Patogenesis LES Hahn BH, 1992

17

1.4. Patogenesis LES Hahn BH, 1992

Pada interaksi antara gen yang rentan dan faktor lingkungan dapat berakibat pada respon imun abnormal yang bervariasi di antara penderita. Respon imun tersebut terdiri dari 1 aktivasi kekebalan bawaan sel dendritik, monosit makrofag oleh DNA CpG, DNA pada kompleks imun, virus RNA, dan RNA pada RNA protein self-antigen . 2 turunnya ambang aktivasi yang abnormal pada jalur kekebalan adaptif limfosit T dan limfosit B. 3 pengaturan CD4 + yang tidak efektif dan CD8 + sel T dan 4 mengurangi clearence kompleks imun dan sel apoptosis Hahns BH, 1992. Self-antigen DNA nucleosomal protein, RNA protein Sm, Ro dan La, fosfolipid yang terdapat di dalam surface bleps pada sel apoptosis akan mudah dikenali sistem kekebalan tubuh, sehingga antigen, autoantibodi dan kompleks imun bertahan untuk jangka lama, menyebabkan aktivitas peradangan meningkat. Aktivasi sel kekebalan disertai dengan peningkatan sekresi tipe proinflamasi 1 dan 2 interferon IFNs tumor necrosis factor TNF interleukin IL 17 dan B cytocin cell-maturation survival B limfosit stimulator BlyS Baff dan IL-10 Dean GS et al., 2000; Shmerling RH., 2003 Upregulation gen yang disebabkan oleh interferon adalah tanda tangan genetik dalam sel darah perifer dari LES sekitar 50 pasien. Penurunan produksi sitokin juga memberikan kontribusi untuk LES; LES T dan natural killer NK sel 18 gagal untuk menghasilkan faktor pertumbuhan yang cukup IL-2 dan mengubah TNF untuk menginduksi dan mempertahankan CD4+ dan CD 8 + sel T. Hasil dari kelainan ini didukung kompleks produksi antibodi Dean GS et al., 2000 . Pada kekebalan, subset patogenik mengikat jaringan target, dengan aktivasi komplemen, menyebabkan pelepasan sitokin, kemokin, vasoaktif peptida, oksidan dan enzim yang merusak. Hal ini disertai dengan masuknya jaringan target sel dendritik. Dalam pengaturan peradangan kronis, akumulasi faktor pertumbuhan dan produk oksidasi kronis berkontribusi pada kerusakan jaringan ireversibel, termasuk fibrosis sklerosis, di glomeri, arteri, otak, paru-paru dan jaringan lainnya. Interaksi faktor genetik dan lingkungan menyebabkan terjadinya respon imun yang abnormal, sehingga terjadi produksi patogenik autoantibodi dan terbentuk kompleks antigen- antibodi di sirkulasi dan jaringan , mengaktivasi komplemen, terjadi inflamasi serta kerusakan jaringan melalui reaksi hipersensitivitas tipe III Hahn BH 1992, Dean DS, et al ., 2000. 1.5. LES dan Psikoneuroimunologi Stres psikologis dapat didefinisikan sebagai pengalaman stres yang mempengaruhi kemampuan individu untuk beradaptasi dengan sehat terhadap peristiwa kehidupan Hawro,T. 2011. Stres berat dan atau stres kronik memiliki kaitan erat dengan fungsi imunitas, sehingga seseorang menjadi lebih mudah terserang penyakit, mudah mengalami kekambuhan yang berhubungan dengan fungsi imunitas Lawrence, E. 2012 . Stress kronis menyebabkan pergeseran keseimbangan sitokin tipe 1tipe 2 ke arah respon predominan tipe 2 Lawrence, E. 2012; Sonia, 2009. 19

1.6 Metoda Diagnosis