11
pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sasaran- sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.5 Asimetri Informasi
Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko
perusahaan. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan dan
kepentingan untuk memaksimumkan utility bagi dirinya dikarenakan pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak
lainnya. Atasan atau pemegang kuasa anggaran mungkin mempunyai pengetahuan
yang lebih dari pada bawahan atau pelaksana anggaran mengenai unit tanggung jawab bawahan atau pelaksana anggaran ataupun sebaliknya. Kemungkinan yang
pertama terjadi, akan muncul tuntutan yang lebih besar dari atasan atau pemegang kuasa anggaran kepada bawahan atau pelaksana anggaran terlalu tinggi.
Kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan atau pelaksana anggaran akan menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai.
Anthony dan Govindarajan 2005: 270 menyatakan bahwa kondisi asimetri informasi muncul dalam teori keagenan agency theory, yakni principal atasan
memberikan wewenang kepada agen bawahan untuk mengatur perusahaan atau organisasi. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi
tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan yang ingin dicapai. Informasi asimetri
12
timbul dalam teori keagenan agency theory yaitu teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen yang diungkapkan oleh Jensen Meckling
1976. Dalam teori keagenan salah satu pihak yang bertindak sebagai prinsipal
membuat suatu kontrak dengan pihak lain yang bertindak sebagai agen dengan harapan bahwa agen akan melaksanakan pekerjaan seperti yang diinginkan
prinsipal. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai. Manajamen
tingkat atas harus menggunakan informasi yang akurat baik dalam hal waktu dan kondisi yang ada pada saat itu.
Teori keagenan agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik dalam hal ini adalah pemegang saham
sebagai prinsipal.Para manajemen tingkat bawah lebih mengetahui informasi yang sebenarnya mengenai aktivitas perusahaan di lapangan dibanding atasan. Jika
atasan dapat memperoleh semua informasi yang dimiliki oleh bawahan maka atasan akan lebih mudah membuat keputusan.
Konsep asimetri informasi yaitu atasan anggaran mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun sebaliknya. Bila
kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian target anggaran
yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang
dimungkinkan untuk dicapai.
13
Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut asimetri informasi.
Dengan adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk
kepentingan sendiri. Eisenhardt 1989 mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu:
1. Manusia pada umunya mementingkan diri sendiri self interest, 2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
bounded rationality 3. Manusia selalu menghindari resiko risk adverse.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan
reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2.1.6 Budaya Organisasi