Perencanaan Pajak Untuk Mengefisiensikan Beban Pajak

e. Memutakhirkan rencana pajak Updating the tax planning Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari undang – undang maupun pelaksanaannya yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian. Namun sayangnya informasi mengenai perubahan yang terjadi di luar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktifitas bisnis seringkali sangat terbatas. Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

6. Perencanaan Pajak Untuk Mengefisiensikan Beban Pajak

Strategi mengefisiensikan beban pajak yang dilakukan oleh perusahaan haruslah yang bersifat legal supaya tidak dapat menghindari sanksi – sanksi pajak di kemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the least and latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diizinkan oleh Undang-undang dan peraturan perpajakan. Menurut Suandy 2003:119 Strategi mengefisiensikan beban pajak tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum legal entity yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila dilihat dari perspektif perpajakan kadang pemilihan bentuk badan hukum legal entities bentuk perseorangan, firma dan kongsi partnership adalah Universitas Sumatera Utara bentuk yang lebih menguntungkan dibanding perseroan terbatas yang pemegang sahamnya perorangan atau badan tetapi kurang 25, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan perseroan dikenakan dua kali yakni pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak perseroan dan pada saat penghasilan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham perseorangan atau badan yang kurang dari 25. b. Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan. Umumnya pemerintah memberikan semacam insentif pajakfasilitas perpajakan khususnya untuk daerah tertentu Misalnya di Indonesia bagian Timur, banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 undang-undang No.36 Tahun 2008. disamping itu juga diberikan fasilitas seperti peyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama. c. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas penghasilan kena pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh jika diketahui bahwa penghasilan kena pajak laba perusahaan besar dan akan dikenakan tarif pajak tinggitertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan deductible dalam menghitung penghasilan kena pajak. Sebagai contoh: biaya untuk riset dan pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak biaya lainnya yang dapat dimanfaatkan. Hal ini tergantung kepada jenis usaha dan peraturan pajak yang berlaku. d. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh manfaat dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak didalam satu grup begitu juga terhadap biaya sehingga dapat diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak tax shifting yakni menghindari tarif paling tinggimaksimum. Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif pajak yang berlaku progresif dan penghasilan kena pajak sudah melewati tarif yang paling rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi perusahaan dalam beberapa divisi, dimana ada divisi yang menghasilkan laba yang besar dan ada divisi yang hanya berfungsi sebagai pusat biaya. e. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan fringe Benefit dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum shif to lower bracket. Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan fringe benefit dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya. f. Pemilihan metode penilaian persediaan. Ada dua metode penilaian yang diizinkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata average dan metode masuk pertama keluar pertama first in first out. Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi, metode rata-rata Universitas Sumatera Utara average akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi dibanding dengan metode masuk pertama keluar pertama first in first out. Harga pokok penjualan HPP yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil. g. Untuk pendanaan aktiva tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi finance lease di samping pembelian langsung karena jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aktiva dan pembayaran leasing dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan demikian, aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih cepat dibandingkan melalui penyusutan jika pembelian dilakukan secara langsung. h. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat saldo menurun sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal- awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil garis lurus supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya. i. Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. Sebagai contoh: untuk jenis usaha yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final, maka efesiensi PPh pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan cara memberikan semaksimal mungkin tunjangan karyawan dalam bentuk natura, mengingat pembelian natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21. j. Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan, untuk ini wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Sebagai contoh PPh Pasal 22 atas pembelian solar dari pertamina bersifat final jika pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran ”Migas”, tetapi bila pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pabrikan maka PPh pasal 22 tersebut dapat dikreditkan dengan PPh Badan. Perkreditan ini lebih menguntungkan ketimbang dibebankan sebagai biaya. Keuntungan yang dapat diperoleh sebesar 70 dari nilai pajak yang dikreditkan dengan asumsi penghasilan kena pajak telah mencapai jumlah yang dikenakan tarif 30 k. Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran PPN dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai batas waktu yang diperkenankan khususnya atas penjualan kredit. Perusahaan dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan penyerahan barang kep. Dirjen pajak No: 53PJ1994 l. Menghindari pemeriksaan pajak, periksaan pajak oleh Direktorat jenderal pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang: 1 SPT lebih bayar 2 SPT rugi 3 Tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT Universitas Sumatera Utara 4 Terdapat informasi pelanggaran 5 Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen pajak m. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku. Contoh 1 Pemilihan bentuk usaha perseorangan akan lebih menghemat pajak karena terhindar dari pengenaan pajak berganda seperti yang terjadi pada bentuk usaha perseroan terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2.2 berikut: : Tabel 2.2. Tax Planning atas Pemilihan Bentuk Usaha PT.X Bentuk Usaha Perseorangan Bentuk Usaha Perseroan Terbatas Penghasilan kena pajak Rp.300.000.000,00 Hutang PPh Tarif Pasal 17: 25 X Rp.300.000.000,00 Total Hutang PPh Rp. 75.000.000,00 Laba Setelah Pajak Rp. 225.000.000,00 Untuk Badan usaha Berbentuk perseorangan, tidak dikenakan lagi PPh untuk penghasilan pribadi. Penghasilan Kena pajak Rp.300.000.000,00 Hutang PPh Tarif Pasal 17: 25 X Rp.300.000.000,00 Total hutang pajak Laba Setelah Pajak Rp. 225.000.000,00 