EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MULANG TIYUH DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI DI KAMPUNG SIMPANG ASAM KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM MULANG TIYUH DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PETANI

DI KAMPUNG SIMPANG ASAM KECAMATAN BANJIT KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

GEMMA REKA YASSA

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah para petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan dihadapkan pada berbagai keterbatasan dalam melaksanakan usaha taninya. Beberapa masalah tersebut adalah masih digunakannya teknologi sederhana atau manual dalam mengolah lahan pertanian, sistem bercocok tanam yang belum optimal, dan keterbatasan dana atau modal dalam melaksanakan usaha pertanian. Oleh karena itu diperlukan Program Mulang Tiyuh (pulang kampung) sebagai salah satu program pembangunan yang dicanangkan oleh Bupati Way Kanan Bustami Zainudin, yang pada intinya mengajak kepada para tokoh dan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Way Kanan untuk pulang kampung dalam rangka membangun daerah, khususnya di bidang pertanian.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?” Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.


(2)

Banjit, Pemerintah Kampung Simpang Asam dan Perwakilan Petani di Kampung Simpang Asam. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif, dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Program Mulang Tiyuh yang laksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan telah terlaksana secara efektif, sebagai program kearifan lokal, yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga pelaksanaan pembangunan daerah dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Melalui program ini pemberdayaan masyarakat petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit dapat dilakukan secara berkelanjutan dan terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang lebih maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat daerah lainnya.


(3)

EFFECTIVENESS OF MULANG TIYUH PROGRAM IN EMPOWERMENT FARMERS AT SIMPANG ASAM VILLAGE BANJIT

WAY KANAN REGENCY By

Gemma Reka Yassa

Problem in this research is that farmers in Simpang Asam Village Banjit Way Kanan Regency faced with various constraints in carrying out their farm. Some problems are still modest, or technologies used in the manual processing of agricultural land, farming systems are not optimal, and limited funds or capital in the agricultural implement business. It is therefore necessary Mulang Tiyuh (return home) Program as one of the development program, announced by the Regent of Way Kanan Bustami Zainudin, which basically invites the leaders and people from Way Kanan Regency to return home in order to build a building area, particularly in agriculture. The formulation of this research is: "How is the Effectiveness of Mulang Tiyuh Program in Empowerment Farmers at Simpang Asam Village Banjit Way Kanan Regency?” The aim of this research is to determine the Effectiveness of Mulang Tiyuh Program In Empowerment Farmers At Simpang Asam Village Banjit Way Kanan Regency.


(4)

District, Government of Simpang Asam Village and Farmers of Simpang Asam Village. Data was collected through interviews and documentation. Data analysis was conducted qualitatively, with the stages of data reduction, data presentation and verification of data or inferences.

The results of this study indicate that Mulang Tiyuh program has implemented effectively, a program of local wisdom, arranged in a systematic and continuous, so that the implementation of regional development can be felt directly by the public. Through this program empowerment of farming communities in Simpang Asam Village can be done and planned to transform an area inhabited by people with different socio-economic problems and physical limitations, it becomes more developed regions with the community that the quality of life equal to or not far behind compared with other regional communities.


(5)

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini sesuai dengan kondisi wilayah Republik Indonesia sebagai negara agraris. Sektor pertanian memberikan kontribusinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sebagai penopang perekonomian masyarakat maka sektor pertanian berbasis di perdesaan, maka masyarakat pada umumnya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Masyarakat pedesaan sebagai petani dihadapkan pada berbagai permasalahan dalam melaksanakan aktivitas usahanya di bidang pertanian.

Beberapa permasalahan yang dihadapi petani dalam usaha pertaniannya di antaranya adalah keterbatasan teknologi pertanian yang modern. Para petani masih menggunakan teknologi sederhana atau manual dalam mengolah lahan pertanian, sedangkan tuntutan produktvitas hasil-hasil pertanian adalah tersedianya teknologi pertanian modern. Teknologi ini merupakan perangkat alat pertanian yang tepat dalam sasaran dan berguna dari segi pemanfaatan, atau dikenal dengan istilah teknologi tepat guna (Mardikanto, 2003: 51).


(6)

Suatu teknologi dapat dikatakan tepat guna apabila secara teknis mudah dilakukan, secara finansial (ekonomi) menguntungkan, secara sosial budaya diterima masyarakat; dan tidak merusak lingkungan. Pembangunan dalam bidang pertanian tidak akan berkembang tanpa ada perubahan dalam bidang teknologi, karena teknologi merupakan input dalam usahatani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan serta taraf hidup petani. Tingkat pendapatan dan produksi yang dicapai petani tergantung sejauhmana tingkat penerapan teknologi yang dianjurkan telah dipraktikkan oleh mereka di lapangan, dengan demikian keberhasilan petani pada akhirnya dapat dilihat dari tingkat penerapan teknologi baru yang telah dicapai petani (Mardikanto, 2003: 52).

Permasalahan lain yang dihadapi petani adalah sistem bercocok tanam yang belum optimal, pada umumnya petani masih menerapkan pola pertanian tradisional yang turun temurun diwariskan oleh orang orang tua atau tradisi masyarakat. Padahal dengan pola pertanian yang modern dapat meningkatkan produktivitas usaha tani yang terus menerus dan berkelanjutan. Adanya pola pertanian yang modern maka diharapkan produksi dapat meningkat baik dalam jumlah maupun mutunya. Selain itu masalah yang juga dihadapi para petani adalah keterbatasan dana atau modal dalam melaksanakan usaha pertanian, sehingga membuka kesempatan bagi para rentenir untuk meminjamkan modal usaha kepada para petani dengan bunga yang tinggi dan merugikan petani.

Berbagai permasalahan tersebut merupakan hal yang dialami oleh para petani dan harus segera dicarikan solusi terbaiknya, mengingat sektor pertanian merupakan sektor yang tangguh dalam perekonomian nasional. Tangguhnya sektor pertanian


(7)

antara lain disebabkan karena (1) Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dalam ketersediaan sumberdaya alam yang menjadi penyangga utama kegiatan sektor pertanian, (2) secara institusiaonal sektor pertanian yang relatif tradisional terlindung dari pengaruh eksternal yang merugikan karena keterbatasan kaitan (lingkage) sektor tersebut dengan sektor manufaktur yang berorientasi keluar, (3) sektor pertanian terdiri dari banyak rumah tangga tani, perusahaan kecil menengah sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan internal, dan (4) sumberdaya alam Indonesia sangat beragam diantara wilayah sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan antar wilayah yang ekstensif (Irawan Sukamto, 2004: 14-15).

Salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan dalam pembangunan sektor pertanian dan membantu para petani untuk dapat keluar dari berbagai permasalah yang ada tersebut adalah dengan melaksanakan Program Mulang Tiyuh (Pulang Kampung Membangun Desa). Program Mulang Tiyuh (pulang kampung) merupakan salah satu program pembangunan yang dicanangkan oleh Bupati Way Kanan Bustami Zainudin, yang pada intinya mengajak kepada para tokoh dan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Way Kanan untuk pulang kampung dalam rangka membangun membangun daerah. Maksud Program Mulang Tiyuh adalah agar masyarakat yang lahir di Waykanan tidak hanya menumpang lahir, namun juga ikut membangun daerah. Program ini diresmikan oleh Menko Kesra HR Agung Laksono di Kampung Bratayudha, Kecamatan Blambanganumpu, Kabupaten Waykanan pada hari Sabtu 22 Januari 2011 yang lalu. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Wakil Gubernur


(8)

Provinsi Lampung Joko Umar Said, Bupati dan Wakil Bupati Waykanan Bustami Zainudin dan Raden Nasution Husin.

Bupati Kabupaten Waykanan Bustami Zainudin mengatakan Mulang tiyuh dilakukan untuk pengembangan Waykanan, oleh karena itu Bupati mengajak putra-putri Waykanan yang merantau untuk berpartisipasi membangun daerahnya, sebab membangun Waykanan tidak hanya cukup dengan bupati dan wakil bupati, tetapi putra-putri Waykanan yang berada di perantauan berpartisipasi membangun daerahnya, khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini selaras dengan visi Kabupaten Way Kanan, yaitu “Way Kanan Bumi Petani” (Bustami Zainudin, 2011: 3).

Program Mulang Tiyuh tersebut pada dasarnya sesuai dengan keadaan kehidupan masyarakat di pedesaan yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Program ini merupakan hal yang sangat positif, sebab sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih terus harus dikembangkan guna mewujudkan tujuan bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur sejahtera. Melalui Program Mulang Tiyuh diharapkan akan terjadi transformasi pertanian dengan mengembangkan teknologi pertanian sebagai langkah strategis dalam penanggulangan kemiskinan.


(9)

Pemberdayaan petani melalui program Mulang Tiyuh didasarkan pada semangat penanggulangan kemiskinan yang umumnya terjadi di wilayah pedesaan. Kemiskinan menunjukkan suatu keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini, dipahami sebagai situasi kelangkaan barang dan pelayanan dasar. Selain itu juga, kekurangan kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat termasuk di dalamnya pendidikan dan informasi, bisa dikategorikan sebagai bentuk kemiskinan.

Kewajiban pengentasan kemiskinan pada dasarnya bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa, sehingga diharapkan adanya komitmen bersama dari segenap komponen (stakeholder) untuk melakukan gerakan mengatasi kemiskinan, demikian pula halnya dengan putra putri Kabupaten Way Kanan yang telah berhasil secara sosial dan ekonomi di luar kabupaten untuk pulang kampung (mulang tiyuh) ke Kabupaten Way Kanan dan ikut berperan aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam konteks pengentasan kemiskinan.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari


(10)

kesakitan, (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka (Ife dalam Suharto, 2005: 58).

Pemberdayaan sebagai tujuan, menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses, demikian pula halnya dengan proses pemberdayaan petani sebagai bagian dari masyarakat miskin di pedesaan, yang akan dicapai melalui program mulang tiyuh oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan.

Program Mulang Tiyuh ini sesuai dengan strategi pembangunan Pemerintah Kabupaten Way Kanan (Bustami Zainudin, 2011: 5), yaitu sebagai berikut:

1. Mengkonsentrasikan wilayah pengembangan komoditas unggulan (didasarkan pada kesesuaian agreokologi, wilayah dan penggunaan lahan)

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyuluhan, pelatihan dan pembinaan kemampuan bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis, sehingga SDM mendapat peningkatan agroteknik dan wawasan agribisnis.

3. Melakukan pengembangan produk dari komoditas unggulan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan


(11)

4. Melakukan pemantapan peran kelembagaan pendukung (penguatan litbang, lembaga pengkreditan, kelompok tani, koperasi dan lain-lain)

5. Membangun prasarana penyediaan sarana yang memadai dibutuhkan untuk pengembangan system dan usaha agribisnis.

6. Mewujudkan kemudahan pelayanan pada masyarakat

7. Membangun semangat kemandirian masyarakat dan kebersamaan seluruh pemangku kepentingan

Dasar hukum mengenai Program Mulang Tiyuh ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Menurut Pasal 1 huruf h dinyatakan bahwa otonomi daerah bertujuan untuk demokratisasi, pemberdayaan, dan pelayanan masyarakat dan dalam rangka itu, kepada daerah otonom diserahkan sejumlah kewenangan untuk mengatur daerahnya. Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus dan mengurus rumah tangganya sendiri, kepentingan masyarakat setempat menuntut prakarsa sendiri, kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hukum operasionalnya adalah Keputusan Bupati Way Kanan Nomor: B.25/III.10-WK/HK/2011 Tentang Kegiatan Harian Mulang Tiyuh Bupati Way Kanan.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sebagian besar penduduk Kampung Simpang Asam bekerja sebagai petani, dari total 951 Kepala Keluarga (KK), terdapat 919 KK atau 96,64% bekerja


(12)

sebagai petani, sementara itu sisanya 16 KK atau 1,68% bekerja sebagai pedagang dan 16 KK atau 1,68% bekerja sebagai PNS.

2. Para petani di Kampung Simpang Asam dihadapkan pada berbagai masalah dalam melaksanakan usaha pertanian, di antaranya sebagai berikut:

a) Peralatan pertanian yang digunakan di Kampung Simpang Asam masih bersifat tradisional, seperti pemanfaat tenaga kerbau untuk membajak sawah, pemupukan tanaman yang masih menggunakan pupuk hewani b) Saluran irigasi yang belum baik dan masih besarnya areal persawahan

tadah hujan, sehingga panen hanya 1 tahun sekali.

c) Pemanfaatan lahan pertanian yang kurang optimal sehingga produktivitas lahan untuk memproduksi hasil-hasil pertanian rendah

d) Modal usaha di bidang pertanian yang masih kecil, belum adanya Koperasi Petani.

(Sumber: Kampung Simpang AsamKecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan Tahun 2011)

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian untuk mengkaji efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan?”


(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat berguna untuk pengembangan bidang kajian Ilmu Pemerintahan, khususnya kajian mengenai efektivitas pelaksanaan program mulang tiyuh untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan petani.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Kabupatan Way Kanan dalam mengembangkan program dan kebijakan lokal dalam konteks pemberdayaan masyarakat, khususnya di era otonomi daerah.


(14)

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 119), efektif didefinisikan sebagai usaha atau tindakan yang ada efeknya, yaitu akibat, pengaruh, serta dampaknya, serta dapat memberikan hasil dan berhasil guna.

Menurut Hasibuan (2002: 120), efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukkan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis, baru dikatakan efisisen.

Menurut Andrian (2001:12), efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut, dengan memberdayakan seluruh potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya dana yang ada. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan alat-alat yang dikeluarkan.


(15)

Menurut Martiman (2001:12), efektivitas adalah suatu pencapaian hasil pekerjaan yang memiliki tujuan, sumber daya manusia pelaksana dan pengawas, jangka waktu, sumber dana dan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam artian bahwa hasil pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Efektivitas berkaitan erat dalam kemampuan sumber daya manusia memanfaat potensi yang ada. Efektivitas menunjukkan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal dengan ciri yaitu adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan hasil kerja secara berkesinambungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah suatu keadaan di mana aktivitas atau kegiatan dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah disusun sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal.

2. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung (Istianto, 2009: 15). Hampir tidak berbeda dengan pendapat tersebut, Aksa (2005: 6), mengungkapkan bahwa pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.

Pelayanan publik menurut Widodo (2002: 269), adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Kemudian, menurut Thoha (1991) dalam Utoyo dan Tresiana (2004: 11), dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh


(16)

seseorang/sekelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Menurut Moenir (2001: 13), pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Tujuan pelayanan publik adalah mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh pemerintah.

Selanjutnya menurut Moenir (2001: 13), pelayanan publik harus mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut:

a) Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak;

b) Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas;

c) Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

d) Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya.


(17)

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah suatu bentuk pemberian layananan oleh suatu instansi untuk memberikan kemudahan dan bantuan, dengan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Menurut Passolong (2007: 42-46), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan publik yang antara lain sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi

Struktur adalah susunan berupa kerangka yang memberikan bentuk dan wujud, dengan demikian akan terlihat prosedur kerjanya. Dalam organisasi pemerintahan, prosedur merupakan sesuatu rangkaian tindakan yang ditetapkan lebih dulu, yang harus dilalui untuk mengerjakan sesuatu tugas. Struktur organisasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan karakteristik-karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi di dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial atau nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan

Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaaksi yang akan diikuti. Struktur organisasi mempunyai tiga komponen, yaitu: kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi. Kompleksitas berarti dalam struktur orgaisasi mempertimbangkan tingkat differensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Formalisasi berarti dalam struktur organisasi


(18)

memuat tentang tata cara atau prosedur bagaimana kegiatan dilaksanakan (Standard Operating Prosedures), apa yang boleh dan tidak dapat dilakukan. Sentralisasi berarti dalam struktur organisasi memuattentang kewenangan pengambilan keputusan, apakah disentralisasi atau didesentralisasi.

Berdasarkan pengertian dan fungsi struktur organisasi tersebut menunjukkan bahwa struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, sehingga dengan demikian struktur organisasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.

b. Kemampuan Aparat

Aparatur pemerintah, adalah kumpulan manusia yang mengabdi pada kepentingan negara dan pemerintahan dan berkedudukan sebagai pegawai negeri. Aparatur pemerintah adalah seluruh jajaran pelaksana pemerintah yang memperoleh kewenangannya berdasarkan pendelegasian dari Presiden. Aparatur negara atau aparatur adalah pelaksana kegiatan dan proses penyelenggaraan pemerintahan, baik yang bekerja dalam badan eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun mereka yang sebagai TNI dan pegawai negeri sipil pusat dan daerah yang ditetapkan dengan peraturan peraturan pemerintah

Aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut adanya kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku yang memadai, sesuai dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini Sementara itu, konsep lain mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang melakukan


(19)

hal yang bersifat mental atau fisik, sedangkan skill atau keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Moenir A.S. (2001: 44), bahwa dalam hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan aparat sangat berperan penting dalam hal ikut menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Kemampuan aparat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu tingkat pendidikan, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal, kemampuan melakukan kerja sama, kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan organisasi, kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan, kecepatan dalam melaksanakan tugas, tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik, tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada atasan, tingkat keikut sertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan bidang tugas.

c. Sistem Pelayanan

Definisi sistem adalah suatu jaringan yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dalam suatu usaha atau urusan. Sistem pelayanaan merupakan suatu kebulatan dari keseluruhan yang kompleks teroganisisr, berupa suatu himpunan perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan dari keseluruhan yang utuh.

Menurut Pamudji (1998: 17), untuk sistem pelayanan perlu diperhatikan apakah ada pedoman pelayanan, syarat pelayanan yang jelas, batas waktu, biaya atau tarif, prosedur, buku panduan, media informasi terpadu saling menghargai dari masing-masing unit terkait atau unit terkait dengan


(20)

masyarakat yang membutuhkan pelayanan itu sendiri Sistem pelayanan adalah kesatuan yang utuh dari rangkaian pelayann yang saling terkait, bagian atau anak cabang dari suatu sistem pelayanan terganggu maka akan menganggu pula keseluruhan palayanan itu sendiri. Dalam hal ini apabila salah satu unsur pelayanan sepertinggi mahalnya biaya, kualitasnya rendah atau lamanya waktu pengurusan maka akan merusak citra pelayanan di suatu tempat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sistem pelayanan yang berkualitas pelayanan publik harus memperhatikan kenyamanan dalam memperoleh pelayanan berkait dengan lokasi tempat pelayanan; kejelasan informasi tentang pelayanan yang diberikan dan perlindungan terhadap dampak hasil pelayanan.

B. Program

1. Pengertian Program

Menurut Jogianto (2002: 12), yang dimaksud dengan program adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.

Sementara itu menurut Hasibuan (2001: 35), program adalah setiap sesuatu yang terdiri atas objek-objek, atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang bertata kait dan bertata hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu.


(21)

Program merupakan suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah variabel yang berinteraksi suatu program pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan dengan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan kegiatan utama dari suatu organisasi.

Menurut Baridwan (2000: 3), program adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh (terintegrasi) untuk melaksanakan kegiatan organisasi dalam rangkai mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program terdiri dari beberapa komponen atau subbagian yang saling berhubungan dan tersusun sedemikian rupa dan yang bersama-sama hendak mempunyai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu program terdiri dari unsur-unsur yang dapat dikenal sebagai saling bergantungan karena mempunyai tujuan yang sama.

2. Karakteristik Program

Menurut Jogianto (2002: 14-16), beberapa karasteristik suatu program adalah sebagai berikut:

a) Komponen Program

Merupakan dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi yang saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen program atau elemen–elemen program berupa suatu subbagian atau bagian dari program tersebut.


