Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan Di Televisi Dengan Perilaku Siswa Sma Negeri 8 Medan.

(1)

Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan

di Televisi dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

HARIYONO

040902021

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi Dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan”. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi terhadap perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Sampel diambil dengan menggunakan pendapat Arikunto yaitu apabila populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil bisa 10% s/d 20%. Tehnik penarikan sampel yang digunakan adalah tehnik proposional sampling, tehnik purposive sampling dan tehnik rendom sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat hubungan antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y) dalam penelitian. Dalam menganalisa data penelitian ini digunakan analisa tabel tunggal. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan test statistik korelasi product moment. Dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan digunakan Skala Guilford.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,549. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan, artinya hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan tabel nilai-nilai product moment, taraf signifikan 5% dengan N=70 adalah 0,235, sedangkan taraf signifikan 1% terdapat nilai 0,306. Jadi, baik dengan taraf signifikan 5% atau 1% diperoleh nilai rxy lebih besar dari nilai-nilai tabel atau

lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis (0,549 > 0,235 dan 0,306). Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesa alternatif diterima yaitu terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan dan terdapat hubungan yang signifikan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku remaja di SMA Negeri 8 Medan.


(3)

PERSEMBAHANKU

“Dia memberikan ilmu yang berguna kepada siapa yang

DikehendakiNya. Barang siapa mendapat ilmu yang berguna itu, sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak

dan tiadalah yang menerima peringatan, kecuali orang-orang yang berakal”. (Al-Baqarah: 269)

Syukur Alhamdulillah, karena rahmat-Mu, ya Allah...telah kugapai cita-citaku... Ayahanda, Ibunda,...kini tetesan keringatmu telah berhasil kuwujudkan

Dalam impian yang nyata.

Kutahu semua yang Ananda lakukan belum cukup untuk memuaskan pengorbananmu.

Tapi kini...terimalah persembahan skripsi ini sebagai Tanda bakti Ananda kepada Ayahanda dan Ibunda.

Semoga kelak dikemudian hari, Ananda dapat memberikan yang

terbaik bagi Ayahanda dan Ibunda tercinta serta Adinda yang telah banyak memberi semangat hingga mengantarkanku

kejenjang Sarjana (S1) dalam meniti cita-cita yang kudambakan. “Andai...

Allah mengizinkan Kukupas matahari emas

Dan kupersembahkan tuk kain tenun Ayah Bundaku, pengganti sarung tuanya yang koyak, oleh masa kanak-kanakku”.

“Barang siapa yang menyenangkan kedua orangtuanya, ia telah menyenangkan Allah SWT dan barang siapa yang membuat kedua orangtuanya marah sungguh ia telah membuat Allah SWT marah”.

Kupersembahkan Skripsi ini untuk:

Ayahanda : Manun

Ibunda : Siti Chotijah

Adinda : Hartini

Atas kasih sayang dan do’amu yang tulus


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul: HUBUNGAN ANTARA MENONTON SINETRON PERCINTAAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU SISWA SMA NEGERI 8 MEDAN.

Salawat dan salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua.

Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Selama dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, berupa bimbingan, saran dan masukan yang sangat bermanfaat. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M. Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang banyak memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

penulis, Serta Kak Ita, Kak Zuraidah dan Bang Ria yang selalu setia di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan informasi-informasi kepada setiap mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Ibu Dra. Nurwida Nuru selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan mengajari penulis selama dalam perkuliahan.

5. Bapak Agus Suriadi, S. Sos, M. Si dan Drs. Edward Ridwan MSP selaku Dosen penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan untuk dapat selalu menjadi lebih baik dalam kehidupan ini.

6. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.Si dan Mhd. Darta Sitepu, S. Sos yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan lepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajari penulis selama dalam perkuliahan, serta seluruh staf administrasi FISIP USU. 8. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan dan Drs. Maryono yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 8 Medan.

9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Manun dan Mamak Siti Chotijah yang telah banyak berkorban dalam merawat, mendidik dan membimbing serta do’a tulus yang tiada henti-hentinya mengiringi penulis. Semoga Allah SWT berkenan membalasnya dengan ”Jannah” Nya. Serta Adikku Hartini yang sudah memberikan dorongan, dukungan dan do’a yang tulus.


(6)

10.Eyang Kakung (H. Gandhi Soedono) dan Eyang Putri (Thressia Ghandi) serta buat Ibu ku yang cantik-cantik (Bu’Ira, Bu’Dewi, Bu’Grace, Bu’Lia). 11.Seluruh Keluarga Besar di Karya, buat Nenek, Pakle’ku yang

tampan-tampan (Pakle’Furwanto, Pakle’Kicuk, Pakle’Iwan, Pakle’Jumadi), buat bukle’ku yang cantik-cantik (Bukle’Iro, Bukle’Ana, Bukle’Rina, Bukle’Tini) dan sepupu ku yang lucu-lucu (Fensy, Dara, Dita, Fela, Wiby, Panji, Boby, semuanya deh..).

12.Keluarga Besar Zairina Yus.

13.Keluarga Besar Pascasarjana Studi Pembangunan FISIP USU.

14.Seluruh Stambuk 2004, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun yang sama-sama tamat, semoga kita tetap bersahabat.

15.Sahabat sejatiku Teguh, Dedek, Januardi, Mirza (Five Brothers) dan seluruh teman-temanku Astrid, Renny Vidya Wahyuly, Dina, Uci, Elis, Rani, Syena, Nia, Nina, Maria, Sefti, Irma, Dian, Tanti, Fajar, Anggiat, Suriono, Andika, Iqbal, Jaka, Bang Rajab, Bang Eko, Dedi, Toni dan Nural di Banda Aceh, Hatta, Iby dan Wilda di Padang, Yofie di Semarang, teman-teman di mushola dan teman-teman stambuk’04 SMANDEL. Semoga kebersamaan kita punya arti tersendiri.

16.Seluruh responden adik-adik SMA Negeri 8 Medan yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas data dan informasinya.


(7)

17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak membantu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi terselesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekuranga dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar konstruktif dari semua pihak, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya. Akhirnya, penulis memohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan diri dari hal-hal yang tidak diridhoiNya, Amin.

Medan, April 2008


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SKEMA ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Televisi ... 9

2.2 Pengertian Sinetron ... 10

2.3 Pengertian Remaja ... 11

2.4 Perkembangan Remaja ... 13

2.4.1 Perkembangan Jasmani ... 13

2.4.1.1Perubahan-perubahan jasmaniah ... 13

2.4.1.2Gejala fisik ... 14

2.4.1.3Kesan dan gambaran diri ... 14

2.4.1.4Kematangan seksual ... 15

2.4.1.5Perubahan tinggi dan berat badan ... 15

2.4.2 Perkembangan Sosial ... 15

2.4.2.1 Perkembangan sosial pada remaja ... 15

2.4.2.2 Tuntutan-tuntutan sosial terhadap para remaja ... 16

2.4.2.3 Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial ... 16


(9)

2.4.3.1Kemampuan intelektual dan penilaian diri ... 17

2.4.3.2Kecenderungan-kecenderungan dalam pertumbuhan pemahaman... 18

2.4.4 Perkembangan Emosional ... 19

2.4.4.1Kondisi-kondisi yang mendasari emosi ... 20

2.4.4.2Penyembunyian emosi ... 20

2.5 Perilaku ... 20

2.5.1 Pengertian Perilaku ... 20

2.5.2 Jenis Perilaku ... 21

2.5.3 Hubungan antara sikap dengan perilaku ... 21

2.6 Teori Belajar Sosial ... 23

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Remaja Menonton Televisi ... 24

2.8 Hubungan antara tayangan sinetron percintaan di televisi dengan perilaku remaja ... 26

2.9 Kerangka Pemikiran ... 27

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 33

2.10.1 Defenisi konsep ... 33

2.10.2 Defenisi operasional ... 34

2.11 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.1 Jadwal Waktu Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40


(10)

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Medan ... 43

4.2Personel atau tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 8 Medan ... 44

4.3Fasilitas SMA Negeri 8 Medan ... 46

4.4Komposisi Siswa SMA Negeri 8 Medan ... 47

4.5Struktur Organisasi SMA Negeri 8 Medan ... 48

BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Tabel Tunggal ... 49

5.1.1 Karakteristik Responden ... 49

5.1.2 Analisa Variabel X ... 56

5.1.3 Analisa Variabel Y ... 68

5.2 Pengujian Hipotesa ... 80

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 84

6.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Siswa SMAN 8 Medan ... 39

Tabel 2 Tenaga Pengajar SMA Negeri 8 Medan ... 44

Tabel 3. Fasilitas-Fasilitas SMA Negeri 8 Medan ... 46

Tabel 4. Komposisi Siswa SMAN 8 Medan ... 47

Tabel 5. Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 6. Umur/Usia Responden ... 50

Tabel 7. Agama ... 50

Tabel 8. Pekerjaan Orang Tua Responden ... 51

Tabel 9. Pendapatan Rata-Rata Orang Tua Responden Dalam Satu Bulan ... 52

Tabel 10. Uang Saku Responden Dalam Sehari ... 53

Tabel 11. . Menentukan Tayangan Televisi ... 54

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Orang Tua Memberikan Bimbingan Saat Menonton ... 55