Rp. 75.000.000,00 Apabila diasumsikan bahwa pemegam saham perusahaan tersebut hanya 2 dua orang saja, maka penghasilan yang mereka terima masing-masing adalah : Rp. 225.500.0002 = Rp. 112.500.000,00 PPh yang terutang atas penghasilan mereka masing- masing adalah: 25 x Rp. 112.500.000,00 = Rp 2.500.000,00 Total Rp 28.125.000,00 Atau pada saat tersedianya keuntungan tersebut untuk dibagikan, terhutang PPh Pasal 23 masing-masing sebesar: 15 x 112.500.000,00 = Rp 16.875.000,00 Contoh 2 Perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan perusahaan baru didaerah terpencil di Indonesia bagian Timur. Oleh karena daerah tersebut memiliki potensi ekonomi yang layak dikembangkan namun sulit dijangkau, maka pemerintah memberikan beberapa keringanan dalam pajak seperti izin untuk mengurangkan natura dan kenikmatan fringe benefit dari penghasilan bruto seperti yang diatur dalam SE-29Pj.41995 Tanggal 5 Juni 1995. : Universitas Sumatera Utara Contoh 3 Misalnya perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya untuk pendidikan karyawan dengan tujuan untuk mengurang pendapatan kena pajak seperti dalam tabel 2.3 berikut: : Tabel 2.3. Tax Planning atas Biaya Pendidikan Karyawan PT.X Tidak melakukan pendidikan karyawan Melakukan pendidikan karyawan Pendapatan usaha Rp 3.500.000.000 Biaya usaha langsung Rp 2.372.650.000 Laba kotor Rp 1.127.350.000 Biaya usaha tidak langsung: Biaya pemasaran Rp 23.342.000 Biaya Adm. Umum Rp 563.890.000 Biaya keperluan kantor Rp 125.670.000 Biaya pemeliharaan Rp 86.762.000 Biaya penyusutan Rp 173.542.000 Laba operasi Rp 154.144.000 Pendapatan biaya lain-lain: Pendapatan lain-lain Rp 11.283.000 Biaya lain-lain Rp 523.000 Penghasilan kena pajak Rp 164.904.000 Hutang PPh 25XRp. 164.904.000 Total hutang PPh Rp 41.226.000 Laba Bersih set. Pajak Rp 123. 675.000 Total hutang PPh Rp 41.226.000 Pendapatan usaha Rp 3.500.000.000 Biaya usaha langsung Rp 2.372.650.000 Laba kotor Rp 1.127.350.000 Biaya usaha tidak langsung: Biaya pemasaran Rp 23.342.000 Biaya Adm. Umum Rp 563.890.000 Biaya keperluan kantor Rp 125.670.000 Biaya pemeliharaan Rp 86.762.000 Biaya penyusutan Rp 173.542.000 Laba operasi Rp 154.144.000 Pendapatan biaya lain-lain: Pendapatan lain-lain Rp 11.283.000 Biaya lain-lain Rp 523.000 Biaya pendidikan Rp 8.885.000 Penghasilan kena pajak Rp 156.119.000 Hutang PPh 25XRp. 156.119.000 Total Hutang PPh Rp.39.029.660 Laba bersih setelah pajak Rp.134.262.340 Total hutang PPh Rp 39.029.750 Maka selisih hutang pajak yang dapat dihemat Rp 41.226.000 – Rp 39.029.660 = Rp 2.196.340 Universitas Sumatera Utara Contoh : 4 Tabel 2.4. Tax Planning atas Perusahaan Sebagai Profit Center Dan Cost Center Perusahaan Sebagai Profit Center Dan Cost Center Perusahaan Hanya Sebagai Profit Center PT. ”X” DIVISI A Laba usaha Rp 285.450.000 PT. ”X” DIVISI B Laba Rugi usaha Rp 105.423.000 PT. ”X” DIVISI C Laba usaha Rp 24.731.000 PT. ”X” DIVISI D Laba Rugi usaha Rp 49.385.000 Penghasilan kena pajak Rp 155.373.000 Hutang PPh 25 X Rp. 155.373.000 Total Hutang pajak Rp. 38. 843.250 Laba setelah pajak Rp 116.529.750 Dalam kegiatan usahanya perusahaan tidak ada yang berfungsi sebagai cost center atau sebagai factor pengurang laba atau hanya memperhitungkan divisi yang menghasilkan laba dalam hal ini yaitu PT. “X” DIVISI A dan DIVISI C. PT. ”X” DIVISI A Laba usaha Rp 285.450.000 PT. ”X” DIVISI C Laba usaha Rp 24.731.000 Penghasilan kena pajak Rp 310.181.000 Hutang PPh 25 x Rp. 310.181.000 Total hutang pajak Laba setelah pajak Rp 232.635.750 Rp. 77.545.250 Pada perhitungan tersebut jelas terlihat bahwa dengan hanya membuat profit center memang laba setelah pajak yang dihasilkan jauh lebih besar dibanding dengan membuat profit center dan cost center yaitu sebesar Rp 116.109.000, namun yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah biaya yang dikeluarkan digunakan untuk kepentingan peningkatan perusahaan seperti untuk biaya pendidikan karyawan, biaya pemeliharaan, dan lain-lain. Disamping itu dengan membuat perusahaan sebagai cost center dapat berfungsi untuk memperkecil laba sebelum pajak sehingga dapat menghemat pajak. Dalam perhitungan tersebut selisih hutang pajak yang dapat dihemat Rp 77.545.250 – Rp 38.843.250 = Rp 38.702.000 atau sebesar 49,9 Universitas Sumatera Utara Contoh 5 : Perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada karyawan dan memperhitungkan tujuan tersebut sebagai tambahan penghasilan karyawan dengan asumsi bahwa Tuan Y adalah wajib pajak belum kawin seperti yang terlihat dalam tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5. Tax Planning atas Pemberian Tunjangan Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Ditanggung Perusahan Pajak Penghasilan Diganti Tunjangan Pajak Gaji Rp 3.850.000 Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 30.000 Iuran asuransi kematian Rp 30.000 Penghasilan bruto Rp 3.910.000 Potongan: a. Biaya jabatan 5xRp.3.9100.000 Rp 195.500 b. Iuran pensiun Rp 30.000 c. Iuran THT Rp 15.000 Rp 240.500 Penghasilan neto sebulan Rp 3.669.500 Penghasilan neto setahun Rp 44.034.000 Penghasilan tidak kena pajak Rp 15.840.000 Penghasilan kena pajak Rp 28.194.000 Hutang PPh Psl 21: 5 x Rp 28.194.000 = Rp 1.409.700 pajak penghasilan 1 bulan Rp 117.475 Penghasilan bruto 1 bulan Rp 3.910.000 Pajak penghasilan 1 bulan Rp 117.475 Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan Rp 4.027.475 Biaya yang diperkenankan pajak Rp 3.910.000 Gaji Rp 3.850.000 Iuran asuransi kecelakaan kerja Rp 30.000 Iuran asuransi kematian Rp 30.000 Tunjangan pajak Rp 117.475 Penghasilan bruto Rp 4.027.475 Potongan: a. Biaya jabatan 5xRp.4.027.475 Rp 201.374 b. Iuran pensiun Rp 30.000 c. Iuran THT Rp 15.000 Rp 95.000 Penghasilan neto sebulan Rp 1.900.250 Penghasilan neto setahun Rp 22.803.000 Penghasilan tidak kena pajak Rp 1.320.000 Penghasilan kena pajak Rp 21.483.000 Hutang PPh 5 x Rp 21.483.000 = Rp 1.074.150 pajak penghasilan 1 bulan Rp 89.512 Penghasilan bruto 1 bulan Rp 3.910.000 Pajak penghasilan 1 bulan Rp 117.475 Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan Rp 4.027.475 Biaya yang diperkenankan pajak Rp 4.027.475 Contoh 6: 1 Januari 2001 persediaan awal 100 satuan Rp 8,00 6 Januari 2001 pembelian 100 satuan Rp 13,00 12 Januari 2001 pembelian 100 satuan Rp 11,25 18 Januari 2001 penjualan 100 satuan 25 Januari 2001 penjualan 100 satuan Tabel 2. 6. Tax Planning Berdasarkan Perhitungan Nilai Persediaan Dengan Metode Rata-Rata Universitas Sumatera Utara Tanggal Pembelian Penjualan SisaPersediaan 112001 100Rp.8 =Rp.800 612001 100Rp.13=Rp.1.300 200Rp10,50=Rp.2100 1212001 100Rp.11,25=1.125 300Rp.10,75=Rp.3.225 1812001 100Rp.10,75=Rp.1.075 200Rp.10,75=Rp.2150 2512001 100Rp.10,75=Rp.1.075 100Rp10,75=Rp.1075 Tabel 2.7. Tax Planning Berdasarkan Perhitungan Nilai Persediaan Dengan Metode First In First Out Tanggal Pembelian Penjualan SisaPersediaan 112001 100Rp.8 =Rp.800 612001 100Rp.13=Rp.1.300 100Rp.8 =Rp.800 100Rp.13=Rp.1300 1212001 100Rp.11,25 =1.125 100Rp.8 =Rp.800 100Rp.13=Rp.1.300 100Rp.11,25 =1.125 1812001 100Rp.9 =Rp.900 100Rp.13=Rp.1300 100Rp.11,25 =1.125 2512001 100Rp.12=Rp.1200 100Rp.11,25 =1.125 Contoh 8 : Perusahaan mempertimbangkan untuk pengadaan sebuah mesin seharga Rp. 1.000.000.000,00 dengan cara pembelian