(22)

b) Batas Program

Merupakan daerah yang membatasi antara suatu program dengan program yang lainya atau dengan lingkungan luarnya. Batas program ini memungkinkan suatu program dipandang sebagai satu kesatuan batas suatu program menunjukkan ruang lingkup dari program tersebut.

c) Lingkungan Luar Program (environment)

Merupakan segala sesuatu diluar batas program yang mempengaruhi operasi program. Lingkungan luar program dapat bersifat menguntungkan dan merugikan program tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari program dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan menggaggu kelangsungan hidup dari program.

d) Penghubung Program (interface)

Merupakan media penghubung antara satu subbagian dengan subbagian yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subbagian ke subbagian yang lainnya. Keluaran (output) dari satu subbagian akan menjadi masukan (input) untuk subbagian yang lainnya melalui penghubung.

e) Masukan Program (output)

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam program. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi masuk, agar program dapat beroperasi.


(23)

f) Keluaran Program (out put)

Merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukkan untuk sub program yang lain atau kepada supra program.

g) Pengolah Program

Merupakan suatu program dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

h) Sasaran Program

Suatu program pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objectives). Kalau suatu program tidak mempunyai sasaran, maka operasi program tidak akan ada gunanya. Sasaran dari program sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan program dan keluaran yang akan dihasilkan program.

3. Klasifikasi Program

Menurut Jogianto (2001: 17-18), program dikalisifikasikan menjadi: a) Program Abstrak dan Program Fisik

Program abstrak adalah program yang berupa pemikiran atau ide–ide yang tidak tampak secara fisik. Program fisik merupakan program yang ada secara fisik.

b) Program Alamiah dan Program Buatan Manusia

Program alamiah adalah program yang terjadi melalui program alam tidak dibuat manusia. Program buatan manusia merupakan program yang dirancang manusia


(24)

c) Program Tertentu dan Program tak tentu.

Program tertentu beropersi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprekdiksi. Program tak tentu adalah program yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

d) Program Tertutup dan Program Tak Tertutup

Program tertutup merupakan program yang berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem terbuka program yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.

4. Program dalam Suatu Organisasi

Menurut Handoko (2006: 13), program dalam suatu organisasi adalah suatu proses penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan.Program merupakan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai. Jika dicermati, maka defenisi program tersebut mencakup dua hal sebagaimana dikemukakan dalam defenisi sebelumnya, yaitu memuat program dan taktik.

Hamel dan Prahald dalam Handoko (2006: 14) menyusun konsep program dengan prespektif “kompetensi inti” sebagai titik tekan yang penting, sehingga program merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian, program hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari apa yang terjadi”. Arti program adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan) sedangkan rencana


(25)

merupakan produk dari suatu perencanaan (planning) yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.

Menurut Tripomo dan Udan (2005: 21), program dalam organisasi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan (goals), kebijakan dan tindakan atau program organisasi. Dari pendapat tersebut maka dapat dinyatakan bahwa didalam program harus ada tujuan, kebijakan dan juga program. Tujuan menjadi penting karena merupakan visi dari sebuah organisasi tertentu untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai.

Menurut Giffin dalam Tisnawati (2005: 3) mendefenisikan program sebagai rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam organisasi mencapai tujuan merupakan cita-cita utama organisasi, untuk itu diperlukan sebuah rencana yang terarah dan terkoordinasi dengan baik agar visi organisasi dapat dicapai dengan sebuah atau beberapa perencanaan yang matang. Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan program adalah pola tindakan yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi atau pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi tersebut. Keputusan-keputusan yang diambil organisasi tersebut nantinya dijadikan pedoman dalam melakukan kemajuan organisasi tersebut dengan program yang dilakukan.

C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan

Menurut Prijono dan Pranaka (1996: 12), pemberdayan berasal dari Bahasa Inggris yaituempowermentdanempower. Sedangkan Kamus Webster dan Oxford


(26)

English Dictionary menyebutkan kata empowermengandung dua makna yaitu (1) to give ability to or enable yaitu: upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. (2) to give power or authority to yaitu memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas kepihak lain

Prijono dalam Wrihatnolo dan Nugroho (2007:117-118), juga menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu. Selain itu pemberdayaan juga merupakan konsep yang mengandung makna perjuangan bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan tersebut. Dengan demikian proses pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan ekonomi, sosial budaya, politik, psikologi baik secara individual maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas sosial.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai sebuah proses adalah dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons dalam Suharto, 2005:58-59). Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok-kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.


(27)

Menurut Ife dalam Suharto (2005: 58), pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.


(28)

Dubois dan Miley (1977) dalam Wrihatnolo dan Nugroho (2007: 119) mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain:

a. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifatmutual benefit.

b. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.

c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi. d. Kompetensi diperolah atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman

khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan. e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas

untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif. f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah,

dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah proses menyeluruh: suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari ketidakadilan), supporting (bimbingan dan


(29)

dukungan), dan foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang). Pada gilirannya diharapkan akan terwujud kapasitas ketahanan masyarakat secara lebih bermakna, bukan sebaliknya bahwa stimulan dan proses yang ada menjebak masyarakat pada suasana yang penuh ketergantungan (Wrihatnolo dan Nugroho, 2007: 120).

2. Dimensi dan Indikator Pemberdayaan

Menurut Kieffer (1981) dalam Suharto (2005), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parson et.al. (1994) dalam Suharto (2005) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:

a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan

mampu mengendalikan diri dan orang lain.

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto (2005), mengembangkan 8 indikator pemberdayaan yang mereka sebut sebagaiempowerment index, antara lain:

a. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya seperti ke pasar, fasilitas medis dan lain-lain.


(30)

b. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk membeli barang-barang kebutuhan keluraga sehari-hari.

c. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu membeli barang-barang sekunder atau tersier.

d. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga.

e. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah satu tahun terakhir ada orang yang melarang bekerja diluar rumah atau mempunyai anak dan lain-lain.

f. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai pemerintah desa/ kelurahan

g. Kebebasan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain melakukan protes.

h. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah, asset produktif, tabungan.

D. Masyarakat Desa

1. Pengertian Masyarakat Desa

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 24), masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat sebagai sistem dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia,


(31)

keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat, masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah

Pengertian di atas menekankan bahwa masyarakat sebagai sekumpulan manusi yang hidup secara bersama-sama dan terikat oleh tujuan yang sama dalam melakukan interaksi.