Tabel 13. Frekuensi Responden Menonton Sinetron Percintaan ... 56

Tabel 14. Frekuensi Judul Sinetron Yang di Tonton Dalam Sehari ... 57

Tabel 15. Frekuensi Stasiun Televisi Yang Sering di Tonton Responden ... 58

Tabel 16. Frekuensi Responden Menonton Sinetron Percintaan Dalam Sehari .... 59

Tabel 17. Waktu dan Judul Sinetron Saat Menonton ... 60

Tabel 18. Frekuensi Responden Mengikuti Setiap Episode Sinetron Percintaan .. 61

Tabel 19. Pendampingan Terhadap Responden Ketika Menonton Televisi ... 62

Tabel 20 Frekuensi Membawa/Mengajak Teman Menonton Televisi ... 63

Tabel 21. Pendapat Responden Mengenai Tema Sinetron Percintaan ... 64

Tabel 22. Tanggapan Responden Terhadap Frekuensi Adanya Unsur Romantisme Dalam Sinetron ... 65

Tabel 23. Pengetahuan Responden Tentang Bagaimana Berpacaran Setelah Menonton Sinetron Percintaan ... 66

Tabel 24. Dampak Negatif Menonton Sinetron Percintaan Terhadap Responden ... 67


(12)

Tabel 25. Pengetahuan Yang Bertambah Mempengaruhi Sikap Responden ... 67 Tabel 26. Frekuensi Memperhatikan Produk Yang

Digunakan Bintang Sinetron ... 68 Tabel 27 Ketertarikan Untuk Memperoleh Produk Bintang Sinetron ... 69 Tabel 28. Frekuensi Responden Membeli Produk Yang Tidak Sesuai

Dengan Uang Saku/Tabungan... 70 Tabel 29. Tanggapan Responden Merasa Menyesal

Karena Tidak Dapat Hidup Mewah ... 71 Tabel 30. Selera Responden Terhadap Gaya Hidup Mewah ... 72 Tabel 31. Tanggapan Responden Mengenai Tema Sinetron Percintaan

Dengan Kehidupan Sosial ... 73 Tabel 32. Tanggapan Responden Bergaya Meniru Karakter Bintang Sinetron ... 74 Tabel 33. Frekuensi Responden Mempraktekkan Adegan Percintaan

Dengan Teman/Pacar ... 75 Tabel 34. Tanggapan Responden Terhadap Adegan Yang Dilakukan

Dengan Pasangan ... 76 Tabel 35. Tanggapan Responden Bahwa Sinetron Percintaan

Dapat Merubah Perilaku ... 77 Tabel 36. Tanggapan Responden Dalam Mengidentikkan Diri

Dengan Tokoh Idola ... 78 Tabel 37. Kalkulasi Harga X dan Harga Y ... 80


(13)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 ... 32 Skema 2 ... 48


(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi Dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan”. Hipotesis yang diajukan adalah:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi terhadap perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Sampel diambil dengan menggunakan pendapat Arikunto yaitu apabila populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil bisa 10% s/d 20%. Tehnik penarikan sampel yang digunakan adalah tehnik proposional sampling, tehnik purposive sampling dan tehnik rendom sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode yang melihat hubungan antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y) dalam penelitian. Dalam menganalisa data penelitian ini digunakan analisa tabel tunggal. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan test statistik korelasi product moment. Dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan digunakan Skala Guilford.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rxy = 0,549. Hal ini berarti terdapat

hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan, artinya hubungan yang cukup berarti. Berdasarkan tabel nilai-nilai product moment, taraf signifikan 5% dengan N=70 adalah 0,235, sedangkan taraf signifikan 1% terdapat nilai 0,306. Jadi, baik dengan taraf signifikan 5% atau 1% diperoleh nilai rxy lebih besar dari nilai-nilai tabel atau

lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis (0,549 > 0,235 dan 0,306). Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesa alternatif diterima yaitu terdapat hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan dan terdapat hubungan yang signifikan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku remaja di SMA Negeri 8 Medan.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah sosial yang harus mendapatkan perhatian serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial ini dapat memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas sosial yang terjadi pada saat sekarang ini dimana para remaja sering melakukan tindakan-tindakan penyimpangan yang pada dasarnya telah melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Kebanyakan para pelajar sekarang dalam perilaku pacaran yang mereka jalani, sering diwarnai aktivitas seks ringan. Mungkin dulu yang namanya pacaran cukup dengan pegangan tangan saja. Sekarang sebagian besar pelajar dalam aktivitas pacarannya, menganggap ciuman bibir bukan lagi sesuatu yang tabu. Justru, ciuman inilah yang didefenisikan sebagai tanda mereka sedang pacaran.

Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Bogor, tentang perilaku remaja, cukup mencengangkan. Fakta itu mengungkapkan, 20% dari 400 responden dari kalangan pelajar, mengaku pernah dan sering melakukan penyimpangan seks. Penyimpangan seks yang dimaksud adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan pada perubahan-perubahan psikofisiologik siklus respons seksual dan menyebabkan distres (gangguan mental dan emosional) yang nyata dan kesulitan interpersonal (www.depkes.go.id). Bahkan, sebagian dari mereka juga mengaku pernah melakukan hubungan seks


(16)

(www.pikiran-rakyat.com). Sedangkan pengertian hubungan seks adalah merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku (www.unsoed.ac.id).

Sebagai contoh kasus perilaku menyimpang dan kenakalan remaja terdapat 1 kasus seks bebas pada awal tahun 2003 seorang siswi SMA Negeri 8 Medan hamil di luar nikah, sehingga siswi tersebut di keluarkan dari sekolah. Contoh kasus lain terjadi pada tahun 2005 yaitu peredaran video porno dari ponsel ke ponsel. Selain itu kenakalan remaja lainnya yang sering terjadi yaitu perkelahiaan yang disebabkan perebutan wanita, kasus ini terjadi pada tahun 2004 yang melibatkan beberapa siswa kelas XI dan siswa kelas XII. Ini merupakan sebahagian dari kasus yang terdapat di SMA Negeri 8 Medan.

Fenomena seperti diatas sangat memungkinkan terjadi bila kita lihat faktor penyebabnya. Tayangan televisi, informasi teknologi serta arus budaya barat yang menjadi tren di kalangan pelajar begitu merajalela. Tayangan televisi seakan tidak ada batasan dalam ”menginformasikan” semua itu.

Pengaruh atau efek televisi memang merupakan salah satu elemen penting dalam komunikasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan (Cangara, 1998:163). Pengaruh ini dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behaviour).

Pada tingkat pengetahuan, pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan terjadi bilamana terdapat perubahan


(17)

penilaian terhadap suatu objek karena adanya informasi yang lebih baru. Antara perubahan persepsi dan perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat, sebab persepsi yang dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisir menjadi pendapat.

Sedangkan perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip. Sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek yang terdapat baik di dalam maupun di luar dirinya. Adapun perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan.

Adegan kekerasan, kejahatan, konsumtif, termasuk perilaku seksual di layar televisi diduga kuat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak dan remaja. Tidak sedikit di antaranya yang mengikuti mentah-mentah tindak tanduk yang dilihat di televisi. Contohnya, sinetron-sinetron remaja yang sering menampilkan adegan percintaan atau pacaran yang akan cenderung mengajari anak-anak dan remaja untuk berpacaran, berpenampilan seksi, serta berpola hidup serba senang dan serba mudah. Adegan dalam sinetron sering kali ditiru dalam perilaku mereka sehari-hari. Atau jika tidak ditiru, minimal akan mengkontaminasi pikiran polos anak-anak dan remaja. Sinetron-sinetron tersebut akan berdampak positif bagi pemupukan moralitas anak-anak dan remaja jika isinya mengandung ajakan berbudi pekerti luhur, bekerja keras, ulet, giat belajar, berdisiplin dan sejenisnya.

Ironisnya sineas Indonesia seakan kurang percaya diri bila berkarya tanpa tema percintaan. Akibatnya, baik itu film layar lebar maupun sinetron karya


(18)

sineas lokal, selalu bertemakan urusan bercinta. Banyak yang mengambil seks bebas sebagai tema utama karya mereka.

Kecenderungan meningkatnya tindak kekerasan dan perilaku negatif pada anak dan remaja diduga sebagai dampak gencarnya tayangan televisi. Karena media ini memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat terutama anak-anak dan remaja yang relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi.

Light, Keller dan Calhoun (Sunarto, 2000:28) mengemukakan bahwa media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayak. Sosialisasi merujuk pada cara-cara di mana seorang individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menghadirkan gambaran masyarakat kita, dan dengan mengamati, mendengarkan, dan membaca, kita mempelajari bagaimana orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai apa yang penting.

Menurut Dwyer (Sadiman, 1999) televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja atau tidak. Lebih lanjut Dwyer mengatakan bahwa sebagai media audio visual, televisi, mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di televisi walaupun hanya


(19)

sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi, setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian.

Salah satu dampak dari media tersebut seperti yang dikatakan oleh Herry Kuswita dalam Jurnal Teknodis yang berjudul Dampak Isi Pesan Media Massa (1999) bahwa banyak sinetron remaja yang mempertontonkan hal-hal yang mungkin tidak atau belum patut ditonton remaja yang masih dalam proses mencari-cari, bahkan mungkin ”meraba-raba” untuk mencari identitas diri. Tentu saja hal ini akan membawa dampak yang signifikan bagi para penontonnya, terutama remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri.

Menurut Steven. M. Chaffe (Ardianto, 2005:49) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga adalah observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang terkena efek komunikasi massa.

Sehubungan dengan hal di atas, banyak gaya dari para remaja kota Medan yang meniru pola atau gaya hidup remaja yang ada di ibukota. Selain itu, banyak juga para pelajar Kota Medan meniru gaya bicara dan gaya berpakaian tokoh-tokoh cerita yang ada dalam cerita film maupun sinetron-sinetron remaja yang diputar di stasiun-stasiun televisi.


(20)

Berdasarkan uraian diatas dan sesuai dengan realitas sosial yang tampak pada saat sekarang ini penulis tertarik memilih judul penelitian yang akan dituangkan ke dalam skripsi sebagai berikut: ”Hubungan Antara Menonton Sinetron Percintaan di Televisi dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 8 Medan”.

.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan?

.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .3.1Tujuan penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan menonton sinetron percintaan di televisi terhadap perilaku siswa di SMA Negeri 8 Medan.

.3.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi:

1. Dapat mengetahui intensitas menonton sinetron oleh para remaja khususnya siswa SMA Negeri 8 Medan.


(21)

2. Dapat mengetahui perilaku yang tampak pada remaja setelah menonton sinetron dan dampak yang ditimbulkan dari media terhadap perilaku. 3. Sebagai masukan dan pemberi informasi bagi pembuat kebijaksanaan yang


(22)

.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistemtika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti. Selain itu, bab ini juga berisikan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metodologi penelitian yang terdiri dari pemilihan lokasi penelititan, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Media Televisi

Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur-unsur kata, musik dan sound efect juga mempunyai keunggulang lain yaitu unsur visual yaitu berupa gambar yang hidup dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya (Dewi, 2004:9). Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan jalan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih memiliki kemampuan menonjol dibandingkan dengan media massa lainnya.

TV merupakan sebuah alat untuk menyiarkan gambar suara, karena itu tidak terdapat kontak langsung antara sesama manusia, televisi secara teoritis dapat membawa penyiaran program yang tidak terbatas.

Sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa, televisi mempunyai fungsi sebagai media informasi karena memiliki kekuatan yang ampuh menyampaikan pesan yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu bersamaan. Media bukan sekedar mengubah atau memperkuat opini, sikap dan perilaku, melainkan telah menjadi salah satu agen sosialisasi dalam menciptakan dan membentuk sikap, nilai, perilaku dan persepsi kita mengenai realitas sosial. (Winarso, 2005:171)


(24)

2.2Pengertian Sinetron

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi (http://id.wikipedia.org). Di Indonesia, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Arswendo Atmowiloto (penulis). Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela.

Ciri sinetron yang sangat khas adalah sistem pengerjaannya yang kejar tayang. Berbeda dengan sinetron luar negeri yang memiliki musim (season) sehingga penayangan dilakukan setelah syuting satu musim selesai, sinetron Indonesia menggunakan sistem syuting per episode. Jadi jalan cerita bisa diubah dengan mudah. Akibatnya, alur cerita menjadi berlebihan atau tidak masuk akal. Sinetron lebih sering ditayangkan saat prime time. Durasi sinetron pada umumnya setengah jam per episode.

Di Indonesia setelah menjamurnya stasiun televisi swasta, sinetron semakin banyak digemari, terutama oleh kaum perempuan. tercatat pada saat ini kurang lebih ada 35 judul sinetron yang tayang setiap hari di semua stasiun televisi swasta nasional. Dalam rating mingguan yang dikeluarkan lembaga survey AC Nielsen, sinetron selalu menduduki daftar peringkat teratas (www.koleseloyola.com).


(25)

Dalam perkembangannya, sinetron sangat bergantung pada tema dan setting sosial yang dibangun atas ”permintaan pasar”. Bahkan, intervensi itu masuk kearah kreatif, sampai pada penggunaan bintang-bintang pemerannya.

Di Indonesia jenis sinetron antara lain adalah sinetron drama yang menceritakan tentang konflik dalam kehidupan, sinetron horor yang menceritakan tentang kisah-kisah yang bersifat alam gaib/mistis, sinetron komedi yang bercerita tentang kisah yang humor dan konyol, sinetron reliji yang menceritakan kisah-kisah reliji dan sinetron percintaan yang menceritakan kisah-kisah tentang percintaan/pacaran yang biasanya bertema romantisme.

2.3Pengertian Remaja

Menurut Soekamto (1996:6), remaja adalah manusia muda yang sedang beranjak dari dunia kanak-kanak ke alam kedewasaan. Masa remaja yang disebut juga masa adolesensi atau masa pubertas berkisar antara umur 11-21 tahun.

Manusia mengalami perkembangan sejak pranatal yaitu dalam bentuk embrio. Perkembangan tersebut berlanjut tahap demi tahap dan menjadi sangat pesat pada masa remaja sehingga semakin terbentuk kematangan fisik, seksual, emosi, dan sosial.

Gunarsa (1991:6), membagi masa hidup seseorang dalam beberapa tahap perkembangan yang meliputi:

1. Masa bayi

2. Masa anak yaitu: masa balita dan masa pra remaja 3. Masa remaja


(26)

4. Masa dewasa yaitu: dewasa muda, dewasa madya, dan dewasa lanjut. Dari seluruh masa/tahap perkembangan ini, dalam perspektif psikologi perkembangan, masa remaja merupakan masa yang paling berbahaya. Masa remaja adalah masa dimana terjadi gejolak yang meningkat yang biasanya dialami oleh setiap orang. Masa ini dikenal pula sebagai masa transisi yaitu terjadinya perubahan-perubahan yang sangat menonjol yang menyangkut perubahan fisik, emosional, sosial, dan personal, sehingga pada gilirannya menimbulkan perubahan yang drastis pula kepada perilaku remaja yang bersangkutan (Sulaiman, 1995:1).

Sejalan dengan hal di atas Soekamto (1996:10), mengatakan bahwa golongan remaja sebenarnya tergolong golongan transisional (masa peralihan). Artinya keremajaannya merupakan gejolak sosial yang bersifat sosial yang bersifat sementara, oleh karena berada pada antara usia anak-anak dan dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak, mereka sudah dianggap dewasa sedangkan oleh orang dewasa mereka dianggap masih kecil.

Kemudian dari segi fisik remaja dipandang sebagai individu dalam proses pertumbuhannya telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan yang sulit untuk membedakan remaja itu sebagai anak-anak, tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Mereka tidak dapat dan tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak sementara mereka belum mencapai kematangan yang penuh untuk dapat dimasukkan dalam kategori orang dewasa (Sulaiman, 1995:1). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa masa remaja adalah masa


(27)

dimana seseorang meninggalkan masa kehidupan anak-anak menuju tahap selanjutnya, yang sering ditandai dengan berbagai krisis kepribadian. Pada masa ini seorang remaja sering mengalami krisis karena belum memiliki pegangan atau pendirian yang teguh.

2.4Perkembangan Remaja

Bahri (1998:38), membagi jenis perkembangan pada masa remaja menjadi 4 bagian yang meliputi:

2.4.1 Perkembangan Jasmani

2.4.1.1 Perubahan-perubahan jasmaniah.

Salah satu ciri penting dalam perkembangan pada masa remaja adalah terjadinya perubahan jasmaniah yang menimbulkan akibat yang bermacam-macam.

Akibat-akibat tersebut antara lain adalah:

a. Mereka harus menyesuaikan dirinya dengan perubahan proporsi badannya.

b. Secepatnya mereka tampaknya seperti orang dewasa dalam besar dan bentuk tubuhnya, seperti itu pula mereka diharapkan dengan tuntutan-tuntutan baru.

c. Reaksi para remaja terhadap perubahan-perubahan jasmaniah tersebut bermacam-macam. Ada yang menerimanya dengan perasaan bingung dan takut-takut.


(28)

2.4.1.2 Gejala fisik

Penelitian sekitar masalah pertumbuhan fisik di antara muda-mudi pada masa ini menunjukkan, bahwa:

- Laju pertumbuhan tinggi badan lebih cepat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

- Perubahan dalam proporsi tubuh. Mula-mula lengan dan kaki tumbuh dengan cepat kemudian diikuti oleh batang batang tubuh dengan cepat pula.

- Salah satu indikasi dari perkembangan anak wanita pada permulaan masa ini adalah mulai berkembangnya buah dada.

2.4.1.3Kesan dan gambaran diri

Antara tubuh serta ciri-ciri fisik para remaja dengan gambaran tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting. Selam masa kanak-kanak seseorang membentuk gambaran tentang dirinya. Ruff (dalam Sulaiman, 1995: ) mengemukakan bahwa untuk dapat diterima di dalam kelompok-kelompok remaja (peer group) selama remaja ini, seseorang jangan terlalu berbeda dengan yang lainnya dalam hal ”phsycal appearence”. Apabila ada remaja yang terlalu berbeda dengan teman-temannya, maka ia akan ditolak oleh kelompok atau diberikan nama panggilan yang bersifat menghina seperti si Gendut, si Kurus dan sebagainya.


(29)

2.4.1.4Kematangan seksual

Perubahan yang sangat penting yang mempunyai arti bagi permulaan datangnya masa remaja adalah perubahan kelenjar kelamin (sex glands). Permulaan masa remaja pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi yang pertama.

2.4.1.5Perubahan tinggi dan berat badan

Adapun pertambahan berat badan pada tiap-tiap tahun memperlihatkan gambaran yang berbeda-beda. Sementara tinggi dan berat badan bertambah, terjadi pula perubahan-perubahan umum dalam proporsi dari berbagai bagian tubuh dan biasanya hal ini juga berpengaruh pada kegiatan, minat dan ada hubungannya dengan perbedaan kepribadian.

2.4.2 Perkembangan Sosial

2.4.2.1 Perkembangan sosial pada remaja

Perkembangan ke arah masa remaja diiringi dengan bertambahnya minat terhadap personal apprearence (penampilan diri), peer group (kelompok remaja) serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya yang anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda. Proses perkembangan sebelumnya, disamping faktor lainnya ikut menentukan sampai sejauh manakah sukses yang dialami seseorang dalam menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial. Apabila kepada mereka diberikan bimbingan yang baik maka mereka akan selalu memberi kawan,


(30)

baik dari jenis kelamin yang sama atau yang berlainan. Dalam perkembangan sosial, kontak dengan orang lain adalah sangat penting. Untuk itu terdapat hal-hal yang sangat esensial seperti bahasa, simbol-simbol, larangan-larangan atau norma sosial lainnya.

2.4.2.2Tuntutan-tuntutan sosial terhadap para remaja

Frank (dalam Sulaiman, 1995:32) menekankan pentingnya tuntutan-tuntutan sosial terhadap sikap dan tingkah laku para remaja. Di satu pihak mereka harus menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya yaitu perubahan fisik, mental serta munculnya dorongan sex sebagai dorongan yang cukup kuat di dalam hidupnya. Peranan remaja di dalam kelompoknya berubah, orang-orang dewasa mengharap mereka berperan sebagai orang dewasa. Padahal mereka belum berpengalaman untuk hidup serta berpartisipasi sebagai orang dewasa di dalam masyarakat dewasa. Itulah sebabnya para remaja ini merupakan sumber kebingungan serta kecemasan bagi orang-orang dewasa terutama orang-orang tua dan guru.

2.4.2.3Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial 1. Keinginan untuk hidup sesuai dengan orang lain. Para remaja pada masa

ini memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. Mereka akan berusaha untuk menghindarkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kelompoknya. Mereka akan patuh terhadap cita-cita, sikap-sikap kebiasaan serta


(31)

peraturan yang berlaku bagi kelompoknya. Sikap untuk tetap serasi dengan kelompoknya, mengatasi segalanya di dalam periode ini.

2. Masalah-masalah dalam sosialisasi. Masalah-masalah dalam sosialisasi sering dialami oleh anak wanita daripada laki-laki. Lingkungan kehidupan sosial yang sempit, kekurangan teman, keinginan akan pakaian baru merupakan masalah-masalah yang sering dialami oleh para remaja. Disamping itu penghargaan dari masyarakat, ingin mencari kawan, ingin untuk diterima dalam kelompok dan sebagainya merupakan kebutuhan-kebutuhan yang nyata pada mereka.

3. Tuntutan dan harapan budaya. Adanya perbedaan dalam sikap, kebiasaan, cita-cita, larangan-larangan serta norma-norma sosial lainnya akan menimbulkan kesulitan dan kebingungan terhadap para remaja. Demikian pula tentang apa-apa yang diharapkan masyarakat berbeda-beda.

2.4.3 Perkembangan Mental

2.4.3.1 Kemampuan intelektual dan penilaian diri

Banyak hal-hal yang aneh ketika para remaja mentest kemampuan-kemampuan mentalnya dalam situasi yang kompetitif. Banyak remaja yang kemampuan akademisnya melebihi yang lain tetapi merasa rendah diri. Salah satu penyebabnya mungkin karena mereka tidak membandingkan dirinya dengan dengan golongan rata-rata kelas tetapi denga golongan yang paling tinggi. Penilaian para remaja tentang kemampuan intelektualnya


(32)

bukan saja dipengaruhi harapan mengenai akan menjadi siapa dan menjadi apa. Bila ia berpandangan, bahwa ia adalah anak bodoh maka keyakinan itu akan menutupi jalur-jalur kehidupan yang di dalam kenyataan sebenarnya cukup terbuka baginya.

2.4.3.2 Kecenderungan-kecenderungan dalam pertumbuhan pemahaman Tatkala para remaja mengalami kematangan secara intelektual, banyak perubahan terjadi dalam cara-cara ia berpikir dan pembentukan konsep-konsep.

1. Pertambahan dalam kemampuan menggenaralisasi.

Remaja yang normal mampu untuk membuat generalisasi dibandingkan dengan pompa tatkala ia masih kanak-kanak. Ia mampu berpikir dalam istilah-istilah yang lebih merangkum.

2. Pertambahan kemampuan untuk berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.

Pada masa remaja, bertambahlah kemampuan mereka untuk belajar yang meliputi simbol-simbol. Kemampuan berpikir abstrak ini nampak bukan saja dalam hal yang komunitas tetapi juga yang bersifat kualitas.

3. Pertambahan kemampuan dalam pemahaman konsep tentang waktu. Sekalipun kemampuan untuk mengantisipasi, membayangkan apa-apa yang mungkin terjadi dan membuat rencana untuk masa-masa mendatang mulai berkembang pada masa kanak-kanak tapi sesungguhnya berlangsung pada masa remaja. Bukti bahwa para remaja


(33)

mengantisipasi status masa datang sebagai orang dewasa, adalah bahwa mereka membuat rencana-rencana yang idealistis untuk memperbaiki masyarakat di mana mereka hidup.

4. Pertambahan kemampuan untuk berhubungan dengan ide-ide tanpa keterlibatan dirinya secara langsung.

Pada masa remaja, pikiran-pikiran anak meliputi bukan saja dirinya dan lingkungan keluarganya yang dekat, melainkan juga orang-orang di dunia yang lebih luas. Pembicaraan mereka telah jauh dari masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarganya. Mereka telah mampu mendiskusikan secara intelektual kejadian-kejadian yang berlangsung di berbagai negara.

5. Pertambahan kemampuan untuk berpikir dan komunikasi secara logis. Suatu ciri penting dari pikiran remaja yang normal adalah kemampuannya untuk menyimpan suatu konsep di dalam pikirannya serta menggunakannya secara abstrak dan kemampuannya untuk menyadari proses berpikirnya, dan menelusuri kembali langkah-langkah berpikirnya.

2.4.4 Perkembangan Emosional

Menurut penelitian Jersild (Bahri, 1998:43), para remaja sangat menekankan pentingnya hal-hal yang mereka rasakan. Bila mereka ditanya tentang apa-apa yang dikagumi dan dibencinya tentang dirinya, maka mereka


(34)

sering menyebutkan ciri-ciri emosionalnya dari pada ciri-ciri fisiknya atau kemampuan mentalnya.

2.4.4.1Kondisi-kondisi yang mendasari emosi.

Selama masa remaja, seperti halnya sepanjang kehidupan kita, kondisi-kondisi yang membangkitkan emosi sangat berbeda-beda. Emosi terlibat dalam segala hal, di mana remaja terlibat di dalamnya. Di antara lingkungan yang sangat penting dalam membangkitkan emosi para remaja adalah semua hal yang bertentangan dengan atau menyinggung perasaan-perasaan bangga akan dirinya, atau harapan-harapan yang ia tempatkan pada dirinya, atau hal-hal yang membangkitkan perasaan was-was mengenai dirinya.

2.4.4.2Penyembunyian emosi

Di dalam kehidupan, karena pengaruh kultur, banyak sekali hal-hal di mana anak-anak semenjak kecil telah dilatih untuk tidak melampiaskan emosinya sekehendak hatinya. Dengan kata lain, semenjak kecil anak-anak sudah dibiasakan untuk menekan atau menyembunyikan perasaannya, lebih-lebih mengenai hal-hal yang berhubungan dengan yang dianggap tabu.

2.5 Perilaku

2.5.1 Pengertian Perilaku

Setiap manusia mempunyai apa yang dinamakan perilaku (behavior) yang merupakan suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi dan fungsi kognitif dari manusia.


(35)

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan (http://silabus.upi.edu). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990), Perilaku adalah kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut, yang diwujudkan dalam gerak dan ucapan.

2.5.2 Jenis Perilaku

Skinner (dalam Walgito, 2003:15) perilaku dibagi atas dua bagian:

1. Perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme itu dilahirkan.

2. Perilaku operan (operant behaviour), yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

Pada manusia perilaku psikologis inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dipelajari melalui proses belajar.

2.5.3 Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku 1. Faktor Perilaku Model Geometrik

Defenisi sikap dan perilaku menunjukkan mendapat pengaruh yang kuat dari motif kepentingan. Namun bukan hanya kepentingan yang disadari yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Kondisi lingkungan (dari luar) juga mempengaruhi. Jadi, perilaku dipengaruhi oleh


(36)

kondisi yang datang dari luar (lingkungan) dan kepentingan yang disadari (dari dalam) oleh yang bersangkutan.

Hal ini dapat digambarkan sebagai model geometrik yang tergambar di bawah ini:

Perkembangan exiting condition bisa berbeda dengan kepentingan (yang mengandung tujuan atau kondisi ideal yang dikehendaki: ideal atau normative condition, jadi tidak di intervensi. Untuk mencapai kondisi ideal (out put) itu diperlukan perangkat manajemen dan tindakan teknis operasional. Dalam hubungan itu, kepentingan berfungsi sebagai faktor penarik (out put), manajemen penggerak (proses) dan exiting condition atau lingkungan sebagai input sekaligus pembatas, dengan anggapan bahwa pendirian dan sikap tetap. Dari sini muncul model matematik.

2. Faktor Perilaku Model Matematik

P = (F) K, L, M P: Perilaku L: Lingkungan

K: Kepentingan F: Fungsi


(37)

Rumus itu dibaca: jika kepentingan, manajemen dan lingkungan berubah atau tetap, atau demi kepentingan, kelancaran manajemen, atau kondisi lingkungan, sikap dan selanjutnya perilaku dapat berubah atau tetap. Dua di antara bentuk-bentuk di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perilaku sebagai upaya memenuhi kepentingan atau guna mencapai sasaran, perilaku ini terbentuk oleh gerak dari dalam dan berjalan secara sadar. Penggerak dari dalam itu adalah sistem nilai yang ditambahkan dan atau tertanam. Nilai tertanam dan berarti nilai menjadi keyakinan, pendirian atau pegangan.

2. Perilaku sebagai respon tehadap lingkungan, perilaku ini merupakan respon terhadap treatment dari atau kondisi lingkungan. Pembentuk perilaku dari luar itu ada yang berupa stimulus berdasarkan rumus stimulus-respons (S-R) dan ada yang berwujud challenge-responese (C-R).

2.6 Teori Belajar Sosial

Teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura, kajian ini menjelaskan bagaimana kita belajar dari pengalaman langsung seperti halnya dari pengamatan atau permodelan.

Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku merupakan hasil dari faktor lingkungan dan faktor kognitif. Teori ini mempertimbangkan unsur-unsur penguatan dalam berperilaku dan stimulus sebagai hal yang penting, tetapi hal itu juga mempertimbangkan pengaruh proses berpikir terhadap pembelajaran pada


(38)

manusia. Teori pembelajaran sosial secara khusus relevan dengan komunikasi massa karena banyak perilaku yang kita pelajari melalui permodelan (modelling) merupakan pengamatan pertama di mesia massa (Winarso, 2005:173).

Media massa menduduki peran penting dalam teori pembelajaran sosial. Karena sebagian besar dari kita terbatas dalam hal yang dapat kita amati secara langsung selama kegiatan rutin sehari-hari, banyak dari yang kita pelajari diamati dari media massa, khususnya media visual.

Teori pembelajaran sosial menganggap media sebagai agen sosialisasi yang paling utama setara dengan keluarga, kelompok sebaya, dan guru-guru sekolah (Winarso, 2005:175).

Sebuah contoh berikut dari pendekatan belajar yang menganggap fenomena imitasi sebagai alat primer untuk belajar tingkah laku sosial. Menurut tokoh teori ini yakni Albert Bandura, anak belajar tingkah laku baru dengan melihat orang lain (model) yang melakukannya dan mengamati konsekuensi dari sejumlah tingkah laku (Dayakisni, 2003:13).

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Remaja Menonton Televisi

Hurlock (1993:343), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat remaja menonton televisi adalah sebagai berikut :

a. Usia

Usia remaja yang sering disebut dalam masa transisi dan dalam proses menentukan identitas diri (pribadi) sehingga wajar saja kalau mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk mewujudkan tujuannya tersebut.


(39)

Guna memenuhi aspirasinya itulah remaja terus mencari apa yang dapat memenuhi kebutuhannya. Salah satunya adalah dengan menonton televisi, sebab setiap insan juga memiliki escapist needs (kebutuhan pelepasan) yang berkaitan dengan upaya menghindarkan ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

b. Jenis kelamin

Anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi dibanding dengan anak perempuan. Anak laki-laki menganggap membaca lebih sulit dibanding anak perempuan, juga siaran televisi yang berpusat kepada adegan yang meneganggan lebih disukai anak laki-laki. c. Status sosial ekonomi

Televisi lebih populer bagi remaja yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah dibanding kelompok yang lebih tinggi. Hal ini karena anak dalam kelompok sosial ekonomi rendah kurang memiliki kesempatan untuk melakukan bentuk rekreasi atau bermain lainnya.

d. Kepribadian

Televisi lebih menarik anak yang penyesuaiannya lebih buruk secara pribadi dan sosial dibanding mereka yang baik penyesuaiannya. Anak yang introvert lebih banyak menonton televisi dibanding anak ekstrovert. Kemudian hal lain yang mempengaruhi minat remaja menonton televisi adalah karena program siaran yang ditayangkan di televisi sangat beraneka ragam, sehingga remaja dapat berkenalan dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi ditengah masyarakat, baik peristiwa di


(40)

dalam negeri maupun di dalam negeri. Berbagai alasan yang dianggap sangat mempengaruhi minat remaja menonton televisi, antara lain karena banyaknya siaran hiburan, film-film bagus, siaran pendidikan dan informasi, serta acara-acara menarik lainnya.

2.8Hubungan Antara Tayangan Sinetron Percintaan di Televisi dengan Perilaku Remaja

Televisi adalah merupakan bagian dari perlengkapan rumah, yang kerap kali dicerna namun sering pula berlebihan. Pesawat televisi tidak lagi merupakan barang mewah bagi keluarga dan kecenderungan pemilikan tv terus meningkat dari waktu ke waktu, apalagi dengan munculnya berbagai siaran yang menarik membuat masyarakat atau setiap keluarga tertarik untuk memilikinya.

Pesan-pesan yang disampaikan televisi didasarkan oleh fungsi yang diemban televisi yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan. Namun yang terjadi kini fungsi televisi adalah kebanyakan menghibur, kalaupun disajikan segi-segi informasi dan pendidikan, hanyalah sebagai pelengkap saja (Effendi, 1993:54).

Pendapat tersebut diatas tidak tanpa alasan, karena kalau memperhatikan tayangan televisi kita selama ini kebanyakan bemaksud memberikan hiburan. Sehingga muncul kekhawatiran akan pengaruh yang ditimbulkan terhadap penonton, apakah itu karena berita, film atau tayangan lainnya. Dari hasil penelitian indipenden yang secara berskala dilakukan Team Survey Research Indonesia (SRI) dalam menentukan posisi tayangan di mata pemirsa, cenderung


(41)

menunjukkan bahwa tayangan yang punya unsur seks dan kekerasan ternyata menjadi favorit pemirsa (Jurnal ISKI, 1995:7).

Adalah suatu hal yang tidak dapat disangkal, bahwa acara yang disajikan di televisi sangat mempengaruhi perkembangan psikologi yang sehat, juga sebagai salah satu sumber pengenalan nilai-nilai baru. Semuanya ini akan memperkaya kehidupan intelektual. Akan tetapi disamping itu televisi juga dapat merusak kehidupan remaja yaitu dengan adanya tingkah laku / perilaku negatif yang dapat diperoleh dari menonton televisi.

Acara tv dapat dinikmati oleh semua lapisan usia termasuk remaja, hal ini dapat dilihat dari program siaran yang disajikan mulai dari siaran program untuk orang tua, remaja, dan anak-anak. Namun tingkat kemampuan menyerap (memfilterisasi) dan mengolah acara tv berbeda sesuai dengan tingkat usia. Pada remaja yang berada pada masa transisi untuk pembentukan kepribadian sehingga remaja menjadi rentan terhadap stimuli perkembangan psikologisnya dan juga perilaku sehari-hari, karena proses peniruan itu cepat menyerang remaja dan seseorang melakukan tingkah laku sejauh ia mengidentifikasi dirinya dengan orang-orang tertentu (Kusumah, 1981:97).

2.9 Kerangka Pemikiran

Suatu penelitian tanpa memiliki kerangka berpikir yang kuat akan sulit bagi peneliti dalam menentukan kemana penelitian itu akan diarahkan. Menurut Rahmat (1990:67), teori mempunyai fungsi sebagai berikut:


(42)

1. Merupakan alat untuk mencapai satuan dan sistematis. Teori penting sekali dalam memperjelas pengetahuan sebagai dasar organisasi pemikiran. 2. Teori membimbing penelitian

Berdasarkan fungsi-fungsi teori tersebut maka peneliti akan mencari dan mengunakan teori-teori yang relevan sebagai pokok pikiran untuk memecahkan masalah.

Untuk menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan media massa terhadap perilaku penonton digunakan ”teori efek komunikasi”. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang. Dalam asumsi ini tersirat bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayanya. Robert (dalam Rahmat, 1990:247), beranggapan bahwa ”efek” hanyalah ”perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”.

Menurut Chaffe (dalam Rahmat, 1990:248), efek media massa adalah pendekatan pertama, dan pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang meliputi penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan konatif. Sedang pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa. Sikap dan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya (otomatis), tetapi perlu dibentuk dan dikembangkan. Pembentukan dan pengembangan sikap, dapat terjadi melalui proses pendidikan baik formal maupun


(43)

non formal, juga dapat melalui pengalaman langsung, maupun melalui pengalaman orang lain yang diperoleh lewat informasi dalam proses komunikasi.

Informasi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat membentuk atau menentukan sikap atau kelompok tersebut. Informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang berhubungan dengan sikap-sikap lain yang telah ada terlebih dahulu. Informasi yang sesuai dengan sikap yang telah ada dapat membentuk atau merubah sikap individu.

Informasi yang diterima individu lewat kegiatan komunikasi, dapat melalui komunikasi dengan antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi dengan media massa, maka media dan pesan-pesannya merupakan stimuli yang datang dan menyentuh indera dan organisma individu, dan selanjutnya akan berpengaruh memberi akibat pada terjadinya respons individu terhadap ide atau gagasan yang terkandung dalam media massa dapat berupa perubahan sikap. Dalam ilmu komunikasi proses itu dikenal lewat teori S-R (Stimulus-Respons), dimana dalam penelitian ini dipergunakan juga sebagai landasan teoritis. Menurut Effendy (1993:254), perubahan sikap itu meliputi komponen-komponen sikap, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Jadi media massa dapat memberi pengaruh atau efek kognitif, efek afektif dan efek konatif.

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau persepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek konatif disebut juga efek


(44)

behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rahmat, 1990:249).

Menurut Gunarsa (1991:4), perilaku adalah setiap cara reaksi atau respons manusia terhadap lingkungannya atau perilaku adalah aksi, reaksi terhadap perangsangan dari lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang bisa merangsang seseorang sehingga menimbulkan suatu tingkah laku yang terdiri dari kumpulan respons. Lingkungan meliputi segala hal yang di luar diri seseorang maupun di dalam dirinya, bersifat fisik maupun ide orang yang berpengaruh menjadi sumber rangsangan dapat memunculkan suatu reaksi.

Demikian juga dengan perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh hal-hal di luar dirinya maupun dari dirinya sendiri. Pengaruh lingkungan besar sekali termasuk lingkungan keluarga, sekolah, sosial budaya dan media massa. Apalagi remaja-remaja yang sedang mengikuti pendidikan dalam sekolah menengah, sekolah mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk konsep-konsep remaja tentang siapa dirinya dan menjadi apa kelak (Sulaiman, 1995:83). Guna memenuhi aspirasinya itulah remaja terus mencari apa yang dapat memenuhi kebutuhannya baik melalui orang tua, saudara, teman, guru, ataupun dengan menonton televisi.

Remaja (adoselen) adalah suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit memandang remaja sebagai anak-anak tetapi tidak juga sebagai orang dewasa. Dengan kata lain periode ini merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak


(45)

(childhood) kemasa dewasa (adulthood). Pada periode ini terjadi perubahan yang sangat berarti dalam segi psikologis, emosional, sosial dan intelektual (Sulaiman, 1995:1). Kemudian Gunarsa (1991:67), menambahkan bahwa dalam masa transisi inipun remaja mempunyai kesenangan-kesenangan antara lain:

 Ingin tahu segala peristiwa di lingkungan luas

 Berkeinginan mencoba segala hal yang belum diketahuinya

 Keinginan menjelajah ke alam sekitar, bukan hanya lingkungan dekat bahkan lingkungan yang lebih luas lagi

 Aktivitas berkelompok dengan berkumpul melakukan kegiatan bersama

Selanjutnya Sarwono (1991:219), menyatakan remaja berada dalam proses menentukan identitas diri, memiliki jiwa yang penuh gejolak (strum and drang) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat (khususnya kota-kota besar yang sudah dilanda sarana dan prasarana komunikasi), yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma. Kondisi intern dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masalah remaja lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia.

Dengan demikian, media massa dalam hal ini tayangan sinetron di televisi dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku individu (remaja). Adapun tv yang menayangkan sinetron percintaan, hanyalah salah satu variabel luar individu yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap, bagaimana media itu berpengaruh terhadap sikap individu (remaja), tergantung juga pada banyak hal, antara lain tergantung pada bagaimana individu merespons media massa itu sendiri. Namun tanggapan atau respons individu terhadap informasi


(46)

yang diterimanya mempunyai kadar yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang individu menerima informasi dan langsung berpartisipasi, adapula yang menerima hanya dalam batas-batas tertentu, bahkan ada yang bersifat skeptis terhadap informasi yang diterimanya.

Skema 1 Kerangka Pemikiran


(47)

2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:32). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Maka batasan konsep yang disusun adalah:

1. Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi (http://id.wikipedia.org). Sesuai dengan uraian sebelumnya maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sinetron percintaan adalah yang menceritakan kisah tentang percintaan/pacaran yang biasanya bertema romantisme.

2. Menurut Soekamto (1996:6), remaja adalah manusia muda yang sedang beranjak dari dunia kanak-kanak ke alam kedewasaan. Masa remaja yang disebut juga masa adolesensi atau masa pubertas berkisar antara umur 11-21 tahun. Dalam penelitian ini remaja adalah individu yang berusia 15-20 tahun yang dikaitkan dengan status kepelajarannya yaitu mereka yang duduk dibangku SMAN 8 Medan.

3. Perilaku adalah kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut, yang diwujudkan dalam gerak dan ucapan (Kamus Besar


(48)

Bahasa Indonesia, 1990). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah perubahan perilaku remaja kognitif (sikap), afektif (perasaan), dan behavioral (perilaku).

2.10.2 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1989:46), defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengukuran gejala-gejala yang diamati.

Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu hubungan menonton sinetron terhadap perilaku siswa di SMAN 8 Medan dengan melihat beberapa syarat:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini, adalah mononton sinetron di tv dengan indikator sebagai berikut:

a. Frekuensi menonton b. Waktu penayangan c. Tema

d. Teman Menonton e. Teman diskusi

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku, dengan indikator:


(49)

a. Aspek kognitif

- Perubahan Pengetahuan - Perubahan Sikap

b. Aspek afektif - Terpaan - Perhatian - Pemahaman c. Aspek konatif

- Menerima Langsung - Memilih Langsung - Menolak Langsung

3. Variabel antara: a. Jenis kelamin b. Usia

c. Agama

d. Pekerjaan orang tua e. Pendapatan orang tua f. Uang saku

g. Pola kepemimpinan orang tua h. Pola komunikasi


(50)

Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Dependent Variabel (Variabel Bebas) Menonton Sinetron di tv

Independent Variabel (Variabel Terikat)

Perilaku

Intervending Variabel (Variabel Antara)

Karakteristik Responden

a. Frekuensi menonton b. Waktu penayangan c. Tema

d. Teman Menonton e. Teman diskusi

a. Aspek kognitif

- Perubahan Pengetahuan - Perubahan Sikap

b. Aspek afektif - Terpaan - Perhatian - Pemahaman c. Aspek konatif

- Menerima Langsung - Memilih Langsung - Menolak Langsung

a. Jenis kelamin b. Usia


(51)

d. Pekerjaan orang tua e. Pendapatan orang tua f. Uang saku

g. Pola kepemimpinan orang tua h. Pola komunikasi

2.11. Hipotesis

Variabel adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Selanjutnya menurut Bungin (2005:75), variabel adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesi itu melalui penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini:

Ha: Terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

Ho: Tidak terdapat hubungan antara menonton sinetron di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah korelasional, yang bertujuan untuk mencari atau meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada satu arah atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena di SMA Negeri 8 Medan ini siswa bersangkutan ada yang cenderung bersikap permissif dan bebas dari aturan sekolah.

3.2.1 Jadwal Waktu Penelitian

Pengumpulan data di SMA Negeri 8 Medan dimulai pada hari Senin, 25 Februari 2008 s/d hari Senin, 3 Maret 2008.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMUN 8 Medan yang berjumlah 698 orang.


(53)

Tabel 1

Komposisi Siswa SMAN 8 Medan

KELAS

JENIS KELAMIN

JUMLAH L P

X 116 137 253 XI 103 112 215 XII 93 137 230

TOTAL 698 Sumber: Bagian Tata Usaha SMAN 8 Medan

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini besar sampel ditentukan sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:20), menyatakan jika jumlah sampel populasi lebih dari 100 maka yang diambil dapat sejumlah 10-20%. Maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari populasi yakni sebanyak 70 orang hal ini dilakukan adalah mengingat keterbatasan waktu dan dana peneliti.

Sedangkan teknik penarikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yang unit sampelnya disesuaikan dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria tersebut adalah: a) Terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 8 Medan; b) Suka menonton sinetron percintaan di televisi.

2. Selanjutnya setelah langkah di atas maka untuk penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (Random Sampling). Semua nama responden yang


(54)

memenuhi kriteria ditulis pada secarik kertas serta dimasukkan kedalam kotak, setelah dikocok lalu diundi. Nama-nama yang terpilih dalam undian itu menjadi sampel penelitian sehingga terpenuhi jumlah sampel yang diinginkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan melalui buku, majalah, serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data langsung pada objek yang diteliti sebagai data primer melalui:

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan tertulis dan disebarluaskan kepada responden.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak atau sumber yang dianggap perlu untuk melengkapi data yang kurang jelas.

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan di lapangan akan gejala atau fakta yang terdapat di lokasi objek penelitian.


(55)

3.5 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam tiga bentuk penyajian, yaitu:

1. Analisa tabel tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori. 2. Uji hipotesa

Tehnik analisa data yang digunakan untuk uji coba hipotesa dalam penelitian ini adalah analisa Product Moment oleh Bungin (2005:197):

N. XY – (Σ X) (Σ Y) rxy =

√[N.Σ X2 – (Σ X)2] [N.Σ Y2 – (Σ Y)2] Keterangan:

rxy = koefisien korelasi Product Moment N = jumlah individu dalam sampel X = angka mentah untuk variabel X Y = angka mentah untuk variabel Y


(56)

Kemudian untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford sebagai berikut (Sugiono, 1994:75):

1. < 0.199 = hubungan rendah sekali/lemah 2. 0.20 – 0.399 = hubungan rendah tapi pasti 3. 0.40 – 0.699 = hubungan cukup berarti 4. 0.70 – 0.899 = hubungan tinggi, kuat 5. > 0.90 = hubungan tinggi, kuat sekali


(57)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat SMA Negeri 8 Medan

SMA Negeri 8 Medan merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Kota Madya Medan. SMA Negeri 8 Medan ini berdiri pada tahun 1976. Sebelum Sekolah Menengah Atas ini berada di lokasi saat ini yang tepatnya di Jl. Sampali No. 23 Medan Kecamatan Medan Area dan Sekolah Menengah Atas ini mulanya berada di Jalan Thamrin Medan. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Medan ini merupakan bangunan bertingkat 3 yang bersebelahan dengan SLTPN 13 Medan dan bersebelahan dengan sebuah bengkel kendaraan.

Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Medan ini berdiri diatas tanah seluas 2.642 m2 yang terdiri atas beberapa sarana dan prasarana yang menunjang sistem pembelajaran yaitu ruang kelas sebanyak 18 ruangan, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 2 ruangn laboratorium IPA, 1 ruang tata usaha, lapangan, aula, kamar mandi, kantin dan mushola.


(58)

4.2. Personel atau tenaga pengajar yang ada di SMA Negeri 8 Medan

Tabel 2

Tenaga Pengajar SMA Negeri 8 Medan

No. Nama Lulusan Bidang Studi

1. Dra. Susmiati Sarjana Bahasa Indonesia

2. Drs. Tunggul Sitorus Sarjana Biologi

3. Drs. Mukhlis Sarjana Olahraga

4. Ramses P. Sihombing, BA. Sarjana Muda Kimia

5. Susni Swanti Pohan Sarjana Muda Bahasa Inggris 6. Rusti Panggabean Sarjana Muda Kimia

7. Dra. Masmuni Pane Sarjana Bahasa Indonesia

8. Hadir Ginting Sarjana Muda Kimia

9. Purnamawati, BA. Sarjana Muda Ekonomi 10. Ratna Tarigan, S.Pd Sarjana Biologi 11. Nursaid Siagian, S.Pd Sarjana Sejarah

12. Dra. Azwina Lubis, M.Pd Pasca Sarjana Adm. Pendidikan 13. Drs. Samuel Aritonang Sarjana Antropologi 14. Dra. Piolina Sinaga Sarjana Matematika 15. Elida Damanik Sarjana Muda Bahasa Jerman 16. Nursita Purba, S.Pd Sarjana Biologi

17. Mariani Sembiring, BA Sarjana Muda Civ. Hukum

18. Mawan Purba D3/A3 Bimb/Penyul.

19. Tianim Purba, BA Sarjana Muda Kimia

20. Zulkhulaifah Sihotang Sarjana Muda Bahasa Indonesia 21. Rosma Simamora Sarjana Muda Sejarah

22. Nurhaidayah Sarjana Muda Tarbiyah

23. Manna Banjarnahor D3/A3 IKK

24. Dormian Saragih, S.Pd Sarjana Fisika 25. Ramlan Sinipar, S.Pd Sarjana Olahraga


(59)

27. Drs. Yazwar Sarjana Biologi

28. Drs. Ajis Pakpahan Sarjana Fisika

29. Daswati Sigalingging, S.Pd Sarjana Matematika 30. Rut Maria Ginting, S.Pd Sarjana Fisika

31. Rosianna Sarjana Muda Fisika

32. Asima Samosir Sarjana Muda Pend. Agama Kristen

33. Dra. Rosmawati Sarjana Pend. Agama Islam

34. Dra. Rahimah, M.Sc Pasca Sarjana Pend. Agama Islam

35. Drs. Maryono Sarjana Fisika

36. Gembirawati Siregar, S.Pd., M.Pd Pasca Sarjana Bahasa Indonesia 37. Sori P. Marpaung, S.Pd Sarjana Fisika

38. Siti Rapiah Siregar, S.Pd Sarjana Geografi 39. Siang Robert Napitupulu, BA Sarjana Muda Seni Musik 40. Nurtaito Sianturi, S.Pd Sarjana Matematika

41. Herbin Manurung Sarjana Matematika

42. Minaria Pasaribu, BA Sarjana Muda Civ. Hukum Sumber: Bagian Tata Usaha SMAN 8 Medan


(60)

4.3. Fasilitas SMA Negeri 8 Medan

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki dan dapat dipergunakan oleh murid SMA Negeri 8 Medan adalah sama seperti Sekolah Menengah Atas pada umumnya yaitu, terdiri dari:

Tabel 3

Fasilitas-Fasilitas SMA Negeri 8 Medan

No. Fasilitas Jumlah (Unit)

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1

3. Ruang Guru 1

4. Ruang Belajar Murid 18

5. Ruang Tata Usaha 1

6. Aula 1

7. Laboratorium IPA 2

8. Ruang Komputer 1

9. Perpustakaan 1

10. Halaman/Lapangan Basket 1

11. Kantin 3

12. Kamar Mandi/WC 3

13. Rumah Penjaga Sekolah 1

14. Mushola 1


(61)

4.4. Komposisi Siswa SMA Negeri 8 Medan

Komposisi siswa/i SMA Negeri 8 Medan pada Tahun Ajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4

Komposisi Siswa SMAN 8 Medan

Sumber: Bagian Tata Usaha SMAN 8 Medan

KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

X

1 21 21 42

2 18 24 42

3 22 20 42

4 21 21 42

5 18 24 42

6 16 27 43

XI

IPA 1 22 16 38

IPA 2 12 22 34

IPA 3 16 17 33

IPA 4 12 20 32

IPS 1 20 20 40

IPS 2 21 17 38

XII

IPA 1 12 28 40

IPA 2 10 28 38

IPA 3 13 26 39

IPA 4 17 22 39

IPS 1 21 14 35

IPS 2 20 19 39


(62)

4.5. Struktur Organisasi SMA Negeri 8 Medan Skema 2


(63)

BAB V

ANALISA DATA

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui tehnik pengumpulan data penyebaran kuesioner kepada responden, ternyata semua kuesioner telah diisi dan memenuhi syarat untuk dianalisis. Data kuesioner yang telah terkumpul sebanyak 70 kuesioner dari 70 responden masih berupa data mentah yang harus diolah dan dianalisa agar dapat diambil suatu kesimpulan. Analisa data dilakukan melalui data statistik dengan menggunakan tabel tunggal dan tabel silang. Pengujian hipotesa melalui rumus uji statistik yaitu uji korelasi product moment.

5.1. Analisa Tabel Tunggal 5.1.1. Karakteristik Responden

TABEL 5

Jenis Kelamin Responden

No. Kategori Jumlah %

1. Laki-laki 25 35,7

2. Perempuan 45 64,3

Total 70 100

Sumber: P.1/FC.3

Tabel 6 menunjukkan bahwa 25 orang responden (35,7%) adalah berjenis kelamin laki-laki dan 45 orang (64,3%) adalah perempuan. Dari data ini dapat diketahui bahwa responden yang terpilih dalam penelitian ini lebih banyak


(64)

perempuan. Hal ini terjadi karena populasi sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

TABEL 6 Umur/Usia

No. Kategori Jumlah %

1. 15 Tahun 11 15,7

2. 16 Tahun 15 21,4

3. 17 Tahun 33 47,1

4 18 Tahun 11 15,7

Total 70 100

Sumber: P.2/FC.4

Data tabel 7 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (15,7%) berusia 15 tahun, 15 responden (21,4%) berusia 16 tahun, 33 responden (47,1%) berusia 17 tahun dan 11 responden (15,7%) berusia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang terpilih adalah siswa kelas X, kelas XI dan kelas XII.

TABEL 7 Agama

No. Kategori Jumlah %

1. Islam 50 71,4

2. Kristen Protestan 17 24,3

3. Kristen Khatolik 3 4,3

4. Budha - -

5. Hindu - -


(65)

Data tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 50 responden (71,4%), menganut agama Islam. Selanjutnya 17 responden (24,3%) menganut agama Kristen Protestan dan 3 responden (4,3%) menganut agama Kristen Khatolik. Sedangkan responden yang menganut agama Hindu dan Budha tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya mayoritas responden adalah beragama Islam.

TABEL 8

Pekerjaan Orang Tua Responden

No. Kategori Jumlah %

1. Petani - -

2. Buruh - -

3. Pegawai Negeri 21 30

4. Pegawai Swasta 11 15,7

5. Wiraswasta 35 50

6. Pensiunan 1 1,4

7. Pedagang 2 2,9

8. Lain-lain - -

Total 70 100

Sumber: P.4/FC.6

Data tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah wiraswasta sebanyak 35 orang (50%), sedangkan minoritas secara berurutan adalah pegawai negeri sebanyak 21 orang (30%), Pegawai swasta sebanyak 11 orang (15,7%), Pedagang sebanyak 2 orang (2,9%), dan pensiunan sebanyak 1 orang (1,4%). Selanjutnya dalam penelitian ini tidak satu pun responden yang terpilih yang orang tuanya memiliki pekerjaan sebagai petani dan buruh. Dengan demikian mereka yang bersekolah di SMA Negeri 8 Medan ini


(66)

adalah mereka yang memiliki orang tua yang berpenghasilan menengah keatas. Namun demikian bukan berarti bahwa sekolah ini tertutup bagi anak-anak yang orang tuanya bekerja sebagai petani atau buruh.

TABEL 9

Pendapatan Rata-Rata Orang Tua Responden Dalam Satu Bulan

No. Kategori Jumlah %

1. Rp.1.100.000 – Rp.2.000.000 55 78,5

2. Rp.2.100.000 – Rp.3.000.000 7 10

3. Rp.3.100.000 – Rp.4.000.000 6 8,6

4. Rp.4.100.000 – Rp.5.000.000 2 2,9

Total 70 100

Sumber: P.5/FC.7

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas pendapatan rata-rata orang tua responden dalam satu bulan adalah Rp.1.100.000 – Rp.2.000.000 sebanyak 55 orang (78,5%), kemudian minoritas secara berurutan adalah pendapatan Rp.2.100.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 7 orang (10%), Rp.3.100.000 – Rp.4.000.000 sebanyak 6 orang (8,6%) dan pendapatan Rp.4.100.000 – Rp.5.000.000 sebanyak 2 orang (2,9%).

Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa orang tua responden mayoritas termasuk golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang tua responden yang terpilih yang mayoritas berprofesi sebagai wiraswasta yang cukup berhasil dalam usahanya.


