BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

(1)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara menuju paru - paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam. Sufokasi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian.1,2

2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu:

1. Smothering (pembekapan)

Smothering merupakan asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus atau adanya obstruksi atau sumbatan pada hidung dan mulut. Biasanya dilakukan terhadap korban yang lemah atau tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak tangan atau memakai benda lain seperti kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka korban ke kasur dan lain-lain.

Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang, dapat juga bunuh diri dengan cara mengikatkan gulungan kain atau bantal menutup muka.1,2,3,4

Tanda-tanda asfiksia pada pembekapan:5 1. Sianosis

Tanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan bibir dimana terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis mempunyai arti jika keadaan mayat masih baru (kurang dari 24 jam post mortem).


(2)

Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringannya longgar, seperti pada konjunctiva bulbi, palpebra, dan subserosa lain. Pada kasus yang hebat perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit, khususnya di daerah wajah. Pelebaran pembuluh darah konjunctiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase konvulsi. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan.

3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi.

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernafasan pada fase dispnoe yang disertai sekresi selaput lendir saluran nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.

Tanda-tanda asfiksia ini juga disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pasti bahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang mematikan.

Cara kematian pada pembekapan:5 1. Kecelakaan (paling sering)

Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, terutama bayi premature bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja orangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut

overlying.

Pada anak-anak dan dewasa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau


(3)

dalam kantong plastik. Penggunaan kantung plastik akan merangsang sistem saraf simpatis, akibatnya terjadi aritmia. Orang dewasa yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsy yang mendapat serangan dan terjatuh, sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya.

2. Bunuh diri (suicide)

Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu dengan “membenamkan” wajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. Bisa juga dengan menggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut.

Gambar 1: Pembekapan hidung dan mulut dengan bantal 3. Pembunuhan

Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. Pada pembunuhan dengan pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung dan mulut diplester, bantal ditekan ke wajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada hidung dan mulut. Pembunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking.


(4)

2. Wedging

Merupakan bentuk asfiksia mekanik dimana wajah, leher, dan thoraks tertekan karena berada diantar dua struktur benda keras. Pada suatu penelitian menunjukkan bahwa wedging sering terjadi pada anak-anak usia tiga sampai enam bulan.3

3. Choking-Gagging

Choking merupakan adanya sumbatan aliran udara yang melewatinya yaitu sumbatan pada laringofaring. Hal ini kebanyakan terjadi secara tidak sengaja karena adanya benda asing seperti tulang ikan, koin, kancing, ataupun gigi palsu. Benda asing, ataupun tumor, dan muntahan ini akan menginduksi terjadinya spasme laring, sehingga aliran udara akan tersumbat.2,3

Fase terjadinya sumbatan jalan nafas terdiri dari penetrasi benda kejalan nafas, sumbatan jalan nafas, dan gagalnya mengeluarkan benda yang menyumbat. Tanda yang dijumpai yaitu tanda-tanda sumbatan jalan nafas atas (stridor, distress pernafasan, batuk, choking) dan tidak mampu berbicara. Kemudian diikuti dengan nafas yang panjang menyebabkan objek untuk makin masuk. Terjadilah laringospasme. Terjadi rangsangan vagal, menyebabkan aritmia dan apnoe, terjadi kematian.3

Choking sering terjadi secara tidak sengaja pada anak-anak kurang dari satu tahun. Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Bunuh diri jarang terjadi kecuali pada pasien gangguan jiwa atau tahanan dalam penjara. Jika pembunuhan maka akan dijumpai adanya tanda-tanda perlawanan.3


(5)

Gagging merupakan bentuk asfiksia sebagai akibat pemaksaan memasukkan kain kedalam mulut atau penutupan mulut dan hidung dengan kain atau material yang sama, yang diikatkan kesekeliling kepala. Kain ataupun material tersebut menyumbat faring. Awalnya, masih bisa bernafas seperti biasa; adanya kumpulan saliva, peningkatan mucus dengan oedema faring dan mukosa hidung, menyebabkan sumbatan. Pada orang dewasa sering akibat adanya gigi palsu. Atau juga akibat adanya bekuan darah dari trauma.6

4. Asfiksia traumatika

Ketika terjadi fiksasi mekanik pada dada dapat menyebabkan kematian, disebut dengan asfiksia traumatik. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan jarang sekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka akan tampak tanda - tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan disertai dengan cedera dada dan fraktur tulang iga.2,3

Gambar 2:

A. Benda asing dimulut


(6)

Pemeriksaan Luar3

- Masque ecchymotique yaitu perubahan warna dari biru kemerahan menjadi

biru kehitaman pada wajah dan leher dengan keterlibatan pada thoraks bagian atas, punggung, dan lengan.

Pemeriksaan Dalam3

Pada pemeriksaan didapatkan mungkin minimal atau tidak ada: - Mata: Purtscher’s retinopathy (perdarahan retina)

- Mulut, hidung, telinga: petechiae/ ekimosis pada faring, sublingual, hidung, dan kanalis auditoris.

- Traktus respiratorius atas: petechiae pada epiglotis, laring, dan trakea, edema pada laring.

- Tulang: fraktur klavikula/iga; mungkin terdapat fraktur ekstremitas dan pelvis; jarang terjadi fraktur tulang tengkorak.

- Paru-paru: kontusio/laserasi; hemo-pneumothoraks; kongesti - Jantung: rupture, kontusio (jarang).

- Abdomen: laserasi hepar/limfa.

- CNS: oedema cerebri; perdarahan intracerebral (jarang).


(7)

5. Inhalasi gas-gas berbahaya

Inhalasi gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida, karbon monoksida, asap pada gedung yang terbakar, hydrogen sulfida (H2S), methan pada pekerja mungkin dapat menyebabkan sufokasi. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal. Karbon monoksida (CO) merupakan penyebab kematian utama pada keracunan. CO tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan gas noniritan yang dihasilkan dari adanya lingkungan yang kurang oksigen pada temperature yang tinggi. Ikatan CO dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari oksigen, sehingga darah yang mengangkut oksigen berkurang. Efek hipoksia akan meningkat karena ikatan CO dengan hemoglobin, meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dan menggeser kurva disosiasi oksigen kekiri, sehingga menurunkan pelepasan oksigen ke sel. Penurunan pelepasan ini akan merangsang pernafasan, meningkatkan pengambilan CO dan menyebabkan respiratori alkalosis, yang akan menggeser kurva disosiasi oxyhemoglobin kekiri.2,3,5

Pemeriksaan Luar

- Gambaran “Cherry red” karena CO menyebabkan vasodilatasi.

- Sianosis karena pembendungan pada pembuluh darah yang lebih dalam. Pemeriksaan Dalam

- Adanya ”Cherry-pink” pada darah dan organ tubuh. - Dijumpai petechi sampai nekrosis miocard pada jantung. - Rhabdomyolysis


(8)

Gambar 4: Keracunan karbon monoksida

Sianida menyebabkan asfiksia dengan berkompetisi dengan sitokrom oksidase dan enzyme seluler lainnya dimana enzim tersebut dibutuhkan untuk penggunaan oksigen. Dijumpai lebam mayat yang sama merahnya dengan keracunan karbon monoksida. Ahli patologis sering membuat diagnosis dengan mengenali bau pada saat autopsy karena bau gas tersebut seperti almond yang pahit.7

2.3 PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Biasanya dalam waktu 4 - 5 menit setelah mengalami sufokasi komplit. Pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak.5

2.4 TANDA -TANDA POST MORTEM5 PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH

 Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan untuk menekan.

 Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan.

 Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/ permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi, dan lidah.


(9)

Gambar 5: abrasi kecil pada bibir atas kanan

 Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. Pada pembekapan dengan menggunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai lipstick, maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang berlipstick tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih dalam, yaitu ke bantalnya sendiri.

 Pada asfiksia traumatik mungkin dapat dilihat adanya fraktur pada iga, mata yang berlinang, bola mata yang menonjol dan konjungtiva kongesti, petechi, dan lidah akan keluar.

 Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainannya bisa minimal: yaitu luka lecet atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.

 Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka seluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.

 Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban.  Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar

maupun pada pembedahan jenazah. Perlu dilakukan pemerikssan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH Tetap cairnya darah

o Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin. Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan


(10)

yang ada di ekstravaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena cepatnya proses kematian.

Kongesti

o Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisan mengeluarkan banyak darah. Otak dan organ-organ abdominal juga mengalami kongesti.

Edema pulmonum

o Edema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

Perdarahan berbintik (Pethecial haemorrhages)

o Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viscelar paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis.

Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran nafas

Dapat juga ditemukan benda asing seperti koin, lumpur, dan sebagainya pada mulut, kerongkongan, dan trakea.

2.5 ASPEK MEDIKOLEGAL2

Para dokter biasanya dipanggil untuk bersaksi apakah penyebab kematian pada seseorang merupakan sufokasi atau tidak dan juga apakah sufokasi yang terjadi merupakan tidak sengaja (accidental), bunuh diri, atau pembunuhan. Adanya benda asing atau bukti yang lain menunjukkan terjadinya sufokasi pada kebanyakan kasus. Pada pemeriksaan post mortem sangat diperlukan untuk menunjang apakah penyebab kematian akibat sufokasi atau tidak. Bunuh diri dengan sufokasi sangat jarang dilaporkan. Accidental terjadi pada anak-anak ketika mereka menelan benda asing seperti koin. Atau juga pada orang yang terjebak pada bangunan yang terbakar. Pembunuhan dengan sufokasi paling sering terjadi. Benda asing seperti pakaian


(11)

mungkin secara paksa dimasukkan kedalam mulut. Bantal paling sering digunakan untuk membunuh anak-anak, orang tua atau wanita.

Metode yang digunakan adalah:

(a) Burking: merupakan metode yang diciptakan oleh Burke dan Hare untuk membunuh korban mereka. Mereka menekan dada korban dan menutup mulut mereka.

(b) Bans-dola: pada metode ini, dada korban ditekan dengan dua papan kayu. Fraktur iga ataupun laserasi pada paru-paru mungkin terlihat.


(1)

Pemeriksaan Luar3

- Masque ecchymotique yaitu perubahan warna dari biru kemerahan menjadi biru kehitaman pada wajah dan leher dengan keterlibatan pada thoraks bagian atas, punggung, dan lengan.

Pemeriksaan Dalam3

Pada pemeriksaan didapatkan mungkin minimal atau tidak ada: - Mata: Purtscher’s retinopathy (perdarahan retina)

- Mulut, hidung, telinga: petechiae/ ekimosis pada faring, sublingual, hidung, dan kanalis auditoris.

- Traktus respiratorius atas: petechiae pada epiglotis, laring, dan trakea, edema pada laring.

- Tulang: fraktur klavikula/iga; mungkin terdapat fraktur ekstremitas dan pelvis; jarang terjadi fraktur tulang tengkorak.

- Paru-paru: kontusio/laserasi; hemo-pneumothoraks; kongesti - Jantung: rupture, kontusio (jarang).

- Abdomen: laserasi hepar/limfa.

- CNS: oedema cerebri; perdarahan intracerebral (jarang).


(2)

5. Inhalasi gas-gas berbahaya

Inhalasi gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida, karbon monoksida, asap pada gedung yang terbakar, hydrogen sulfida (H2S), methan pada pekerja mungkin dapat menyebabkan sufokasi. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal. Karbon monoksida (CO) merupakan penyebab kematian utama pada keracunan. CO tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan gas noniritan yang dihasilkan dari adanya lingkungan yang kurang oksigen pada temperature yang tinggi. Ikatan CO dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari oksigen, sehingga darah yang mengangkut oksigen berkurang. Efek hipoksia akan meningkat karena ikatan CO dengan hemoglobin, meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dan menggeser kurva disosiasi oksigen kekiri, sehingga menurunkan pelepasan oksigen ke sel. Penurunan pelepasan ini akan merangsang pernafasan, meningkatkan pengambilan CO dan menyebabkan respiratori alkalosis, yang akan menggeser kurva disosiasi oxyhemoglobin kekiri.2,3,5

Pemeriksaan Luar

- Gambaran “Cherry red” karena CO menyebabkan vasodilatasi.

- Sianosis karena pembendungan pada pembuluh darah yang lebih dalam. Pemeriksaan Dalam

- Adanya ”Cherry-pink” pada darah dan organ tubuh. - Dijumpai petechi sampai nekrosis miocard pada jantung. - Rhabdomyolysis


(3)

Gambar 4: Keracunan karbon monoksida

Sianida menyebabkan asfiksia dengan berkompetisi dengan sitokrom oksidase dan enzyme seluler lainnya dimana enzim tersebut dibutuhkan untuk penggunaan oksigen. Dijumpai lebam mayat yang sama merahnya dengan keracunan karbon monoksida. Ahli patologis sering membuat diagnosis dengan mengenali bau pada saat autopsy karena bau gas tersebut seperti almond yang pahit.7

2.3 PENYEBAB KEMATIAN

Penyebab kematian pada sufokasi adalah asfiksia dan syok (jarang). Biasanya dalam waktu 4 - 5 menit setelah mengalami sufokasi komplit. Pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak.5

2.4 TANDA -TANDA POST MORTEM5 PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH

 Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan untuk menekan.

 Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan.

 Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/ permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi, dan lidah.


(4)

Gambar 5: abrasi kecil pada bibir atas kanan

 Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Memar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. Pada pembekapan dengan menggunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai lipstick, maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang berlipstick tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih dalam, yaitu ke bantalnya sendiri.

 Pada asfiksia traumatik mungkin dapat dilihat adanya fraktur pada iga, mata yang berlinang, bola mata yang menonjol dan konjungtiva kongesti, petechi, dan lidah akan keluar.

 Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainannya bisa minimal: yaitu luka lecet atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.

 Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka seluruh kulit yang menutupi daerah tersebut.

 Bisa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban.  Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar

maupun pada pembedahan jenazah. Perlu dilakukan pemerikssan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH Tetap cairnya darah

o Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin. Pendapat lain dihubungkan dengan faktor-faktor pembekuan


(5)

yang ada di ekstravaskuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena cepatnya proses kematian.

Kongesti

o Kongesti pada paru-paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. Pada pengirisan mengeluarkan banyak darah. Otak dan organ-organ abdominal juga mengalami kongesti.

Edema pulmonum

o Edema pulmonum atau pembengkakan paru-paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

Perdarahan berbintik (Pethecial haemorrhages)

o Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viscelar paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis.

Bisa juga didapatkan busa halus dalam saluran nafas

Dapat juga ditemukan benda asing seperti koin, lumpur, dan sebagainya pada mulut, kerongkongan, dan trakea.

2.5 ASPEK MEDIKOLEGAL2

Para dokter biasanya dipanggil untuk bersaksi apakah penyebab kematian pada seseorang merupakan sufokasi atau tidak dan juga apakah sufokasi yang terjadi merupakan tidak sengaja (accidental), bunuh diri, atau pembunuhan. Adanya benda asing atau bukti yang lain menunjukkan terjadinya sufokasi pada kebanyakan kasus. Pada pemeriksaan post mortem sangat diperlukan untuk menunjang apakah penyebab kematian akibat sufokasi atau tidak. Bunuh diri dengan sufokasi sangat jarang dilaporkan. Accidental terjadi pada anak-anak ketika mereka menelan benda asing seperti koin. Atau juga pada orang yang terjebak pada bangunan yang terbakar. Pembunuhan dengan sufokasi paling sering terjadi. Benda asing seperti pakaian


(6)

mungkin secara paksa dimasukkan kedalam mulut. Bantal paling sering digunakan untuk membunuh anak-anak, orang tua atau wanita.

Metode yang digunakan adalah:

(a) Burking: merupakan metode yang diciptakan oleh Burke dan Hare untuk membunuh korban mereka. Mereka menekan dada korban dan menutup mulut mereka.

(b) Bans-dola: pada metode ini, dada korban ditekan dengan dua papan kayu. Fraktur iga ataupun laserasi pada paru-paru mungkin terlihat.