Larangan Merokok di Kawasan Tanpa Rokok

7. Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat . 12 Sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 199 ayat 2 yang berbunyi : Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 dipidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. 13 Didalam Pasal 6 Peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok juga memuat sanksi yang diterapkan kepada pelanggar kawasan tanpa rokok, yaitu : Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf e dikenakan sanksi kepada: a. orang perorangan berupa sanksi tindak pidana ringan; dan b. badan hukum atau badan usaha dikenakan sanksi administratif danatau denda. Maka dari itu Pemerintah harus menyiapkan tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu : 1. KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf f dan huruf g dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok. 2. Tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan: 12 ibid 13 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik: b. terpisah dari gedungtempatruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas; c. jauh dari pintu masuk dan keluar; dan d. jauh dari tempat orang berlalu-lalang. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara juga mengatur ketentuan pidananya yaitu terdapat dalam pasal 41 Ayat 2 yaitu : Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 17, Pasal 19 Ayat 1 dan Ayat 2, Pasal 20 Ayat 1, Pasal 22, Pasal 23Ayat 1 dan Ayat 2 , Pasal 24 Ayat 1 dan Ayat 2, Pasal 26 Ayat 1, dan Pasal 28 Ayat 1 diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,-

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya. 1 Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif- empiris 2 , Pendekatan dengan melihat masalah hukum sebagai kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian normatif empiris. Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari asas-asas hukum dalam teori pendapat sarjana dan peraturan perundang-undangan serta penelitian terhadap pengalaman yang terjadi dalam masyarakat. B. Sumber dan Jenis Data Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. 3 Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan 1 Soerjono Soekanto,pengantar penelitian hukum,Jakarta :Universitas Indonesi. hlm. 43. 2 ibid 3 Ibid., hlm.11 library research. Data ini diperoleh dengan cara mempelajari, membaca, mengutif literatur-literatur atau peraturan perundang-undangan berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian. Data sekunder bersumber dari 3 tiga bahan hukum, yaitu : a. Bahan hukum primer terdiri dari Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan serta Peratutan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang bersifat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku,literature dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, majalah, surat kabar , media cetak dan media elektronik.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama 4 . Sehubung dengan penelitian pada skripsi ini,maka yang dijadikan populasi adalah aparat penegak hukum yang terdiri dari aparat penegak hukum serta yang berkaitan dengan skripsi ini. 4 Soerjono Soekanto,Op.Cit,hlm.172 Sedangkan sampel adalah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. 5 Sesuai dengan pengambilan sampel dari populasi yang akan diteliti diatas adalah propotional purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dalam penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan dan tujuan penulis dalam rangka mencapai tujuan dan dianggap telah mewakili masalah yang diteliti, oleh karna itu sampel dalam membahas skripsi ini meliputi : 1. Staf Biro Hukum DKI Jakarta : 2 Orang 2. Dosen Hukum Kesehatan : 1 Orang 3. Dosen Hukum Pidana Universitas Lampung : 1 Orang Jumlah : 4 Orang

D. Metode Penelitian dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digumakan adalah studi kepustakaan. Data yang dikumpulkan dalam hal ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara langsung berdasarkan pengalaman yang mendalam dari pihak lain sebagai sumber data atau yang diperoleh berdasarkan studi kepustakaan. Adapun data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder serta tersier.

2. Pengolahan Data

5 Masri Singarimbun,Sofian Efendi,Metode Penelitian Survei,Pustaka LP3ES,Jakarta,1987,hlm.152