Perilaku Politik Soekarno(Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia)
PERILAKU POLITIK SOEKARNO :
STUDI PADA KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI
SOEKARNO DALAM KONFRONTASI INDONESIA DENGAN
MALAYSIA
DISUSUN OLEH
NAMA : TINA RAYA SIHOMBING NIM : 030906039
DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. Antonius Sitepu, MSi DOSEN PEMBACA : Indra Kesuma Nasution, SIp Msi
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Ucapan Terimakasih ... iii
Abstraksi ... iv
Daftar Isi ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakanng Masalah ... 1-5 2. Perumusan Masalah ... 5
3. Tujuan penelitian ... 5
4. Manfaat penelitian ... 5
5. Kerangka konseptual ... 6
5.1. Politik Luar Negeri ... 6-10 5.2. Kebijakan Politik Luar Negeri ... 10-15 5.3. Perilaku Politik ... 15-19 5.3.1. Pengertian perilaku politik ... 19-20 5.3.2. Ruang Lingkup Perilaku Politik ... 20-21 5.3.3. Faktor-Faktor yang Mampengaruhi Perilaku Politik ... 21-22 5.4. Politik Konfrontasi ... 22-24 6. Hepotesa ... 25
7. Metodologi Penelitian ... 25
7.1. Jenis Penelitian ... 25
7.2. Tehnik Pengumpulan Data ... 26
7.3. Analisa Data ... 26 8. Sistematika Penulisan
(3)
BAB II PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG NASIONALISME
DAN MARXISME ... 27
2.1. Sketsa Biografi Soekarno ... 27
2.2. Nasionalisasi Pemikiran Soekarno ... 54
2.3. Prinsip Marxisme Soekarno ... 60
BAB III KONFRONTASI INDONESIA DENGAN MALAYSIA DITINJAU DARI NASINALISME DAN MARXISME SOEKARNO 3.1. Hubungan Soekarno Dengan Malaysia ... 69
3.2. Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia Ditinjau dari Nasionalisme Soekarno ... 73
3.3. Konfrontasi Indnesia Dengan Malaysia Ditinjau dari Marxisme Soekarno ... 76
3.4. Dampak Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia terhadap politik luar Negeri Indonesia-Malaysia ... 84
BAB IV KESIMPULAN ... 88 DAFTAR PUSTAKA
(4)
ABSTRAKSI
Judul : Perilaku Politik Soekarno
Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia.
Nama : Tina Raya Sihombing
Nim : 030906073
Departemen : Ilmu Politik
Skripsi ini membahas tentang Perilaku Politik Soekarno, dimana penulis
mengambil studi pada Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks
Politik Konfrontasi Indonesia. Perilaku politik (Political Behavior) adalah dirumuskan
sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik, dalam hal ini adalah kebijakan politik luar negeri Soekarno dalam
politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.
Mengkaji kebijakan Politik Luar Negeri merupakan sesuatu persoalan yang
sangat menarik dan penuh warna. Memahami politik luar negeri suatu Negara berarti
memahami pula sikap bangsa Negara tersebut yang mana didalamnnya terkandung
tujuan dan kepentingan nasioanl dari Negara itu. Politik luar negeri adalah suatu pola
kebijaksanaaan suatu Negara yang ditujukan untuk beradaptasi dengan lingkungan
internasionalnya. Jadi, dalam pelaksanaannya politik luar negeri suatu Negara di
implemantasikan dalam bentuk keputusan ataupun kebijakan Negara yang
memcerminkan sikap atapun politik luar negeri biasanya disebut dengan kebijakan
(5)
Berkenaan dengan itu, penelitian yang mengkhususkan pada kebijakan luar
negeri Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno khususnya politik konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia ini, dimana hal yang menarik adalah konfrontasi tersebut
terjadi ketika Indonesia berada dalam kondisi perekonomian yang sulit.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alas an Presiden Soekarno dalam
mengeluarkan kebijakan untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia serta
bagaimana perilaku dari pembuat kebijakan ( Presiden Soekarno) dapat mempengaruhi
pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia ( Kebijakan Politik Konfrontasi Indonesia
dengan Malaysia). Penelitian ini bersifat Deskriptif dimana data yang dikumpulkan
dari berbagai sumber yaitu buku-buku literature / majala-majalah dan tulisan-tulisan
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini menjunjukkan bahwa
pribadi Soekarno memiliki pengaruh besar dalam pengambilan kebijakan politik
konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, disamping adanya kepentingan-kepentingan
pribadi Soekarno lainnya.
Hal yang menarik dari penelitian ini adalah pribadi Soekarno yang sangat
menentang kolonialisme dan imperialism adalah sebuah proses pembentukan yang
telah berlangsung cukup lama yaitu semenjak ia kecil hingga keberhasilannya
menghantarkannya Indonesia ke gerbang pintu kemerdekaan. Beliau telah melihat
penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia akibat penjajahan Negara – Negara
kolonial, seperti Jepang dan Belanda. Hal itulah yang membentuk landasan pemikiran
Soekarno yaitu Indonesia harus menolak perluasan imperialism dan kembalinya
kolonialisme. Kata- kata kunci (Key Words) : Perilaku Politik, Demokrasi Terpimpin, Politik Luar Negeri, Kebijakan Politik Luar Negeri, Politik Konfrontasi.
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “
PERILAKU POLITIK SOEKARNO” : Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri
Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia.”
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat agar
dapat menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
“Tak ada gading yang tak retak”, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis ucapkan banyak terimakasih.
Medan, Januari 2010
Tina Raya Sihombing
(7)
ABSTRAKSI
Judul : Perilaku Politik Soekarno
Suatu Studi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks Politik Konfrontasi Indonesia Dengan Malaysia.
Nama : Tina Raya Sihombing
Nim : 030906073
Departemen : Ilmu Politik
Skripsi ini membahas tentang Perilaku Politik Soekarno, dimana penulis
mengambil studi pada Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Konteks
Politik Konfrontasi Indonesia. Perilaku politik (Political Behavior) adalah dirumuskan
sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik, dalam hal ini adalah kebijakan politik luar negeri Soekarno dalam
politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.
Mengkaji kebijakan Politik Luar Negeri merupakan sesuatu persoalan yang
sangat menarik dan penuh warna. Memahami politik luar negeri suatu Negara berarti
memahami pula sikap bangsa Negara tersebut yang mana didalamnnya terkandung
tujuan dan kepentingan nasioanl dari Negara itu. Politik luar negeri adalah suatu pola
kebijaksanaaan suatu Negara yang ditujukan untuk beradaptasi dengan lingkungan
internasionalnya. Jadi, dalam pelaksanaannya politik luar negeri suatu Negara di
implemantasikan dalam bentuk keputusan ataupun kebijakan Negara yang
memcerminkan sikap atapun politik luar negeri biasanya disebut dengan kebijakan
(8)
Berkenaan dengan itu, penelitian yang mengkhususkan pada kebijakan luar
negeri Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno khususnya politik konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia ini, dimana hal yang menarik adalah konfrontasi tersebut
terjadi ketika Indonesia berada dalam kondisi perekonomian yang sulit.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alas an Presiden Soekarno dalam
mengeluarkan kebijakan untuk melakukan konfrontasi dengan Malaysia serta
bagaimana perilaku dari pembuat kebijakan ( Presiden Soekarno) dapat mempengaruhi
pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia ( Kebijakan Politik Konfrontasi Indonesia
dengan Malaysia). Penelitian ini bersifat Deskriptif dimana data yang dikumpulkan
dari berbagai sumber yaitu buku-buku literature / majala-majalah dan tulisan-tulisan
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini menjunjukkan bahwa
pribadi Soekarno memiliki pengaruh besar dalam pengambilan kebijakan politik
konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, disamping adanya kepentingan-kepentingan
pribadi Soekarno lainnya.
Hal yang menarik dari penelitian ini adalah pribadi Soekarno yang sangat
menentang kolonialisme dan imperialism adalah sebuah proses pembentukan yang
telah berlangsung cukup lama yaitu semenjak ia kecil hingga keberhasilannya
menghantarkannya Indonesia ke gerbang pintu kemerdekaan. Beliau telah melihat
penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia akibat penjajahan Negara – Negara
kolonial, seperti Jepang dan Belanda. Hal itulah yang membentuk landasan pemikiran
Soekarno yaitu Indonesia harus menolak perluasan imperialism dan kembalinya
kolonialisme. Kata- kata kunci (Key Words) : Perilaku Politik, Demokrasi Terpimpin, Politik Luar Negeri, Kebijakan Politik Luar Negeri, Politik Konfrontasi.
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bagi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, adalah penting untuk
melakukan hubungan dengan dunia internasional, terutama dengan negara – negara
tetangganya. Karena dengan menjalin hubungan dengan negara lain sedikit banyak
akan memberi nilai tambah bagi pembangunan di negara tersebut.
Karena setiap negara berdaulat menjalin hubungan dengan negara lain di luar
negaranya atau melakukan hubungan pada dunia internasional, maka setiap negara
mempunyai pula apa yang disebut dengan politik luar negeri. Politik luar negeri suatu
negara mencerminkan sikap bangsa atau negara tersebut dan di dalamnya terkandung
tujuan dan kepentingan nasional dari bangsa dan negara itu. Dalam pelaksanaanya
politik luar negeri suatu negara diimplementasikan dalam bentuk keputusan ataupun
kebijakan negara yang mencerminkan sikap atupun politik luar negeri dari negara
tersebut. Bentuk implementasi dari politik luar negeri biasa disebut dengan kebijakan
luar negeri. Kebijakan luar negeri suatu negara menunjukkan dasar-dasar umum yang
dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional39
1
Dahlan Nasution, Politik Internasional Konsep dan Teori. Jakarta, Penerbit Erlangga, 1989,hal.9
(10)
Proses pengambilan keputusan dalam politik luar negeri oleh elite politik
sangat menentukan arah kebijakan dan tindakan yang akan diambil. Pemikiran dari
individu pemimpin juga sangat mempengaruhi dalam pengambilan sebuah kebijakan.
Seperti misalnya dalam memahami kebijakan luar negeri Jerman pada masa Nazi
pengkajian terhadap hal tersebut lebih ditekankan pada pemahaman perilaku pribadi
Adolf Hitler, seperti pada kepribadiannya, ideologi, keyakinan yang dianut serta
bagaimana keyakinan, sikap dan ideologi tersebut mempengaruhi pandangannya
terhadap kebijkan yang dikeluarkan40 Selain itu pengaruh individu pemimpin dapat dilihat dalam kebijakan ekonomi Amerika Serikat dimasa pemerintahan Ronal Wilson
Reagan, kebijakan ekonominya lebih dikenal dengan “Reagonomics”. Kebijakan ekonomi ini banyak mendapat pengaruh dari cara pandang maupun pemikiran Reagan
tentang perlunya penyegaran terhadap staknasi ekonomi yang diwarisi Amerika
Serikat, ataupun terhadap inflasi dan pengangguran. Kebijakan Reagan ini berdasarkan
pada ekonomi perbekalan yang dipandang mendorong ekonomi dengan pemotongan
pajak yang berlaku untuk semua orang.41
40
K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung Binacipta , 1987, hal. 484.
Kebijakan Reagan segera menjadi terkenal
sebagai “Reaganomics”, nama panggilan yang digunakan pendukung dan pencelanya. Pemotongan pajak itu bergabung dengan pengeluaran militer yang berat yang
41
Didapatkan dari halaman web 2009.
(11)
ditimbulkan pengeluaran defisit yang amat besar dan pertambahan dramatis dalam
hutang nasional. Hutang bertambah dengan sekitar 200% (3 kali lipat) antara saat
Reagan menjabat dan saat penggantinya George H. W. Bush menduduki jabatan42
Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, kebijakan luar negeri adalah
adalah implementasi dari politik luar negeri suatu negara. Dalam hal ini Indonesia
adalah negara yang memiliki politik luar negeri bebas aktif, maka kebijakan luar negeri
yang dikeluarkan haruslah mengacu pada politik luar negeri bebas dan aktif tersebut Dalam dunia internasional, arus perubahan dalam politik globalpun telah
menjadikan isu internasional menjadi semakin kompleks. Karakteristik dan dimensi
hubungan antar negara, baik dalam konteks regional maupun global, telah menjadi
semakin rumit dan kompleks. Misalnya saja, bagaimana era 1990-an dan awal 2000-an
diwarnai dengan perubahan di arena politik internasional, baik dalam kompleksitas
permasalahan dan pelaku hubungan internasional maupun dalam konteks hubungan
antar negara. Justru dalam proses perubahan itulah terjadi perkembangan menarik
dalam panggung internasional dengan segala implikasinya dan tidak terkecuali
Indonesia.
43
42
Ibid. Hal. 20
43
Sumaryono Suryokusumo, Praktik Diplomasi, Jakarta, Badan Penerbitan Iblam,2004 hal. 240
.
Dengan kata lain, kebijakan luar negeri merupakan refleksi dari politik dalam negeri
(12)
regional maupun global. Karena itu, setiap dinamika yang terjadi dalam perpolitikan
dalam negeri akan mempengaruhi diplomasi sebagai manifestasi kebijakan luar negeri.
Secara umum visi dan orientasi politik luar negeri Indonesia seharusnya tidak berubah.
Namun, perubahan dimungkinkan jika berkaitan dengan usaha perbaikan ekonomi dan
citra Indonesia di mata dunia internasional. Dasarnya tetap bertitik tolak pada
konstitusi, tetap ikut membantu menciptakan perdamaian dan keadilan sosial, serta
politik bebas-aktif yang diabdikan pada kepentingan nasional.
Selama pemerintahan, dibawah Presiden Seokarno, kebijakan luar negerinya di
nilai sangat berani dan bersifat konfrontatif. Politik konfrontatifnya amat kentara saat
mendapati realita pembentukan, negara federasi Malaya (Malaysia) oleh Inggris. Ia
memandang hal tersebut sebagai upaya Barat, terutama Inggris, untuk membentuk alat
dalam melestarikan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara, khususnya Malaysia
dan Indonesia.44
44
Carsiwan M.Pd, dala
Kebijakan konfrontasi yang diambil Soekarno tersebut menimbulkan pro dan
kontra dikalangan pemerintah maupun masyarakat saat itu. Soekarno dalam kebijakan
politik luar negerinya dianggap telah merupakan fungsi konvensionalnya (memajukan
kepentingan luar negeri suatu negara) dan cenderung lebih memajukan dan melindungi
kepentingan politik domestik.
2009
(13)
Selain alasan diatas kenyataan Soekarno yang lebih cenderung ke kiri-kirian
(RRC dan Uni Soviet) menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat mengenai
konsistensinya yang bebas aktif. 45
Pemerintahan Soekarno menjadi menarik untuk dibahas (terutama dari segi
kebijakan luar negerinya yang dihasilkan) karena pada periode pemerintahan Indonesia
dibawah pimpinan Soekarno dinilai oleh banyak pihak sebagai pemerintahan yang
sarat dengan budaya tradisional
Persoalan atau kasus ini menjadi menarik karena pada dasarnya Indonesia atau
negara manapun mempunyai hak dan kebebasan untuk menjalin ataupun memutuskan
hubungan dengan negara lain apabila dirasa menguntungkan atau tidak
menguntungkan tetapi di sisi lain konfrontasi Indonesia dengan Malaysia ini dianggap
sebagai sebuah kebijakan yang tidak tepat, hal ini dapat dimaklumi karena konfrontasi
yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia ini membawa keterpurukan
sosial-ekonomi bangsa Indonesia.
46
. Pola tradisional adalah pola yang mengedepankan
peranan pemimpin dan mengeyampingkan keputusan yang dibuat bersama. Kehendak
dan pengaruh pimpinan secara individual menjadi patokan dalam membuat dan
mengambil kebijakan yang membuat bawahan hanyalah sekedar pendukung belaka.
Oleh karena itu keinginan dan pertimbangan pemimpin menjadi amat penting dalam
pola pikir tradisional.47
45
Ibid
46
Marwadi Rauf “kata Pengantar “ Muhammad Nasir, konflik Presiden verus POLRI Era Transisi Demokrasi, Jakarta, Riset Studi Politik Madai Institute, 2009, hal. 6
47 Ibid
(14)
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka
penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Mengapa Soekarno ketika
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia Mengeluarkan Kebijakan untuk
melakukan Konfrontasi dengan Malaysia.”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan Presiden
Soekarno melakukan konfrontasi dengan Negara Malaysia.
1.4. Manfaat Penelitan
Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan agar hasilnya dapat
memberikan manfaat antara lain Pertama untuk mengetahui bagaimana perilaku dari pembuat kebijakan (Presiden Soekarno) dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan
luar negeri Indonesia (Konfrontasi Indonesia-Malaysia). Kedua, bagi penulis bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis melalui
(15)
1.5. Kerangka Konseptual
Kebijakan luar negeri adalah strategi implementasi yang diterapkan dengan
variasi yang bergantung pada pendekatan, gaya, dan keinginan pemerintah terpilih.
48
Dalam upaya memahami dan melakukan pengkajian terhadap kebijakan luar negeri
dapat diajukan berdasarkan pemahaman tindakan dan perilaku individu negarawan.49
Dengan memahami perilaku pembuat kebijakan dapat diketahui mengapa
mereka memiliki respons yang berbeda terhadap suatu kondisi
Kajian ini merupakan pendekatan yang berdasarkan pada ungkapan kata perilaku
“Negara” dipandang dalam arti bahwa para pembuat kebijakan sedang menetapkan
tujuan, memilih berbagai sebab tindakan dan mendaya gunakan kapabilitas nasional
untuk mencapai tujuan politik luar negeri atas nama “negara”.
50
. Tingkatan atau unit
analisis ini memusatkan kajuannya pada indiosinkrasis pembuat kebijakan atau keputusan bagi Negara.51
1. Imajinasi.
Unsur-unsur dari indiosinkrasi ini antara lain adalah sebagai berikut :
Setiap gambaran mengenai sasaran, pemilihan tindakan, atau respon
terhadap situasi yang berlangsung bias diterangkan berdasarkan persepsi para pembuat
kebijakan berdasarkan realitas yang dihadapi, karena manusia akan bereaksi sesuai
dengan imajinasinya mengenai lingkungan.
48
Ari Margiono, Adakah Politik Luar Negeri Indonesia?, dala
49
K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung Binacipta,1987, hal. 22
50 Ibid
(16)
imajinasi yang dimaksud adalah persepsi individu terhadap sasaran, fakta atau kondisi,
evaluasi mereka terhadap sasaran, fakta dan kondisi dalam keadaan baik atau buruk,
bersahabat atau bermusuhan, atau nilai; serta arti yang dianggap bersal dari sasaran,
fakta atau kondisi52
2. Sikap
. Perbedaan antara imajinasi dan realitas merupakan rintangan fisik
terhadap arus informasi, seperti kurang baiknya sarana komunikasi, sensor, atau
kurangnya tenaga penasehat yang benar-benar ahli, atau sumber intelijen yang kurang
berfungsi. Jika para pembuat kebijakan politik luar negeri mendasarkan imajinasinya
pada informasi yang kurang memadai, penafsiran yang salah atau menurut
kehendaknya sendiri atau tidak menghargai informasi yang bertentangan dengan apa
yang diyakininya, kondisi ini menjelaskan bahwa kondisi psokologis pembuat
kebijakan harus terus dijalankan, sehingga perbedaan ini akan terus mendasari
setiaptindakan yang dilakukan.
Sikap bisa digambarkan sebagai proposisi evaluative terhadap berbagai
sasaran, fakta atau kondisi, baik yang bersahabat atau bermusuhan, berbahaya, keras
atau sebaliknya53
51
Ibid
52
Ibid, Hal. 469. 53
Ibid, Hal. 472
(17)
Dalam setiap hubungan internasional, para pembuat kebijakan melakukan
tugasnya dalam kerangka berfikir evaluative mengenai permusuhan atau persahabatan
percaya atau tidak mempercayai, yakin atau khawatir terhadap pemerintah dan
masyarakat negara lain. Sikap demikian memiliki pengaruh penting terhadap reaksi
atau tindakan serta pandangan para pengambil kebijakan terhadap isyarat serta tuntutan
negara lain.
3. Nilai
Nilai yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh melalui proses sosialisasi
politik dalam berbagai kelompok social, indoktrinisasi serta pengalaman pribadi54
4. Keyakinan
.
Nilai tersebut merupakan tolak ukur terhadap tindakan yang dilakukan dan sebagai
dasar menilai tindakan Negara lain, dan nilai yang dimaksud merupakan dasar dari
berbagai sikap. Nilai memberikan pedoman umum terhadap tindakan serta
memberikan arah bagi tindakan yang akan dilakukan terhadap sasaran, tindakan, atau
keputusan yang ditetapkan, serta bisa pula dijadikan pedoman untuk pembuatan
kebijakan luar negeri.
Keyakinan bisa ditetapkan sebagai proposisi yang dianggap benar oleh para
pengambil kebijakan, meskipun kebenaran yang diyakininya tidak dapat dibuktika.
Keyakinan merupakan fondasi bagi ideologi nasional dan setiap,
54
(18)
usaha mempermasalahkannya hanya akan mendapatkan kesulitan. Dalam proses
pembentukan kebijakan luar negeri. Keyakinan menjadi penting sekali karena
keyakinan dijadikan dasar untuk menetapkan sejumlah pilihan55 5. Doktrin atau Ideologi
.
Doktrin dapat didefenisikan sebagai sekumpulan keyakinan yang berisikan nilai-nilai
yang dipakai untuk menerangkan realitas dan biasanya digunakan untuk menjelaskan
sasaran atau memandu tindakan politik56. Sasaran politik luar negeri yang berasal dari doktrin politik sering dinyatakan dalam bentuk slogan. Pada beberapa system politik
pada masyarakat, lebih dikenal dengan sebutan ideologi. Ideologi membentuk
kerangka intelektual yang dijadikan dasar oleh pembuat kebijakan dalam mengamati
realita.57 Ideologi tidak hanya mendasari pembentukan sasaran kebijakan luar negeri, kriteria evakuasi, serta pembenaran tindakan, tetapi juga memiliki pengaruh penting
dalam proses perspesi.
Terdapat beberapa ideologi atau doktrin yang mempengaruhi Soekarno dalam
menentukan kebijakan luar negeri Indonesia pada saat pemerintahannya terutama
dalam hal Konfrensi Indonesia dengan Malaysia doktrin yang mempengaruhi Soekarno
tersebut adalah :
55
Ibid, Hal. 474 56
Ibid, Hal. 475
57
(19)
BAB II
SOEKARNO DAN PERKEMBANGAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN (1945-1966)
2.1. Riwayat Hidup Soekarno
2.1.1 Napak Tilas Soekarno Kecil (1901-1916)
Soekarno dengan nama kecil Kusno lahir di Lawang Seketeh, Kalimas,
Suarabaya, di sebuah rumah dekat dengan pasar besar pada tanggal 06 Juni 1901.
Soekarno lahir dari pasangan Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai. Ayahnya
Soekemi, yang bergelar “Raden” merupakan seorang guru pembantu dari sekolah
pribumi dan sempat pula dicatat bahwa Soekemi merupakan ‘asisten’ sarjana peneliti
bahasa bagi Van Den Took, sebuah kesempatan yang hanya bisa didapatkan bagi
keturunan Jawa Priyayi. Raden Soekemi sendiri pernah tinggal di Buleleng/ Singaraja,
karena istrinya, Nyoman Rai berasal dari keluarga Serimbin yang tinggal di Buleleng,
Bali. Raden Soekmi tercatat wafat pada umur 76 Tahun, dan tepatnya pada 08 Mei
194558
58
Lihat Lambert Gimbels, Soekarno Biografi 1901-1950, PT Gramedia, Jakarta 2001, Hal 5-7
. Dan 2 tahun sebelum Soekarno lahir, tepatnya di Buleleng 1899, Saudara
perempuan Soekarno lahir dengan nama Karismah.
Kehidupan keluarga Soekarno dalam berbagai literature yang ada digambarkan
hidup dalam kesederhanaan, karena dalam kelahiran Soekarno pun, Nyoman Rai tidak
dibantu oleh bidan. Tapi kondisi masyarakat jawa yang bercirikan gotong-royong,
tentu saja kelahiran Soekarno mengundang para perempuan dari kampungnya untuk
(20)
Dari kelahiran Soekarno sampai dengan 1907, yaitu sampai pada saat usianya
menginjak 6 tahun, Soekarno dibesarkan di sebuah perkampungan yang begitu terasa
suasana pedesaannya.
Hal yang sekarang dapat saja kita temui sebagai sebuah gambaran realita
ke-Indonesia-an, dimana anak-anak perempuan membantu untuk menjaga adik-adiknya,
jalan-jalan perkampungan yang masih setapak, penduduk yang tidak begitu padat,
hubungan kekeluargaan yang begitu erat satu dengan yang lainnya. Kebiasaaan para
anak-anak yang main di pinggir kali dan dengan rumah yang begitu sederhana, dimana
kehidupan mereka pun hanya memiliki sebidang tanah untuk menanam buah dan
sayur-sayuran seadanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Pada saat Soekarno berusia eman tahun, ayahnya, Raden Soekemi, diangkat
menjadi Kepala Sekolah pribumi kelas dua dan membuat Soekemi serta Nyoman Rai
pindah ke Mojokerto. Pada 1907, karena kepindahan ayahnya, Soekarno dan
kakaknya, Karsimah, dititipkan dan tinggal bersama kakek dan neneknya di
Tulungagung dan di sinilah Soekarno dimasukkan kedalam Frobel59.
Menurut Soekarno bahwa Eyangnya ini adalah orang yang berkecukupan
dengan usaha batiknya di Tulungagung. Walau hanya setahun hidup bersama di rumah
Kakek dan Neneknya, tetapi hal ini begitu meninggalkan kesan bagi Soekarno.
Kakeknya sering memandu Soekarno kedalam dunia pewayangan dan
mengenalkannya dengan dunia tersebut.
59
(21)
Bagi Seokarno dunia pewayangan begitu memberikannya banyak arti, dimana
dia memahaminya, bahwa peperangan antara para Kesatria Pandawa dengan Prajurit
Korawa untuk memperebutkan kerajaan Ngastina menginterpretasikan sebuah hal yang
tidak pernah selesai sesuai dengan cerita di dalam dunia pewayangan60
Pada 1908, tepat saat dia berusia tujuh tahun, Soekarno kembali tinggal dan
ikut bersama orang tuanya di Mojokerto. Setelah sempat tinggal di Surabaya dan
Tulungalung, sekarang Soekarno kecil bertempat tinggal di Mojokerto bersama dengan . Dari sini
Soekarno memahami dan dapat kita pahami pula bahwa apa yang dirasakannya dalam
dunia pewayangan adalah ibarat sebuah pertempuran dalam memperebutkan basis
materi dunia, tidak akan selesai karena dunia terus berdialektika. Soekarno juga bayak
mengambil sikap dan karakter yang kuat dari tokoh-tokoh pewayangannya, yang telah
merebut pengalaman inderawi Soekarno.
Di sisi lain Soekarno diperkenalkan juga dengan kekuatan – kekuatan gaib
yang diajarkan dan diperkenalkan oleh neneknya. Neneknya pernah mengajak
Soekarno untuk mengunjungi orang-orang kampung yang sakit dan menyuruh
Soekarno untuk menggunakan tangannya demi proses penyembuhan. Neneknya juga
sering membuka mata batin Soekarno untuk meramalkan masa depan. Sebuah
kemampuan spiritual yang sempat mengugah inderawi Soekarno, hanya saja
kemampuan spiritual tersebut hilang pada saat Soekarno menjadi remaja, karena dia
lebih mengagumi bakat duniawinya dan menganggap bahwa semua hal gaib yang
pernah dirasakannya adalah gejala psikologi yang biasa walau menarik rasa
keingintahuannya.
(22)
Soekemi, ayahnya. Tahun 1907 samapi 1911 Soekarno bersekolah di HIS61
Dalam bahasa Soekarno “sebagai manusia sarinah-lah yang mempengaruhi
hidup saya”
. Sebagai
sebuah ingatan bagi kita semua, sebelumnya sekolah di masa itu dibagi menjadi dua.
Sekolah kelas satu khusus bagi keluarga pemimpin pribumi, sedang sekolah kelas dua
untuk keluarga pribumi pada umumnya. Di sekolah jenis pertama menggunakan pola
belajar selama 6 tahun dan sekolah jenis kedua menggunakan pola belajar selama 3
tahun, dengan bahasa pengantar melayu dan jawa, yang pada akhirnya digunakan
sebagai bahasa persatuan Indonesia.
Kehidupan masa kanak-kanak Soekarno di Mojokerto memberikan pesan
tersendiri. Selain hidup dalam sebuah kesederhanaan, di mana rumahnya pun sering
mengalami kebanjiran kalau sedang musim hujan. Tetapi yang begitu diingat oleh
Soekarno adalah ayahnya yang berwatak keras yang memberikan kesan dalam
kehidupan kecil Soekarno. Dan juga seperti apa yang perah Soekarno siratkan di dalam
buku Biografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, ia bukannya mendapat kasih sayang
yang cukup dari Ibu dan Kakanya, sebagai seorang wanita, yang dalam pandangan
Soekarno banyak mendapatkan sebuah petualangan dan pengajaran untuk mencintai
seseorang, kesederhanaan, dan keinginan untuk dapat berbagi dari seorang bernama
Sarinah, seorang gadis pembantu yang tinggal bersama mereka.
62
61
(Hollands Inlandsche School), sebuah sekola pribumi belanda.
62
Lihat Cindy Adams, Soekarno, An Autobiography, as told to Cindy Adams, Jakarta, 1966
. Demi sebuah pergaulan dengan anak-anak dari golongan Belanda, serta
(23)
untuk pindah ke ELS63
Soekarno menyelesaikan pendikannya di ELS tepat pada waktunya, sesudah
kelas tujuh, dia mengantongi ijjazah kelulusannya. Setelah menempuh pendidikannya
di ELS kelak, ia bermaksud mencoba untuk menjadi pegawai pemerintah kecil dan
memiliki kesempatan untuk menjadi pamong praja. Tapi Soekemi, ayah Soekarno,
lebih menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di HBS
di Mojokerto. Demi mengikuti apa yang menjadi keinginan
Ayahnya, Soekarno pun kemudian mengecap pendidikannya di ELS. Seokarno yang
seharusnya berkelas 4, harus bersedia mengulang di kelas tiga karena keterbatasannya
dalam bahasa Belanda kala itu. Dan dalam kurun waktu 1911-1916, Soekarno
menempuh pendidikan di ELS. Hanya sedikit anak dari Hindia-Belanda yang memiliki
kesempatan untuk bersekolah di sini, sebuah sekolah dengan metoda yang diajarkan
berasal dari Belanda, metoda yang cenderung pula mencegah masuknya pendidikan
yang bersentuhan dengan perjuangan Asia timur.
Di sekolah ini juga pertama kali Soekarno jatuh cinta dengan seorang gadis dari
Belanda yang bernama Rika Meelhuysen, dan Soekarno banyak belajar pula dari gadis
yang bernama Rika ini untuk melatih bahasa Belandanya.
64
63
Europeeshe lagere School, Sekolah Dasar Eropa.
64
Hoogere Burger School sebuah sekolah lanjutan tinggi.
. Untuk
mengikuti apa yang menjadi keinginan Soekemi, menurut pengalaman yang
dituangkan oleh Soekarno, sebelum berakhir studinya saat menempuh pendidikan di
ELS, dia mengikuti ujian masuk ke HBS, dan pada Mei 1916 Soekarno pun diterima di
(24)
Hal ini meninggalkan sebuah konsekuensi, di mana Soekarno harus
meninggalkan keinginannya untuk menjadi pamong. Keinginan Soekemi ini pula yang
kemudian membawa Soekarno berpisah dengan orangtuanya dan hidup mandiri untuk
menempuh pendidikan tinggi. Karena bertepatan pada tahun-tahun itu, Raden Soekemi
diharuskan pindah ke Blitar untuk menjadi guru sekolah di Blitar, sedang Soekarno
harus menempuh pendidikan tingginya di Surabaya.
Demi menjalankan pendidikannya, maka Soekarno sendiri dititipkan kepada
kawan lama ayahnya yang bernama Haji Oemar Said Tjokroamino (HOS
Tjokroaminoto), yang lebih kita kenal dengan sebutan Tjokro. Tjokro merupakan
keturunan yang berasal dari keluarga jawa priyayi sekaligus merupakan ketua Sarekat
Islam (SI), sebuah gerakan massa Nasionalis pertama di Indonesia kala itu…
2.1.2 Soekarno Muda dan Pergerakan Nasional (1916-1934)
Pada kurun waktu dimana Soekarno melanjutkan pendidikan di HBS, dan
dibarengi dengan pertemuan serta perkenalan dengan Tjokro. Disinilah untuk pertama
kali tumbuhnya Nasionalisme baru Indonesia ditubuhnya Soekarno, karena
kesempatannya untuk merasakan kehidupan jawa yang sarat gotong royong dan
kesempatan untuk menyerap pengetahuan dari Tjokro.
Di sekolah tingginya (HBS), Soekarno mendapat pendidikan yang baik dan
juga mahal. Kala itu saja Ayahnya harus membayar antara 120-150 Gulden pertahun
(25)
untuk memenuhi kebutuhan akan sebuah pendidikan yang hanya dapat ditempuh bagi
mereka yang tergolong kaya pada masa itu.
Hal ini dibarengi keinginan Soekemi, demi memberikan Soekarno untuk
mendapatkan pendidikan sebaiknya. Di luar pendidikan formalnya yang bergaya
Belanda, perkenalan Soekarno dengan Tjokro sendiri membawa peranan yang besar
dalam hidup Soekarno. Tetapi pula belajar di HBS juga membawa Soekarno dapat
melihat kondisi realitas bangsa ini. Hal yang paling dirasakannya selama bergaul di
tengah lingkungan sekolah yang kebanyakan berasal dari keluarga Belanda dan
pemimpin pribumi adalah Soekarno kerap mendapat perlakuan diskriminatif. Hanya
karena dia lahir dan besar sebagai orang pribumi65
Di kesempatan lainnya bersama Tjokro pada tahun – tahun ini Soekarno
banyak mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan berbagai tokoh-tokoh , dan ayahnya hanya seorang tenaga
pengajar bantu.
Perkenalannya dengan wacana pergerakan serta dunia politik
didapatkannya di Sekolah tinggi ini pula (baca: HBS), dirinya mulai menggemari
untuk membaca literature dan buku, mulai dari Voltaire, Rousseau sampai dengan
pengenalan dirinya dengan pemikiran Marx dan Lenin, sebagai orang yang sangat
dikaguminya akan sebuah pemikiran yang revolusioner. Soekarno pada masa mudanya
ini dikenal sebagai seorang yang kutu-buku. Soekarno mengatakan bahwa buku-buku
yang dibacanya ini ditemukannya di perpustakaan Teofis, dan dari gurunya semasa di
HBS, yaitu C. Hartough, seorang penganut ISDV Sneevliet.
65
(26)
pergerakan nasional antara lain, yakni; Sneevliet, Baars, Douwes Dekker, ada juga
Agus Salim, dan para tokoh PKI, Tan Malaka, Semaun dan Alimin.
Sebuah kesempatan yang membawanya untuk menyerap berbagai pengetahuan
melalui diskusi-diskusi yang diikuti dengan tokoh pergerakan nasional tersebut.Di sini
pula dendam yang membara terhadap penjajahan belanda muncul, dikarenakan
berbagai cerita dan pengalaman yang diterimanya dari berbagai tokoh pergerakan
nasional tersebut, yang menguraikan peristiwa-peristiwa kesengsaraan rakyat
Indonesia yang disebabkan penjajahan Kolonial Belanda.
Kedekatan Soekarno dengan Tjokro begitu terasa, Tjokro sendiri telah
menganggap Soekarno sebagai anaknya sendiri, begitu pula Soekarno, yang telah
menganggap Tjokro sebagai Guru sekaligus ayahnya. Sampai dengan Soekarno yang
masih muda belia, saat berusia delapan belas tahun sudah menjadi kepala keluarga
saat dia menikahi putri dari Tjokro yaitu Siti Oetari.Kesediaan Soekarno yang tidak
ingin menolak apa yang menjadi keinginan Tjokro, yang dibarengi dengan
kekhawatiran Tjokro terhadap perkembangan putrinya itu, Oetari, selepas di tinggal
oleh istrinya,ibu dari Oetari,Soeharsikin.
Dengan ini kedekatan Soekarno semakin erat dengan mertuanya, Tjokro. Hal
ini membuka kesempatan bagi Soekarno untuk masuk ke dalam Sarekat Islam (SI)
dengan akses dari Tjokro sendiri sebagai pimpinan di dalam SI.Keterlibatan di dalam
berbagai kegiatan di dalam berbagai kegiatan di dalam SI sendiri mengakibatkan
Soekarno harus membagi waktu antara Sarekat Islam dan sekolahnya.
Dengan teratur dia selalu diundang untuk mengikuti kegiatan dan gerakan
(27)
yang dimuat di dalam media propaganda SI, dan Oetoesan Hindia tercatat menjadi
tulisan pertamanya yang terbit pertama tanggal 21 Januari 1921.
Pada tanggal 10 juni 1921, Soekarno akhirnya menyelesaikan pendidikannya
di HBS setelah menempuh ujian akhir. Semasa di HBS Soekarno mulai jauh dari kawan-kawannya, yang lebih dikarenakan umurnya dua tahun lebih tua dari rata-rata
siswa, dan ia juga telah menikah, dan keterlibatan dalam dunia politik turut membawa
dirinya lebih maju pemikirannya dari orang seusianya. Walau menyelesaikan
pendidikan tingginya dalam kurun waktu selama lima tahun, dan di sisi lain dengan berbagai kegiatan organisasi serta pergerakan yang diikutinya, tentu saja menyita
waktunya, maka Soekarno dapat di golongkan cerdas.
Selanjutnya dengan kesadaran untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, Soekarno ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke sekolah Tinggi yang sekarang setara dengan Universitas. Walau memang agak mengherankan apa
yang menjadi pilihan hidup dan pendidikan Soekarno selanjutnya, siswa HBS yang
telah mendalami dunia politik dan memilki kesadaran politik ini, lebih memilih
pendidikan yang tidak sama sekali bersentuhan dengan politik.
Dia memilih untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah
Tinggi Teknik di Bandung, dengan alasan karena pada masa kelulusannya dari HBS,
hanya ada satu pendidikan tinggi, yang bertempat di Bandung. Yang didorong pula
alasan, ketidak inginan memilih bersekolah di Belanda mengikuti Hatta dan Sjahrir,
hal ini didukung keinginan orang tuanya agar Soekarno tetap berada di Hindia-Belanda
saja, maka Soekarno menjatuhkan pilihannya untuk bersekolah di Sekolah Tinggi
(28)
Namun keinginannya tersebut sempat tertunda karena sebelumnya pada agustus
1920, Tjokro dituduh dan dimasukkan penjara oleh polisi Belanda di Surabaya, dia
ditahan atas tuduhan memberikan sumpah palsu tentang keterlibatan Sarekat Islam di
dalam pemberontakan di Garut pada 1918. Pada saat itu Soekarno menceritakan bahwa
dirinya tidak tahu berapa lama Tjokro akan di tahan, tapi atas kejadian ini Soekarno
diberikan kepercayaan lebih untuk bertanggung jawab atas keluarga Tjokro dan
keberlangsungan Sarekat Islam. Demi sebuah pengabdiannya kepada seorang Guru
yaitu Tjokro, maka pada tahun-tahun itu, Soekarno sempat kembali ke Surabaya dan
menunda keinginannya sementara untuk melanjutkan sekolahnya, sebagai bentuk
tanggung jawabnya dan atas budi yang telah diberikan oleh Tjokro selama ini.
Sekembalinya ke Surabaya, dengan bermaksud untuk memberikan
penghidupan kepada Oetari dan sebagai bentuk tanggung jawabnya, Soekarno pun
bekerja di SS, sebuah perusahaan kereta api dan Trem Negara, Ia pun diterima bekerja
dengan berkedudukan sebagai kepala bagian personalia. Sebuah kedudukan yang
menjadi Soekarno harus menjadi jembatan antara pimpinan ‘SS’ dan perserikatan
buruh ‘SS’ dalam rangka persiapan pembentukan sebuah badan Musyawarah di
perusahaan kereta api ini. Hal ini turut pula menguraikan pengalaman inderawinya
untuk melihat realitas buruh pribumi di Hindia Belanda.
Kesibukan dan aktifitas yang luar biasa begitu menyita waktu Soekarno, ia
juga mengambil alih tugas penuh sebagai kepala keluarga menggantikan Tjokro,
bahkan didalam tubuh SI. Dia menghadapi persoalan yang pelik pada masa 1920 an,
(29)
para penganut ISDV Sneevlit di dalam Sarekat Islam juga menyita pikiran Soekarno.
Pada masa-masa infiltrasi komunis di dalam SI kala itu membuka sebuah kesadaran
politik serta keyakinan akan taktik di dalam politiknya, ini disebabkan Karena
Soekarno melihat bahwa ada usaha Tjokro dengan menjauhkan pengaruh dan
Infiltrasi komunis di Sarekat Islam dengan cara paksa, dan dengan sebuah penolakan
terhadap status keanggotaan ganda Sarekat Islam dengan ISDV66
Soekarno memilih Fakultas Teknik Sipil sebagai lanjutan pendidikan tingginya.
Di sekolah barunya ini bersama dengan 20 orang pribumi lainnya, mereka mendirikan
sebuah klub studi ini dan kedekatannya dengan sesama pelajar pribumi membawanya . Sehingga para
pengikut ISDV terpaksa keluar dari tubuh SI yang kemudian para pengikut ISDV
telah berubah menjadi Perserikatan Komunis Di Hindia (PKH), Sebuah cikal bakal
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sebuah sikap yang dianggap Soekarno begitu otoriter dari diri Tjokro, hal ini
pula yang meyebabkan hubungan mereka sebagai guru dan murid kemudian
merenggang. Bulan april 1922 menyusul dibebaskannya Tjokro setelah melalui sidang
banding di pengadilan Belanda, dan sembari menunggu tahun ajaran baru, dengan
sebuah keyakinan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Teknik, maka
pada bulan Juni pada tahun yang sama, Soekarno pindah ke Bandung dan tinggal di
rumah keluarga Sanusi. Hal dan keputusan ini demi keinginan Soekarno untuk
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Teknik Bandung, walau disertai dengan
kondisi yang merenggang, Tjokro masih saja ikut dalam membantu kehidupan baru
mereka di Bandung, dengan memberikan sejumlah gulden.
(30)
untuk berkenalan dengan Tjipto Mangoenkoesoemo salah satu pendiri Indische partif49 dan Mohammad Natsir yang jatuh lebih muda darinya dan berasal dari Sumatera barat.
Berbagai perkembangan dan hal-hal baru ditemukannya di sini dan pada akhirnya
sebuah keyakinan politik pada saatnya menghantarkan Soekarno beberapa kali terlibat
dalam demonstrasi dan dalam orasi-orasinya serta sikap politik yang dipertunjukkan
oleh Soekarno sendiri selama bersekolah di sekolah Teknik ini telah mengundang
kekesalan dari Gurunya, Klooper.
Kekacauan disaat demonstrasi yang ditimbulkan karena orasi yang diutarakan
oleh Soekarno telah menimbulkan kecemasan, dan berita ini dikabarkan luas, yang
memberikatakan bagaimana Soekarno begitu menentang penjajahan dan pemerintah
Kolonial Belanda, yang tentu saja mendapatkan perhatian tajam dari pihak
pemerintahan Belanda.
Dari kejadian diatas, Klooper memperingatkan Soekarno untuk memikirkan
keberlangsungan studinya, karena Soekearno muda pada saat bersekolah di Sekolah
Tinggi Teknik ini mendapatkan peringatan keras dari pihak pemerintah Belanda akibat
orasi politiknya. Tapi di sisi lain Klooper juga tidak dapat melarang apa yang menjadi
keyakinan politik Soekarno. Dengan sangat menyesal Soekarno mengikuti perkataan
Profesornya itu dan menghentikan sementara kegiatan berpolitiknya untuk
memeberikan semua perhatian kepada pendidikannya dan menghindari
(31)
Tekad belajar memang diperlukan di Sekolah Tinggi Teknik ini. Setiap siswa
harus melewati 13 testamen untuk menjadi kandidat Insinyur, dan Soekarno akhirnya
dapat melewatinya dan sebagai proyek akhir studi Soekarno menurut keterangan
Soekarno, adalah pembuatan rancangan suatu jembatan. Sebuah hal yang
menginspirasikannya akan sebuah jembatan emas kemerdekaan Indonesia. Akhirnya
setelah menempuh pendidikan 5 tahun, tepatnya pada bulan Juli 1926 Soekarno maju
ujian untuk gelar insinyur, dan sukses menyelesaikan studi yang berat ini.
Hal diatas begitu membawa Soekarno ke dalam sebuah suasana yang begitu
menyenangkan, apabila ditambah suasanan pernikahannya dengan Inggit yang terjadi
sebelum kelulusannya, pada 24 Maret 1923. Inggit sendiri adalah ibu kosnya, istri dari
Sanusi, dimana dia dan Oetari pernah tinggal di rumah Sanusi semasa menempuh
pendidikan di Bandung. Perkawinan yang gantung antara Soekarno dan Oetari sendiri
pun turut diakhiri dengan perceraian beberapa tahun sebelumnya. Sebuah perkawinan,
dengan apa yang dikatakan oleh Soekarno dia tidak pernah melakukan hubungan
suami-istri karena menganggap Oetari seperti saudara perempuannya dan tidak pernah
mencintai Oetari.
Dan pada akhirnya pada 1923, Soekarno mentalak tiga Oetari dan
mengembalikannya kepada Tjokro. Dan sejak masa itu hubungan Soekarno dengan ibu
kosnya, Inggit, makin lama makin mesra dan akhirnya Inggit menjadi sosok
pendamping Soekarno dalam kehidupan revolusinya. Dengan sebuah gelar Insinyur,
Soekarno malah memilih jalan lain dalam kehidupan dan pilihan hidupnya dengan
(32)
Namun di awal setelah tamat dari Sekolah Tinggi Teknik di Bandung,
Soekarno sempat memiliki keinginan untuk memadukan atas apa yang telah
diterimanya di dunia pendidikan berupa arsitektur dengan kegiatan-kegiatan
politiknya. Tapi tak lama berselang, dan sesudah dipacu oleh waktu dan keadaan
materi bangsa ini, akhirnya Soekarno menetapkan pilihannya untuk sepenuhnya masuk
kedalam dunia pergerakan nasional. Yang membawa Soekarno menghabiskan
waktunya dengan kegiatan-kegiatan politik dan selanjutnya politik dan selanjutnya
politiklah yang mengisi hari-hari Soekarno.
Pertemuan dengan berbagai pimpinan kelompok Nasionalis membawa banyak
wacana baru dalam pemikiran Soekarno, hal yang diterimanya dari sebuah pilihan
untuk melibatkan diri dalam pergerakan nasional untuk melepaskan diri dari
penjajahan. Pertemuan dengan Mohammad Hatta dan Doktor Soepomo membawa
pengaruh besar bagi Soekarno, kedua mentornya ini mendorong Soekarno untuk
menjadi Pimpian Nasional. Dengan sebuah ide persatuan kekuatan-kekuatan
Nasionalis dan menokohkan diri Soekarno dalam menentang penjajahan, maka pada 4
Juli 192767
Bersama dengan itu pada tahun tersebut Pemerintah Hindia Belanda sedang
menebarkan ancaman terhadap setiap kegiatan yang menolak pemerintahan Kolonial di dirikan Perserikatan Nasionalis Indonesia (PNI), yang memiliki program
mengusahakan kemerdekaan Indonesia dengan jalan perjuangan Non Ko-operasi dan
Swadaya. Dalam waktu singkat pun akhirnya Soekarno menjadi tokoh di dalam
pergerakan nasional.
67
(33)
Belanda. Pemberantasan kaum komunis oleh pemerintah Hindia Belanda termasuk di
dalam berbagai ancaman tersebut, dikarenakan terciumnya dan gagalnya
pemberontakan Silungkang 1928.
Tapi hal ini bukannya membuat Soekarno takut, tapi lebih membuat Soekarno
lebih revolusioner dan membakar semangat perlawanannya dengan bentuk
nasionalisme non ko-operatif dalam menentang penjajah.
Pada tahun 1928, Soekarno pun ikut mengucapkan sumpah setia untuk satu
nusa dan satu bangsa. Dalam tahun-tahun ini suasana politik, kultur dan religiutas
Soekarno terpengaruh dengan seiring makin besarnya berbagai pemberontakan dan
gerakan kaum Nasionalis, Islam, dan Komunis dalam upaya menuju Indonesia
merdeka. Pengaruh yang ditimbulkan dengan kehadiran Soekarno di dalam pergerakan
nasional adalah membawa semangat api revolusi dalam menentang penjajahan, serta
makin membesarnya keinginan dari rakyat untuk menuntut persatuan sebagai bahagian
jalan menuju kemerdekaan Hindia Belanda. Pada Desember 1929, Soekarno
menghadiri kongres PPPKI dalam sebuah upaya-upaya dan mempercepat proses
menuju kemerdekaan. Sebuah badan yang mempersiapkan berbagai strategi dan taktik
dalam rangka merebut kemerdekaan dari pihak Belanda.
Dengan sebuah sikap non ko-operasi terhdap pemerintah Belanda yang kian
meluas di tengah rakyat, dan kecemasan dari pihak Belanda atas pengaruh Soekarno di
dalam Pergerakan Nasional, akhirnya Soekarno ditangkap pada 29 Desember 1929 di
Solo. Selama delapan bulan Soekarno harus menunggu dan meananti proses
(34)
pengadilan, serta tanpa proses pengadilan, Soekarno harus di tahan begitu lama. Ini
adalah taktik dan sebuah usaha yang dengan sengaja oleh Gubernur Jenderal Belanda
De Graef untuk membungkam pergerakan PNI dan membuat Soekarno sebagai
pimpinan, untuk dilupakan oleh massa dan kehilangan pengaruhnya. Perkara yang
dinamakan oleh pers saat itu sebagai ‘perkara PNI’ lambat laun menjadi perkara yang
besar.
Akhirnya pada Agustus 1930, persidangan atas tuduhan yang dikenakan kepada
Soekarno pun digulirkan. Lima bulan Soekarno menunggu lamanya proses
persidangan yang berjalan sampai dengan putusan dijatuhkan yang dilaksanakan oleh
Departemen Kehakiman. Situasi ini oleh pihak Kehakiman Belanda, terjadi
dikarenakan dengan alasan ingin berjalannya proses ini dengan seadilnya, mulai dari
bulan Agustus sampai dengan Desember 1930, perkara ini bergulir di pengadilan
Belanda. Tapi kenyataannya proses pengadilan ini berjalan lambat dan terkesan
berlarut-larut. Sebuah strategi oleh Belanda agar massa kala itu lupa dan tidak lagi
ingat akan sosok Soekarno karena kesempatannya untuk memberikan pengaruh dari
balik tahanan tidak memungkinkan, sebuah scenario yang pada awalnya dirasa cukup
berhasil oleh Belanda.
Tapi kemudian mengetahui hal ini Soekarno tidak begitu saja mau keberadaan
dia dan teman-teman pergerakan dilupakan oleh massa. Dan pada saat tepat dia
menghidupkannya serta menyerang kembali pihak pengadilan Belanda dengan
menjelaskan dan mempertanyakan apakah perkara PNI; merupakan pengadilan politik.
(35)
Belanda, Indonesia Mengugat68
Setelah menjadi masa kurungan dan tahanan serta lamanya proses pengadilan
yang memakan waktu selama 2 tahun, akhirnya pada 31 Desember 1931 Soekarno
keluar dari tahanannya. Pengaruh tersendiri yang dirasakan oleh Soekarno selepas dari ; yang beriskan pembelannya di depan pengadilan
Belanda.
Walaupun pengadilan ini mendapatkan perhatian khusus dari pihak Belanda
dan mendapat dukungan dari rakyat Indonesia, dan menyita perhatian dari sisi hukum
Belanda, tetapi pihak pemerintahan Belanda selalu mempertentangkan keinginan para
pemimpin pergerakan nasional ini untuk di bebaskan, karena dianggap berbahaya
dengan agitasi pola perjuangan mereka yang Non ko-operatif.
Yang menurut Belanda, ini hal yang melawan hukum di Negeri Belanda.
Belanda mengatakan yang sedang diadili adalah kejahatan yang dirumuskan di dalam
Kitab Hukum Pidana Belanda pasal 169 sebagai suatu keterlibatan perkumpulan dan
perserikatan yang bertujuan melakukan tindakan pidana. Dengan mengadili Soekarno
dan PNI, tujuan Den Graef untuk membubarkan PNI tercapai, dan PNI terpaksa untuk
membubarkan diri dan putusan ini diberikan oleh pengadilan negeri pada senin, 21
Desember 1930.
Dan Soekarno pun di jatuhi hukuman kurungan dan diasingkan, tetapi peristiwa
dan keberanian Soekarno di dalam pengadilan sampai dengan ditahannya dia, baik dari
rumah tahanan Bantjeuj sampai dengan Penjara Sukamiskin, telah menjadikan
Soekarno pahlawan dihati rakyat dan para pimpinan pergerakan nasional.
68
(36)
tahanan, ia seperti lahir kembali sebagai sebuah keris yang baru saja diasah, lebih
tajam dari semula.
Di hari itu ia disambut didepan penjara Sukamiskin, kemunculan kembali
Soekarno dalam dunia pergerakan nasional disambut dengan antusias. Tepat pada 2
Januari 1932, saat baru sehari Soekarno merasakan udara kebebasan setelah ditahan
oleh pemerintahan kolonial Belanda, dia hadir di Kongres Indonesia Raya.
Munculnya Soekarno didalam Kongres, disambut dengan antusias dan
dianggap menjadi Pimpinan pergerakan nasional tapi disisi lain Soekarno tidak dapat
menymbunyikan kekecewaannya akan sebuah kenyataan bahwa PNI telah pecah
menjadi dua. Dan keduanya memperebutkan Pimpinan gerakan kaum nasionalis yang
non-koperatif. Di satu sisi ada Partai Patindo yang lahir dan didirikan oleh Sartono
setelah dibubarkannya PNI lama, dan dilain pihak ada PNI baru yang menaungi kaum
ko-operatif berpihak kepada Muhammad Hatta dengan Sutan Sjahrir sebagai
Pimpinan.
Setelah dia dibebaskan, maka tugas Bung Karno adalah bagaimana
mempersatukan kembali kedua Partai. Dan pada 4 Januari 1932, Soekarno memulai
rangkaian upayanya itu untuk mempersatukan kedua partai, maka diadakan sebuah
pertemuan antara Soekarno dan Sjahrir. Sikap Sjarir yang keras dan tidak mau
diintimidasi oleh Soekarno, yang dipuja saat itu sebagai Pahlawan mengawali
pertemuan itu. Yang pada akhirnya kedua Partai tidak mampu dipersatukan oleh
Soekarno. Dan setelah ragu dalam mengambil keputusan akhirnya Soekarno memilih
Partindo dan menetapkan sebagai pilihan politiknya, yang juga tak lama kemudian
(37)
Peristiwa tersebut menjadi salah satu hal yang menyebabkan retaknya
hubungan antara Soekarno dengan Hatta-Sjahrir yang kian lama semakin merenggang.
Ada dua perbedaan mendasar dalam kepemimpinan kaum nasionalis oleh Soekarno
dan Hatta dan hal ini juga menjadi pemicu keretakan selanjutnya, kedua Pimpinan
pergerakan nasional ini.
Hatta – Sjahrir berpendapat bahwa diperlukannya bentuk pendidikan dan
kaderisasi dalam membangun gerakan kaum nasionalis, sedangkan Soekarno
beranggapan dengan mobilasasi massa dan agitasi revolusioner maka pemerintahan
Belanda akan tidak berdaya menghadapi gerakan non ko-operatif. Sehingga dengan
sebuah kekuatan besar tidak ada pertentangan dari pihak Belanda dan keberanian untuk
kemudian melumpuhkan pergerakan ini. Dalam kurun waktu itu, Mei 1932, Soekarno
kembali melakukan agitasinya “Swadesi dan Aksi Massa di Indonesia”69
Tetapi Gubernur Jenderal yang baru De Jonge disisi lain dengan cepat
membaca situasi yang ada, bertindak cepat dan tegas menghadapi agitasi perjuangan
yang terus dilancarkan oleh Soekarno. Melalui PID70
Keberadaan Soekarno, yang dalam pemikiran Belanda sebagai pemberontak
nasionalis menjadikan sebuah ancaman riil dan kemampuannya beragitasi yang sangat
menakjubkan menebarkan ancaman serius di pihak Belanda. Sebagai sebuah tindakan setiap langkah Soekarno diikuti.
Dan pada masa itu, beberapa tulisan Soekarno yang muncul dan mendapat kecaman
dari pemerintah Beladan, yakni antara lain; Artikelnya “Kuli-kuli” yang dimuat di
dalam Soeloeh Indonesia Moeda, pada November 1932.
69
(38)
pencegahan meluasnya agitasi Soekarno pada permulaan Juni 1933 pegawai negeri
dilarang menjadi bagian dari Partindo ataupun PNI baru, dan sampai dengan
pembubaran massa disaat Soekarno berpidato di depan massa rakyat. Tapi hal ini
ternyata tidak menyurutkan langkahnya bahkan melalui brosurnya “Mencapai
Indonesia Merdeka”71
70
Politieke Inlichtingendienst, badan Intelijen Politik Belanda
71
Lihat Soekarno, ibid, hal. 257
ia mengumunkan bahwa pada tanggal 2 sampai dengan 31
Agustus akan dijadikan hari-hari aksi Partindo Bandung.
Tapi sebelum itu terlaksana pada 1 Agustus 1933 di Batavia, ketika ia
meninggalkan rumah Thamrin, setelah melakukan pertemuan dengan tokoh pergerakan
lainnya Soekarno dibekuk oleh Polisi Belanda. Soekarno bukan ditangkap untuk diadili
tapi untuk diasingkan karena dianggap membahayakan pemerintah Belanda. Saat
menantikan masa-masa pengasingannya, terlebih dahulu dia ditempatkan di penjara
Sukamiskin yang membuat semangatnya untuk melakukan berbagai perjuagan patah.
Dan akibat dari terpuruknya moral perjuangannya, pemimpin yang terkurung ini
sempat membuat beberapa kali surat permintaan maaf kepada pihak Belanda dan agar
dibebaskan, jika ia dibebaskan, Soekarno berjanji akan meninggalkan arena politik
yang telah mengisi hari-harinya. Untuk meyakini penguasa Belanda, Soekarno terlebih
(39)
Melalui surat yang ditulisnya pada 21 September 1993 tentang keinginannya
untuk keluar dari Partindo72
Mereka menganggap Soekarno mengkhianati perjuang Non ko-operatif dengan
meminta maaf kepada pihak Belanda dan memohon pengampunan. Tapi di sisi lain
Gubernur Jenderal De Jonge dan para petinggi pemerintah Belanda tidak percaya apa
yang diuangkapkan dan dijanjikan oleh Soekarno akan bertahan dengan lama, dan
dengan segera Soekarno diasingkan ke pulau Flores. Hatta menggunakan peluang yang
ada untuk mengumunkan dan menuduh bahwa Soekarno telah menyerah pada sebuah
kondisi dan jatuh pada tangan Belanda
tapi baru diterima oleh pimpinan umum Partindo pada 21
November 1933. Hal ini mengundang dan mendapat barbagai reaksi negative dari
kaum nasionalis.
73
Empat tahun masa pengasingan Soekarno di Endeh, Flores, dihabiskannya
dengan penuh pengalaman baru. Sejak dibawa pada Februari 1934, mulai dari
Bandung ke Surabaya, lalu pada 17 Februari ia dan keluarga dibawa dengan kapal
KPM Jan Van Riebeeck menuju Flores dengan perjalanan delapan hari lamanya.
Walau hidup dengan makmur, tenang dan bebas, tapi pada bula-bulan pertamnya, ia . Serta politik Soekarno telah mati, dalam
pemikiran Hatta-Sjahrir, dan mereka mengambil kesempatan ini untuk dapat menjadi
pimpinan kaum Nasionalis Non Ko-operatif. Tapi hal ini juga di ketahui oleh Gubernur
Jenderal De Jonge, karena juga dianggap sebuah bahaya yang laten maka pada januari
1935, Hatta dan sjahrir pun ditangkap dan kemudian diasingkan di Boven-Digoel.
2.1.3 Soekarno dan Kemerdekaan Indonesia (1934-1945)
72
(40)
cukup terpukul setelah mendengar berita kematian Tjokroaminoto, karena dia pun
sudah lama tidak bertemu dengan orang tua angkatnya sekaligus Gurunya itu. Tapi
seiring waktu, Soekarno yang tak pernah mengeluh, akhirnya membuka ruang
sosialnya. Pergaulan Soekarno di Flores dengan pater-pater (baca; pendeta) di Endeh
dan Pastur Huytink membuatnya sering berkunjung missi, bermula dari hanya sekedar
minum kopi sampai dengan aktivitas rutin. Dia sering membaca buku-buku di
perpustakan missi, dan sering pula mengisi waktu dengan berbagai aktivitas. Di Endeh
Soekarno memiliki kesempatan untuk kembali menggambar, hal yang ditinggalkannya
sejak lulus dari Pendidikan Tinggi di Bandung. Dengan hidup yang berkecukupan,
sesuai perannya sebagai orang terhormat. Lagi kebutuhan di pulau ini terhitung murah,
tapi karena rombongan sandiwara mondok di rumahnya juga maka kebutuhan hidup
juga ikut bertambah dan begitu besar. Rombongan sandiwara ini adalah salah satu
aktivitas kreatif Soekarno di dalam kehidupannya di pengasingan.
Soekarno dalam pengasingan juga mengalami pergaulan pemikiran, disini
melalui pertemuannya dengan para pater Soekarno banyak mendapat pengetahuan
tentang agama dunia dan mendapat pengertian Katolik Roma.
Dan pertemuan khusus dengan Hasan, seorang ulama yang dia kenal semasa waktunya
di Bandung, yang termasuk di dalam pimpinan Persatuan Islam begitu berkesan serta
menggugah keinginan Soekarno untuk melakukan Tanya – jawab melalui surat.
Korespondensi yang dijalankan Soekarno sejak 1 Desember 1934 melalui surat
meminta Hasan untuk mengirimkannya buku pelajaran tentang Islam. Dan sebuah
73
(41)
perjalanan spiritual bagi Soekarno sendiri bahwa di Endeh dia menjadi seorang Islam
yang aktif menjalankan agamanya.
Pada kurun waktu ini Soekarno terus berdialog dengan mentor agamanya
tersebut, dan terus berdialektika dengan Islam, yang menurut kritiknya bahwa Islam
tidak akan maju dikarenakan pimpinan spiritual baik. Ulama maupun Kiai kala itu
tidak mau menyerap pengetahuan modern. Melalui tulisannya “Surat-Surat Islam dari
Endeh”74
Mulanya Soekarno menuis untuk Pandji Islam, dengan frekuensi yang terus
meningkat, majalah ini adalah majalah adalah majalah terbitan Muhammadiyah yang
terbit di Medan. Soekarno dengan kreatifitasnya akhir-akhir masa itu kemudian
menghasilkan buku yang berjudul ‘Sarinah’
yang diterbitkan oleh bantuan Hasan, Soekarno mengkritik bahwa dalam
pelaksanaan Figh, Islam ketinggalan seribu tahun lamanya.
Setelah lima tahun diasingkan di Flores dan terpinggirkan dari arena panggung
politik Nasional, akhirnya pada 1938 Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Kota yang
baik daripada Endeh, di sini Soekarno aktif di Muhammadiyah dan mendapat
kesempatan untuk kembali aktif membuat tulisan-tulisan. Hal – hal kecil yang
dilakukannya dan dianggap Soekarno sebagai sebuah cara yang dengan hati-hati akan
kembali memperluas pengaruh Seokarno melalui berbagai propagandanya serta
menghantarkannya ke panggung politik nasional kembali.
75
74
Lihat Soekarno, ibid, hal. 325
75
Buku ini, ‘Sarinah,” Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia, ditulis di tahun 1947. Buku ini berisi pergulatan soekarno tentang fungsi dan peran perempuan (sarinah) Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
(42)
perbudakan wanita oleh Belanda. Dan pada bulan 1940, Soekarno mendapat
kesempatan menjadi koresponden tetap harian Pemandangan.
Kehidupan pribadi Soekarno dan Inggit istrinya pun terganggu dan mulai
renggang semasa pengasingannya di Bengkulu, pertemuannya dengan gadis di
Bengkulu, yang berusia sekitar lima belas tahun benar mempesona Soekarno. Gadis
yang bernama Fatmawati ini cukup menggangu kehidupan Soekarno-Inggit, Inggit
yang tidak mau begitu saja dikesampingkan, terus menganggu batin Soekarno dengan
berbagai pertengkaran. Soekarno ingin menikahi Fatmawati dengan tata cara Islam
untuk memperoleh keturunan, karena sampai berumur 42 tahun, dia belum memiliki
keturunan, sedang Inggit yang berusia 53 tahun sudah tidak mungkin lagi memperoleh
keturunan.
Ketika Soekarno dan tokoh pergerakan nasioanl lainnya di asingkan,
pertentangan antara golongan kooperatif dan non-kooperatif dalam gerakan nasional
digantikan dan beralih dengan pertentangan antara gololongan nasionalis sekuler dan
golongan politik Islam. Keduanya melakukan sebuah proses konsolidasi kekuatan dan
terus membangun kekuatan nasional.
Tepat menjelang kedatangan-kedatangan pasukan fasis Jepang di Indonesia,
kedua kekuatan ini kemudian bergabung dan bersatu dalam kekuatan Front Nasional.
Berdirinya Front Nasional dalam rangka menuntut kemandirian dalam berbangsa dan
meraih bentuk kemerdekaan. Gubernur Jenderal yang baru masa itu Tjarda Van
Starkenborg, yang menggantikan De Jonge pada tahun 1936, dengan kebijaksanaanya
yang juga disertai oleh pemerintah Belanda, sama sekali tidak mau memberikan atau
(43)
Soetardjo yang sangat lunak, sebagaimana dirumuskan oleh Dewan Rakyat, ditolak
secara mentah oleh pihak Belanda. Dengan penolakan – penolakan ini baik dari
pemerintahan Hindia – Belanda maupun Pemerintahan Belanda disebut sebagai sebuah
peluang yang tidak dimanfaatkan, karena pada Januari 1942, pasukan Jepang telah
mendarat untuk pertama kali di Hindia-Belanda76
Impian yang diberikan oleh Jepang untuk menggabungkan kekuatan dalam
Persemakmuran Asia Timur Raya, adalah sebuah taktik dalam upaya Jepang untuk .
Periodesasi penduduk Jepang merupakan masa-masa yang begitu peka.
Soekarno pernah dijuluki dengan Mussert Indonesia. Karena dalam menghadapi
penjajahan pasukan fasis Jepang Soekarno memiliki haluan yang tidak sama ketika dia
berhadapan dengan penguasa Kolonial Belanda. Dulunya Soekarno yang
non-kooperatif, perlahan dan dengan sangat hati-hati lambat – laun mulai membuka diri
dengan pemerintah Jepang. Semua timbul karena adanya keyakinan Soekarno, dan
kekagumannya kepada bangsa Jepang, yang menunjukkan banyak kesamaan dan
disebutnya sebagai saudara tua.
Dan didorong pula rasa kebencian para penguasa yang berasal dari lautan dan
belahan dunia lain yaitu Kolonial Belanda. Masa kependudukan Jepang memberi
kesempatan bagi dirinya untuk memperkuat figur sebagai tokoh pimpinan di pentas
politik nasional masa itu. Jepang juga berjanji untuk memberikan apa yang tidak
pernah diberikan oleh pihak Belanda dibawah perlindungan Sekutu untuk mencapai
kemerdekaan.
76
(44)
menjajah Belanda. Tapi Soekarno menanggapinya sebagai upaya untuk bekerjasama
dengan saudara tuanya Jepang.
Dengan terbentuknya PUTERA (Pusat Tenaga Rakayat) pada 8 Maret 1943 oleh
Jepang dimanfaatkan sebagai sebuah wadah yang strateginya dalam mengumpulkan
kekuatan nasional dan reorientasi pergerakan nasional, tapi dalam upayanya strategi
dan taktik ini disamarkan dari oleh pihak Jepang. Waktu realisasi itu begitu dekat,
kesediaan Soekarno untuk bekerjasama begitu besar sehingga mau tidak mau dari
sudut pandang sekutu dianggap sesuatu kolaborasi. Semua ketika peluang-peluang
peperangan bagi Jepang telah tertutup, jalan kembali tidak ada lagi dan realisasi impian
tadi berubah menjadi suatu perlombaan dengan waktu. Pendirian PUTERA agaknya
sebuah langkah maju dan menggembirakan dalam rangka menuju Indonesia Merdeka.