Selanjutnya Ralp Linton dalam Soerjono Soekanto (2002: 24), masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Pengertian di atas menekankan bahwa masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama dan mampu mengatur kehidupan mereka dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Menurut I. N. Beratha (1982: 17), secara umum desa dapat diartikan sebagai tempat di mana bermukim penduduk dengan “peradaban” yang lebih terbelakang ketimbang kota. Biasanya, dicirikan dengan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka pencarian yang umumnya dari sektor pertanian. Terdapat kesan kuat, pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani.

Pengertian di atas menekankan bahwa desa merupakan suatu lokasi pemukiman diluar kota sekaligus bukan kota; desa adalah suatu komunitas kesatuan yang homogen dan desa merupakan suatu sifat dari lokasi sebagai akibat dari posisinya yang berada di pedalaman (terbelakang). Dalam pengertian ini terkandung unsur


(32)

sosiologis, selain bias kota yang sangat kentara dan posisi marginal orang desa dalam wacana, merupakan konstruksi orang kota.

Selanjutnya menurut I. N. Beratha (1982: 19), secara etimologis pengertian masyarakat desa dapat disamakan dengan rural community, yaitu suatu kelompok manusia yang secara nyata ada maupun fiktif bertempat di wilayah rural(desa) di mana anggota-anggotanya memiliki kepentingan tertentu, mempunyai suatu kesamaan perasaan bahwa hanya dengan hidup demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya dapat terpenuhi.

Pendapat lain dikemukakan Taliziduhu Ndraha (1991: 22), masyarakat desa (penduduk suatu desa) adalah setiap orang yang terdaftar sebagai suatu penduduk atau bertempat atau berkedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal di mana ia mencari nafkah. Masyarakat desa sinonim dengan gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan, di mana hubungan antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa yaitu sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka


(33)

memenuhi kebutuhannya, serta memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus dan khas yang membedakannya dengan masyarakat lain.

2. Ciri-Ciri Masyarakat Desa

Masyarakat desa selalu memiliki karakteristik dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.

Menurut I. N. Beratha (1982: 22-24), beberapa karakteristik masyarakat desa yang terkait dengan etika dan budaya adalah sebagai berikut:

a. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Pada umumnya kesederhanaan ini terjadi karena secara ekonomi memang tidak mampu dan secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

b. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya dan seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

c. Menjunjung tinggi“unggah-ungguh”

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau


(34)

1) Bertemu dengan tetangga 2) Berhadapan dengan pejabat

3) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

4) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi 5) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya d. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.

e. Lugas

“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena mereka tidak berniat untuk menyakiti orang lain.

f. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

g. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masyarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak bicara.


(35)

h. Menghargai orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial.

i. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Sebagai contoh, mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa pukul 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang pukul 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

j. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh Indonesia adalah gotong royong, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka “lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara”.


(36)

k. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

l. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agama. Secara kolektif, mereka mengaktualisasi diri dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan, Rajaban dan Jum’at Kliwonan.

E. Evaluasi Kebijakan 1. Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk menunjuk suatu kegiatan yang mempunyai maksud berbeda. Para ahli mengembangkan berbagai macam definisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan. Masing-masing member penekanan yang berbeda-beda, perbedaan timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan kebijakan (wisdom) karena kebijakan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi oleh perseorangan pejabat yang berwenang. Istilah “kebijakan” sering dipertukarkan dengan: tujuan, program, keputusan, undnag-undang, ketentuan-ketentuan, dan rancangan-rancangan besar.


(37)

Kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Kebijakan ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan (Winarno, 2008: 16)

Menurut Thomas Dye (Winarno, 2008: 17), menjelaskan bahwa kebijakan publik meliputi apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (public policy is whatever governments choose to do or not to do ). Sedangkan menurut David Easton (Nugroho, 2008: 54) mendefinisikan kebijakan publik sebagai akibat aktivitas pemerintah (the impact of government activity). Kemudian menurut George C. Edwards III dan Ira Sharkansky (Islamy, 2003:18) mengartikan kebijakan publik sebagai apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan publik itu berupa sasaran atau tujuan program-program pemerintah.

Menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan (Islamy, 2003:19), mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktik-praktik tertentu (a projected program of goals, values, and practices). Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah dimana implikasi dari kebijakan itu adalah: Kebijakan Publik memiliki tujuan tertentu, berisi


(38)

tindakan-tindakan pemerintah, merupakan hal yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bukan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan, bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu), Kebijakan Publik dalam arti positif setidak-tidaknya didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa. Istilah kebijakan sering dipertukarkan penggunaannya dengan tujuan, program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan rancangan besar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu keputusan/tindakan yang memiliki tujuan dan maksud, serta akibat yang dilakukan oleh seorang, sekelompok orang atau pemerintah dalam mengatasi suatu persoalan atau masalah dalam sebuah lingkungan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2. Unsur-Unsur Kebijakan

Sebagai suatu sistem yang terdiri atas sub-sistem atau elemen, komposisi dari kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif: dari proses kebijakan dan dari struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, terdapat tahap-tahap sebagai berikut: identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Dilihat dari segi struktur terdapat lima unsur kebijakan menurut (Winarno, 2008: 17-19)


(39)

a. Tujuan Kebijakan

Suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan tidak perlu ada kebijakan. Dengan demikian tujuan menjadi unsur pertama dari suatu kebijakan. Namun tidak demikian semua kebijakan mempunyai uraian yang sama tentang tujuan itu. Perbedaan terletak tidak sekedar pada jangka waktu mencapai tujuan dimaksud, tetapi juga ada posisi, gambaran, orientasi dan dukunganya. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria: diinginkan untuk dicapai, rasional atau realistis (rational or realistic), jelas (clear), dan berorientasi ke depan (future oriented)

b. Masalah

Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan dalam menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total dalam seluruh proses kebijakan. Tak ada artinya suatu cara atau metode yang baik untuk pemecahan suatu masalah kebijakan kalau pemecahannya dilakukan bagi masalah yang tidak benar. Dengan cara lain dapat dikatakan, kalau suatu masalah telah dapat diidentifikasikan secara tepat, berarti sebagian pekerjaan dapat dianggap sudah dikuasai.

c. Tuntutan(demand)

Sudah diketahui partisipasi merupakan indikasi dari masyarakat maju Partisipasi itu berbentuk dukungan, tuntutan dan tantangan atau kritik seperti halnya partisipasi pada umumnya, tuntutan dapat bersifat moderat atau radikal. Tergantung pada urgensi dari tuntutan tersebut


(40)

d. Dampak atauoutcomes

Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan.

e. Sarana atau alat kebijakan(policy instruments)

Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud. Beberapa dari sarana ini antara lain: kekuasaan, insentif, pengembangan kemampuan, simbolis dan perubahan kebijakan itu sendiri

3. Tahap-Tahap Kebijakan

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Proses-proses penyusunan kebijakan publik tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam kebijakan publik adalah sebagai berikut (Winarno,2008:32-34): a. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari


(41)

pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options). Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan, masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulka pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan.oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh pelaksana.


(42)

e. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

4. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektivan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauhmana kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Menurut Anderson (Winarno, 2008:166), secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.

Sedangkan menurut Lester dan Stewart (Winarno, 2008:166) evaluasi kebijakan dapat dibedakan kedalam dua tugas yang berbeda, tugas pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi kebijakan merupakan persoalan fakta yang berupa pengukuran serta penilaian baik terhadap tahap implementasi kebijakannya maupun terhadap hasil (Outcome) atau dampak


(43)

(impact) dari bekerjanya suatu kebijakan atau program tertentu, sehingga menentukan langkah yang dapat diambil dimasa yang akan datang.

James Anderson dalam Winarno (2008 : 229) membagi evaluasi kebijakan dalam tiga tipe, masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi. Tiga tipe ini antara lain:

a. Tipe pertama

Ealuasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.

b. Tipe kedua

Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program.

c. Tipe ketiga

Tipe evaluasi kebijakan sistematis, tipe kebijakan ini melihat secara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauhmana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauhmana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.


(44)

Menurut Samudra dan kawan-kawan dalam Nugroho (2003:186-187), evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu:

a. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan program.

b. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainya sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

c. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.

d. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.

F. Program Mulang Tiyuh

Program Mulang Tityh adalah salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan dalam pembangunan sektor pertanian dan membantu para petani untuk dapat keluar dari berbagai permasalah yang ada tersebut adalah dengan melaksanakan Program Mulang Tiyuh (Pulang Kampung Membangun Desa). Program Mulang Tiyuh (pulang kampung) merupakan salah satu program pembangunan yang dicanangkan oleh Bupati Way Kanan Bustami Zainudin, yang pada intinya mengajak kepada para tokoh dan masyarakat yang berasal dari


(45)

Kabupaten Way Kanan untuk pulang kampung dalam rangka membangun membangun daerah (Bustami Zainudin, 2011: 2).

Program Mulang tiyuh dilakukan untuk pengembangan Waykanan, oleh karena itu Bupati mengajak putra-putri Waykanan yang merantau untuk berpartisipasi membangun daerahnya, sebab membangun Waykanan tidak hanya cukup dengan bupati dan wakil bupati, tetapi putra-putri Waykanan yang berada di perantauan berpartisipasi membangun daerahnya, khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini selaras dengan visi Kabupaten Way Kanan, yaitu “Way Kanan Bumi Petani” (Bustami Zainudin, 2011: 3).

Program Mulang Tiyuh tersebut pada dasarnya sesuai dengan keadaan kehidupan masyarakat di pedesaan yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Program ini merupakan hal yang sangat positif, sebab sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih terus harus dikembangkan guna mewujudkan tujuan bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur sejahtera. Melalui Program Mulang Tiyuh diharapkan akan terjadi transformasi pertanian dengan mengembangkan teknologi pertanian sebagai langkah strategis dalam penanggulangan kemiskinan.


(46)

Maksud Program Mulang Tiyuh adalah agar masyarakat yang lahir di Waykanan tidak hanya menumpang lahir, namun juga ikut membangun daerah. Program ini diresmikan oleh Menko Kesra HR Agung Laksono di Kampung Bratayudha, Kecamatan Blambanganumpu, Kabupaten Waykanan pada hari Sabtu 22 Januari 2011 yang lalu. Turut hadir dalam acara peresmian tersebut Wakil Gubernur Provinsi Lampung Joko Umar Said, Bupati dan Wakil Bupati Waykanan Bustami Zainudin dan Raden Nasution Husin (Bustami Zainudin, 2011: 3).

Program Mulang Tiyuh ini sesuai dengan strategi pembangunan Pemerintah Kabupaten Way Kanan (Bustami Zainudin, 2011: 5), yaitu sebagai berikut:

1. Mengkonsentrasikan wilayah pengembangan komoditas unggulan (didasarkan pada kesesuaian agreokologi, wilayah dan penggunaan lahan)

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyuluhan, pelatihan dan pembinaan kemampuan bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis, sehingga SDM mendapat peningkatan agroteknik dan wawasan agribisnis.

3. Melakukan pengembangan produk dari komoditas unggulan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan

4. Melakukan pemantapan peran kelembagaan pendukung (penguatan litbang, lembaga pengkreditan, kelompok tani, koperasi dan lain-lain)

5. Membangun prasarana penyediaan sarana yang memadai dibutuhkan untuk pengembangan system dan usaha agribisnis.

6. Mewujudkan kemudahan pelayanan pada masyarakat

7. Membangun semangat kemandirian masyarakat dan kebersamaan seluruh pemangku kepentingan


(47)

G. Kerangka Pikir

Program Mulang Tiyuh (Pulang Kampung Membangun Desa) merupakan salah satu program pembangunan yang dicanangkan oleh Bupati Way Kanan Bustami Zainudin, yang pada intinya mengajak kepada para tokoh dan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Way Kanan untuk pulang kampung dalam rangka membangun membangun daerah. Hal ini merupakan upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan dalam pembangunan sektor pertanian dan membantu para petani untuk dapat keluar dari berbagai permasalah yang ada tersebut adalah dengan melaksanakan Program Mulang Tiyuh

Maksud Program Mulang Tiyuh adalah agar masyarakat yang lahir di Waykanan tidak hanya menumpang lahir, namun juga ikut membangun daerah. Pemerintah daerah mengajak putra-putri Waykanan yang merantau untuk berpartisipasi membangun daerahnya, sebab membangun Waykanan tidak hanya cukup dengan bupati dan wakil bupati, tetapi putra-putri Waykanan yang berada di perantauan berpartisipasi membangun daerahnya, khususnya dalam bidang pertanian. Hal ini selaras dengan visi Kabupaten Way Kanan, yaitu “Way Kanan Bumi Petani”. Program Mulang Tiyuh tersebut pada dasarnya sesuai dengan keadaan kehidupan masyarakat di pedesaan yang pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Program ini merupakan hal yang sangat positif, sebab sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada


(48)

sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih terus harus dikembangkan guna mewujudkan tujuan bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur sejahtera.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan, sebagaimana dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:


(49)

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut (Moleong, 2005:6). Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dan kawasannya dan dalam peristilahannya.


(50)

Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, ada pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang. Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena suatu penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah, baik masalah-masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui kepustakaan ilmiah (Moleong, 2005 : 62).

