01/2 = ±4,6041 untuk df = 5 - 1 = 4

− Daerah kritis penerimaan : -4,6041 ≤ to ≤ 4,6041

Daerah kritis penolakan : to < -4,6041 dan to > 4,6041

to =

n s x

/ 0

µ

to =

5 / 6692 , 2

0591 , 61

125−

to = 53,5652

Karena to = 53,5652 > 4,6041 maka hipotesis ditolak. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar kalsium dalam kacang hijau dengan kulit biji dengan yang terdapat dalam literatur.


(75)

2. Kacang Hijau Tanpa Kulit Biji Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

− Dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 1% → t0,01/2 = ±4,6041 untuk df = 5 - 1 = 4

− Daerah kritis penerimaan : -4,6041 ≤ to ≤ 4,6041

Daerah kritis penolakan : to < -4,6041 dan to > 4,6041

to =

n s x

/ 0

µ

to =

5 / 0713 , 0

8628 , 6

125−

to = 3704,9482

Karena to = 3704,9482 > 4,6041 maka hipotesis ditolak. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar kalsium dalam kacang hijau tanpa kulit biji dengan yang terdapat dalam literatur.


(76)

Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Besi pada Sampel Kacang Hijau dengan Kulit biji dan Kacang Hijau tanpa Kulit Biji

No Kacang Hijau dengan Kulit biji Kacang Hijau tanpa Kulit Biji

1 X1 = 4,8533 X2 = 3,5300

2 S1 = 0,3548 S2 = 0,1282

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 99% untuk mengetahui apakah variasi

kedua populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).

− Ho : σ1 = σ2 H1 : σ1 ≠ σ2

− Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F0,01/2 (5,4))adalah = 22,46 Daerah kritis penolakan : hanya jika Fo

Fo = 2 2 2 1 S S

Fo = 2 2

1282 , 0 0,3548

Fo = 7,6593

− Dari hasil ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak sehingga disimpulkan bahwa σ1 = σ2 .simpangan bakunya adalah :

Sp =

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 − ++ − − n n S n S n = 2 5 6 0,1282 1 5 3548 , 0 1

6 2 2

− − − + ) ( + ) ( = 0,0926


(1)

2. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar Kalsium dalam Sampel No. % Perolehan Kembali

(Xi)

(Xi-X ) (Xi-X)2

1 94,05 3,76 14,1376

2 89,08 -1,21 1,4641

3 87,75 -2,54 6,4516

270,87 22,0553

X

90,29

SD =

( )

1 -n

X

-Xi 2

=

1 3

0553 , 22

= 3,32 %

RSD = x

X SD

_ 100%

= 100%

29 , 90

32 , 3

x


(2)

Lampiran 18. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

1. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Logam Besi. Y = 0,0317X + 0,0026

Slope = 0,0317 No

Konsentrasi (µg/ml)

X

Absorbansi

Y Yi Y-Yi (Y-Yi)

2

1 0,0000 0,0005 0,0026 -0,0021 0,00000410

2 2,0000 0,0627 0,0660 0,0033 0,00001089

3 4,0000 0,1338 0,1294 0,0044 0,00001936

4 6,0000 0,1978 0,1928 0,0050 0,00002500

5 8,0000 0,2580 0,2562 0,0018 0,00000324

6 10,0000 0,3140 0,3196 -0,0056 0,00003136

∑ 0,00009066

X

SY =

(

)

2 2 − −

n Yi Y = 4 0,00009066 = 0,00476077 Batas deteksi =

slope X SY x 3 = 0317 , 0 00476077 , 0 3 x

= 0,4505 µg /ml

Batas kuantitasi =

slope X SY x 10 = 0317 , 0 00476077 , 0 10 x = 1,5000 µg /ml


(3)

2. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Logam Kalsium. Y = 0,0612X - 0,0063

Slope = 0,0612 No

Konsentrasi (µg/ml)

X

Absorbansi

Y Yi Y-Yi (Y-Yi)

2

1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,00000000

2 1,0000 0,0765 0,0675 0,0090 0,00008100

3 2,0000 0,1293 0,1287 0,0006 0,00000360

4 3,0000 0,1889 0,1899 -0,0010 0,00000100

5 4,0000 0,2478 0,2511 -0,0023 0,00001089

6 5,0000 0,3135 0,3123 0,0012 0,00000144

∑ 0,00094690

X

SY =

(

)

2 2 − −

n Yi Y = 4 0,00094690 = 0,0049 Batas deteksi =

slope X SY x 3 = 0612 , 0 0049 , 0 3 x

= 0,2000 µg /ml

Batas kuantitasi =

slope X SY x 10 = 0612 , 0 0049 , 0 10 x = 0,8000 µg /ml


(4)

Lampiran 19. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom dan Alat Tanur

Gambar 13. Alat Spektrofotometer Serapan Atom

Gambar 3. Atomic Absorption Spectrophotometer hitachi Z-2000


(5)

(6)