Gambar 2. Titik-titik sefalometri pada analisis jaringan keras
2.3.1 Analisis Steiner
Analisis Steiner diperkenalkan pada tahun 1950, yang merupakan analisis sefalometri modern yang pertama karena tidak hanya menekankan pada ukuran
individual saja tetapi juga hubungan dengan pola tersebut. Analisis ini menggunakan petunjuk spesifik sebagai ukuran sefalometri sebagai rencana perawatan.
1,13,15,22
Analisis Steiner membedakan hubungan skeletal maksila dan mandibula terhadap basis kranial.
5
Steiner memperhatikan posisi sagital dari insisivus atas dan bawah berdasarkan perkiraan perubahan dari sudut ANB dan posisi dari dagu
pogonion
8
Sudut yang digunakan pada analisis Steiner untuk menentukan hubungan skeletal maksila dan mandibula yaitu sudut SNA, SNB, dan ANB.
1,5,15
Universitas Sumatera Utara
1. SNA menunjukkan relasi anteroposterior maksila terhadap basis kranial
dengan nilai normal SNA 82 ±2
80 -84
. Bila SNA di atas nilai normal menunjukkan maksila mengalami prognasi dan bila SNA di bawah nilai normal
menunjukkan maksila mengalami retrognati.
1,5,15
Sudut SNA dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sudut SNA
2. SNB menunjukkan relasi anteroposterior mandibula terhadap basis kranial
dengan nilai normal SNB 80 ±2
78 - 82
. Bila SNB di atas nilai normal menunjukkan mandibula mengalami prognasi dan bila SNB di bawah nilai normal
mandibula mandibula retrognati.
1,5,15
Sudut SNB dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Sudut SNB 3.
ANB menunjukkan relasi anteroposterior langsung dari maksila dan mandibula. Nilai ANB dapat diperoleh melalui pengukuran dan juga pengurangan
antara sudut SNA dan SNB.
1,5
Nilai normal ANB yaitu 2 ±2
-4 .
1,5,15
Bila ANB bernilai positif menunjukkan posisi maksila lebih ke depan dari mandibula. Ini
menunjukkan profil cembung. Sedangkan bila nilai ANB negatif menunjukkan posisi maksila lebih ke belakang dari mandibula. Ini menunjukkan profil cekung. Sudut
ANB dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Sudut ANB
Universitas Sumatera Utara
Pada analisis ini, Steiner membagi maloklusi skeletal menjadi tiga kelas, yaitu:
1. Klas I yang mempunyai nilai ANB normal 0
-4 dan profil wajah cembung.
Nilai ANB yang normal juga dapat diperoleh bila keadaan kedua skeletal rahang mengalami prognati ataupun retrognati.
2. Klas II yang mempunyai nilai ANB lebih besar dari nilai normal ANB 4
dan profil wajah cembung. Nilai ANB yang lebih besar ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami prognati, mandibula yang
mengalami retrognati, dan kombinasi keduanya. 3.
Klas III yang mempunyai nilai ANB lebih kecil dari nilai normal ANB 0 dan profil wajah cekung. Nilai ANB yang lebih kecil ini dapat disebabkan
oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami retrognati, mandibula yang mengalami prognati, dan kombinasi keduanya.
Bila maksila kurang berkembang, mandibula akan berotasi dan mandibula mengalami prognati sehingga menyebabkan perubahan posisi dan ukuran
mandibula.
24
Besarnya nilai ANB dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tinggi vertikal wajah dan posisi anteroposterior skeletal. Semakin besar jarak antara titik A dan titik
B, maka semakin kecil nilai ANB. Bila nilai SNA dan SNB lebih besar, maka semakin besar nilai ANB.
15
2.3.2 Analisis Jefferson