Pada prinsipnya fokus penelitian dimaksudkan untuk dapat membantu penulis agar dapat melakukan penelitiannya sehingga hanya akan ada beberapa hal atau beberapan aspek yang dapat diarahkan penulis sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka fokus dalam penelitian ini adalah mengenai efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan, yang akan dilihat dari:

1. Peningkatan kualitas pertanian

2. Berpartisipasi dalam pembangunan di bidang pertanian 3. Memberikan bantuan modal kepada petani


(51)

4. Meningkatkan penyuluhan pertanian 5. Memberikan pendampingan pada petani C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.

D. Informan

Menurut Moleong (2005: 6), penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Pada penelitian kualitatif tidak ada informan acak tetapi bertujuan (purposive). Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Way Kanan, Kepala Bidang Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikulura, dan Kepala Seksi Bina Usaha Tanaman Pangan dan Holtikulura. Pertimbangannya adalah para informan tersebut memiliki bidang yang secara langsung berkaitan dengan kajian penelitian yaitu masalah pertanian.

2. Kepala Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung Kabupaten Way Kanan, Kepala Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, serta Kepala Bidang Pemerintahan Kampung/Kelurahan. Pertimbangannya adalah para informan tersebut memiliki bidang yang secara


(52)

langsung berkaitan dengan kajian penelitian yaitu masalah pemberdayaan masyarakat.

3. Camat Banjit Kabupaten Way Kanan dan Kepala Seksi Pembangunan Masyarkat Kampung. Pertimbangannya adalah para informan tersebut merupakan kepala pemerintahan di wilayah kecamatan dalam lokasi penelitian yaitu Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan dan berhubungan secara langsung dengan bidang yang dibahas dalam penelitian ini.

4. Kepala Kampung Simpang Asam dan Seksi Pemberdayaan Masyarakat. Pertimbangannya adalah para informan tersebut merupakan kepala pemerintahan di wilayah kampung dalam lokasi penelitian yaitu Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan dan berhubungan secara langsung dengan bidang yang dibahas dalam penelitian ini.

5. Perwakilan Petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kebupaten Way Kanan, yang akan diambil dari tiga Dusun dan mewakili kelompok tani yang ada di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan.

E. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain.


(53)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Wawancara, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan para informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dengan menggunakan pedoman wawancara. Hal-hal yang diajukan dalam wawancara adalah mengenai pelaksanaan program Mulang Tiyuh, sasaran program Mulang Tiyuh, tujuan program Mulang Tiyuh dan efektivitas program Mulang Tiyuh dalam pemberdayaan petani.

2. Dokumentasi, yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian, seperti buku, agenda, arsip, surat kabar dan internet. Dokumen yang dibutuhkan adalah mengenai tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian, monografi Kecamatan Banjit dan Monografi Kampung Simpang Asam serta dokumen tentang Program Mulang Tiyuh.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Tahap ini dilakukan dengan mengedit data dan memeriksa kembali data yang telah diperoleh di pada pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan editing dilakukan dengan memeriksa data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi sesuai dengan keperluan penulisan skripsi ini.


(54)

2. Interpretasi

Tahap ini dilakukan dengan memberikan interpretasi atau penjabaran berbagai data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan dengan menguraikan jawaban informan dalam bentuk deskripsi kalimat sesuai dengan pokok bahasan penelitian.

H. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan mengatur catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang ditemukan di lapangan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berpijak dari data yang di dapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi, dengan tahapan analisis sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan untuk di reduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting, dan selanjutnya dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Data yang di reduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

b. Penyajian Data(Display)

Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat bermacam matriks, grafik, jaringan, dan bagian atau bisa pula dalam bentuk naratif saja.


(55)

c. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi)

Peneliti berusahan mencari arti, pola, tema, yang penjelasan alur sebab akibat, dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian berlangsung, dalam hal ini dengan cara penambahan data baru.

Penentuan efektif atau tidaknya pelaksanaan Program Mulang Tiyuh akan diketahui dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. Apabila jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban yang positif (baik) maka pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dapat dikatakan efektif. Sebaliknya apabila jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban yang negatif (tidak baik) maka pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dapat dikatakan tidak efektif.


(56)

A. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai pihak yang berkaitan dengan kajian penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani. Identitas para informan adalah sebagai berikut: 1. Nama : Ir. Anwar Ependi

Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 52 Tahun Pendidikan : S1 Pertanian

Jabatan : Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Way Kanan

2. Nama : Amalia Riskiyanti, S.Si. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 34 Tahun

Pendidikan : S1 MIPA Biologi

Jabatan : Kepala Bidang Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikuktura pada Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Way Kanan

3. Nama : Drs. Syehrun Yusuf Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 54 Tahun Pendidikan : S1 Sosial Politik

Jabatan : Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung Kabupaten Way Kanan


(57)

4. Nama : Junaidi, S.Sos. Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 45 Tahun

Pendidikan : S1 Sosial Politik

Jabatan : Kepala Bidang Pemerintahan Kampung/Kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung Kabupaten Way Kanan

5. Nama : Selan, S.Sos. Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 46 Tahun

Pendidikan : S1 Sosial Politik

Jabatan : Camat Banjit Kabupaten Way Kanan 6. Nama : Sapri, A.Md.

Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 39 Tahun Pendidikan : DIII Koperasi

Jabatan : Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Kampung Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan

7. Nama : Karsani Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 40 Tahun Pendidikan : SMA

Jabatan : Kepala Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan

8. Nama : Sukamto Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 44 Tahun Pendidikan : SMP

Jabatan : Ketua Kelompok Tani Usaha Makmur (Padi Sawah) Dusun I Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit


(58)

9. Nama : Baheram Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 41Tahun Pendidikan : SMA

Jabatan : Ketua Kelompok Tani Suka Maju (Padi Sawah) Dusun II Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit

Kabupaten Way Kanan 10. Nama : Alimin

Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 38 Tahun Pendidikan : SMA

Jabatan : Ketua Kelompok Tani Surya Tani (Jagung) Dusun III Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit

Kabupaten Way Kanan

B. Efektivitas Pelaksanaan Program Mulang Tiyuh Dalam Rangka Pemberdayaan Petani

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini akan dideskripsikan efektivitas pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam rangka pemberdayaan petani di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan berdasarkan hasil wawancara dengan para informan penelitian.

1. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pertanian

Program Mulang Tiyuh di Kampung Simpang Asam Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat dalam membuka lahan tidur menjadi lahan produktif, karena keterbatasan dana masyarakat dalam membuka lahan tersebut.


(59)

Menurut keterangan Amalia Riskiyanti, selaku Kepala Seksi Bina Tanaman Pangan dan Holtikultura, maka diketahui bahwa Program Mulang Tiyuh ini merupakan suatu bentuk nyata dari kebijakan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat miskin. Masyarakat miskin memiliki keterbatasan dalam hal finansial, sehingga dengan adanya program ini maka pemerintah memberikan fasilitas dana, pembibitan dan pembinaan agar petani dapat membudidayakan komoditas pertanian, sehingga kelak akan mencapai hasil yang memuaskan.

Penjelasan di atas sangat erat berkaitan dengan ekonomi masyarakat desa yang pada umumnya masuk dalam kategori miskin. Bagi masyarakat miskin upaya jangka pendek dalam aktivitas ekonomi adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga aktivitas membuka lahan tidur menjadi lahan produktif belum mendapatkan prioritas, karena memang tidak tersedia dana yang memadai untuk melaksanakan hal tersebut.Oleh karena itu, Program Mulang Tiyuh menjadi salah satu solusi yang kongkrit bagi masyarakat untuk mengurangi beban masyarakat dalam membuka lahan tidur menjadi lahan produktif.

Menurut penjelasan Drs. Syehrun Yusuf selaku Kepala Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung Kabupaten Way Kanan maka diketahi bahwa Program Mulang Tiyuh dilaksanakan agar masyarakat dapat menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan usaha taninya dan berupaya untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian demi kelangsungan kehidupan mereka.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Program Mulang Tiyuh ini tidak dapat dipisahkan dari upaya pengentasan kemiskinan. Program ini berangkat dari kesadaran akan pentingnya penanganan kemiskinan lokal yang berkelanjutan yang


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peruntukan Lahan Kampung Simpang Asam... 55

Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Usia... 56

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan...56

Tabel 4. Jenis Komoditi dan Tingkat Produksi Pertanian...61

Tabel 5. Matrik Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Pemberdayaan Petanin………... 94


(2)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Efektivitas ... 10

B. Program ... 16

C. Pemberdayaan Masyarakat... 21

D. Masyarakat Desa ... 26

E. Evaluasi Kebijakan... 32

F. Program Mulang Tiyuh ... 40

G. Kerangka Pikir ... 43

III METODE PENELITIAN... 46

A. Tipe Penelitian ... 46

B. Fokus Penelitian ... 47

C. Lokasi Penelitian... 48

D. Informan ... 48

E. Jenis Data ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data... 50

G. Teknik Pengolahan Data ... 50


(3)

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 53

A. Identitas Kampung Simpang Asam... 53

B. Luas dan Batas Wilayah Kampung Simpang Asam ... 53

C. Orbitasi dan Waktu Tempuh ... 54

D. Luas Wilayah dan Peruntkan Lahan ... 55

E. Keadaan Penduduk... 55

F. Pemerintahan Kampung Simpang Asam ... 57

G. Kelembagaan Kampung ... 60

H. Jenis Komoditi dan Produksi Pertanian ... 61

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62

A. Identitas Informan ... 62

B. Efektivitas Pelaksanaan Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Petani... 64

1. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pertanian... 64

2. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Berpartisipasi dalam Pembangunan di Bidang Pertanian ... 74

3. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Memberikan Bantuan Modal Kepada Petani ... 78

4. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Meningkatkan Penyuluhan Pertanian ... 85

5. Program Mulang Tiyuh dalam Rangka Memberikan Pendampingan pada Petani ... 91

VI KESIMPULAN DAN SARAN... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran... 100 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ala, Andre Bayo. 1996,Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Liberty Offset, Yogyakarta.

Andrian, Stefanus. 2003.Manajemen dan Organisasi Perusahaan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Abdullah, Rozali. 1999.Pengantar Kebijakan Publik. Gramedia. Jakarta. Andrian, Irianto. 2001.Panduan Pengembangan Organisasi. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Baridwan, Zaki. 2000.Manajemen Organisasi dan Sumber Daya Manusia. Rajawali Press. Jakarta.

Beratha, I. N. 1982.Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Masyarakat Desa.Ghalia Indonesia. Jakarta.

Dewanta, Awan Setya. dkk.1999,Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media, Yogyakarta.

Dwiyanto, Agus dkk. 2008.Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Effendi, Tadjuddin Noer. 1995,Sumber Daya Manusia-Peluang Kerja dan Kemiskinan, Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta.

Firman, Abdullah. 2001.Potret Kemiskinan di Indonesia. Mitrapustaka. Yogyakarta.

Handoko, Tani. 2006.Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hasibuan, Malayu.S.P. 2001. Organisasi dan Manajemen.Rajawali Press. Jakarta


(5)

Jogianto, Hartono. 2002.Pengantar Sistem Informasi.Penerbit Andi. Yogyakarta. Kaho, Josef Riwu. 2001.Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.

Rajawali Press. Jakarta.

Mardiasmo, 2001.Manajemen Penerimaan Daerah dan Struktur APBD dalam Era Otonomi Daerah. FE UGM. Yogyakarta.

Mardikanto, Totok. 2003.Pembangunan Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Solo. Martiman, Abdullatif. 2001.Pemberdayaan Organisasi Publik dan Privat.

Rineka Cipta. Jakarta

Moenir, H.A.S., 2001,Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2006.Metode Penelitian Kualitatif. Rosda Karya Bandung. Ndraha, Taliziduhu. 1991.Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Bumi Aksara

Jakarta.

Pamudji, 1998.Wacana Pembangunan dalam Negara Demokrasi.Rineka Cipta. Jakarta.

Passolong, Harbani. 2007.Teori Administrasi Publik. Alfabeta: Bandung.

Ridwan, Ahmad. 2003.Optimalisasi Kinerja Perusahaan. Rineka Cipta. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta.

Sukamto, Irawan. 2004.Masalah Kemiskinan dan Alternatif Solusinya.Pustaka Baru. Semarang.

Suharto, Edi. 2005.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama. Bandung.

Tim Penulis, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta

Tripomo, Agus dan Yahya Udan, 2005, Administrasi Birokrasi dan Pelayanan Publik, Nimas Multima, Jakarta.

Utoyo, Hari dan Tresiana. 2004.Birokrasi dan Politik di Indonesia.Rajawali Press. Jakarta.

Widodo, Joko, 2002, Good Governance: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia, Surabaya.


(6)

Winarno. 2008.Pengantar Teori Organisasi, Andi Offset, Yogyakarta Wrihatnolo, Randi R. dan Rian Nugroho Dwidjowijoto. 2007.Manajemen

Pemberdayaan. Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat.Elex Media Komputindo. Jakarta.

Zainuddin, Bustami. 2011.Mulang Tiuh (Pulang Kampung Nih). Sebuah Refleksi Tentang Membangun Way Kanan Bumi Petani.Institut Studi Arus