Pada analisis ini, Steiner membagi maloklusi skeletal menjadi tiga kelas, yaitu:
1. Klas I yang mempunyai nilai ANB normal 0
-4 dan profil wajah cembung.
Nilai ANB yang normal juga dapat diperoleh bila keadaan kedua skeletal rahang mengalami prognati ataupun retrognati.
2. Klas II yang mempunyai nilai ANB lebih besar dari nilai normal ANB 4
dan profil wajah cembung. Nilai ANB yang lebih besar ini dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami prognati, mandibula yang
mengalami retrognati, dan kombinasi keduanya. 3.
Klas III yang mempunyai nilai ANB lebih kecil dari nilai normal ANB 0 dan profil wajah cekung. Nilai ANB yang lebih kecil ini dapat disebabkan
oleh 3 hal, yaitu maksila yang mengalami retrognati, mandibula yang mengalami prognati, dan kombinasi keduanya.
Bila maksila kurang berkembang, mandibula akan berotasi dan mandibula mengalami prognati sehingga menyebabkan perubahan posisi dan ukuran
mandibula.
24
Besarnya nilai ANB dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tinggi vertikal wajah dan posisi anteroposterior skeletal. Semakin besar jarak antara titik A dan titik
B, maka semakin kecil nilai ANB. Bila nilai SNA dan SNB lebih besar, maka semakin besar nilai ANB.
15
2.3.2 Analisis Jefferson
Analisis Jefferson ditemukan oleh Yosh Jefferson. Analisis Jefferson disebut juga analisis arkial skeletal.
7,8
Analisis ini mudah untuk ditracing dan diagnosa, efisien, akurat, dan universal.
7,8
Analisis ini menafsirkan posisi anteroposterior maksila dan mandibula dan juga tinggi vertikal wajah. Batas anatomi pada analisis ini hampir sama dengan
analisis Steiner. Ada beberapa landmark yang digunakan, yaitu: a.
Clivus b.
Roof of orbit c.
Basisphenoid
Universitas Sumatera Utara
d. Greater wing of sphenoid
e. Ethmoid cribiform plate
f. Lateral wall of orbit
Gambar 6. Titik referensi pada analisis Jefferson
7
Interpretasi diagnostik sederhana. Titik referensi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6:
1. SOr Supra Orbitale
: titik paling anterior dari perpotongan bayangan roof dengan kontur orbital lateralnya.
2. SI Sella Inferior
: titik paling bawah dari sella tursica. 3.
N Nasion : titik paling superior sutura frontonasal
pada cekungan batang hidung. 4.
ANS Anterior Nasal Spine : titik paling anterior dari maksila. 5.
PNS Posterior Nasal Spine : titik paling posterior dari maksila pada dataran sagital.
6. P Pogonion
: bagian paling anterior dari dagu. 7.
M Menton : titik paling inferior dari dagu.
Universitas Sumatera Utara
8. CG Constracted Gonion
: perpotongan pada 2 garis, yaitu garis dari articular sejajar tangen posterior ramus dan garis dari menton sejajar tangen
batas bawah corpus. Dalam analisisnya Jefferson menggunakan 4 dataran sebagai patokan
pengukuran. 4 dataran yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7: 1.
Dataran Kranial : garis yang ditarik dari SOr menuju SI.
2. Dataran Palatal
: garis yang ditarik dari ANS menuju PNS. 3.
Dataran Oklusal : garis yang ditarik dari dataran oklusal fungsional
melalui premolar dan molar. 4.
Dataran Mandibula : garis yang ditarik dari menton melalui tangen batas bawah korpus dan melalui konstruksi gonion.
Dari keempat dataran tersebut akan ditentukan lokasi tit ik center “O” yang
merupakan perpanjangan keempat garis dataran tersebut dan juga dibentuk busur anterior. Titik Center
“O” diperoleh dengan menentukan jarak vertikal yang paling dekat antara garis superior dan inferior yang dibentuk dari keempat dataran tersebut.