Tetapi rasa puas tentang kemajuan ini sudah banyak berkurang sebelum tanggal
didirikannya, karena Perdana Menteri Tokjo mengumumkan kemerdekaan bagi
Filiphina dan Burma, sesuatu yang belum di dapatkan Indonesia terlebih lagi Jawa dari
Pemerintahan Jepang. Tapi karena peran Sentralnya di PUTERA dalam kurun waktu
berbulan-bulan akhirnya Soekarno dapat tampil sebagai pemeran pergerakan nasioanl
utama di pulau Jawa77
77
Giebels, op. cit, 2001, hal. 282
. Dan upaya untuk menghadirkan kemerdekaan akhirnya datang
juga, walau datang melalui rekayasa Jepang, karena tanpa perang Pasifik, dan berkat
pemerintahan Belanda. Model keterlibatan di parlemen hasil bentukan Belanda di
laksanakan dan ditaati oleh Tjokro dan Abdul Muis. Gerakan kiri progressif, terpaksa
(45)
dianggap organisasi yang tidak tunduk terhadap pemerintah Belanda, termasuk
Soekarno yang tetap pada jalur Non ko-operatif dengan kolonial Belanda.
2.2
. Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia Tahun (1945-1966)
2.2.1. Politik Luar negeri Indonesia Periode Perjuangan Kemerdekaan
(1945-1949)
Terbentuknya Indonesia sebagai negara kesatuan merupakan kesadaran seluruh
komponen bangsa tanpa mempersoalkan latar belakang agama, suku dan bahasa.
Kesadaran itu lahir dari kehendak bersama untuk membebaskan diri dari belenggu
penjajahan dan kolonialisme yang tidak sesuai dengan semangat dan nilai-nilai
kemanusiaan universal. Semangat ini menjadi modal dasar dan landasan kuat untuk
menyatukan dan meleburkan diri dengan penuh kerelaan dalam bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia78
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 menjadi pemisah antara masa kehidupan sebagai Negara jajahan dan masa menjadi masa yang merdeka,
berdaulat serta bebas menentukan jalan hidupnya. Kemerdekaan Indonesia direbut . Keinginan untuk bernegara ini tercermin secara nyata
dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 yang melahirkan nasionalisme Indonesia yang
sekaligus mampu mendorong dalam proses pencapaian kemerdekaan Republik
Indonesia.
78
http : //Kopitudashak.wordpress.com /2009/10/08/ politik-luar-negeri-Indonesia-pasca-kemerdekaan-antara-romantisme-dan –konfrontasi, diakses pada tanggal 28 Oktober 2009
(46)
melalui perjuangan bersenjata dengan mematahkan kekutan senjata penjajah yang jauh
lebih modern. Sekalipun kekutan persenjataannya tidak memadai, berkat perjuangan
yang dijiwai semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang tidak kenal menyerah, rela
berkorban yang diiringi motivasi tinggi maka penjajah akhirnya bias diusir. Diantara
Negara-negara yang merdeka setelah perang dunia ke II hanya sedikit yang merebut
kemerdekaannya dengan revolusi, salah satunya adalah Indonesia.
Perumusan politik luar negeri Indonesia pascakemerdekaan merupakan
kalkulasi yang komprehensif antara posisi realpolitik Indonesia secara internasional
(Pem. RI atas pidato Hatta), image positif founding father terhadap Indonesia, serta
keinginan untuk eksis dalam percaturan politik internasional yang dibungkus Dalam
pertimbangan geopolitik untuk mencari kemerdekaan RI secara menyeluruh (Pem RI
respon pidato Hatta) sebagai tujuan nasional. Kemerdekaan yang dimaksudkan adalah
pengakuan internasional – yang bisa didapatkan melalui usaha penegakan ketertiban
umum demi meraih simpati Sekutu – dan upaya untuk menjaga kesatuan wilayah
kedaulatan secara integral. Upaya ini bukanlah hal yang mudah dengan aib militerisme
Jepang dimasa lampau (MichaelLeifer,1989).79
79
Ibid
Karena itu bagi para pendiri Negara anti sifat penjajah, kegandrungan akan
melindungi segenap bangsa, memajukan kesehjahteraan umum, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan social dan dijadikan tujuan dasar Negara Indonesia
(47)
Politik luar negeri merupakan suatu aspek kegiatan kehidupan bangsa dan
negara dalam artian bahwa melalui pelaksanaan politik luar negeri itu terselenggaralah
interaksi bangsa dan negara dengan komunitas internasional
(masyarakat internasional); melalui politik luar negeri maka suatu bangsa dan negara
memasuki pergaulan antar bangsa.80
Yang mendasari pelaksanaan politik luar negeri pada masa itu ialah suatu
pendekatan unik untuk mencapai sasaran. Perlawanan bersenjata tidak dikesampingkan
begitu saja, akan tetapi kemerdekaan dipandang lebih dapat dicapai dan
dipeertahankan melalui proses diplomasi yang melibatkan mediasi pihak ketiga.
Politik luar negeri Indonesia lahir dari rentetan sejarah yang panjang diawali
dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Indonesia memperoleh pengakuan
kedaulatan dari pemerintah belanda pada tanggal 27 desember 1949 sebagai hasil
konferensi meja bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, negeri belanda.
Empat tahun sebelumnya, tepatnya pada tanggal 17 agustus 1945, kemerdekaan
Indonesia telah diproklamasikan hanya dua hari setelah jepang menyerah pada sekutu.
Politik luar negeri Indonesia mendapatkan bentuk awalnya dari usaha-usaha repoblik
ini memperoleh pengakuan internasional guna mencegah kembalinya kekuasaan
Kolonial Belanda.
81
80
http://globalisasi.wordpress.com/2006/12/25/pendekatan-terhadap-studi-politik-luar-negeri.
81
Dahlan Nasution, Politik Internasional Konsep dan teori, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1989, hal.40
Proses ini menjadi mungkin sejak berkat kehadiran militer inggris yang mendapat
(48)
melibatkan diri selama tahun 1947 melalui media PBB, indentitas internasional
Indonesia semakin diperkuat.
Sehubungan dengan itu Presiden Soekarno sendiri pada peringatan Hari Ulang
Tahun Proklamasi Kemerdekaan Ketiga mengatakan :
“Bangsa Indonesia telah memasuki dunia internasional. Cepat atau lambat dunia pasti akan ikut serta dalam menyelesaikan konflik Indonesia-belanda. Hal inilah yang menjadi dasar politikluar negeri Republik.” 82
Pengalaman mencapai kemerdekaan dengan cara seperti ini menunjukan
kegunaan suatu teknik Diplomasi yang pada waktu berikut-berikutnya digunakan
dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Disamping itu pengalaman pahit
dengan belanda, dan sikap Negara-negara adikuasa yang serba mendua terhadap
pernyataan kemerdekaan Indonesia mempunyai pengaruh yang menentukan pada
wawasan internasional para pemimpin politik setelaha penyerahan kedaulatan.
Disamping itu konflik dengan Belanda juga berperan mempertegas pertentangan
politik di dalam pergerakannasionalis yang tak begitu homogen.
Dalam masa revolusi nasional, dilaksanakanlah dua cara pelaksanaan politik
luar negeri yang sangat berbeda dan bersaingan. Cara yang pertama ialah diplomasi
yang merupakan alat yang digunakan terutama untuk menjamain penyerahan
kedaulatan. Cara lain ialah perjuangan yang timbul dari suatu keyakinan bahwa
kemerdekaan sejati hanya akan dapat dicapai melalui konfrontasi tak mengenal
(49)
Pandangan yang terakhir ini memainkan peranan penting dalam mempertahankan
momentum revolusi nasional, dan pada akhirnya juga memainkan peranan penting
dalam mencegah upaya Belanda menerapkan penyelesaian secara militer.
Walaupun esensi kedua cara ini berbeda, tetapi para pendukung kedua strategi ini
memiliki titik temu dalam kesamaan pengalaman yang diteruskan kedalam
kemerdekaan.
Pada periode ini ada tiga sasaran pokok yang hendak dicapai oleh politik luar
negeri Indonesia, yakni :
a) Mencari pengakuan internasional atas kemerdekaan Indonesia
b) Mempertahankan kemerdekaan dari usaha Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia memaksakan pemerintah kolonialnya berdasarkan pada dekrit Ratu
Wihelmina 7 Desember 1942;
c) Mencari penyelesaian sengketa dengan Belanda melalui Negara ketiga sebagai
mediator atau dengan melalui forum PBB (Agung, 1973,29)
Prinsip ideal politik luar negeri telah dinyatakan dinegara Indonesia sebagai
“bebas dan aktif”. Prinsip ini dikemukakan pertama kali pada bulan September 1948
oleh Almarhum Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama yang merangkap sebagai
Perdana Menteri yang disampaikan melalui pidatonya yang berjudul ”Mendayung Antara Dua Karang”.
Sejak saat itu, RI menganut ”politik luar negeri yang bebas dan aktif yang
dipahami sebagai sikap dasar RI yang menolak masuk dalam salah satu blok
82
(50)
negara superpowers; menentang pembangunan pangkalan militer asing di dalam
negeri; serta menolak terlibat dalam pakta pertahanan negara-negara besar.
Namun, RI tetap berusaha aktif terlibat dalam setiap upaya meredakan
ketegangan di dunia internasional. Seperti diamanatkan konstitusi, RI juga menentang
segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini, dan menegaskan bahwa politik luar
negeri harus diabdikan untuk kepentingan nasional.
Inti dari azas politik luar negeri yang harus ditempu Indonesia dalam situasi
internasional yang ditanda tangani oleh pertentangan antara dua raksasa atau kubu,
adalah tidak memihak dan kepercayaan pada diri sendiri. Dalam kata-kata Bung Hatta
pada waktu itu antara lain adalah :
“Tetapi mestikah kita bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih anatara Rusia atau pro-AS? Apakah tak ada pemikiran yanh harus kita ambil dan mengejar cita-cita kita? Pendirian yang harus kita ambil adalah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan politik internasional melainkan kita harus tetap menjadi subjek yang menentukan sikap kita sendiri, berhak menentukan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seutuhnya. Perjuangan kita harus diperjuangkan atas dasar semboyan yana lama; percaya akn diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan diri sendiri. Ini tidak berarti kita tidak mengambil keuntungan dari pada pergolakan politik Internasional. Memang tiap-tiap politik untuk mencapai kedudukan negara yang kuat telah”.83
Azas politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam konteks internasional itu
menurut pandangan Hatta, adalah politik luar negeri Republik Indonesia bukanlah
politik kenetralan, karena tidak dibangun dalam referensi pada Negara-negara yang
berperang tetapi dengan maksud untuk memperkuat dan menjujung tinggi perdamaian
Hal. 10
(51)
dan menempuh jalannya sendiri dalam berbagai masalah Internasional. Selain itu
pernyataan pemerintah dan penjelasan hatta itu menggungkapkan dalil-dalil dasar dari
apa yang kemudian dikenal sebagai azas non blok dalam politik luar negeri, suatu azas
yang merupakan dasar bersama bagi Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Selain bebas dan aktif, politik luar negeri Indonesia sebagai negara yang baru
saja merdeka, Indonesia sangat sadar akan kemerdekaannya itu dengan sangat peka
terhadap penjajahan. Sebab itu, politik luar negeri Indonesia pada dasarnya yang
anti-kolonialisme, seperti tercermin dalam pembukaan UUD 1945, diawali dengan kalimat
“ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sikap ini diperkuat dengan penjelasan lebih lanjut
oleh Bung Hatta dlam kaitannya dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
aktif, bahwa tujuan utama politik luar negeri Indonesia, yakni :
a) Mempertahankan kemerdekaan rakyat dengan menjaga keselamatan Negara.
b) Untuk mendapatkan perlengkapan pokok yang membangun kembali apa yang telah hancur atau rusak dan modal bagi industri aliansi, pembuatan dan
mekaninisme sebagaian pertanian.
Ada dua hal yang dapat dicatat dalam periode ini, yaitu :
- pencapaian kepentingan nasional (national interest) untuk mendapatkan
pengakuan internasional karena pada periode ini banyak negara yang belum
mengakui keberadaan indonesia sebagai negara yang berdaulat.
83
(52)
- Pada periode ini, politik luar negeri yang bebas-aktif mendapatkan suatu ujian
dengan terjadinya pemberontakan PKI di Madiun 1948.
2.2.2 Politik Luar Negeri Indonesia Periode Demokrasi Liberal
(1950-1959)
Awal tahun 1950-an, Indonesia memperlihatkan diri seperti apa yang menjadi
pidato Moh. Hatta, sebagai suatu negara yang tidak memihak kepada salah satu blok
yang terlibat dalam perang dingin. Walaupun Indonesia bersikap netral, bukan berarti
Indonesia bekerja secara aktif untuk perdamaian dunia dan peredaan ketegangan
internasional. Meskipun Indonesia sering dianggap ekslusif condong ke Barat, tetapi
Indonesia menolak menyokong Amerika dalam Perang Korea. Tanggapan Indonesia
itu bisa ditafsirkan sebagai adanya perasaan takut akan dominasi asing yang baru, yang
diakibatkan adanya perasaan baru bebas dari kolonialisme yang bercampur-baur
dengan dampak pertentangan perang dingin yang terjadi pada saat itu.
Kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif pada tahun 1952
menghadapi ujian, ketika diketahui bahwa Menlu Subardjo mengadakan perjanjian
bantuan militer dan ekonomi dari Amerika Serikat yang diwakili oleh Duta Besar
Amerika, Merle Cochran. Akibatnya, Indonesia harus mentaati ketentuan-ketentuan
yang termuat dalam Undang-Undang Keamanan Bersama (Mutual Security Act), yang berarti pula penyimpangan terhadap prinsip-prinsip politik luar negeri yang bebas
(53)
Di sini dapat diartikan bahwa politik luar negeri yang bebas dan aktif adalah
Indonesia harus menghindarkan diri dari perjanjian internasional yang memungkinkan
Indonesia terikat kepada salah satu blok. Bahkan secara tegas, Moh. Hatta dalam
tulisannya di majalah politik, Foreign Affairs, pada tahun 1953, menolak pandangan yang mengatakan bahwa tidak adanya suatu posisi tengah dalam perang dingin.
Selanjutnya Moh. Hatta menegaskan bahwa situasi geopolitik Indonesia yang tidak
mengandung “keharusan untuk membuat pilihan di antara dua blok besar”.
Kebijakan Indonesia yang memilih jalan tengah dalam masalah luar negeri,
dianggap oleh Justus M. Van der Kroef, sebagai suatu kondisi yang diperlukan bagi
pembangunan dalam negeri. Keterlibatan luar negeri dan mengikat diri secara tetap
terhadap negara-negara besar, dianggap mengganggu keseimbangan kehidupan poltik
dalam negeri yang tak menentu dan akan pula menghambat pembangunan Indonesia
sebagai suatu bangsa yang bebas. Ketika Ali Sastroamidojo, tokoh PNI menjabat
sebagai Perdana Menteri. ia menafsirkan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu
bukan berarti menghindari dari fakta tetapi juga menjalin hubungan yang berimbang di
antara kedua blok.
Indonesia menjalin hubungan dengan negara-negara sosialis, seperti dengan
RRC pada bulan Desember 1953 dan setahun kemudian ia membuka hubungan
diplomatik dengan Uni Soviet dan beberapa negara sosialis lainnya. Lewat strategi ini,
Ali Sastroamidjojo ini menunjukkan kepada dunia bahwa politik luar negeri Indonesia
yang bebas dan aktif itu, memang benar-benar bebas. Puncak daripadanya adalah
dengan diadakan Konferensi Asia Afrika pada bulan April 1955 di Kota Kembang,
(1)
Berbagai pendapat muncul dalam menilai berbagai kebijakan luar negeri yang
diambil oleh Soekarno semasa Beliau memimpin Negara Republik Indonesia ini. Ada
yang pro dan ada pula yang kontra. Akan tetapi perlu kita ingat bahwa Soekarno
adalah seorang pejuang ysng telah banyak memberikan kontribusi besar kepada bangsa
Indonesia. Ia tidak hanya seorang pahlawan yang telah menghantarkan Indonesia
kegerbang pintu kemerdekaan, selain itu Ia juga merupakan seorang negarawan dan
guru bangsa Indonesia, baik dalam pemikiran maupun tindakan. Soekarno
mengajarkan kita pada berbagai macam pemahamannya, salah satunya adalah jati diri
bangsa. Karena apabila suatu bangsa tidak memilikinya maka akan selalu dipandang
(2)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adams,Cindy, Bung karno Penyambung lidah Rakyat Indonesia ,Jakarta ; Gunung Agung, 1966
---, Adams, Cindy ,Bung Karno Penyambung lidah Rakyat Indonesia, Jakarta; Gunung Agung , 1966
Budiarjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta ;PT.Gramedia, 1989
Bakriy, Umar. S, “Perumusan Politik Luar Negeri Dengan pendekatan Sistem,” Harian Prioritas, Jakarta, 1987
Cipta, Bambang, Hubungan Internasional di Asia Tenggara Teropong Terhadap Dinamika Realitas, Dan Masa Depan, Pustaka Pelajar, yang Yokyakarta, April 2007.
Dahm, Berahard, Soekarno dan perjuangan kemerdekaan ,Jakarta,LP3ES,1987
Djumala Darmansyah, Hubungan Internasional percikan pemikiran diplomat Indonesia, Islami Jakarta, PT.Gramedia pustaka Utama, 2004
Dolet, unaradjan, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta ; Grasindo 2000
Djumala, Darmansyah, Hubungan Internasional, percikan pemikiran Diplmasi Indnesia, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka utama ,2004
Etika jawa : Sebuah Analisis Filsafi Tentang kebijakan kehidupan jawa; PT.Gramedia, Jakarta 2003
Easton, David, Kerangka Kerja Analisia Sistem Politik, (Terjemahan Simamora), Bina Aksara, Jakarta, 1984.
G, Moedjanto, Indonesia Abad ke -20 I Dari kebangkitan Nasional Sampai Linggar jati, Yogyakarta; Konisius,1991 .hal 15
Gie, Soe Hok, Lentera Merah, Benteng Budaya , Ykyakarta,1999. Gimbels , Lambert, Sekarno Biografi 1901-1950 , Jakarta; PT.Gramedia 2001
(3)
Gimbles, Lambert, Soekarno Biografi 1901-1950, PT. Gramedia, Jakarta ,2001
Hlsti, K.J. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, terjemahan Wawan Juanda, Bandung; Bina Cipta, 1987
Hopkins, Roymond,f, Richard W.Mansbach 1973 Struktur and process in Internasional politics New Yrk, Herpen and Row, 1986
H.Miller, Lynn, Agenda politik Internatinal, Ygyakarta; PT Pustaka pelajar, 2006
Holsti, K.J, Azhary, M. Tahir, Politik Internasioan Kerangka untuk analisis, edisi ke-4 jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.
Holsti, K.J. Azhary. M. Tahir, Politik Internasional Kerangka untuk Analisis, edisi ke-4, Jilid II Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.
Islamy, M.Irfan, Prinsip –Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta; Penerbit Bumi Aksara 2003.
Jusuf, Suffri, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989
Mardalis, Metode Penelitian Jakarta, Bumi Aksara, 1995
Mas’ed, Mackhtar, Teori dan Metodelogi Hubungan Internasinalism, Yogyakarta: Pusat-Antar university studi sosial UGM, 1998
Mc. Kahin, George , Nationalisme and Revolution in Indonesia, Cornell University press, Ithoca ,1952.
Nasution, Dahlan, Politik Internasinal Konsep dan Teori, Jakarta; Penerbit Erlangga, 1989 Nawawi, H.Hadani dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada
University press 1996
(4)
Soekarno,
Dibawah Bendera Revlusi Jilid I dan Jilid II , Jakarta: Panitya Penerbit
DBR. 1964
SastramidJoJo, Ali, Tonggak-tonggak perjalanan hidupku, Jakarta PT.Kinta ,1974
Soekarno, Pidato Djalan Revolusi kita (Djarek), 1957Sriyono, A.Agus, Politik luar Negeri Indonesia Pada Zaman Yang Berubah Dalam Hubungan Internasional, Percikan Pemikiran Diplomat Indonesia, Jakarta ;PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu politik, Jakarta; PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992
Sastroatmodjo, Sudijono, Perlilaku Politik, IKIP Semarang Press, Semarang, 1995.
Soeprapto, R. Hubungan Internasinal sistim ,Interaksi dan perilaku ,Jakarta; PT.Raja Grafindo persada,1997.
Sitepu ,Anthonius, Dasar-Dasar studi Hubungan Internasinal, Medan ; PT. Yandira Agung, 2003.
Syamsuddin , Nazaruddin Soekarno, pemikiran politik dan kenyataan praktek, Jakarta: CV Rajawali, 19998.
Unaradjan, Dolet, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta; Grasindo ,2000 Wiriatmadja, S. Pengantar Hubungan Internasioanl, Penerbit Alumni, Bandung, 1971.
Yusuf, Suffri, Hubungan Internasioanl dan Politik Luar Negeri sebuah Analisa Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaanya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989.
(5)
B. Situs Internet
Abimanyu, Oktober 1965: Rama-ramai Menggadai Kedaulatan Politik Luar Negeri
,http://www.geopolitik.org/?p=39#more-39
Ahmad sudirman, Muba, Soekarno membeli senjata dari uni soviet untuk dipakai mencaplok papua barat
Junarto Imam Prokoso Membandingkan soekarno dengan soeharto, dalam http:ayo merdeka wordpress. Com/2008/02/05/ membandingkan–soekarno-dengan soeharto.
Kristanto Hartadi, Harumkan Indonesia di Kancah Dunia,
Leifer, Miehael, Politik Luar Negeri Indonesia , Jakarta, PT. Gramedia 1983
Lima kerangka teoritis, Pendekatan Terhadap Studi politik Luar Negeri di Negara –negara Berkembang,.
Margiono, Ari, Adakah Politik luar Negeri Indonesia? Dalam September 2008
Nuswantoro, Disegani di Kawasan Asia Tenggara,
Harian & sec =E DISI%20KHUSUS &rbrk=&id=30687
Prof Mohamad Sadli, Soekarno gagal dalam Konfrontasi
http://www/korantempo.com/korantempo.login.html
Rudi Hartono, Menilai Politik Luar Negeri dan Kerjasama Indonesia-Malaysia
Soekarno Dan Kebijakan Luar Negeri RI, http//beritasore. Com/ 2008/01/12/soekarno dan – kebijakan-luar-negeri-ri/
(6)
–luar-negeri-indonesia-menyangkut-konsep-dan-resonansinya-terhadap-kondisi-rakyat/
Indonesia pasia