(67)

TABEL 10

Uang Saku Responden Dalam Sehari

No. Kategori Jumlah %

1. Kurang dari Rp.5.000 23 32,9

2. Rp.5.100 – Rp.7.000 18 25,7

3. Rp.7.100 – Rp.9.000 5 7,1

4. Rp.9.100 – Rp.12.000 23 32,9

5. Lebih dari Rp.12.000 1 1,4

Total 70 100

Sumber: P.6/FC.8

Dari tabel 11 diketahui bahwa responden yang memiliki uang saku dalam sehari kurang dari Rp.5.000 yaitu sebanyak 23 orang (32,9%), responden yang memiliki uang saku Rp.5.100 – Rp.7.000 sebanyak 18 orang (25,7%), responden yang memiliki uang saku Rp.7.100 – Rp.9.000 sebanyak 5 orang (7,1%), responden yang memiliki uang saku Rp. 9.100 – Rp.12.000 sebanyak 23 orang (32,9%), dan responden yang memiliki uang saku lebih dari Rp.12.000 sebanyak 1 orang (1,4%).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang tua responden yang mayoritas termasuk golongan ekonomi menengah keatas cukup disiplin dalam memberi uang saku kepada anaknya. Namun dari hasil wawancara, sebagian besar responden berpendapat bahwa uang saku yang dimilikinya masih kurang terutama bagi mereka yang hanya memiliki uang saku kurang dari Rp.5.000,-.


(68)

TABEL 11

Menentukan Tayangan Televisi

No. Kategori Jumlah %

1. Tidak Pernah 19 27,1

2. Jarang 35 50

3. Sering 13 18,6

4. Sering Sekali 3 4,3

Total 70 100

Sumber: P.7/FC.9

Dari tabel 12 diketahui bahwa, sebagian besar orang tua responden menentukan tayangan yang di tonton adalah menyatakan tidak pernah yaitu sebanyak 19 orang (27,1%), sebanyak 35 orang (50%) menyatakan jarang, kemudian 13 orang (18,6%) menyatakan sering. Namun terdapat responden sebanyak 3 orang (4,3%) yang menyatakan bahwa sering sekali orang tua menentukan acara tayangan televisi yang akan di tonton.

Hal ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat dibutuhkan dalam menentukan acara tayangan televisi yang akan di tonton anak, orang tua harus lebih selektif terhadap tayangan yang pantas di tonton dan tayangan televisi yang tidak pantas untuk di tonton. Kondisi seperti ini akan menjadi benteng yang kokoh bagi anak dalam menyaring gencarnya tayangan televisi.


(69)

TABEL 12

Distribusi Frekuensi Orang Tua Memberikan Bimbingan Saat Menonton

No. Kategori Jumlah %

1. Tidak Pernah 3 4,3

2. Jarang 26 37,1

3. Sering 34 48,6

4. Sering Sekali 7 10

Total 70 100

Sumber: P.8/FC.10

Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (4,3%) menyatakan tidak pernah orang tua responden memberikan bimbingan saat menonton, sebanyak 26 orang (37,1%) menyatakan jarang orang tua responden memberikan bimbingan saat menonton, sebanyak 34 orang (48,6%) menyatakan sering orang tua responden memberikan bimbingan saat menonton, dan sebanyak 7 orang (10%) menyatakan sering sekali orang tua responden memberikan bimbingan saat menonton.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas orang tua responden selalu menjadi pendamping dan memberikan bimbingan pada saat anak menonton. Acara-acara mana yang pantas ditonton bagi anak mereka. Hal ini disebabkan karena kekhawatiran orang tua terhadap kemampuan berpikir anak masih relatif sederhana. Mereka masih sulit membedakan mana perilaku/tayangan yang fiktif dan mana yang memang kisah nyata. Mereka juga masih sulit memilah-milah perilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma agama.


(1)

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dari lapangan yang dilakukan penulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas responden (siswa) dalam penelitian sering menonton sinetron percintaan di televisi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 14 yakni sebanyak 36 orang (51,4%). Dan mayoritas responden menghabiskan waktunya menonton sinetron percintaan selama 2 jam dalam sehari yaitu sebanyak 38 orang (54,3%).

2. Televisi swasta yang sering ditonton dan menjadi favorite responden yaitu stasiun televisi RCTI dan SCTV, hal ini dapat dilihat pada tabel 16. Selain itu waktu dan judul sinetron yang sering ditonton responden (siswa) yaitu sinetron Azizah dan cahaya yang tayang pada pukul 20.00 WIB.

3. Bahwa sinetron-sinetron pada saat sekarang ini khususnya sinetron yang bertemakan percintaan sangat minim kualitas dan kurang edukatif.

4. Sinetron membawa efek perubahan terhadap perubahan perilaku siswa dalam berbagai hal kehidupan maupun dalam keberadaannya sebagai siswa. Perubahan tersebut berada pada tahap: perubahan gaya bicara, cara bergaul, pola konsumsi, cara berpikir, dan mendandan suatu hal sampai kepada pengidentikkan diri terhadap salah satu figur dari sinetron tersebut.


(2)

5. Sinetron percintaan / sinetron remaja Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi persepsi siswa SMA Negeri 8 Medan, dalam berperilaku, memandang hidup dan kehidupan dunia remaja.

6. Dari hasil analisa korelasi product moment diperoleh rxy= 0,549. dengan demikian hubungan antara variabel adalah signifikan. Jadi, menonton sinetron percintaan di televisi mempunyai dampak yang signifikan terhadap perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan.

7. Berdasarkan skala Guilford dapat dinyatakan bahwa rxy= 0,549 berarti terdapat hubungan yang cukup berarti. Artinya hubungan antara menonton sinetron percintaan di televisi dengan perilaku siswa SMA Negeri 8 Medan, sangat berkaitan.

8. Berdasarkan uji hipotesa, bahwa hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian diperoleh nilai rxy adalah 0,549. Berdasarkan tabel nilai-nilai product moment, taraf signifikan 5% dengan N=70 adalah 0,235, sedangkan taraf signifikan 1% terdapat nilai 0,306. Jadi, baik dengan taraf signifikan 5% atau 1% diperoleh nilai rxy lebih besar dari nilai-nilai tabel atau lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis (0,549 > 0,235 dan 0,306).


(3)

6.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada pihak penyelenggara siaran televisi sebaiknya lebih memperhatikan acara/siaran yang akan ditayangkan, sehingga acara/siaran tersebut benar-benar mendidik sekaligus menghibur.

2. Kepada pihak Lembaga Sensor Film supaya benar-benar bertanggung jawab dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena tugas dan tanggung jawabnya berhubungan dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di tengah kehidupan masyarakat.

3. Kepada pemirsa/penonton setia televisi, khususnya orang tua sebaiknya mendampingi anak dalam menonton atau setidak-tidaknya memperhatikan acara/siaran yang sedang ditonton anaknya, dan berusaha menanamkan nilai-nilai moral Sejak dini kepada anak, karena keluarga merupakan sumber pertama dan utama bagi sosialisasi anak.

4. Pemerintah harus lebih selektif dan memberikan perhatian terhadap tingkat edukasi masyarakat yang disampaikan melalui media elektronik terutama televisi yang menjadi sarana maupun media informasi favorit masyarakat. 5. Perlu adanya filterisasi dalam penayangan sinetron yang ada saat ini, seperti

perlu adanya pengurangan unsur-unsur yang tidak bersifat edukatif dan adegan yang berbau kekerasan, seksual, dan hedonisme. Karena pada umumnya, anak remaja Sangat cepat menerima sesuatu yang “baru” yang belum tentu cocok dengan kepribadiannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media.

Bahri, Saiful. 1998. Film Aksyen dan Perilaku Kekerasan Remaja. Medan: Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Cangara, Hafield. 1998. Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Dewi, Rakhmayani. 2004. Pengaruh Menonton TV Terhadap Kenakalan Anak.

Medan: Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya.

Gunarsa, D. Singgih. 1991. Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kusumah, Mulyana. W. 1981. Aneka Permasalahan dalam Ruang Lingkup

Kriminologi. Bandung: Alumni.

Rahmat, Jalaluddin. 1990. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja


(5)

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Sugiono. 1994. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alphabeta. Soekamto, Soejono. 1996. Remaja dan Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulia. Sulaiman, Dadang. 1995. Psikologi Remaja. Bandung: Mandar Maju.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Edisi Kedua 2000. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sarwono, Sarlito. W. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Winarso, Heru Puji. 2005 Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka

Sumber lain:

Gumilar, Gumgum. 2007. Menyikapi Tayangan di Televisi Indonesia. Diakses 24 Maret 2008. Pukul 14.00WIB. (http://www.google.com/tayangan tugas sinetron religi).

http://www.depkes.go.id/downloads/Psikososial.PDF. Diakses 29 Januari 2008 Pukul 16.00 WIB.

http://silabus.upi.edu/?link=detail&code=PSI%20504

http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_elektronik. Diakses 5 Desember 2007 Pukul 15.00 WIB.

http://koleseloyola.com/forum/archive/index.php/t-4666.html. Diakses 20 Januari 2008.


(6)

Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. 1995. Kekerasan di Televisi. Edisi 7 Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990.

Kuswita, Herry. 1999. Dampak Isi Pesan Media Massa. Jurnal Teknologi Pendidikan. Edisi No.7/IV/Teknodik/Oktober/1999.

Purnawan, Iwan. 2007. Seksualitas. Diakses 29 Januari 2008. Pukul 16.30 WIB. (http://www.unsoed.ac.id/cmsfak/UserFiles/File/PSKp/linklokal/seksuali tas%20new.doc)

Sadiman, Arief S. 1999. Pengaruh Televisi pada Perubahan Perilaku (Beberapa

Pokok Pikiran), Jurnal Teknodik. Edisi

No.7/IV/Teknodik/Oktober/1999.

Utami, Sri. 2007. Seks Pelajar Memprihatinkan. Diakses 4 Desember 2007. Pukul

16.00 WIB. (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/092007/01/pakuan/bogor01.h