6
ii. Unsur non karbohidrat terdiri dari lignin.
iii. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
dinamakan zat ekstraktif. Komponen kimia dalam batang seperti selulosa, hemi selulosa,
lignin, pentosan dan zat ekstraktif lainnya distribusi komponen kimianya dalam dinding sel tidak merata Vademecum, 1986.
2. Pengaruh Perekat Terhadap Briket
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk
keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari
singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan. Tepung kanji merupakan produk olahan berupa tepung yang
diperoleh dari umbi ketela pohon. Kanji dikenal juga sebagai aci atau tapioka.http:id.wikipedia.orgwikiTepung_kanji. Dibuat dari pati
singkong cassava. Tepung ini tidak mengandung protein dan gluten-free. Sering digunakan untuk pengental pada tumisan karena efeknya bening
dan kental saat dipanaskan. Ada juga yang membuat cendol berbahan tapioka, cendolnya lentur dan bening. Pada skala industri, tepung tapioka
termodifikasi modified tapioca starch dipakai untuk pengental stabilizer
aneka saus Macam-Macam Tepung.abanaicha.blogsome.com Pada penelitian ini, pembuatan perekat dilakukan dengan
memanaskannya terlebih dahulu dalam air mendidih sebanyak 200 ml,
7
kemudian diaduk hingga menjadi jelly, setelah itu barulah dicampur dengan serbuk arang tongkol jagung.
Estela 2002 menggunakan dua cara dalam pembuatan briket yaitu kompaksi rendah dengan menggunakan bahan pengikat clay, bentonit,
serta yucca starch dan kompaksi tinggi tanpa bahan pengikat. Penelitian menunjukkan nilai kalor briket tanpa pengikat dan kompaksi tinggi
memiliki nilai kalor 13800 MJKg lebih tinggi dibandingkan dengan briket yang memakai bahan pengikat. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan perekat menurunkan nilai kalor briket. Sudrajat 1983 yang membuat briket arang dari 8 jenis kayu dengan perekat campuran pati dan
molase menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu, karepatan briket arangnya makin tinggi pula. Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45
– 1,03 gcm
3
dan nilai kalor antara 7290 – 7456 kalg. Sitorus dan Widardo 1997 meneliti tentang pengaruh jenis perekat pada pembuatan briket
serbuk sabut kelapa, dimana yang menjadi perlakuan adalah jenis perekat yaitu perekat tapioka dan perekat sagu, dengan masing-masing prosentase
perekat 8, 9, 10, 11 dan 12 persen. Hasilnya penggunaan perekat tapioka 10 dan sagu 12 merupakan perlakuan terbaik karena memberikan
penampakan yang baik dan tidak terdapat retak-retak dengan masing- masing kadar air rata-rata 12,76 dan 11,83 kerapatan jenis 0,5157
grcm3 dan 0,5175 grcm3 serta kuat tekan 6,62 kgcm2 dan 6,64 kgcm
2
. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian meneliti
Sekam untuk
8
Bahan Bakar Alternatif, dimana dalam penelitianya sekam padi dikeringkan kemudian diarangkan dengan menggunakan metode cerobong
dan pembuatan briket ditambah dengan perekat pati dari ubi kayu. Hasilnya pemakaian pati 6 menghasilkan briket dengan biaya yang
murah dan menghasilkan briket arang sekam yang cukup kompak dengan daya bakar yang baik. Kadar air briket arang sekam 6,4 lebih rendah
dibanding kadar air arang sekam 7,35. Jika dilihat dari lamanya atau ketahanan nyala bara api, briket dengan campuran aci 12 dapat bertahan
lebih lama sehingga dapat mendidihkan air lebih cepat. Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka penulis menganalisa campuran perekat yang akan
digunakan berkisar antara 0 - 8 saja karena pada briket sekam padi campuran 6 adalah yang terbaik serta pada penelitian Sitorus dan
Widardo 1997 campuran perekat 10 dan 12 memberikan karakteristik penampakan yang baik dengan interval campuran 2 juga.
3. Pengompaksian