langsung atau dengan leasing dengan asumsi discount rate yang berlaku adalah 20, apabila dengan leasing maka tingkat bunga yang belaku adalah 22 dan nilai opsi Rp. 100.000.000,00 dengan jangka waktu leasing selama 4 tahun dan umur aktiva tersebut adalah 8 tahun apabila dibeli secara langsung. Perbandingan antara harga perolehan dan penghematan pajak antara pembelian langsung dengan leasing dapat dilihat dalam tabel 2.8 berikut: perhitungan dalam lampiran Tabel 2.8. Tax Planning Dengan Pilihan Membeli Langsung Aktiva Tetap Dengan Leasing Keterangan Leasing dengan bunga 22 Beli secara Tunai Nominal Pv disc rate 20 Nominal Pv disc rate 20 Harga perolehan: Lease fee Nilai opsi Harga mesin Jumlah 1.361.062.562,52 100.000.000,00 1.461.062.562,00 947.345.315,65 100.000.000,00 1.047.345.315,65 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Universitas Sumatera Utara Biaya yang boleh dibiayakan: Lease fee Biaya penyusutan Jumlah PPh 30 1.361.062.562,52 100.000.000,00 1.461.062.562,52 438.318.768,76 947.345.315,65 27.290.875,01 974.636.190,66 292.390.857,20 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 300.000.000,00 565.903.584,16 565.771.075,25 169.771.075,25 Penghematan pajak dalam nominal : Rp 438.318.768,76 – Rp 300.000.000 = Rp 138.318.368,76 Penghematan pajak dalam Pv : Rp 292.390.87,20 – Rp 169.771.075,25 = Rp 122.619.781,95 Contoh 9 : Sebuah mesin yang diperoleh tanggal 2 januari 200x dengan harga perolehan Rp. 1.200.000.000,00 dan masa manfaatnya 4 tahun, maka penyusutannya adalah sebagai berikut tabel 2. 9, 10, 11 : Tabel 2.9. Tax Planing Berdasarkan Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Menggunakan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun Tahun Metode Penyusutan Garis Lurus Saldo Menurun 1 2 3 4 330.000.000 330.000.000 330.000.000 330.000.000 600.000.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 Akumulasi Penyusutan 1.200.000.000 1.200.000.000 Tabel 2.10. Tax Planning Berdasarkan Besar Biaya Penyusutan Dan Present Valuenya-Nya Dengan Discount Factor 20 Tahun Metode Penyusutan

d.f.20 Garis Lurus

Saldo Menurun Nominal PV PV Nominal PV PV 1 2 3 4 300.000.000 300.000.000 300.000.000 300.000.000 249.999.900 208.333.200 173.610.900 144.675.900 600.000.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 499.999.800 208.333.200 86.805.405 72.337.950 0,833333 0,694444 0,578703 0,482253 1.200.000.000 776.619.900 1.200.000.000 617.476.400 Tabel 2.11. Perbedaan Besarnya Penghematan Pajak Antara Metode Garis Lurus Dengan Saldo Menurun Keterangan Garis Lurus Saldo Menurun Nominal PV PV d.f.20 Nominal PV PV d.f.20 Harga perolehan Biaya penyusutan PPh 30 1.200.000.000 1.200.000.000 360.000.000 1.200.000.000 776.619.900 232.985.970 1.200.000.000 1.200.000.000 360.000.000 1.200.000.000 617.476.400 185.242.920 Universitas Sumatera Utara Sebagai bagian dari penghitungan penyusutan, revaluasi aktiva perlu dipertimbangkan didalam menghasilkan penghematan pajak yang optimal Prakosa, 2000 : 233. Revaluasi aktiva tetap merupakan suatu proses dari pihak perusahaan untuk menghitung atau menilai kembali suatu aktiva tetapasset yang dimiliki oleh perusahaan melalui Lembaga Penilai appraisal company yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk melakukan penilaian. Selisih harga perolehan dan akumulasi penyusutan menjadi nilai buku, dan menjadi dasar pengurang dari nilai revaluasi hasil penilaian kembali suatu aktiva tetap, yang pada akhirnya akan menjadi selisih lebih revaluasi dan menjadi dasar penghitungan objek pajak PPh yang dikenakan tarif 10.

7. Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak