Pengertian Efektivitas Kepemimpinan Tinjauan Tentang Efektivitas Kepemimpinan

5 Meyampaikan apa harus disampaikan 6 Mengajak orang lain untuk melaksanakan kepeutusannya 7 Paham terhadap bawahan 8 Tidak meninggalkan kewajiban 2. Indikator Efektivitas Kepemimpinan Menurut Kartono 2011: 43 mengemukan bahwa upaya untuk menilai efektivitas kepemimpinan antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitasmutu perilakunya, sebagai kriteria untuk menilai efektivitas kepemimpinannya. Kemudian Ordway dalam Kartono 2011: 44-47 mengemukakan 10 sifat yang menjadi ukuran atau indicator efektivitas kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 1 Energi jasmaniah dan mental physikail and nervous energy Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kesabaran, keuletan, ketahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahn yang dihadapi. 2 Kesadaran atas tujuan dan arah A sense of purpose and direction. Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan semua prilaku yang dikerjakan, dia tau persis kemana arah yang akan ditujunya, serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri dan bagi kelompok yang dipimpinnya. Tujuan tersebut harus disadari benar, menarik, dan sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup bersama. 3 Antusiasme Anthusiasm. Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta essrit de corps. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok. 4 Keramahan dan kecintaan Friendliness and affection. Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi, sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenanga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak. 5 Integritas integriy. Pemimpin itu harus bersifat terbuka merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormati pemimpinnya. 6 Penguasaan teknis tecnical mastery. Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar iya mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Dia menguasai mekanik-mekanik pesawat tertentu serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusian, agar tercapai efektivitas kerja danm produktivitasnya. 7 Ketegasan dalam mengambil keputusan deciveness. Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambil. Dia harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya. 8 Kecerdasan intellegence. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaian dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yaqng dihadaoi dengan waktu yang lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif dari pada orang yang kurang cerdas. 9 Keterampilan mengajar taching skill. Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menentukan, mendidik, mengarahkan, medororng memotiviasi, dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Di samping menuntun dan mendidik diharapkan ia juga menjadi eksekutif untuk mengadakn latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dari nilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, dia harus menjadi manager yang baik. 10 Kepercayaan faith. Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama- sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai.

D. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja

1. Pengertian Motivasi

Menurut Widjaja 2000: 49, motivasi yang disebut juga daya perangsang atau daya pendorong adalah upaya yang dilakukan merangsang pegawai untuk mau bekerja dengan kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang dilakukan ini berbeda antara pegawai yang satu dengan lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan motif, tujuan dan kebutuhan dari masing- masing pegawai yang bekerja, juga oleh karena perbedaan waktu dan tempat. Dengan demikian maka dalam memberikan motivasi kepada pegawai haruslah diketahui daya rangsang mana yang lebih berkenan untuk diterapkan pada pegawainya. Menurut Siswanto 1999: 243, motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau moves dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Menurut Sarwoto 1997: 136, motivasi adalah proses pemberian motif penggerak bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien. Apabila motivasi ditinjau dari kepentingan pegawai atau dari segi pasif maka motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong yang dapat menggerakkan semua potensi baik pegawai maupun sumber daya lainnya. Sedangkan apabila ditinjau dari kepentingan organisasi atau dari segi aktif, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi pegawai agar mampu bekerja secara efektif, efisien dan produktif sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja berkaitan langsung dengan usaha pencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Apabila dalam diri pegawai terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi maka tujuan pribadipun akan ikut tercapai dan berarti pemberian motivasi dapat dikatakan tepat guna.

2. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Kartono 2011:17-20, bekerja itu merupakan aktivitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi pokok, yaitu: 1. Memproduksi barangbenda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri dan orang lain, 2. Mengikat individupada pola interaksi manusiawi dengan individu lain, karena orang harus bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain untuk mempertahankan keadaanya. Aspek penting dalam bekerja adalah motivasi kerja, yaitu motivasi untuk mendapatkan nilai-nili ekonomis tertentu dalam wujud gaji, honorium, premi, bonus, kendaraan, dan rumah dinas, dan lain-lain. Juga berwujud nilai-nilai sosial. Nilai sosisal atau nilai imateriil antara lain berupa penghargaan, respek, kekaguman kawan- kawan, status sosial, prestise, dan martabat diri. Motivasi ialah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, gambaran dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang berpengaruh besar sekali terhadap terhadap segenap tingkah aku manusia. Motivasi kerja itu itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat meteriil saja misalnya berbentuk uang, akan tetapi juga bisa bisa berbentuk respekpenghargaan dfari lingkungan, prestise dan status sosial yang imateriil sifatnya. Tidak selalu motif uang itu menjadi motif primerbagi orang yang bekerja kebanggaan akan hasil karya sendiri menjadi kebanggaan dan merupakan intensif yang kuat. Menurut Thoha 2011: 231, teori motivasi Fredrik Herzberg mengembangkan suatu teori yarng khususnya bisa di terapkan kedalam motivasi kerja. Adapun faktor yang dapat membangkitkan semangat kerja seperti dikatakan di atas menurut Herzberg di atas ialah memotivator. Faktor ini terdiri dari: 1. Pencapaian prestasi 2. Keberhasilan 3. Penghargaan 4. Pekerjaannya sendiri 5. Tanggung jawab 6. Faktor peningkatan Teori motivasi Alderfer alderfer’s ERG theory existence relatedness growt theory dikemukakan oleh Clynton Alderfer dan merupakan modifikasi dari teori kebutuhan tingkat Maslow. ERG teori ini oleh banyak para ahli dianggap lebih mendekati keadaan sebenarnya berdasarka fakta-fakta empiris, menurut Alderfer kebutuhan dapat disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Existance needs, berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan seseorang dalam hidupnya. Kebutuhan ini merupakan penyederhanaan dari dan identik dengan kebutuhan fisikologis dan rasa aman. Dapat dipenuhi oleh konpensasi langsung dan tidak langsung dan kondisi kerja yang aman dan nyaman; 2. Relatedness needs, merupakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini identik dengan kebutuhan sosial dan pengakuan. Dapat dipenuhi melalui keterlibatan pegawai dalam usaha kelompok kerja yang kondusif yang ditandai oleh adanya hubungan interaktif antar anggota; 3. Growth needs, merupakan kebutuhan pengembangan diri dan identik dengan kebutuhan aktualisasi diri. Dapat dipenuhi melalui pengembangan karir, pendidikan dan penelitian, promosi dan pengembangan pekerjaan secara kreatif. Menurut Hasibuan 2002: 219, berpendapat bahwa motivasi adalah suatu perangsang keinginan want dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Dokumen yang terkait

DESKRIPSI KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PEKON WONOSOBO KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

0 31 51

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERIODE TAHUN 2012-2015 (Studi Kasus di Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat)

1 16 77

Peranan Komunikasi Antarpribadi Kepala Pekon Dengan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Kerja Pembangunan Fisik (Studi pada masyarakat Pekon Fajar Mulia Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu)

0 46 73

PENGAWASAN POLITIK BADAN HIMPUNAN PEKON KURIPAN TERHADAP KINERJA KEPALA PEKON

1 51 76

MAKNA TRADISI MAPANDES HINDU BALI DI PEKON KILUAN KECAMATAN KELUMBAYAN KABUPATEN TANGGAMUS

0 5 100

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (Studi Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat) - Raden Intan Repository

0 0 98

DISHARMONISASI ANTAR LEMBAGA PEKON (Studi Kasus Kemitraan antar Lembaga Pekon terhadap Pembangunan Masyarakat di Pekon Banjarsari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus) - Raden Intan Repository

0 0 111

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA MELALUI USAHA KERAJINAN TANGAN KHAS LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pekon Banjar Agung Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus) - Raden Intan Repository

1 3 134

KEBIJAKAN KEPALA PEKON DALAM PROSES INTEGRASI SOSIAL SETELAH PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR MASYARAKAT (Studi di pekon Sukaraja dan pekon Karang Agung Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus) - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - KEBIJAKAN KEPALA PEKON DALAM PROSES INTEGRASI SOSIAL SETELAH PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR MASYARAKAT (Studi di pekon Sukaraja dan pekon Karang Agung Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus) - Raden Intan Repository

0 0 90