KAJIAN HUKUM PIDANA TERHADAP IKLAN DI MEDIA TELEVISI YANG TIDAK MENGHENTIKAN LANGGANAN REGISTRASI (UNREG) ATAS PERMINTAAN PELANGGAN

(1)

ABSTRAK

KAJIAN HUKUM PIDANA TERHADAP IKLAN DI MEDIA TELEVISI YANG TIDAK MENGHENTIKAN LANGGANAN REGISTRASI

(UNREG) ATAS PERMINTAAN PELANGGAN

Oleh

ELMI KHOLIYAH

Semakin banyak penggunaan handphone oleh masyarakat memunculkan modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk mencapai kepentingan pribadi, salah satunya adalah kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan metode Short Message Service (SMS). Pemakai jasa layanan tidak bisa menghentikan SMS walaupun sudah diketik sesuai dengan petunjuk. Adapun permasalahan dari skripsi ini adalah bagaimanakah kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan serta bagaimana kualifikasi delik kejahatan atas fenomena iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan itu ke dalam hukum pidana.

Penulisan skripsi ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lapangan dan data kepustakaan. Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif, kemudian hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpuln secara deduktif.

Dari hasil penelitian dan pembahasan kajian hukum pidana tidak dihentikannya langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dapat dilihat di Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pada Pasal 8 Ayat (1) huruf f tentang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam iklan barang dan/atau jasa, Pasal 16 tentang pelaku usaha yang ingkar janji, dan Pasal 17 Ayat (1) huruf c, d dan e tentang larangan pelaku usaha periklanan memuat informasi yang keliru, tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan jasa serta mengeksploitasi tanpa persetujuan. Perbuatan tidak dihentikannya langganan


(2)

registrasi merupakan kelalaian dari pihak perusahaan dan telkom sebagai penyedia jasa. Sehingga yang bertanggung jawab adalah perusahaan dan pihak telkom sebagai penyedia jasa. Proses pembuktiannya akan mengalami kesulitan karena saksi ahli dari kejadian tersebut adalah pihak telkom. Pelaku usaha dapat dikenai sanksi pidana yang termuat dalam Pasal 62, dan Pasal 63 Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di dalam kasus ini maka SMS dapat dijadikan alat bukti petunjuk untuk memperkuat keakuratan ahli agar hakim dalam pengambilan putusannya secara arif dan bijaksana. Kualifikasi kejahatan dalam kasus ini bukan termasuk dalam penipuan maupun pencurian. Hal itu didasarkan pada perumusan delik terhadap dua tindak pidana tersebut yang tidak sesuai. Perumusan delik yang sesuai adalah dirumuskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, d, dan e yang menentukan adanya larangan memproduksi iklan yang: memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai jasa; tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian jasa; mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis ingin memberikan saran sebagai bahan pertimbangan agar hukum pidana dapat terlaksana dengan baik adalah untuk segera dibuatkan aturan yang jelas dalam pembuktian. Karena dalam kasus tidak dihentikannya registrasi tersebut walau dalam undang-undang elektronika maupun undang-undang perlindungan konsumen sudah dibuat namun masih kurang untuk menjerat pelaku. Selain itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas untuk segera melapor apabila terjadi pelanggaran hukum.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pidana adalah keseluruhan ketentuan peraturan yang mengatur tentang: perbuatan yang dilarang, orang yang melanggar peraturan tersebut pidana. Tindak pidana ialah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab (Moeljatno, 1987: 56).

Kemajuan teknologi menjadikan manusia tidak perlu lagi melakukan pekerjaan dengan sulit karena perkembangan teknologi tersebut dapat membantu manusia dalam mengerjakan pekerjaan dengan mudah dan pasti. Segala urusan serta keperluannya, mulai dari transportasi, informasi, komunikasi, dan lain-lain menjadi semakin mudah diselesaikan. Selain itu juga kemajuan teknologi dapat mewujudkan komunikasi secara langsung antara dua orang atau lebih, yang masing-masing berada di tempat yang berbeda dan dibatasi oleh wilayah teritorial tertentu, sehingga mudah untuk mendapatkan informasi atau berita yang di inginkan. Kemajuan teknologi menghasilkan alat yang dapat dipergunakan untuk menempuh perjalanan jauh secara langsung misalnya saja saat ini sudah terdapat Handphone. Untuk memperoleh informasi dengan cepat saat ini sudah dapat di akses melalui jaringan internet atau berita di televisi.


(4)

Kemajuan teknologi yang dihasilkan handphone atau telepon seluler yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan HP, kini berkembang sangat hebat. Setiap orang yang menggunakan Handphone bisa melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain dimana saja dan kapan saja. Keunggulan dalam ponsel yang sering dikenal yaitu adanya aplikasi short messege service (SMS) yang diakui sangat populer di dunia. Short messege service (SMS) adalah layanan untuk mengirim dan menerima pesan tertulis (teks) dari manapun kepada perangkat bergerak (mobile device) yang tersusun dari huruf, angka atau karakter alfa numerik serta dikemas dalam satu paket/ frame yang berkapasitas maksimum 160 byte yang dapat di represikan berupa 160 karakter huruf latin atau 70 karakter alfabet arab atau cina. (Pertumbuhan SMS Didunia,2006. www.gsm.com,Januari)

Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. (Pasal 1 Ayat (1) UURI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik). Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. (Pasal 1 Ayat (2) UURI Noomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik).

Penggunaan SMS yang mudah dan personal selain itu pengoperasiannya tidak terlalu mengganggu kesibukan pemakainya, karena mereka dapat mengirim atau


(5)

menerima pesan pada waktu yang mereka kehendaki. Dampak dari kemajuan teknologi tidak hanya semata-mata berdampak positif, namun juga berdampak negatif. Semakin banyak penggunaan handphone oleh masyarakat banyak memunculkan modus operandi kejahatan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk mencapai kepentingan pribadi, salah satunya adalah kejahatan penipuan yang dilakukan dengan menggunakan metode Short Message Service (SMS) yang ada pada handphone.

Kejahatan penipuan tergolong kejahatan Crime as business karena perbuatan yang dilakukan secara terorganisir dan melibatkan berbagai pihak, serta melanggar KUHP Pasal 378 Bab XXV Buku II KUHP tentang penipuan dalam bentuk pokok yang aslinya disebut perbuatan curang. Modus operandi yang dilakukan biasanya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut seorang tertarik dengan layanan seperti ramalan, jodoh, game, zodiak, musik dan sebagainya. Untuk mendapatkan layanan tersebut orang yang tertarik akan mengetik reg ramalan, reg jodoh, reg game, reg zodiak, reg musik dan sebagainya kemudian dikirim ke nomor yang dituju, biasanya harga satu SMS adalah Rp 1000 per SMS dan di bawah iklan tersebut ditulis jika salah maka penerima layanan dapat mengetik UNREG. Seperti yang terjadi pada kejadian yang disadur dalam artikel sebagai berikut:

Bambang, warga Tanah Pasir, Penjaringan, Jakarta Utara, mengaku bahwa pulsanya berkurang karena dia menerima sms dari 3689. Setiap sms yang diterima dari short code itu akan menyedot Rp2000. Dan Rinto, warga Kampung Kamurang, Kebon Nanas, Tangerang juga kurang lebih mengalami hal yang sama. Dia mengikuti program Quit Smoking yang ditayangkan JakTV untuk minta ringtone ke nomor 7898. Namun pada hari berikutnya, ia mengaku mendapat SMS dari nomor yang sama dan pulsanya tersedot. Kedua orang itu komplain ke pihak operator. Tapi, nyatanya sms itu tidak berhenti dikirimkan dan pulsa terus tersedot. (http://jalansutera.com/2006/09/06/sms-penyedot-pulsa-itu/)


(6)

Permasalahan yang terjadi bila dilihat dari kenyataan di atas adalah pemakai jasa layanan tersebut tidak bisa menghentikan SMS walaupun sudah mengikuti sesuai prosedur/petunjuk, namun jawaban yang diterima adalah maaf, kata yang anda masukkan salah silahkan kirim kembali. Kerugian terjadi pada penerima layanan tersebut, selain pulsa yang terpotong karena setiap mengirim SMS dikenai biaya Rp.1000,00/SMS yang dipotong langsung oleh providernya juga penerima layanan terus mendapat layanan yang sudah tidak ia inginkan.

Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju menjadikan eksistensi iklan dan hiburan mulai mempopulerkan diri hingga mempengaruhi khalayak serta makin diakui banyak kalangan. Media massa pun makin memperluas public sphere (ruang publik) terhadap berbagai kalangan. Sebab di era kebebasan ini, mereka berupaya untuk secara maksimal menjadi kancah sekaligus mata serta telinga masyarakat. Selain itu, media massa tentu membaca peluang serta berharap memperoleh keuntungan ekonomis demi perkembangan serta masa depan lembaganya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “Kajian Hukum Pidana terhadap Iklan di Media Televisi yang Tidak Menghentikan Langganan Registrasi (Unreg) atas Permintaan Pelanggan”.


(7)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah:

a. Bagaimanakah kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan? b. Bagaimanakah kualifikasi kejahatan atas fenomena iklan di media televisi

yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan itu ke dalam hukum pidana?

2. Ruang Lingkup.

Dalam gambaran permasalahan yang dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian Hukum Pidana, khususnya dalam mengetahui kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dan mengkualifikasi kejahatan atas fenomena tindakan hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan itu ke dalam hukum pidana. Adapun lokasi penelitian dilakukan di wilayah hukum Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Kepolisian Kota Besar Bandar Lampung, LBH Nasional Bandar Lampung, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Bandar Lampung.


(8)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah: a. Untuk mengetahui kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang

tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan. b. Untuk mengetahui kualifikasi kejahatan atas fenomena iklan di media televisi

yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan itu ke dalam hukum pidana.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini di maksudkan untuk:

a. Secara teoretis adalah agar dapat digunakan sebagai kajian bagi kalangan hukum dalam rangka pengembangan ilmu hukum.

b. Secara praktis adalah dari hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pembaca dan masyarakat untuk memperluas dan mengembangkan ilmu hukum khususnya mengenai kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual.

1. Kerangka Teoretis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau keragka acuan yang ada pada dasarnya bertujuan untuk


(9)

mengadakan identifikasi terhadap dimensi social yang dianggap relevan oleh peneliti (Soerjono Soekanto, 1984: 124).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan Pasal 1 Ayat (1):

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen".

Hukum pidana adalah keseluruhan ketentuan peraturan yang mengatur tentang: perbuatan yang dilarang, orang yang melanggar peraturan tersebut pidana. Tindak pidana ialah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab (Moeljatno, 1987: 56).

Tindak pidana ialah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh peraturan undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan ancaman pidana (Bambang Poernomo, 1981: 86). Dalam memberikan definisi mengenai pengertian tindak pidana para pakar hukum terbagi dalam dua pandangan/ aliran yang saling bertolak belakang, yaitu:

a. Pandangan/aliran monistis, yaitu: pandangan/alirann yang tidak memisahkan antara pengertian perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.

b. Pandangan/ aliran dualistis, yaitu: pandangan/aliran yang memisahkan antara dilarangnya suatu perbuatan pidana (criminal act atau actus reus ) dan dapat dipertanggungjawabkannya si pembuat (criminal responsibility atau mens rea).


(10)

Menurut aliran monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka sudah dapat dipidana. Sedangkan menurut aliran dualistik belum tentu karena harus dilihat dan dibuktikan dulu pelaku/orangnya itu dapat dipidana atau tidak. Aliran dualistik dalam memberikan pengertian tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana.

Moeljatno merumuskan unsur-unsur tindak pidana/perbuatan pidana sebagai berikut:

a. perbuatan (manusia)

b. yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan syarat formil). c. bersifat melawan hukum (ini merupakan syarat materiil)

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti arti yang berkaitan dengan istilah yang hendak diteliti. (Soerjono Soekanto, 1986: 132).

Untuk itu penulis akan mencoba menganalisis pokok-pokok bahasan dalam tulisan ini, sekaligus memberikan batasan-batasan pengertian yang berhubungan dengan judul skripsi, adapun pengertian dari istilah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Iklan ialah setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyampaian dan perkenalan ide-ade, gagasan layanan yang bersifat nonpersonal atas tanggungan sponsor tertentu ( The American Marketing Association, Liliweri, 1989: 21 ).


(11)

b. Hukum pidana ialah aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat tindak pidana. ( Sudarto: 1990)

c. Tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum (P.A.F Lamintang, 1997:185).

d. Registrasi ialah mendaftar kembali/ulang. (Kamus Pintar Bahasa Indonesia, 1995: 129).

e. Pelanggan atau konsumen ialah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan untuk tidak diperdagangkan. (Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen)

f. Permintaan pelanggan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu yang dilakukan oleh orang yang membeli secara tetap atau membayar secara tetap ( Sulchan Yasyin, 1995: 135).


(12)

E. Sistematika Penulisan

Agar dapat memudahkan pemahaman terhadap penulisan skripsi ini secara keseluruhan maka penulis menerapkan sistematika penulisan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, Perumusan masalah dan ruang lingkup masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, sistematika penulisan dan metode penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman kedalam pengertian-pengertian penayangan, iklan supranatural, media Televisi, etika pariwara, kajian pidana.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan penguraian metode yang digunakan dalam penulisan yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang di gunakan dalam pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sample, cara pengumpulan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan analisis mengenai bagaimanakah kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dan Bagaimanakah kualifikasi dari fenomena perbuatan terlarang itu ke dalam hukum pidana serta berisi karakteristik responden yang diambil dari permasalahan.


(13)

V. PENUTUP

Dalam bab ini mengemukakan kesimpulan tentang hal yang telah di uraikan dalam bab-bab terdahulu, guna menjawab permasalahan yang telah diajukan. Dalam bab ini diberikan juga sumbangan pemikiran berupa saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(14)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan yang telah dijelaskan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yang dimana undang-undang tersebut memuat berbagai ketentuan khusus. Perbuatan tidak dihentikannya registrasi merupakan kelalaian dari perusahaan dan pihak telkom sebagai penyedia jasa. Sehingga yang bertanggung jawab adalah perusahaan dan pihak telkom sebagai penyedia jasa. Proses pembuktiannya akan mengalami kesulitan karena saksi ahli dari kejadian tersebut adalah pihak telkom. Telkom hanya dijadikan sebagai saksi ahli karena telkom adalah sebagai fasilitator dalam penayangan iklan yang ditayangkan di media televisi. Pelaku usaha dapat dikenai sanksi pidana. Sanksi pidana tersebut termuat dalam Pasal 62, dan Pasal 63 Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sanksi pidana dalam hukum perlindungan konsumen diharapkan dapat efektif


(15)

untuk menimbulkan pengaruh atau efek pencegahan (deterrent effect) agar tidak dilakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan. Di dalam iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan ini, SMS dapat dijadikan petunjuk untuk memperkuat keakuratan ahli agar hakim dalam pengambilan putusannya secara arif dan bijaksana, serta objektif berdasarkan hati nuraninya.

2. Kualifikasi kejahatan atas fenomena iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan ke dalam hukum pidana bukan termasuk dalam penipuan maupun pencurian. Hal itu didasarkan pada perumusan delik terhadap dua tindak pidana tersebut tidak sesuai dengan kasusnya. Perumusan delik yang sesuai adalah dirumuskan kedalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, d, dan e yaitu: a.Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang

dan/atau jasa;

b.Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; c.Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang

atau persetujuan yang bersangkutan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis ingin memberikan sedikit saran sebagai bahan pertimbangan agar hukum pidana dapat terlaksana dengan baik adalah untuk segera dibuatkan aturan yang jelas dalam pembuktian. Karena dalam kasus tidak dihentikannya registrasi tersebut walau dalam undang-undang


(16)

elektronika maupun undang-undang perlindungan konsumen sudah dibuat namun masih kurang untuk menjerat pelaku. Selain itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas untuk segera melapor apabila terjadi pelanggaran hukum.


(1)

9

b. Hukum pidana ialah aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat tindak pidana. ( Sudarto: 1990)

c. Tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum (P.A.F Lamintang, 1997:185).

d. Registrasi ialah mendaftar kembali/ulang. (Kamus Pintar Bahasa Indonesia, 1995: 129).

e. Pelanggan atau konsumen ialah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan untuk tidak diperdagangkan. (Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen)

f. Permintaan pelanggan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu yang dilakukan oleh orang yang membeli secara tetap atau membayar secara tetap ( Sulchan Yasyin, 1995: 135).


(2)

10

E. Sistematika Penulisan

Agar dapat memudahkan pemahaman terhadap penulisan skripsi ini secara keseluruhan maka penulis menerapkan sistematika penulisan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, Perumusan masalah dan ruang lingkup masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, sistematika penulisan dan metode penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman kedalam pengertian-pengertian penayangan, iklan supranatural, media Televisi, etika pariwara, kajian pidana.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan penguraian metode yang digunakan dalam penulisan yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang di gunakan dalam pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sample, cara pengumpulan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan analisis mengenai bagaimanakah kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dan Bagaimanakah kualifikasi dari fenomena perbuatan terlarang itu ke dalam hukum pidana serta berisi karakteristik responden yang diambil dari permasalahan.


(3)

11

V. PENUTUP

Dalam bab ini mengemukakan kesimpulan tentang hal yang telah di uraikan dalam bab-bab terdahulu, guna menjawab permasalahan yang telah diajukan. Dalam bab ini diberikan juga sumbangan pemikiran berupa saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(4)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan yang telah dijelaskan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Kajian hukum pidana terhadap iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yang dimana undang-undang tersebut memuat berbagai ketentuan khusus. Perbuatan tidak dihentikannya registrasi merupakan kelalaian dari perusahaan dan pihak telkom sebagai penyedia jasa. Sehingga yang bertanggung jawab adalah perusahaan dan pihak telkom sebagai penyedia jasa. Proses pembuktiannya akan mengalami kesulitan karena saksi ahli dari kejadian tersebut adalah pihak telkom. Telkom hanya dijadikan sebagai saksi ahli karena telkom adalah sebagai fasilitator dalam penayangan iklan yang ditayangkan di media televisi. Pelaku usaha dapat dikenai sanksi pidana. Sanksi pidana tersebut termuat dalam Pasal 62, dan Pasal 63 Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sanksi pidana dalam hukum perlindungan konsumen diharapkan dapat efektif


(5)

71 untuk menimbulkan pengaruh atau efek pencegahan (deterrent effect) agar tidak dilakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan. Di dalam iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan ini, SMS dapat dijadikan petunjuk untuk memperkuat keakuratan ahli agar hakim dalam pengambilan putusannya secara arif dan bijaksana, serta objektif berdasarkan hati nuraninya.

2. Kualifikasi kejahatan atas fenomena iklan di media televisi yang tidak menghentikan langganan registrasi (Unreg) atas permintaan pelanggan ke dalam hukum pidana bukan termasuk dalam penipuan maupun pencurian. Hal itu didasarkan pada perumusan delik terhadap dua tindak pidana tersebut tidak sesuai dengan kasusnya. Perumusan delik yang sesuai adalah dirumuskan kedalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, d, dan e yaitu: a.Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang

dan/atau jasa;

b.Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; c.Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang

atau persetujuan yang bersangkutan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis ingin memberikan sedikit saran sebagai bahan pertimbangan agar hukum pidana dapat terlaksana dengan baik adalah untuk segera dibuatkan aturan yang jelas dalam pembuktian. Karena dalam kasus tidak dihentikannya registrasi tersebut walau dalam undang-undang


(6)

72 elektronika maupun undang-undang perlindungan konsumen sudah dibuat namun masih kurang untuk menjerat pelaku. Selain itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas untuk segera melapor apabila terjadi pelanggaran hukum.