Titik tengah dari jarak vertikal yang telah ditentukan tersebut adalah titik Center “O”. Menggunakan jangka dengan meletakkan bagian tajam pada titik O dan pensil pada
nasion kemudian tarik jangka sampai melewati dagu. Garis melengkung tersebut disebut anterior arc. Age 4 vertical arc diperoleh dengan meletakkan bagian metal
jangka pada titik ANS dan pensil jangka pada titik SOr, kemudian rotasikan jangka ke bagian menton dan buat garis arc. Age 18 vertical arc diperoleh dengan
menambahkan jarak 10 mm dari age 4 vertical arc. Analisis Jefferson menggunakan tiga busur referensi untuk menentukan
disharmoni hubungan skeletal dan wajah. Tiga busur tesebut adalah anterior arc, age 4 vertical arc, dan age 18 vertical arc. Anterior arc digunakan untuk menilai posisi
antero-posterior maksila dan mandibula. Age 4 vertical arc menggambarkan tinggi vertikal wajah bagian bawah dari mandibula pada saat umur 4 tahun. Age 18 vertical
arc menggambarkan tinggi vertikal wajah bagian bawah dari mandibula pada umur 18 tahun dan seterusnya. Tiga busur referensi dapat dilihat pada Gambar 7.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Empat dataran pada analisis Jefferson dan tiga busur referensi
7
Pada analisis ini, posisi maksila dilihat dari titik ANS dan posisi mandibula dilihat dari titik pogonion P. Idealnya, ANS dan pogonion berada tepat mengenai
busur anterior ataupun berjarak kurang lebih 2 mm dari busur anterior.
8
Sehingga maksila dan mandibula berada pada hubungan yang benar terhadap basis kranial.
Seperti analisis Steiner, analisis Jefferson juga membagi klasifikasi skeletal menjadi beberapa Klas. Posisi maksila dikenali dengan A, posisi mandibula dikenali
dengan B, sedangkan kombinasi keduanya dikenali dengan C.
7
Ada sembilan klasifikasi skeletal, yaitu :
7,8
1. Klas I yaitu bila titik ANS dan titik P menyentuh atau kurang lebih berjarak
2mm dari busur anterior. Ini menandakan maksila dan mandibula berada pada posisi anteroposterior yang ideal.
2. Klas IIA bila titik ANS berjarak lebih dari 2mm dari busur anterior. Ini
menunjukkan bahwa maksila mengalami prognati dan mandibula berada pada posisi anteroposterior yang ideal.
Universitas Sumatera Utara
3. Klas IIB bila titik P berjarak kurang dari 2mm dari busur anterior. Ini
menunjukkan bahwa mandibula mengalami retrognati dan maksila berada pada posisi anteroposterior yang ideal.
4. Klas IIC adalah kombinasi dari klas IIA dan IIB yaitu menunjukkan maksila
mengalami prognati dan mandibula mengalami retrognati. 5.
Klas IIIA bila titik ANS berjarak kurang dari 2mm dari busur anterior. Ini menunjukkkan bahwa maksila mengalami retrognati dan mandibula berada
pada posisi anteroposterior yang ideal. 6.
Klas IIIB bila titik P berjarak lebih dari 2mm dari busur anterior. Ini menunjukkan bahwa mandibula mengalami prognati dan maksila berada pada
posisi anteroposterior yang ideal. Klas IIIB dapat dilhat pada Gambar 8. 7.
Klas IIIC adalah kombinasi dari klas IIIA dan IIIB yaitu maksila mengalami retrognati dan mandibula mengalami prognati.
8. BR Biskeletal Retrognati bila titik ANS dan P berjarak kurang dari 2mm
dari busur anterior. Ini menunjukkan bahwa maksila dan mandibula mengalami retrognati.
9. BP Biskeletal Prognati bila titik ANS dan P berjarak lebih dari 2mm dari
busur anterior. Ini menunjukkan bahwa maksila dan mandibula mengalami prognati.
Gambar 8. Klas IIIB
7
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian