semakin dirangkul oleh dunia internasional. Dalam hubungan bilateral dengan Malaysia di bidang ketenagakerjaan membuka arus kerjasama semakin terbuka
dan Indonesia menjadi negara anggota ASEAN yang bisa bekerja-sama. Dampak pengiriman TKI tentunya memiliki paradoks sendiri karena
ketika dunia menjadi semakin terbuka dunia akan semakin timpang. Kesesuaian antara teori dan kenyataan yang diterima oleh negara-negara yang terlibat dari
liberalisme dunia ternyata tidak sejalan. Ketimpangan negara-negara berkembang dan negara maju dalam mengikuti arus liberalisme akan semakin melebar.
Perlunya membongkar kembali keseimbangan antara teori dan realitas yang terjadi di Indonesia di tengah arus kerjasama dengan Malaysia dalam pengiriman
TKI untuk melihat seberapa jauh kerjasama tersebut menguntungkan Indonesia. Dampak pengiriman TKI adalah masalah penting untuk diteliti lebih
dalam. Indonesia sebagai negara pengirim TKI terbesar di Malaysia harusnya menerima hasil dari semua kerjasama ini. Permasalahan seperti penganguran,
hubungan bilateral dikedua negara, masalah meningkatnya devisa Indonesia dan berbagai masalah ekonomi sosial di indonesia lainnya harusnya menunjukkan
kondisi yang semakin lebih tinggi sebagai manfaat dari hubungan kerjasama ini. Hal ini untuk melihat seberapa besar dampak dari hubungan kerjasama dibidang
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti apa dampak ekonomi dan politik dari pengiriman Tenaga kerja Indonesia TKI ke Malaysia
Tahun 2004-2009?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah apa
dampak ekonomi dan politik dari pengiriman TKI ke Malaysia tahun 2004-2009?
Universitas Sumatera Utara
3. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas supaya hasil penelitiannya tidak
menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keuntungan yang diperoleh Indonesia dari segi ekonomi devisa
negara, penyerapan angkatan kerja pada tahun 2004-2009 2.
Dampak positif bagi Indonesia dilihat dari sisi politik peningkatan hubungan kerjasama Indonesia-Malaysia pada tahun 2004-2009
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk menganalisis keuntungan yang diperoleh Indonesia dari segi ekonomi dalam pengiriman TKI ke Malaysia
2. Untuk menganalisis dampak positif di bidang politik dari pengiriman
TKI ke Malaysia
5.Manfaat Penelitian
Manfaat dari diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan ilmiah di bidang politik tentang ekonomi politik.
2. Secara kelembagaan, penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam
membenahi hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia di bidang ketenagakerjaan.
3. Secara Individu, penelitian ini memiliki manfaat sebagai proses dalam
mengembangkan kemampuan berpikir penulis dan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian proram Strata Satu di Departemen Ilmu Politik.
Universitas Sumatera Utara
6.Kerangka Teori 6.1 Hubungan Internasional
Sejak abad kedelapanbelas hubungan antarnegara disebut hubungan internasional. Dunia negara pada dasarnya merupakan dunia wilayah: ini
merupakan cara dalam mengatur secara politis wilayah berpenduduk dunia, suatu jenis tertentu organisasi politik wilayah yang berdasarkan pada sejumlah besar
pemerintahan yang berbeda yang secara hukum merdeka satu sama lain. Sebagian besar negara mungkin bersahabat, tidak mengancam dan mencintai perdamaian.
Tetapi, sebagian kecil negara mungkin bermusuhan dan agresif, dan tidak ada pemerintahan dunia yang mencegah mereka.
7
Urusan dunia yang menjadi semakin penting menimbulkan keinginan terciptanya suatu pengetahuan yang dapat lebih diandalkan menganai bagaimana
caranya bangsa-bangsa di dunia ini saling mengadakan hubungan. Dalam usaha untuk mewujudkan hubungan tersebut maka kemajuan teori memainkan peranan
kunci untuk menunjang pengetahuan yang lebih dapat diandalkan.
8
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan
sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.
9
Kejasama internasional bukan saja dilakukan antarnegara secara individual tetapi juga dilakukan antarnegara yang bernaung dalam organisasi atau lembaga
internasional. Mengenai kerjasama internasional Koesnadi Kartasasmita mengatakan bahwa kerjasama internasional merupakan suatu keharusan sebagai
7
Robert Jackson Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, hal 3.
8
R. Soeprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997, hal. 39.
9
Charles A. McClelland, Ilmu Hubungan Internasional: Teori dan Sistem, Jakarta: Rajawali, 1981, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambah kompleksitas kehidupan menusia dalam masyarakat internasional.
10
Perkembangan situasi hubungan internasional ditandai dengan berbagai kerjasama internasional dan berkembangnya berbagai aspek diantaranya
rasionalisme ekonomi di berbagai kawasan yang telah membawa oengaruh semakin besarnya persoalan sosial ekonomi yang lebih menyita perhatian negara-
negara dunia melalui kerjasama internasional. Negara-negara di dunia semakin memperkuat posisi saling ketergantungan secara global yag semakin nyata dengan
titik beratnya adalah upaya meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa yang dilandasi prinsip saling percaya, menghargai dan menghormati. Kerjasama dalam
bidang ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan keamanan dijalin oleh suatu negara dengan satu atau lebih negara lainnya.
Perkembangan yang pesat dalam hubungan luar negeri yang paling penting adalah kerjasama internasional yang dirumuskan dalam bentuk
perjanjuan. Setiap perjanjian internasional yang dilaksanakan akan mengikat suatu negara yang menyatakan terikat ke dalamnya melalui suatu peraturan perundang-
undangan nasional. Adanya implementasi suatu perjanjian internasional pada perundang-undangan nasional dimaksudkan agar suatu perjanjian internasional
dapat dilaksanakan dalam suatu negara. Menurut Kalevo Jaakko Holsti, kerjasama internasional dapat
didefenisikan sebagai berikut:
11
a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling
bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.
10
Koesnadi Kartasasmita, Administrasi Internasional, Bandung: Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, 1977, hal. 19.
11
K.J Holsti, Politik Internasional, Kerangka untuk Analisis, Jilid II, Terjemehan M. Tahrir Azhari, Jakarta: Erlangga, 1988, hal. 652.
Universitas Sumatera Utara
b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang
diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.
c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih
dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan
d. Aturan resmi atau tidak remi mengenai transaksi di masa depan yang
dilakukan untuk melaksanakan persetujuan e.
Transaksi anatara negara untuk memenuhi persetujuan mereka. Defenisi Schwarzenberger menyatakan bahwa ilmu hubungan
internasional adalah bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional. Ilmu hubungan internasional dalam arti sempit mengatakan bahwa
ilmu hubungan internasional sebagai subjek akademis terutama memperhatikan hubungan politik antar-bangsa. Defenisi ini memberi tekanan pada aspek
hubungan politik karena dipandang perlu untuk memberi arti yang lebih luas mengenai hubungan antarnegara. Jadi hubungan internasional dalam arti umum
tidak hanya mencakup unsur politik tetapi juga unsur-unsur ekonomi, sosial, kultural, dan sebagainya, seperti misalnya dalam hal perpindahan penduduk,
perpindahan ide-ide dari suatu negara ke negara melalui imigrasi, pariwisata, atau pertukaran kebudayaan cultural-exchange.
12
Charles McClelland mendefenisikan hubungan internasional sebagai suatu studi mengenai semua bentuk pertukaran, transaksi, hubungan, arus informasi,
serta berbagai respon perilaku yang muncul diantara dan antarmasyarakat yag terorganisir secara terpisah termasuk komponen-komponennya. Sprout Sprout
menyatakan bahwa studi hubungan internasional membahas mengenai aktor-aktor negara, pemerintah, pemimpin, diplomat, masyarakat yang bertujuan mencapai
maksud-maksud tertentu sasaran, tujuan, harapan dengan menggunakan sarana-
12
Ibid., hal VI.
Universitas Sumatera Utara
sarana seperti diplomasi, pemaksaan, persuasi yang dikaitan dengan power atau kapabilitasnya.
13
Hubungan internasional pada dasarnya adalah merupakan studi tentang interaksi antaraktor atau kesatuan sosial tertentu termasuk segala sesuatu di
seputar interkasi dan interkasi tersebut berlangsung dalam suatu sistem internasional. Disebabkan oleh adanya hubungan antar dua atau lebih pelaku
terjadilah interaksi, selama terjadinya interaksi tersebut timbulah berbagai aktivitas yang saling mempengaruhi.
14
Dalam membahas interaksi antar negara, J.Frankel mengatakan ada dua tipe hubungan ekstrim yaitu 1 konflik dan 2
kerjasama, sedangkan situasi yang jatuh diantara dua tipe yang ekstrim itu disebut 3 persaingan.
15
Kepentingan nasional merupakan konsep yang inti dalam kajian masalah internasional selama negara-bangsa nation-state masih merupakan aktor
hubungan internasional yang dominan. K.J. Holsti mengidentifikasikan kepentingan nasional kedalam tiga klasifikasi, yaitu: 1 core values atau sesuatu
yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara; 2 middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan memperbaiki
derajat perekonomian; 3 long-range goals, merupakan sesuatu yang bersifat idela , misalnya keinginan unutk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.
Donald E. Nuechterlin menyebutkan empat jenis kepentingan nasional: 1.
Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari
ancaman negara lain; 2.
Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain;
13
Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, Bekasi: Jayabaya University Press, 1999, hal. 3
14
R.Soeprapto, op.cit., hal 155.
15
Ibid., hal 161.
Universitas Sumatera Utara
3. Kepentingan tata internasional, yakni kepentingan untuk mewujudkan atau
mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya;
4. Kepentingan idiologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau
melindungi idiologi negaranya dari ancaman idiologi negara lain. Tujuan utama suatu negara melakukan kerjasama internasional adalah
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang tidak dimiliki di dalam negeri. Untuk itu, negara yang memiliki kebutuhan nasional tersebut memperjuangkan
kepentingan nasionalnya di luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya yang tidak dapat dipenuhinya dapat melakukan kerjasama dengan negara lain.
Negara yang memenuhi kebutuhan negara yang tidak dapat memenuhi negara tersebut kemudian juga dapat memanfaatkan kebutuhan yang tidak ada dalam
negaranya ke negara lain. Kerjasama internasional dilakukan sekurang-kurangnya memiliki dua
syarat utama, yaitu, pertama, adanya keharusan untuk menghargai kepentingan nasional masing-masing anggota terlibat. Tanpa adanya penghargaan tidak
mungkin dapat dicapai suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula. Kedua, adanya keputusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk
mencapai keputusan bersama diperlukan komunikasi dan konsultasi secara berkesinambungan. Frekuensi komunikasi dan konsultasi harus lebih tinggi dari
pada komitmen. Konsep hubungan internasional lain yang dianggap penting oleh pakar
hubungan internasional adalah kekuasaan power. K.J. Holsti mengartikan power sebagai kemampuan umum suatu negara untuk menguasai atau mengawasi
perilaku negara lain. Dalam konsep Holsti unsur pokok power adalah pengaruh influence dan kapabilitas capability. Unsur pengaruh diperlukan sebagai
perangkat untuk mencapai atau mempertahankan tujuan, sedangkan kapabilitas merupakan kekuatan fisik atau mental yang digunakan sebagai perangkat
Universitas Sumatera Utara
pendesak untuk membujuk, mengacam, atau memberikan sanksi kepada negara lain.
16
Columbis Wolfe juga setuju bahwa power merujuk ada “apa saja” yang bisa menciptakan dan mempertahankan pengendalian aktor negara A terhadap
aktor negara B. Negara yang kuat akan memiliki power yang lebih besar untuk mempengaruhi dan mengendalikan tindakan negara B sesuai dengan keinginan
negara A.
17
Menurut Morgenthau dalam Politik Antar Bangsa, elemen-elemen yang menentukan power suatu negara adalah sebagai berikut:
Dengan adanya power, negara yang bergantung terhadap negara lainnya akan semakin gampang dikendalikan dan dikuasai. Walaupun power
bersifat eksplisit namun pengaruhnya sangat besar dalam hubungan internasional.
18
1. Letak Geografis
Faktor geografis merupakan fator yang paling stabil dimana tergantungnya power suatu negara. lokasi suatu negara secara
geografis merupakan faktor fundamental yang mempunyai kepentingan permanen, terutama dalam menentuka politik luar negeri
suatu bangsa. 2.
Sumber Daya Alam Pengaruh power suatu negara dalam hubungannya dalam bangsa lain
adalah sumber daya alam. Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri atau kekurangan akan sumber daya alam merupakan
faktor yang relatif stabil dalam kekuasaan nasional 3.
Kapasitas industri
16
Umar Suryadi Bakry, op,cit., hal 64.
17
Ibid., hal 65
18
Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa: Perjuangan untuk Kekuasaan dan Perdamaian Edisi Indonesia, Cetakan pertama April 1990, A. Knopf,Inc., New York, hal. 116-158.
Universitas Sumatera Utara
Teknologi berupa peralatan perang dan komunikasi modern yang dapat meningkatkan keseluruhan perkembangan industri merupakan elemen
power negara yang sangat penting. Kemenangan suatu negara dalam peperangan modern sangat bergantung dari kualitas industri.
4. Kesiagaan militer
Yang memberikan kepentingan sesungguhnya dari faktor geografis, sumber daya alam dan kapasitas industri kepada suatu negara adalah
kesiagaan militer. Ketergantungan power negara atas kesiapsiagaan militer terlihat dengan jelas.
5. Penduduk
Penduduk yang banyak memang tidak dapat dikatakan memiliki power yang besar. namun tidak ada negara yang dapat tetap atau mempunyai
power yang besar jika tidak termasuk ke dalam golongan bangsa dengan penduduk terbesar. Tanpa penduduk yang besar, tidak mungkin
membangun dan memelihara bangunan industri yang diperlukan. 6.
Karakter Nasional dan semangat nasional Karakter nasional dan semangat nasional adalah hal yang penting.
Semangat nasional adalah ketetapan hati dengan mana suatu bangsa mendukung politik luar negeri pemerintahannya dalam masa damai
dan perang. 7.
Kualitas Diplomasi Dari seluruh faktor yang membentuk power suatu negara yang
terpenting dan yang lebih tidak stabil adalah kualitas diplomasi. Semua faktor lainnya yang menentukan power suatu negara adalah merupakan
bahan mentah dari hal mana kekuasaan suatu bangsa diciptakan. Perang konflik dan perdamaian adalah dua konsep hubungan internasional
yang tidak dapat terpisahkan. Perang dalam konsep hubungan internasional, yakni: 1 Perang merupakan kondisi tidak normal dalam hubungan dua negara
atau lebih, 2 Perang merupakan pertikaian yang terorganisir antara dua negara
Universitas Sumatera Utara
atau lebih, 3 Perang melibatkan penggunaan kekuatan bersenjata secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu, 4 perang mengandung sikap permusuhan dengan
intensitas yang besar tinggi, 5 perang berpijak pada sejumlah aturan yang telah dilembagakan atau disepakati bersama. Konsep perdamaian yaitu sebuah kondisi
tanpa perang, permusuhan, konflik, kekerasan, dan ketegangan. Keadaan damai yang ideal tidak hanya merupakan kondisi tanpa perang dan bebas dari bentuk
kekerasan lainnya, tetapi juga ditandai dengan tingkat interaksi yang tinggi.
19
Para pakar liberal hubungan internasional mengatakan bahwa hubungan internasional dapat dicirikan sebagai dunia dimana negara-negara bekerjasama
satu sama lain untuk memelihara perdamaian dan kebebasan serta mengejar perubahan progresif.
20
Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat
internasional, baik oleh pelaku negara-negara state-actors maupun oleh pelaku- pelaku bukan negara non-state actors. Pola hubungan atau interaksi ini dapat
berupa kerjasama cooperation, persaingan competition, dan pertentangan conflict. Tentu yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama.
Permasalahannya adalah bagaimana memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling
menguntungkan; bagaimana mencegah dan menghindari konflik serta bagaimana mengubah kondisi-kondisi persaingan kompetisi dan pertentangan konflik
menjadi kerjasama. Hubungan antar negara ditentukan oleh sifat negara dan
masyarakat internasional. Sifat umum negara adalah bahwa negara merupakan bentuk tertinggi dari organisasi manusia dan negara hanya diperintah oleh
kepentingan nasionalnya.
21
19
Ibid., hal 70
20
Robert Jackson Georg Sorensen, op.cit., hal. 6
21
T.May Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global : Isu, Konsep, Teori, dan Paragidma,
Bandung: Refika Aditama, 2003, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan dan kerjasama internasional muncul karena kedaan kebutuhan masing-masing negara yang berbeda sedangkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki pun tidak sama. Hal ini menjadikan suatu negara membutuhkan kemampuan dan kebutuhannya yang ada di negara lainnya. Kerjasama
internasional dilakukan sekurang-kurangnya harus memiliki dua syarat utama, yaitu pertama, adanya keharusnya untuk menghargai kepentingan nasional
masing-masing anggota yang terlibat. Tanpa adanya penghargaan tidak mungkin dapat dicapi suatu kerjasama seperti yang diharapkan semula. Kedua, adanya
kepetusan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai keputusan bersama, diperlukan komunikasi dan konsultasi secara
berkesinambungan. Frekuensi komunikasi dan konsultasi harus lebih tinggi dari komitmen.
22
Faktor ekonomi merupakan faktor penting dalam hubungan internasional karenan menentukan atau mempengaruhi national power atau kapabilitasnya.
Negara-negara maju atau industri yang telah berhasil mengkombinasikan teknologi dengan modal, tenaga kerja terlatih dan bahan-bahan mentah tidak
hanya menikmati standar hidup yang tinggi tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap hubungannya dengan negara lain. Negara yang lebih maju mempunyai
power yang kuat untuk dapat melakukan dominasi terhadap negara lainnya. Dalam pandangan kaum liberal, pilihan kerjasama ekonomi juga
mengurangkan politik luar negeri yang bermusuhan dengan negara lain. Kerjasama ekonomi dalam organisasi level regional mengurangkan konflik karena
perdagangan dan kolaborasi ekonomi antaranggotanya. Organisasi regional bisa mengubah politik luar negeri dua negara yang selalu bermusuhan menjadi
bersahabat. Negara- negara memperluas konsepsi kepentingan nasionalnya dalam rangka memperluas wilayah kerjasama. Perkembangan ekonomi yang saling
bergantung membuat negara tidak dapat egois dalam menggunakan kekuatan
22
Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan dan Masa Depan,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
militer negara ain karena khawatir akan hukuman yang dilakukan negara lain yang merugikan kepentingan ekonomi mereka.
23
Pemahaman tentang hubungan internasional memiliki ruang lingkup yang kompleks. Hubungan internasional dibentuk oleh hubungan antarnegara yang
saling memiliki nilai-nilai berharga yang ingin diraih demi kehidupan warga negaranya, nilai-nilai tersebut adalah hal-hal yang sangat dibutuhan oleh warga
negaranya seperti keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan dan kesejahteraan. Saling keterkaitan antarmasalah di masing-masing negara menjadi pembahasan
hubungan internasional yang terjadi, seperti menyangkut masalah ekonomi, keamanan, budaya, HAM, tenaga kerja dan lain sebagainya. Dengan hubungan
internasional maka permasalahan- permasalahan masing-masing negara akan sangat menentukan kemakmuran suatu negara.
Nilai dasar pertama negara yang harus ditegakkan adalah kebebasan, baik kebebasan pribadi maupun kebebasan nasional atau kemerdekaan. Nilai dasar
kedua dan ketiga yang harus diterapkan suatu negara adalah ketertiban dan keadilan. Negara- negara memiliki kepentingan bersama dalam membangun dan
memelihara ketertiban internasional sehingga mereka dapat hidup berdampingan dan berinteraksi atas dasar stabilitas, kepastian, dan dapat diarmalkan. Nilai dasar
ketiga yang diharapkan dari negara adalah kesejahteraan sosio-ekonomi warganegara. Masyarakat mengharapkan pemerintahnya menjalankan kebijakan
yang tepat dalam menyedikan lapangan pekerjaan yang tinggi, inflasi yang rendah, investasi yang stabil, pergerakan perdagangan dan komersial yang tidak
terganggu dan seterusnya.
24
Saling ketergantungan yang menyebabkan terjadinya dislokasi tenaga kerja khususnya yang terjadi antara Indonesia-Malaysia disebabkan oleh berbagai
faktor. Selain dari faktor lokasi dan budaya, faktor ekonomi memgang peranan
23
Abubakar Eby Hara, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri: dari Realisme sampai Konstruktivisme, Bandung: NUANSA, 2011, hal 64.
24
Robert Jackson hal 5.
Universitas Sumatera Utara
yang sangat penting. Jauh berkurangnya jumlah lapangan kerja Indonesia yang mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran menyebabkan
Indonesia harus melakukan mobilisasi ke luar negeri. Jalur diplomasi merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh
kedua negara. Diplomasi merupakan suatu perangkat dalam Prestige politics yaitu suatu politik yang membentuk pemikiran masyarakat atau negara mengenai posisi
suatu masyarakat atau negara lain dan bertujuan untuk menekankan kepada bangsa-bangsa lain mengenai kekuasaan yang sesungguhnya dimiliki suatu
bangsa atau yang mereka yakini atau yang ingin diyakininya kepada bangsa- bangsa lain bahwa suatu negara memilikinya.
25
Diplomasi memainkan peranan besar dalam mengatur kebijakan-kebijakan internasional. Banyak masalah yang bisa diselesaikan melalui diplomasi. Secara
umum diplomasi bertujuan untuk mencari cara terbaik menurut Hans. J. Morgenthau dalam Politics Among Nations, sarana diplomasi yang sangat
menentukan ada tiga yaitu bujukan persuassion, kompromi compromise dan ancaman kekerasan threat of force.
26
Hubungan Indonesia dengan Malaysia telah bergantung sejak lama dimana kedua negara bekerjasama di bidang ekonomi. Volume investasi dan perdagangan
di kedua negara ini dari tahun ke tahun berkembang. Hubungan ketergantungan berlaku dalam penyediaan dan permintaan terhadap tenaga kerja Indonesia di
Malaysia. Dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan seni, kedua negara juga mempunyai hubungan yang meningkat. Kaum liberal melihat ini merupakan
bagian dari kerjasama yang saling menguntungkan sebagai dua partner kerjasama dan bukan sebagai dua negara yang sedang berkonflik.
27
25
Hans J. Morgenthau, op.cit., hal. 95.
26
Boer Mauna, Diplomasi dan Hukum Diplomasi, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Departemen Luar Negeri, 2002, hal. 102.
27
Abubakar Eby Hara, op.cit., hal 73.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan kerjasama internasional permasalahannya bukan hanya terletak pada identifikasi sasaran-sasaran bersama dan metode untuk mencapainya
tetapi terletak pada pencapaian sasaran itu. Kerjasama pun akan diusahakan apabila manfaat yang diperoleh diperkirakan akan lebih besar daripada
konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung setiap negara yang sedang bekerja sama. Sesuai dengan tujuannya, kerjasama internasional adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan bersama. Karena hubungan kerjasama internasional dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah
diantara dua atau lebih negara tersebut.
6.2 Tenaga Kerja Indonesia TKI
Dalam perkembangan dewasa ini, penggunaaan kata perburuhan, buruh, dan sebagainya sering ditemukana. Kata-kata tersebut sudah digantikan dengan
kata ketenagakerjaan. Pada tahun 1969 dengan disahkannya UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja istilah buruh digantikan
dengan istilah Tenaga Kerja yaitu orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu perumusan yang luas, karena meliputi siapa saja yang mampu bekerja, baik dalam hubungan kerja formal
maupun di luar hubungan kerja informal yang dicirikan dengan bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah.
28
Undang-undang ketenagakerjaan kemudian mengalami perubahan dengan dikeluarkanya UU No. 13 Tahun 2003. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan telah merumuskan istilah ketenagakerjaan sebagai hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa, yang daitur dalam UU ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerjaburuh,
menyangkut hal-hal sebelum masa kerja pre-employment, antara lain:
28
Undang-undang No.14 tahun 1969 diakses pada 14 September 2013 pada pukul 17:00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
menyangkut pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja dan lain- lain.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja man power
terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja labour Force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur
atau yangs edang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan
lain atau penerima pendapatan. Tenaga kerja mencakup siapa saja yang dikategorikan sebagai angkatan kerja dan juga yang bukan angkatan kerja
sedangkatn angkatan kerja adalah mereka yang bekerja dan yang tidak bekerja pengangguran.
29
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian tenaga kerja indonesia TKI. Menurut pasal 1 bagian 1 UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku pedoman pengawasan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia
adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian, dan olahraga
profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.
Sementara itu dalam pasal 1 Kep. Manakertran RI No Kep 104AMen2002 tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI
adalah laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka
29
Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Dinamika dan Kajia Teori, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
waktu tertent berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI. Prosedur penempatan TKI ini harus benar-benar diperhatikan oleh calon TKI
yang ingin bekerja ke lur negeri tetapi tidak melalui prosedur yang benar dan sah maka TKI tersebut nantinya akan menghadapi masalah di negara tempat dia
bekerja Berdasarkan beberapa pengertian TKI tersebut maka dapat dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk
bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja
melalui penempatan TKI dengan menerima upah.
Aris Ananta dalam bukunya Liberalisasi Ekspor dan Impor Tenaga Kerja Suatu Pemikiran Awal
menerangkan bahwa kehadiran tenaga kerja di Indonesia dibutuhkan oleh negara lain ssat sekarang cenderung menawarkan pekerjaan yang
sering disebut dengan pekerjaan 3-D Dirty, Difficult, and Dangerous yang dikarenkan penduduk negara maju cenderung menolak pekerjaan tersebut. Pada
sisi lain dengan jumlah tenaga kerja yang berlebih Indonesia mempunyai kelebihan tenaga kerja yang murah. Pada saat ini adanya suatu kenyataan bahwa
Indonesia mengalami kelebihan tenaga kerja yang tidak terampil, dengan upah penghasilan yang rendah. Di samping itu, banyak negara yang lebih maju
daripada Indonesia telah mencapai tahap pengimpor tenaga kerja tidak terampil. Dalam bahasa yang lebih teknis dikatakan bahwa terdapat penyumbangan tenaga
kerja ke Malaysia untuk tenaga kerja yang tidka terampil dan murah dari Indonesia.
7. Metodologi Penelitian 7.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau
Universitas Sumatera Utara
arena populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.
30
Penelitian deskriptif juga merupakan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek
maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fata yang tampak sebagaimana adanya.
31
7.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus
memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi.Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh.
32
Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan
analisis data secara induktif, bersifat deskriptif, membatasi studi dengan fokus.
33
7.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam
penelitian ini data primer didapat dengan melakukan wawancara mendalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah
maupun telah diolah. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
30
Sudarwan Danin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora,
Bandung: Pustaka Setia, 2002, hal.41
31
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1987, hal 63.
32
Sudarwan Danin, op.cit., hal 33.
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, hal 27.
Universitas Sumatera Utara
buku-buku, majalah, jurnal, dan internet yang masih memiliki relevansi dengan penelitian ini.
7.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknika analisis data deskriptif kualitatif yaitu berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan
objek penelitian. Data-data yang dikumpulkan baik dari buku-buku mauun data hasil wawancara akan dianalisis dengan teori-teori yang ada sehingga menemukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap permasalahan ini.
8. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan BAB II : TENAGA KERJA INDONESIA TKI
Bab ini akan diuraikan tentang sejarah tenaga kerja Indonesia dari masa pra kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, sampai masa reformasi.
BAB III: DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA TKI KE MALAYSIA TAHUN 2004-2009
Bab ini akan dideskripsikan data-data yang didapat dari berbagai sumber dan hasil wawancara. Bab ini juga akan berisikan tentang hasil analisis data-data yang telah
di dapat dengan teori untuk mendapatkan hasil dari rumusan permasalahan. Pada bab ini akan dibahas tentang dampak pengiriman tenaga kerja TKI ke Malaysia.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini beirisi kesimpulan dari hasil analisis tentang masalah pengiriman tenaga kerja dengan tinjauan ekonomi politik dan rekomendasi dari hasil penelitian yang
diperoleh
Universitas Sumatera Utara
BAB II SEJARAH TENAGA KERJA INDONESIA
Dalam konteks ketenagakerjaan, para ahli menyebutkan globalisasi sebagai alasan terjadinya proses kerjasama ketenagakerjaan. Hubungan regional, bilateral
ataupun multilateral semakin memperkokoh kerjasama dibidang ketenagakerjaan. Negara-negara dunia memiliki kesempatan untuk saling melengkapi kekurangan
di masing-masing negaranya untuk berkompetisi di tengah pasar besar. Dengan adanya hubungan antarnegara juga semakin membuka peluang kepada masing-
masing negara untuk memanfaatkan keberadaan hubungan tersebut dengan
menerapkan kebijakan tertentu agar tercapainya tujuan bersama.
Perjalanan panjang kerjasama pengiriman tenaga kerja tercatat sebagai proses perkembangan perdagangan ekonomi dunia yang semakin berkembang dari tahun
ke tahun. Migrasi tenaga kerja terjadi karena adanya perbedaan antarnegara, terutama dalam memperoleh kesempatan dibidang ekonomi. Migrasi internasional
Indonesia dicirikan dengan tingkat pendidikan yang rendah, berumur antara 15-40 tahun. Banyak TKI mempunyai etos kerja yang rendah jika dibandingkan dengan
tenaga kerja dari Thailand, Filipina, dan Korea Selatan. Rendahnya kualitas TKI berarti rendahnya pengetahuan mereka tentang hak-haknya.
34
II.A Sejarah Migrasi Indonesia pada masa Kolonialisme dan Orde Lama
Tenaga kerja Indonesia menjadi sasaran utama oleh beberapa negara Industri besar, khususnya
negara-negara tidak menerapkan pendidikan yang tinggi. Negara-negara industri lebih menekankan pada kemampuan ketrampilan dan tenaga dari tenaga kerja
tersebut.
Perpindahan tenaga kerja Indonesia antarpulau dan luar negeri tidak bisa dipisahkan dari masa orde lama dan orde baru bahkan sejak masa penjajahan di
34
Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Internasional: Proses, Sistem, dan Masalah Kebijakan, dalam edisi M. Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, Bandung: Kerjasama Yayasan
Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 1999, hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
tahun 1887. Pada tahun tersebut, tenaga kerja dikirim ke beberapa daerah jajahan seperti Suriname, Kaledonia, dan Belanda.
35
Selama periode 1875-1940 pekerja Indonesia sudah bekerja sebagai kuli kontrak di Suriname dan New Caledonia. Menurut catatan sensus 1930 jumlah
pekerja Indonesia di Suriname sekitar 31.000 orang, di New Caledonia sekitar 6.000 orang. Migran internasional yang bekerja di Suriname dan New Caledonia
pada waktu itu adalah migran paksaan kuli kontrak. Pada masa kolonial kebanyakan migrasi internasional bersifat paksaan forced Migration dan
cendrung permanen mobilitas penduduk yang bersifat menetap. Di masa kolonial di Indonesia
pengiriman tenaga kerja dijadikan alat untuk menghasilkan tujuan kolonial di Indonesia. Banyak buruh-buruh yang dikirimkan ke negara penerima tenaga kerja
dengan tujuan untuk mendapatkan kepentingan-kepentingan para kolonial.
36
Kebanyakan para migran bekerja sebagai kuli kontrak di perkebunan- perkebunan milik pengusaha asing. Migrasi internasional berkaitan dengan
kepentingan negara penjajah dan para pengusaha asing, bukan karena desakan kebutuhan para migran. Nasib para pekerja sangat menyedihkan karena dipaksa
bekerja tanpa ada perlindungan hukum dan aturan kerja. Upah mereka rendah dan jam kerja panjang tanpa didukung oleh fasilitas kerja. Mereka diperlakukan tanpa
ada peri kemanusiaan. Dimulai pada abad ke 20, migrasi dari Indonesia ke Malaysia yang berlaku
secara besar-besaran dalam konteks ekonomi kolonial yang memerlukan tenaga kerja yang ramai di Malaysia. Sebagian orang Jawa datang untuk menjadi kuli
kontrak pemodal Inggris. Pada masa yang sama ada juga orang-orang Melayu dari Malaysia yang merantau ke Indonesia dan kemudian terus menetap di
35
Awani Irewati, Kebijakan Indonesia Terhadap Masalah TKI di Malaysia dalam edisi Awani Irewati, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah TKI ilegal di Negara ASEAN,
Jakarta: Pusat Penelitian Politik LIPI, 2003, hal 34.
36
Tadjuddin Noer Effendi, Peluang Kerja, Migrasi Pekerja, dan Antisipasi menghadapi era Pasar Bebas 2003 dalam edisi M. Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi antar Negara, Bandung:
Kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 1999, hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia.
37
Di masa kolonial penggunaan buruh Indonesia di Malaysia dalam berbagai sektor tenyata menjadi tradisi dan adat merantau dalam kehidupan mereka dan
menjadi suatu daya hidup yang positif dan dinamik. Pada masa kolonial baik di Indonesia maupun Malaysia pihak pemerintah telah merencanakan berbagai
program dan projek pembangunan. Pembangunan tentunya khusus untuk kepentingan membena keutuhan ekonomi dan politik kolonial.
Perantauan yang terjadi baik dari Indonesia ke Malaysia maupun sebaliknya sudah mulai terjadi pada masa kolonial di kedua negara saat itu.
38
Inggris pada abad ke 20an, mulai merencanakan pembangunan ekonomi di semenanjung khususnya untuk pengenalan pertanian ladang. Perencanaan
pembangunan ekonomi Inggris pada saat itu adalah untuk memajukan daerah di Malaysia sehingga kepentingan Inggris tercapai. Dalam melaksanakan program
tersebut, Inggris membutuhkan pekerja. Kekurangan tenaga kerja di Malaysia membuat Inggris lebih bergantung pada pekerja luar khususnya Indonesia.
Malaysia akhirnya secara tidak langsung telah melakukan hubungan kerjasama dengan pihak kolonial Belanda di Indonesia.
British yang merupakan sebutan Malaysia untuk Inggris pada saat itu yang menduduki wilayah
Malaysia dan Belanda yang pada saat itu yang menduduki Indonesia.
Dalam jumlah kecil pekerja Indonesia ditemui di Siam dan Serawak. Pada saat itu pekerja Indonesia di Malaysia dan Singapura cukup besar tetapi belum dicatat
sebagai migran. Akan tetapi pekerja di Malaysia dan Singapura sangat berbeda dengan pekerja di Suriname dan New Caledonia. Pekerja di Malaysia dan
Singapura bekerja melalui kontrak perdagangan secara sukarela voluntary migration.
37
Mohamed Salleh Lamry, Migrasi Pekerja Indonesia ke Malaysia: Sebuah Pengantar, dalam edisi M. Arif Nasution, Mereka yang ke Seberang, Medan: USU Press, 1997, hal. 1.
38
Khazin Mohd. Thamrin, Kedatangan dan Pengguna Pekerja Indonesia di Malaysia dari Perspektif Sejarah, dalam edisi M. Arif Nasution, Mereka yang ke Seberang, Medan: USU Press,
1997, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
Memasuki kemerdekaan Indonesia, orde lama, merupakan sejarah awal bagi Lembaga Kementrian perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui
Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1947 dibentuk lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan nama Kementrian Perburuhan.
39
Pada masa Soekarno pekerja migrasi internasional yang bekerja di luar negeri khususnya Malaysia tetap berlangsung. Walaupun mobilitas penduduk ke luar
negeri tidak terlalu berkembang dikarena fokus pemerintahan Soekarno masih pada pembangunan awal negara yang telah lama dikuasai oleh para kolonial.
Namun catatan sejarah tak banyak menuliskan tentang kebijakan dan peraturan yang mengatur tentang pengerahan tenaga kerja melintasi batas negara hingga
pada kejatuhan rejim Soekarno
Pada masa Soekarno, kekuatan buruh dalam keterlibatan di bidang politik sangat tinggi
dan sangat memberikan pengaruh yang kuat. Kementrian Perburuhan ini terbentuk hanya untuk megurusi buruh-buruh yang ada di dalam negara pada masa itu.
II.B Kondisi ketenagakerjaan di Era Orde Baru
Pengiriman TKI mulai mengalami perkembangan di era orde baru dan reformasi. Perkembangan tersebut dalam dibagi ke dalam beberapa fase yaitu:
B.1 Era Orde Baru Kepemimpinan Soeharto 1966-1998
Sejak lahirnya orde baru, tahun 1966 Soeharto mulai mengintegrasikan diri pada perekonomian dunia. Di masa Orde baru, sumber daya alam berupa
minyak menjadi sokongan eksternal dalam bentuk investasi yang masuk dan tumbuh memulai proses industrialisasi. Derasnya sokongan eksternal dan rejeki
minyak bumi yang dinikmati oleh rejim Orde Baru yang membutuhkan kebangkitan jalur-jalur tradisional. Migrasi tenaga kerja masih belum dilirik
sebagai penopang ekononmi.
39
http:www.bnp2tki.go.idberta-mainmenu-314054-sejarah-penempatan-tki-hingga-bnp2tki- html, diakses pada tangal 10 oktbober 2013 pukul 00.20 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Di tahun 1983, Pemerintah telah mencari kompensasi dengan memaksakan deregulasi yang ketat dalam kebijakan-kebijakan perekonomian sebagai usaha
untuk membangkitkan pendapatan luar negeri sebagai kondisi menyusul harga minyak yang jatuh. Akhirnya, pemerintah membangun basis ekonomi yang
beralaskan tenaga kerja murah didalam negeri untuk menarik penanaman modal luar negeri dan berangkat melalui sebuah program mengekspor tenaga kerja.
40
Kebijakan tentang pengeksporan tenaga kerja ke luar negeri salah satunya disebabkan oleh tingginya angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran
pada saat itu adalah karena ambisi Soeharto untuk menumbuhkan pembangunan ekonomi di sektor pertanian. Ambisi Soeharto ini membuat buruh tani Indonesia
kehilangan lahan pertaniannya dan menyebabkan pengangguran yang besar- besaran. Penguasaan Soeharto di sektor pertanian ini kemudian membuat
pemerintahan Soeharto berpikir untuk mengatasi pengangguran saat itu. Di masa awal Orde Baru Kementrian Perburuhan diganti menjadi
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi sampai berakhirnya Kabinet Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah menjadi
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi membentuk kementriannya sendiri.
41
Sejak tahun 1970, pemerintah mengeluarkan kebijakan Antar Kerja Antar Daerah AKAD dan Antar Kerja Antar Negara AKAD. Pengeluaran ini
kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1970. Denpaker kemudian berupaya mengurangi pengiriman
tenaga kerja tidak terdidik dan sebaliknya berusaha meningkatkan pekerja yang terdidik. Hal ini dikarena banyaknya TKI Indonesia yang mengalami pelecehan
seksual, kekerasan, penyiksaan, bahkan dipulangkan karena sampai meninggal dunia.
40
Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: Demografi Politik Pasca Soharto, Jakarta: LIPI Press, 2002, hal.4.
41
http:www.bnp2tki.go.idberta-mainmenu-314054-sejarah-penempatan-tki-hingga-bnp2tki- html, diakses pada tanggal 10 oktober 2013 Pukul 00.20 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan ini memberikan wewenang kepada pemerintah dan pihak swasta untuk mengatur proses pengiriman TKI ke luar negeri. Setelah peraturan ini dikeluarkan
maka pengurusan tenaga kerja bisa dipegang oleh swasta selain pemerintah.
42
Pada tahun 1988, didorong oleh kenyataan bahwa volume migrasi internasional TKI semakin meningkat, Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara
1988-1993, mengeluarkan Peraturan Pemerintah PerMen No. 5 yang mengatur tentang pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Karena besarnya jumlah
pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi pada saat yang sama, dikeluarkanlah Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1307 tentang Petunjuk teknis pengerahan
TKI ke Arab Saudi.
43
Pada dekade awal delapanpuluhan, pemenuhan kebutuhan migran Indonesia di perkebunan dan proyek konstruksi di Malaysia tanpa campur tangan
negara. maka sejak tahun 1984 pola tersebut berubah. Melalui memorandum of understanding MoU antara Indonesia dan Malaysia mengenai pengaturan aliran
migrasi dari Indonesia ke Malaysia yang ditandatangani di Medan pada tanggal 12 Mei 1984 hingga kemudian dikenal sebagai Medan Agreement, berlangsung
penerapan pengaturan sekaligus pengawasan arus migrasi tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia.
Arab Saudi adalah negara pertama yang menjadi tujuan penempatan buruh yang sebagian besar diantara mereka bekerja di sektor
domestik. Hal ini menggeser penempatan buruh migran yang sebelumnya bersifat adhoc pasif menjadi kebijakan yang regulatif pengaturan.
44
Kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 184Men1984 tentang Pemberian Wewenang Menerbitkan Surat
Rekomendasi. Kepmen ini khusus untuk kantor wilayah Depnaker Provinsi
42
Awani Irewati, loc.cit.
43
Riwanto Tirtosudarmo, Dimensi Politik Migrasi Internasional: Indonesia dan Negara Tetangga dalam edisi M.Arif Nasution, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, Bandung: Kerjasama
Yayasan Adikarya IKAPI dengan The Ford Foundation, 1999, hal 151.
44
Wahyu Susilo, dkk. Selusur Kebijakan Minus Perlindungan Buruh Migran Indonesia, Jakarta: Migrant CARE, 2013, hal 22.
Universitas Sumatera Utara
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan untuk menerbitkan Surat Rekomendasi bagi Pengerah Tenaga Kerja atau bagi TKI yang
akan bekerja di Malaysia. Kemudian Menteri Tenaga Kerja menerbitkan landasan yang lebih kokoh bagi penempatan buruh migran Indonesia ke Malaysia melalui
Kepmenaker No.408Men1984 tentang Pengerahan dan Pengiriman Tenaga Kerja di Malaysia. Di Kepmen ini Pasal 11 ditetapkan dua tempat pemberangkatan
untuk penempatan buruh migran Indonesia ke Malaysia, yaitu untuk pengiriman ke Malaysia Barat dan Nunukan untuk pengiriman ke Malaysia Timur.
45
Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang menyelenggarakan bisnis penempatan buruh migran ke luar negeri dikontrol dengan tegas. Depnaker
melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 129Men1983 tentang Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri yang
mengatur tentang ijin usaha, hak dan kewajiban perusahaan dan sanksi pidana untuk yang melanggarnya.
46
Perjalanan regulasi TKI yang mulai diperhatikan oleh Menteri Tenga Kerja membuat proses pengiriman TKI menjadi lebih terstruktur. Kepmen yang
dikeluarkan adalah pertanda bahwa negara sangat mendukung proses mobilitas TKI. Peningkatan jumlah TKI yang bekerja di Malaysia dan Singapura pada masa
orde baru terus meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah yang ada mulai Pelita I- Pelita VI pada tabel dibawah ini.
Pengerahan TKI tidak hanya diregulasi oleh pemerintah saja akan tetapi disalurkan lewat perusahaan Pengerah TKI.
47
45
Ibid., hal.23.
46
Ibid., hal. 18
47
Ana Sabhana Azmy, Negara dan Buruh Migran Perempuan: Menelaah Kebijakan Perlindungan Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2010
, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012, hal. 47.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Data Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia pada Masa Orde Baru
Negara Tujuan
Pelita I 1969-
1972 Pelita II
1974- 1979
Pelita III 1979-
1984 Pelita IV
1984- 1989
Pelita V 1989-
1999
Jumlah Persen
Malaysia 12
536 11.441
37.785 122.941 172.715
19,7 Singapura
8 2.432
5.007 10.537
34.496 52.480
6,0 Brunei
- -
- 920
7.794 8.714
1,0 Hongkong
44 1.297
1.761 1.735
3.579 8.416
1,0 Jepang
292 451
920 395
2.435 4.493
0,5 Korea
- -
- -
1.693 1.693
0,2 Taiwan
37 -
- 178
2.025 2.240
0,3 Belanda
3.332 6.637
10.104 4.375
4.336 28.784
3,3 AS
146 176
2.981 6.897
984 11.184
2,3 Saudi
Arabia -
3.817 55.976 223.573 268.858 552.224
62,8
Timteng Lain
- 1.235
5.349 3.428
15.157 25.169
1,7
Lain-lain 1.653
461 2.871
2.439 2.832
10.256 1,2
Total 5.524
17.042 96.410
292.262 467.130 868.356 100
Sumber : Hugo 2005 dari tulisan Prijono Tjiptoherijanto 1999 Berdasarkan data diatas dapat dilihat peningkatan jumlah TKI yang
bekerja di Malaysia dan Singapura dari Pelita I sampai Pelita VI. Peningkatan pengiriman TKI ini adalah untuk mendukung kebijakan Soeharto untuk mengatasi
masalah pengangguran besar-besaran yang terjadi pada masa Orde Baru. Garis- garis Besar Haluan Negara GBHN menjadi acuan Repelita pada masa Orde
Baru. Arah dan kebijakan Soeharto terhadap pengiriman TKI adalah untuk
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan usaha stabilitas politik dan ekonomi Indonesia di mata dunia sekaligus pembangunan nasional.
II.C Kondisi TKI di Era Reformasi
Setelah pemerintahan Soeharto berakhir di tahun 1998, maka Indonesia mengalami masa reformasi. Di masa reformasi kebebasan mulai diutamakan.
Rakyat Indonesia diberikan kebebasan untuk berpendapat dan ikut serta dalam tahapan mempengaruhi keputusan pemerintah. Di masa ini, dapat dilihat
perkembangan TKI sebagai berikut.
C.1 Masa Pemerintahan BJ. Habibie Mei 1998-Oktober 1999
Turunnya Soeharto akibat desakan dari rakyat Indonesia, maka BJ. Habibie mulai menggantikan posisi Soeharto. Kepemimpinan Habibie yang
terhitung sangat singkat tetap memiliki catatan sejarah yang penting bagi Indonesia. Di Masa kepemimpinan Habibie dimana kondisi Indonesia masih
mengalami kondisi yang belum stabil di segala bidang karena warisan dari masa Orde baru. Namun kondisi ketenagakerjaan pada waktu itu mulai dikejar oleh
rakyat Indonesia sebagai sarana mencari pekerjaan. Di Masa kepemimpinan Habibie, Indonesia masih berasa pada waktu
Pelita VI, yaitu mulai tahun 1994-1999. Pada masa itu dampak krisis moneter di tahun 1997 menyebabkan target pengiriman TKI meningkat drastis dari 500.000
orang tenaga kerja pada Pelita V menjadi 1.250.000 orang TKI di Pelita VI. Setelah krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997, proporsi tenaga kerja dari
Indonesia ke Malaysia atau Singapura terus meningkat. Hal ini disebabkan karena banykanya pemutusan hubungan kerja PHK di tahun 1997 dan Malaysia sebagai
negara tetanga yang paling dekat menjadi tujuan utama untuk bekerja.
48
15
Ana Sabhana Azmy, op.cit., hal 50.
Universitas Sumatera Utara
Hingga tahun 1999, diperkirakan kurang dari 1,5 juta TKI di luar negeri, baik yang ada di sektor formal maupun di informal.
49
Pemerintahan Habibie menginisiasi dua Keputusan Menteri Tenaga Kerja, pertama, No. 204 Tahun 1999 Tentang Penempatan Tenga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Kedua, skema asuransi sosial yang dibangun untuk buruh migran sebagaimana yang tertera dalam keputusan Menteri yaitu No.92 Tahun 1998.
Namun tidak banyak yang berbicara tentang perlindungan bagi buruh migran yang ada di dua Kepmenaker tersebut dan hanya terpusat pada isu-isu yang
berhubungan dengan aspek manajerial dan operasional dengan hanya sedikit menyinggung perlindungan.
Namun walaupun peningkatan pengiriman mengalami peningkatan yang tajam, perlindungan yang
jelas terhadap TKI masih belum diperhatikan. Banyaknya TKI yang bekerja diluar negeri harusnya sejalan dengan peraturan untuk melindungi warga negara yang
berada di luar negara. Berbagai masalah mulai dari pra penempatan, penempatan pemulangan terus mendatangkan berbagai masalah akibat tidak jelasnya peraturan
yang ada.
50
Pada peraturan yang dihasilkan di No. 204 Tahun 1999, hanya sepertiga dari 84 artikel yang membicarakan masalah perlindungan sementara mayoritas
dari isinya fokus pada hubungan antara agensi-agensi yang merekrut dan kantor- kantor pemerintah. Tidak ada mekanisme yang membentuk hak-hak yang harus
dimiliki oleh buruh migran dalam peraturan tersebut. Namun pada awal era reformasi inilah buruh mendapatkan kemerdekaan yang luar biasa untuk bisa
mendirikan serikat buruh dari Orde sebelumnya yaitu orde baru.
51
49
Ibid., hal 50
50
Ibid., hal.50
51
Ibid., hal 51
Universitas Sumatera Utara
C.2 Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid Oktober 1999- Juli 2001
Ketika Abdurrahman Wahid Gusdur memimpin Indonesia, politik luar negeri Indonesia cenderung mirip dengan politik luar negeri Indonesia yang
dijalankan oleh Soekarno pada masa orde lama, dimana lebih menekankan pada peningkatan citra Indonesia pada dunia internasional. Pada masa pemerintahanya,
politik internasional RI menjadi tidak jelas arahnya. Hubungan RI dengan dunia Barat mengalami kemunduran setelah lepasnya Timor Timur. Salah satu yang
paling menonjol adalah memburuknya hubungan antara RI dengan Australia. Di bidang ketenagakerjaan pada masa Gudsur, peningkatan pengiriman
TKI terus meningkat bahkan pekerja perempuan lebih banyak daripada pekerja laki-laki. Pada masa Gusdur di tahun 1999 tercatat 302.791 buruh perempuan dan
124.828 buruh laki-laki, pada tahun 2000 tercatat 297.273 buruh perempuan dan 137.949 buruh laki-laki dan di tahun 2001 tercatat 239.942 buruh perempuan dan
55.206 orang buruh laki-laki.
52
Buruh perempuan yang banyak pada masa kepemimpinan Gusdur yang bekerja di sektor jasa yaitu PRT pembantu rumah tangga menghadirkan berbagai
permasalahan akibat kurangnya perlindungan dari pemerintah. Untuk meningkatkan perlindungan terhadap buruh perempuan tersebut Gusdur
mempertegas komitmen Departemen Luar Negeri Deplu untuk memberi perlindungan dengan dikeluarkanya Keppres No. 109 Tahun 2001 jo Kepmenenlu
No.053 Tahun 2001. Melalui Keppres ini dibentuklah Direktorat baru di Deplu yaitu Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia BHI.
53
Masa singkat kepemimpinan Presiden Gus Dur juga tidak meninggalkan catatan prestasi yang monumental. Sejarah mungkin akan mencatat prestasi Gus
Dur diantaranya membebaskan aspirasi wilayah propinsi, kabupaten, kota untuk
52
Ibid., hal.51.
53
Ibid., hal 52.
Universitas Sumatera Utara
memisahkan diri dari induknya menjadi sebuah daerah otonomi baru, sehingga dibawah kepemimpinan Gus Dur, jumlah propinsi, kabupaten dan kota di
Indonesia bertambah cukup banyak. Sedangkan stabilitas ekonomi dan keamanan di masa Gus Dur sangat labil dan rakyat tetap tidak merasakan adanya
keberpihakan kebijakan pemimpin bangsa terhadap kebutuhan hidup mereka yang semakin sulit.
54
Ada tiga hal konkret yang dilakukan pada masa pemeirnatahn Gusdur yaitu; pertama, mendirikan SBSI Serikat Buruh Seluruh Indonesia, serikat buruh
independen era orde baru. langkah ini ditempuh sebagai Gusdur juga melakukan pembelaan pada aktivitas buruh ketika menjadi Presiden. Kedua, Gusdur
mencabut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 Tentang ketenagakerjaan yang eskploitatif, anti serikat dan tidak ada proteksi terhadap TKI. Ketiga, Gusdur juga
membuat Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 150 Tahun 2000 Tentang pesangon untuk antisipasi dampak pemberhentian kerja pada buruh.
55
C.3 Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri Juli 2001-Oktober 2004
Jika melihat kondisi perekonomian Indonesia pada tahun memasuki reformasi ternyata terjadi kemerosotan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
bertumpu pada harga minyak dan gas bumi akibat keputusan OPEC yang menerapkan adanya penetapan kuota\penjualan minyak bumi. Inilah yang
menyebabkan Indonesia harus mencari sumber-sumber penerimaan negara baru dan salah satu yang digenjot adalah pengiriman buruh migran Indonesia ke luar
negeri. Memasuki awal pemeirntahan Megawati, kondisi migrasi Indonesia
diatndi dengan satu peristiwa besar yaitu terkait tenaga kerja Indonesa, yaitu deportasi massal tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia melalui
54
http:www.balipost.co.idbalipostcetak200318op2.htm, diakses pada Tanggal 13 November 2013 Pukul 22.46 WIB.
55
http:migrantcare.net, diakses pada tanggal 26 september 2013 pukul 20.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Nunukan. Hal ini ditandai dengan adanya Akta Imigresen No.1154 Tahun 2002 yang diterapkan pada tanggal 1 Agustus 2002. Akte ini menggantikan akta
Imigresen No.63 Tahun 1959. Peraturan baru tersebut memberlakukan denda 10.000 ringgit Malaysia, dihukum penjara paling lama 5 tahun dan enam kali
hukuman cambuk bagi tiap TKI ilegal yang ditangkap polisi Malaysia.
56
Banyaknya TKI yang dipulangkan dan masih belum jelasnya sistem pemulangan bagi para TKI ilegal tersebut membuat pihak Malaysia memberikan
tenggang waktu bagi TKI ilegal untuk tinggal di penampungan di kabupaten Nunukan pada waktu itu. Pemerintah Indonesia pernah melakukan suatu upaya
memecahkan masalah tenaga kerja ilegal adalah dengan melakukan “pemutihan”, seperti yang terjadi pada tahun 1996. Namun “pemutihan” tersebut melakukan
kesepatan melalui saluran diplomatik dengan pihak Malaysia. Dengan “pemutihan” tersebut berarti TKI ilegal tidak perlu dikembalikan
ke Indonesia tetapi diberikan kelengkapan dokumen keimigrasian oleh pihak Indonesia sehingga masih dapat bekerja. Namun upaya untuk diberlakukan
kembali “pemutihan” ditolak oleh pihak Malaysia dengan alasan jika “pemutihan” dilakukan maka akan memberikan peluang untuk masuknya TKI ilegal dengan
jumlah dua kali lipat lebih banyak. Sehingga “pemutihan” tidak diberlakukan lagi. Selain itu, Megawati juga berpikir untuk mengeluarkan peraturan yang jelas
dalam penempatan dan perlindungan buruh migran. Hingga pada tahun 2004, Megawati mengeluarkan Undang- undang No. 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenga Kerja Indonesa di Luar Negeri PPTKILN. Puncak permasalahan TKI ilegal yang terjadi tahun 2004, membuat
Megawati membentuk Badan Nasional Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BNP2TKI. Namun, kelahiran undang-undang tersebut hanya
56
Kompas, “Arus Pemulangan TKI semakin Deras”, 30 Juli 2002, hal 1 dalam Tesis Irfan Rusi Sadak, Negara dan Pekerja Migran, Fakfor-faktor yang Mempengaruhi Kebijkaan Penanganan
Negara terhadap KasusDeportasi TKI di Kabupaten Nunukan pada Tahun 2002 , Jakarta: FISIP
UI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
fokus pada penempatan dan tidak banyak pasal yang mengatur tentang perlindungan TKI saat berada di luar negeri. Tidak adanya standarisasi
perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri khususnya di Malaysia, dimana Malaysia adalah negara penempatan TKI terbesar setelah Arab Saudi. Malaysia
juga merupakan tempat dimana buruh perempuan kebanyakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga PRT yang sebenarnya membutuhkan perlindungan yang
tegas. Pembentukan PPTKILN adalah untuk mengantisipas terjadinya TKI ilegal
dengan jumlah yang lebih besar. Hal ini dikarenakan banyaknya kerugian yang dirasakan Indonesia dengan dipulangkannya para TKI. Angka pengangguran yang
terjadi akan semakin meningkat karena para TKI tentunya tidak bekerja lagi selain itu sumber pendapatan ekspor nonmigas negara yaitu devisa mengalami
penuruanan karena berkurangnya pemasukan dari TKI yang dipulangkan. Berikut ini adalah kebijakan yag dikeluarkan pada masa pemerintahan orde baru sampai
pada reformasi.
57
Tabel 2 Kebijakan Pemerintah terkait Penempatan dan Perlindungan Migrasi
Tenaga Kerja mulai Tahun 1966- 2004 No
Era Pemerintahan dan Kebijakan yang dihasilkan
1 Soeharto Orde Baru, 1966-1998
a. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1970 Tentang Pengerahan
AKAD Antar Kerja Antar Daerah dan AKAN Antar Kerja Antar Negara
b. Peraturan Menter Permen No. 5 Tahun 1988 Tentang Pengiriman
Tenga Kerja ke Luar Negeri 2
BJ. Habibie reformasi, 1988-199
57
Ana Sabhana Azmy, op.cit., hal 56.
Universitas Sumatera Utara
a. Kepmenaker No. 204 Tahun 1999 Tentang Penempatan TKI ke
Luar Negeri b.
Kepmenaker No.92 Tahun 1998 Tentang Skema Asuransi Sosial untuk Buruh Migran
3 Abdurrahman Wahid Reformasi, 1999-2001
a. Kepres No. 109 Tahun 2001 jo Kepemenlu yang merupakan
pencetus terbentuknya Direktorat Perlindungan WIBI dan HHI di Kemenlu RI
b. B. Permenaker No. 150 Tahun 2000 Tentang Pesangon untuk
antisipasi dampak pemberhentian kerja pada buruh 4
Megawati Soekarnoputeri reformasi, 2001-2004 a.
UU No. 39 Tahun 2004 Tentng Penempatan dan Perlindungan TKI luar Negeri. Pada masa inilah Indonesia baru mempunyai UU
tentang migrasi tenaga kerja sejak orde baru, dimana pengiriman tenga kerja ke luar negeri telah menjadi kebijakan pemerintah.
Sumber: Azmy 2012 Tabel klasifikasi kebijakan pemerintah dalam hal migrasi tenaga kerja
tersebut menunjukkan bahwa sejak dicanangkannya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai kebijakan pemerintah, terbentuknya undang-undang untuk
menempatkan dan melindungi TKI di luar negeri membutuhkan waktu selama 16 tahun 1989-2004. Pada era Megawati, UU No. 39 Tahun 2004 tentang
PPTKILN baru keluar atas desakan berbagai pihak. Istilah PJTKI pun kemudian berganti ke PPTKIS Pelaksana Penempatan TKI Swasta.
58
C.4 Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Oktober 2004- 2009
Memasuki awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono SBY, masalah migran Indonesia di Malaysia menjadi masalah serius. Warisan TKI
58
Ibid., hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
ilegal dari pemerintahan Megawati tidak dapat terhindarkan. Ditambah dengan semakin bertambahnya jumlah TKI yang mengadu nasib ke Malaysia, namun
terkandung masalah yang serius. Beberapa kasus tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM yang terjadi di Malaysia khususnya dengan buruh perempuan
yang bekerja di sektor informal yaitu Pembantu Rumah Tangga PRT yang marak terjadi.
Tingginya angka pengiriman TKI ke luar negeri yang berbanding lurus dengan semakin tingginya pengangguran di Indonesia adalah pertanda kondisi
perekonomian Indonesia dalam membuka lapangan perkejaan baru belum terselesaikan. Besarnya jumlah migran yang bekerja di luar negeri khususnya
Malaysia tidak dilengkapi dengan kebutuhan dari migran tersebut yaitu perlindungan dengan standar tertentu bagi migran yang sedang bekerja di negara
tujuan. Manfaat perekonomian yang dirasakan oleh pemerintah, seharusnya
ditopang oleh kebijakan pemerintah yang berorientasi pada perlindungan buruh migran Indonesia. UU No. 39 Tahun 2004 Tentang PPTKILN yang dibuat pada
masa Megawati, diimplementasikan di era pemerintahan SBY. Masa pemerintahan SBY menjadi masa yang paling banyak mengeluarkan peraturan
mengenai migrasi TKI. Meski jumlah kebijakan migrasi ketenagakerjaan yang dikeluarkan pada era pemerintahan SBY tergolong banyak, namun berbagai
permasalahan juga hadir dalam tahap implementasi kebijakan.
Tabel 3 Kebijakan Perlindungan Pemerintahan SBY
Terhadap Buruh Migran Indonesia
59
No. NomorTahun dan Kebijakan yang dikelurkan
59
Ibid., hal. 89.
Universitas Sumatera Utara
1 Perpres No. 81 Tahun 2006 Tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur
operasional kerjanya melibatkan berbagai unsur instansi pemerintah pusat terkait pelayanan buruh migran Indonesia, antara lain Kemenlu,
Kemenhub, Kementrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi Kemenhukam, Sesneg, dan lain lain
2 Inpres No. 6 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Reformasi Sistem
Penempatan dan Perlindungan TKILN. Inpres ini dibentuk atas instruksi Presiden SBY pada jajaran kementrian sebagai output dari kesah buruh
migran Indonesia di Malaysia dan Qatar. Namun, pada tahap penyusunan kebijakan ini, para organisasi buruh migrran dan buruh migran sendiri
tidak diundang. Point penting dari proses penempatan buruh migran melalui Inpres ini adalah penyederhanaan dan desentralisasi pelayanan
penempatan TKI dan peningkatan kualitas dan kuantitas calon TKI. Sedangkan dalam hal perlindungan adalah penguatan fungsi perwakilan RI
di negara penempatan 3
Inpres RI No. 3 Tahun 2006 mengenai Paket Kebijakan Iklim Investasi. Dimana pada salah satu point terdapat penghilangan Balai Latihan Kerja
BLK dari syarat berdirinya PPTKIS. Mekanisme ini sudah baik jika mengingat banyak PPTKIS melakukan kebohonga bahwa calon TKI yang
akan diberangkatkan sudah dilatih di BLKnya. Namun dalam implementasinya, eksistensi BLK yang masih ada saat ini harus menemui
dualisme dengan adanya KBBM Kelompok belajar Berbasis Masyarakatdi daerah dengan dana dari pemerintah. PPTKIS pun dapat
merekrut calon TKI yang telah dilatih di KBBM tersebut. Program KBBM akan menjadi efektif kerika ada koordinasi yang baik dengan BLK yang
masih digunakan oleh PPTKIS di beberapa titik di Jakarta. 4
Keppres No. 02 Tahun 2007 Tentang Pembentukan BNP2TKI dengan Jumhur Hidayat sebagai pimpinannya. Pada faktanya, pembentukan
BNP2TKI ini semakin membuat susah para calon buruh migran Indonesia
Universitas Sumatera Utara
karena ada dua pintu rekrutmen, yaitu Kemenkertrans RI dan BNP2TKI yang tidak diikuti dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
5 Peraturan Menteri Tenaga dan Transmigrasi Indonesia Permenakertrans
No. 18 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan perlindungan TKILN. Melalui Permenakertrans ini tahap purna penempatan tidak
dijabarkan dengan detail dalam Permenakertrans ini. Padahal, jika orientasi negara bukan pada pengiriman buruh migran semata, melainkan
peningkatan lapangan kerja di dalam negeri, maka tahap purna penempatan akan dipandang sebagai tahap yang perlu diperhatikan
6 Permenakertrans No. 14 Tahun 2010 yang membahas tentang pemisahan
tanggung jawab Kemnakertras RI dan sebagai regulator dan BNP2TKI sebagai penanggung jawab operasional. Permen ini baru keluar setelah 3
tahun lamanya setelah berdirinya BNP2TKI di tahun 2007 buruh migran Indonesia dirugikan
7 Permenakertrans No.7 Tahun 2010 Tentang Asuransi TKI. PerMen ini
merupakan revisi dari PerMen tentang asuransi sebelumnya di tahun 2008. Skema asuransi ini pasa faktanya belum diketahui oleh banyak buruh
migran Indonesia. Selain itu, premi asuransi sejumlah Rp. 400.000,- pun dibebankan pada TKI tanpa persetujuan dari TKI dalam penyusunan
kebijakan yang partisipasif. Sumber: diolah dari berbagai penelitian Azmy 2012
Memorandum of Understanding MoU menjadi salah satu cara yang tepat untuk melakukan posisi tawar terhadap perlindungan buruh migran Indonesia.
Revisi MoU 2006 tentang pekerja informal oun dilakukan pada pemerintahan SBY di tahun 2009. MoU ini berisikan tentang peraturan perlindungan TKI
seperti pemberian cuti, upah minimum yang seharusnya jelas sebagai standar di Malaysia.
Universitas Sumatera Utara
Pada pemerintahan SBY jilid I ini 2004-2009, jumlah buruh migran Indonesia berada pada jumlah yang sangat besar. kebijakan pengiriman TKI ini
terus meningkat sejalan dengan kebebasan yang diberikan negara terhadap warga negaranya. Terdapat 380.690 buruh migran Indonesia 2004, 474. 310 buruh
migran Indonesia 2005, 680.000 buruh migran Indonesia 2006, 696.746 buruh migran Indonesia 2007, 561. 241 buruh migran 2008, dan 632. 172 buruh
migran Indonesia 2009 dari seluruh negara penempatan.
60
60
Ibid., hal 58.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DAMPAK EKONOMI DAN POLITIK DARI PENGIRIMAN TENAGA
KERJA INDONESIA TKI KE MALAYSIA PERIODE 2004-2009 III.A Dampak Ekonomi bagi Indonesia dari Pengiriman TKI Tahun 2004-
2009 A.1 Peningkatan Devisa Indonesia Tahun 2004-2009
Pertumbuhan dan transisi demografi suatu negara sangat mempengaruhi proses pengiriman tenaga kerja. Tingkat pertumbuhan penduduk suatu negara
mempengaruhi pengambilan kebijakan suatu negara. Ketika suatu negara mengalami kemunduran ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi
yang rendah dan pertumbuhan populasinya yang tinggi sangat tidak mungkin aktivitas perekonomian negara tersebut dapat menyerap kelebihan tenaga kerja.
Untuk alasan ini, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri menjadi pemecahan
masalah ketenagakerjaan.
Perpindahan penduduk dari negara asal ke luar batas negaranya makin sering terjadi di hampir seluruh belahan dunia dengan jumlah yang terus
meningkat dan alasan yang beragam. Alasan yang mendasari migrasi tersebut adalah alasan ekonomi, situasi politik di dalam negeri yang tidak menentu sampai
terjadinya bencana alam. Migrasi tenaga kerja merupakan bagian dari proses migrasi internasional. Pada awalnya, migrasi tenaga kerja ini terjadi untuk
memenuhi kekurangan tenaga kerja jangka pendek short-terms labour shortages
. Proses pengiriman tenaga kerja ke Malaysia membawa dampak yang
positif bagi negara tujuan, negara asal Indonesia, dan para TKI. Bagi negara tujuan, kehadiran TKI dapat mengisi lapangan pekerjaan yang sudah ditingalkan
oleh penduduk setempat karena tingkat kemakmuran negara tersebut semakin meningkat. Lapangan pekerjaan seperti perkebunan dan bangunan misalnya di
Universitas Sumatera Utara
Malaysia banyak digantikan oleh pekera-pekerja dari Indonesia. Selain itu kekurangan akan tenaga kerja terampil seperti kebutuhan akan tenaga kerja teknisi
dan jasa juga menjadi alasan perpindahan tenaga kerja terus terjadi. Perpindahan tenaga kerja juga difokuskan pada ketidaksamaan tingkat
upah yang terjadi secara global, hubungan ekonomi dengan negara penerimanya, termasuk juga masalah perpindahan modal, peran yang dimainkan oleh
perusahaan multinasional, serta perubahan struktural dalam pasar kerja yang berkaitan dengan perubahan dalam pembagian kerja di tingkat internasional
International Division of Labour . Perpindahan penduduk dari negara pengirim
sending country ke negara penerima tenaga kerja migran receiving country
akan membuat negara pengirim mendapat keuntungan remitansi sedangkan negara penerima akan mendapat keuntungan pasokan tenaga kerja murah.
Salah satu dampak dari pengiriman TKI adalah setiap tahunnya sumbangan yang diberikan oleh TKI berupa remitansi. Upah yang dibawa oleh
TKI dari negara tempatnya bekerja nantinya akan ditransfer dikirimkan ke keluarganya di Indonesia. Remitansi itu akan menambah cadangan devisa bagi
Indonesia. Oleh karena itulah TKI disebut sebagai pahlawan devisa. Secara luas selain keberadaan TKI selain untuk dirinya sendiri juga untuk Indonesia.
61
Dampak penempatan TKI ke luar negeri yang dilaksanakan pemerintah maupun swasta PPTKIS memberikan implikasi yang cukup besar bagi
Indonesia. Implikasi tersebut yaitu untuk 1 untuk mengurangi jumlah pengangguran, 2 meningkatkan devisa negara, 3 peningkatan ekonomi
keluarga, 4 tumbuh dan berkembangnya wirausaha.
62
Kebijakan penempatan TKI ke luar negeri merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di
Pertumbuhan perekonomian Indonesia secara umum menjadi dampak dalam pengiriman TKI.
61
Wawancara dengan Lepi, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan, 10 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.
62
http:ppid.bnp2tki.go.idindex.phpinformasi-berkala328-dampak-penempatan-tki-2011 diakses 22 Februari 2014, Pukul 17.25 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Upah kerja dari TKI di luar negeri yang dibawa ke Indonesia kemudian dinamakan remitansi bagi Indonesia. Remitansi remittances dari hasil kerja TKI
biasanya dikirimkan untuk keluarganya di Indonesia. Pengiriman Upah TKI ini dilakukan lewat pengiriman formal seperti Bank atau pengiriman informal seperti
menitip ke kerabattetangga yang akan kembali dari negara penempatan ke negara asal.
Remitansi adalah dana yang dibawa masuk oleh TKI ke negara asalnya. Remitansi merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang paling besar bagi
negara, terutama bagi negara berkembang atau negara dunia ketiga. Bahkan World Bank menunjukkan remitansi merupakan penghasilan terbesar kedua
negara-negara berkembang sehingga tingkat kemiskinan di sebuah negara dapat menurun.
63
Bagi Indonesia, remitansi yang dihasilkan oleh TKI memberikan pengaruh yang sangat besar. Remitansi tersebut adalah sebuah instrumen dalam
memperbaiki keseimbangan pembayaran dan merangsang tabungan dan investasi di Indonesia. Semua ringkasan transaksi-transaksi penduduk suatu negara dengan
penduduk lain selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun dicacat dalam sebuah neraca pembayaran. Neraca pembayaran mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan Remitansi biasanya berupa uang atau barang yang dikirimkan oleh
TKI bukan untuk pembayaran apapun ke negara asalnya sementara TKI masih berada di negara penempatan.
pemerintah asing, dan transaksi finansial.
Transaksi yang terjadi antara Indonesia dengan pemerintah asing dicatat dalam neraca pembayaran. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia
bertanggung jawab untuk dalam pelaporan neraca pembayaran Indonesia setiap tahunnya dalam Laporan Perekonomian Indonesia. Neraca pembayaran umumnya
untuk mencatat 2 transaksi yaitu pertama, transaksi berjalan yang terdiri dari
63
http:library.thinkquest.org07aug00782idremittance.html, diakses 12 Februari 2014, 14:00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
transaksi pedagangan barang migas dan nonmigas, perdagangan jasa, neraca pendapatan, dan neraca transfer berjalan. Kedua, transaksi modal atau finansial
yaitu investasi langsung, portofolio dan investasi lainnya. Kegiatan perekonomian Indonesia didasarkan pada laporan perekonomian
dari Bank sentral Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diukur dari laporan tahunan Bank Indonesia kepada presiden. Susilo Bambang Yudhoyono
SBY selaku kepala negara dan kepala pemerintahan yang menentukan arah dan kebijakan perekonomian Indonesia. Perubahan neraca pembayaran Indonesia
menjadi bahan pertimbangan Indonesia dalam melakukan beberapa kegiatan ekonomi yaitu:
a. Mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi
b. Mengambil kebijakan di bidang moneter dan fiskal
c. Mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap
pendapatan nasional d.
Mengambil kebijakan di bidang politik perdagangan internasional Remitansi masih menjadi tulang punggung surplus transfer berjalan
dikarenakan kestabilan pengiriman TKI setiap tahunnya. Struktur gaji yang lebih baik juga menjadi salah satu faktor tingkat peningkatan remitansi TKI.
64
Kenaikan upah minimum TKI menjadi salah satu faktor penentu dari besaran jumlah remintansinya. Setiap negara penempatan telah menentukan upah
minimum untuk TKA di negaranya. Tingkat upah minumum bagi TKI mengikuti kebijakan negara tujuannya. Upah minimum di Malaysia naik menjadi 800RM
Dengan sistem pengupahan yang tinggi di luar negeri maka remitansi yang dibawa ke
Indonesia juga akan tinggi. Sistem pengupahan di negara penempatan TKI berbeda-beda di setiap negara di wilayah kawasan pengiriman.
64
Dalam buku Laporan Perekonomian Indonesia 2007 Periode laporan 1 Januari 2007-31 Desember 2007 oleh Bank Indonesia, hal 101.
Universitas Sumatera Utara
dari 500RM setelah negosiasi panjang antara Indonesia-Malaysia. Singapura menetapkan upah SGD 1.800 untuk tenaga kerja tidak terampil sedangkan di
Kuwait, upah minumum bervariasi dan biasanya ditentukan oleh negara pengirim. Upah minimum unutk TKI ditetapkan sebesar 45 KD per bulan bagi yang tidak
terampil dan 60 KD bagi yang berkeahlian.
65
Worker remittances remitansi pekerja dari TKI merupakan pemasukan
terbesar dalam transfer berjalan setiap tahunnya. Bahkan Bank Indonesia mencatat di tahun 2006 peningkatannya sekitar 5,3 dibandingkan tahun
sebelumnya. Arab saudi dan Malaysia tetap merupakan negara penyumbang remitansi TKI terbesar yaitu sekitar 73 dari total penempatan TKI selama
2006.
66
Tabel 4
Komposisi penempatan TKI di Asia Pasifik 60 sedangkan menyusul di wilayah Timur Tengah dan Afrika sekitar 40 .
Remitansi TKI dari seluruh Kawasan Penempatan Asia Pasifik, Amerika, Australia, Timur Tengah dan Afrika, Eropa Tahun 1983-2012
Tahun Total Remitansi
Tahun Total Remitansi
1983 US 10 Juta
1998 US 958 Juta
1984 US 53Juta
1999 US 1109 Juta
1985 US 61 Juta
2000 US 1190 Juta
1986 US 71 Juta
2001 US 1046 Juta
1987 US 86 Juta
2002 US 1259 Juta
1988 US 99 Juta
2003 US 1489 Juta
1989 US 167 Juta
2004 US 1866 Juta
1990 US 166 Juta
2005 US 5420 Juta
65
International Organization for Migration, Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia: Gambaran Umum Migrasi tenga Kerja Indonesia di Beberapa Negara Tujuan di Asia dan Timur Tengah
, IOM International Organization for Migration, 2010, Jakarta: IOM, hal 44
66
Dikutip dari Buku Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2006 oleh Bank Indonesia yang direalisasikan tahun 2006, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
1991 US 130 Juta
2006 US 5722 Juta
1992 US 229 Juta
2007 US 6172 Juta
1993 US 346 Juta
2008 US 6794 Juta
1994 US 449 Juta
2009 US 6793 Juta
1995 US 651 Juta
2010 US 6916 Juta
1996 US 796 Juta
2011 US 6924 Juta
1997 US 725 Juta
2012 US 7207 Juta
Sumber: Remmitance Data Inflow 2013, World Bank 2013 Berdasarkan data tersebut, volume remitansi Indonesia selalu
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun bahkan pada waktu-waktu tertentu mengalami peningkatan signifikan. Sementara penurunan hanya terjadi beberapa
tahun lalu kemudian kembali meningkat. Peningkatan signifikan pertama terjadi pada tahun 1984, remitansi meningkat 5 kali lipat dari tahun 1983 dari US 10
Juta menjadi US 53 juta. Peningkatan signifikan kedua terjadi pada tahun 2005, terjadi peningkatan signifikan remitansi 3 kali lipat dari tahun 2004 sebesar US
1899 juta menjadi US 5420 juta. Secara umum, volume remitansi yang makin besar membuktikan bahwa remitansi makin signifikan sebagai salah satu
penyumbang ekonomi negara. Peningkatan remitansi juga terjadi di tahun 2004 sampai pada tahun 2009.
Penerimaan remitansi US 1866 juta di tahun 2004 naik drastis di tahun 2005 menjadi US 5420 juta. Kenaikan yang tinggi jika dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Kenaikan yang terjadi melebihi 3 kali lipat dengan jangka waktu satu tahun. Di tahun 2006 penerimaan remitansi Indonesia bahkan
mencapai US 6172 juta di tahun 2007. Peningkatan remitansi ini ditandai dengan meningkatnya jumlah TKI yang ke luar negeri untuk bekerja.
Penurunan jumlah remitansi TKI Indonesia dipengaruhi oleh kondisi ekonomi-politik global terutama di Timur Tengah serta krisis financial yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai efek domino. Upah yang seharusnya diterima TKI berkurang dikarenakan krisis global tersebut. Penurunan remitansi yang terjadi pada tahun
1991 merupakan dampak Perang Teluk. Di tahun 1997 remitansi juga mengalami penurunan karena krisis financial Asia yang dampaknya cukup mengguncang
perekonomian Indonesia. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah pasca serangan 11 September 2001 juga membawa pengaruh penurunan remitansi TKI.
Seperti juga sektor ekonomi yang lain pertanian, pertambangan, sumber daya alam lainnya pada sektor penempatan buruh migran juga menjadi bagian
dari pendapatan negara. Cerminan penempatan buruh Indonesia ke luar negeri ada dalam tiga dokumen penting yang menjadi acuan pokok kebijakan makro
ekonomi Indonesia. Dokumen pertama ialah dokumen Post Program Monitoring IMF Inpres No. 52003. Di dalam dokumen ini masalah penempatan buruh
migran didorong untuk diintensifkan sebagai bagian dari mobilisasi devisa.
67
Dokumen kedua mengacu pada terbentuknya UU No. 392004 tentang penempatan dan Perlindungan TKI ke Luar Negeri. Dokumen kedua adalah Inpres
No.32006 tentang iklim Investasi. Instrumen ini desakan dari World Bank pada tahun 2005-2006. Dokumen ketiga yaitu Inpres No.62006 tentang Kebijakan
Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dokumen ini menghasilkan matriks kebijakan yang mengukuhkan bahwa tata
kelola penempatan buruh migran Indonesia berada dalam rejim remitansi. Ketiga dokumen ini merupakan arah kebijakan pemerintah untuk dengan kuat
meningkatkan pengiriman TKI. World Bank mencatat bahwa di kawasan Asia Pasifik, posisi Indonesia
terus sebagai negara dengan penerima remitansi yang terbesar. Bahkan Indonesia masuk dalam Top Emigration Countries 2011 dengan peringat ke 19 di dunia.
67
Dalam matriks kebijakan yang merupakan penjabaran dari Inpres No.52003, masalah TKI masuk dalam Program Stabilitas Ekonomi Makro, sub program Kebijakan Menjaga Kemantapan
Neraca Pembayaran dan Program peningkatan Investor, Ekspor dan Penciptaan Kerja Sub program Kebijakan Ketenagakerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Data world Bank dalam factbook menjelaskan Indonesia menjadi negara yang menempati posisi ke 4 dengan penerimaan remitansi di Asia pasifik. Remitansi
yang diterima Indonesia US 7,1 miliar dibawah China US 51 miliar, Philipina US 21,3 miliar, dan Vietnam US 7,2 miliar.
68
Survai sosial ekonomi UNESCAP Komisi Sosial Ekonomi PBB untuk Sosial Ekonomi Asia Pasifik juga memperlihatkan peningkatan luar biasa dari
remitansi buruh migran di negara-negara kawasan Asia Tenggara. Penerima remitansi buruh migran Indonesia, Philipina dan Kamboja cenderung meningkat
melebihi penerimaan bantuan dalam negeri.
69
Tabel 5
Peningkatan remitansi ini membuat negara-negara berkembang di Asia Tenggara dapat memperbaiki ekonomi dalam
negeri. Pertumbuhan yang signifikan dari penerimaan remitansi adalah dampak
dari proses penempatan buruh migran ke luar negeri.
Jumlah Remitansi dan TKI dari Malaysia Tahun 2004-2009 Tahun
Remitansi juta TKI
2004 US 2,322
121.175 2005
US 2,521 201.887
2006 US 2,732
270.009 2007
US 2,586 222.198
2008 US 2,476
257.701 2009
US 2,337 123.886
Sumber: Bank Indonesia
68
www.worldbank.com diakses 29 Februari 2014 Pukul 12:10
69
http:www.unescap.orgpdfpublicationsurvey2011downloadEconomic-and-social-survey- 2011,pdf diakses 22 Februari 2014 Pukul 21:10
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data diatas, remitansi dari Malaysia yang keluar ke Indonesia setiap tahunnya adalah relatif stabil. Di tahun 2006 adalah aliran remitansi
terbesar yang diperoleh TKI yaitu sebesar US 2,732 miliar. Hal ini sebanding dengan jumlah TKI yang tersebar di tahun 2006 yaitu sebanyak 270.009 orang.
Pada tahun 2009 remitansi mengalami penurunan yaitu sebanyak US 2,337 miliar yang hampir sebanding dengan remitansi di tahun 2004 yaitu US 2,332
miliar. Aliran remitansi ini adalah perhitungan pengiriman remitansi melalui jasa formal Bank atau jasa resmi dari TKI yang berada di Malaysia.
Remitansi yang diterima TKI biasanya dalam bentuk uang asing valuta asing. Remitansi tersebut akan menambah cadangan devisa negara sebagai alat
tukar asing. Sehingga tidak berlebihan para TKI disebut-sebut sebagai pahlawan devisa. Bank Indonesia mencatat remitansi TKI menjadi sumber devisa kedua
bagi Indonesia setelah migas. Devisa yang masuk dari buruh migran diharapkan dapat memantapkan neraca pembayaran dan mendorong kecukupan devisa.
Devisa dimanfaatkan Indonesia untuk pengeluaranpembayaran internasional.
70
Mengalirnya arus uang devisa dari Indonesia ke luar negeri dalam neraca pembayaran disebut sebagai transaksi negatif. Transaksi ini menyebabkan
berkurangnya posisi cadangan devisa negara. Contohnya adalah dengan pembayaran utang ke luar negeri, pembayaran tenaga kerja Asing TKA.
Masuknya arus uang devisa dari luar negeri ke Indonesia dalam neraca pembayaran disebut sebagai transaksi positif. Transaksi ini menyebabkan
bertambahnya cadangan devisa negara. Contohnya adalah upah TKI remitansi, hibah.
Devisa digunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui luas oleh dunia internasional. Yang biasanya banyak dijadikan
devisa saat ini adalah Dollar Amerika USD. Sumber-sumber dari devisa
70
Wawancara dengan Hermansyah, Seksi Penempatan TKI di BP3TKI Medan, 28 Januari 2014 Pukul 14.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia adalah pinjaman hutang luar negeri, hadiah, bantuan atau sumbangan luar negeri, penerimaan deviden serta bunga dari luar negeri, hasil ekspor barang
dan jasa, kiriman valuta asing dari luar negeri, dan wisatawan yang belanja di dalam negeri.
Devisa adalah valuta asing yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri dan dapat diterima di dunia internasional yang biasanya berada dalam
pengawasan otoritas moneter yaitu Bank Sentral. Devisa memiliki fungsi yang pada umumnya sama seperti fungsi uang, hanya saja digunakan dalam lingkup
transaksi internasional atau antarnegara sebagai pembayaran antarnegara, pertukaran barang dan jasa, mengukur kekayaan, menimbun kekayaan, dan
cadangan moneter. Devisa digunakan untuk kepentinganpengeluaran internasional.
71
Tinggi rendahnya devisa suatu negara sangat dipengaruhi oleh perkembangan neraca pembayaran suatu negara. Sumber-sumber tersebut di antaranya berasal
dari: 1.
Kegiatan ekspor; Untuk negara yang menganut sistem ekonomi terbuka
kegiatan ekspor merupakan salah satu andalan bagi negara untuk memperoleh devisa. Semakin banyak ekspor barang atau jasa semakin
besar pemasukan devisa bagi negara. 2.
Perdagangan jasa; Negara-negara yang tidak kaya akan sumber daya alam, biasanya akan mengandalkan sumber devisanya dari sektor jasa. Hal ini
sebagimana dilakukan Singapura yang mengandalkan jasa per dagangan sebagai sumber utama devisa.
3. Kegiatan pariwisata; Salah satu sumber devisa adalah dari jasa pariwisata
yang diperoleh dari kunjungan turis manca negara maupun domestik.
71
Wawancara dengan Hermansyah, Seksi Penempatan TKI di BP3TKI Medan, 28 Januari 2014 Pukul 14.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Semakin banyak turis yang berkunjung semakin banyak devisa yang mengalir ke dalam negara tersebut.
4. Pinjaman luar negeri bantuan luar negeri; Pinjaman luar negeri
merupakan salah satu sumber devisa suatu negara, terutama negara-negara dunia ketigaberkembang. Negara-negara ini biasanya sangat bergantung
dari bantuan luar negeri selain sumber-sumber lain. 5.
Hibah dan hadiah dari luar negeri; Hibah atau hadiah merupakan sumber devisa bagi suatu negara yang sifatnya tidak mengikat. Hibah atau hadiah
dapat bersumber dari dalam negeri ataupun luar negeri. 6.
Warga negara yang bekerja di luar negeri. Sumber devisa yang lain adalah dana yang berasal dari warga negara yang bekerja di luar negeri, seperti
TKI atau TKW. Para pekerja ini akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa suatu negara melalui uang yang ditransfer dari asal
negara dia bekerja.
72
Pemerintah maupun swasta dalam melakukan perdagangan internasional harus memiliki cadangan devisa guna menjaga stabilitas moneter dan ekonomi
makro suatu negara. Cadangan devisa sendiri merupakan indikator moneter yang menunjukkan kuat lemahnya ekonomi suatu negara. Faktor penentu kestabilan
ekonomi suatu negara juga ditunjukkan dari cadangan devisanya. Semakin besar cadangan devisa suatu negara semakin kuatlah pondasi negara tersebut jika
menghadapi permasalahan domestik.
73
Posisi cadangan devisa suatu negara menjadi bahan pertimbangan negara asing dalam melakukan hubungan kerjasama dengan Indonesia. Kestabilan
perekonomian Indonesia menjadi daya tarik asing untuk melakukan investasi di Indonesia. Tingkat tinggi rendahnya posisi cadangan devisa menjadi ladasan
kegiatan perekonomian Indonesia dengan pihak asing. Posisi devisa negara juga
72
http:bangkusekolah-id.blogspot.com201209pengertian-devisa-dan-sumber-sumber- devisa.html diakses 12 Februari 2014 Pukul 18.30 WIB
73
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
menjadi tolak ukur keseimbangan Indonesia dalam menata sektor domestik maupun internasional.
Devisa negara bagi Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia melakukan impor yang tidak bisa dipenuhi dari negara lain. Selain itu,
devisa Indonesia juga dikeluarkan untuk utang luar negeri, pembiayaan kegiatan perdagangan luar negeri, membiayai perwakilan di luar negeri konsulat, duta
besar, serta membiayai atlit, misi kebudayaan dan studi banding pejabat negara. Besarnya manfaat devisa bagi Indonesia menjadikan pentingnya peran TKI dalam
sirklus perekonomian Indonesia.
Tabel 6 Jumlah Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2004-2009
Tahun Jumlah cadangan devisa
2004 US 36,3 miliar
2005 US 34,7 miliar
2006 US 42,6 miliar
2007 US 57 miliar
2008 US 51,7 miliar
2009 US 66,1 miliar
Sumber : diolah dari Buku Laporan Tahun Indonesia Bank Indonesia 2004-2009
A.2 Penyerapan Angkatan Kerja Tahun 2004-2009
Pengiriman TKI berdampak terhadap pengurangan jumlah pengangguran. Tingginya angkatan kerja dan diikuti dengan rendahnya lapangan pekerjaan
mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan yang berkaitan dengan proses mobilitas kerja perpindahan kerja. Pengangguran merupakan masalah utama
yang dihadapi Indonesia sejak masa orde Baru. Kebijakan pembangunan yang
Universitas Sumatera Utara
mengedepankan sektor pertanian membuat banyaknya penduduk Indonesia yang kehilangan pekerjaan.
Kebijakan mobilisasi pekerja membawa dampak bagi peningkatan ketenagakerjaan Indonesia. Secara tidak langsung pengangguran yang terjadi di
Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya. Kuatnya arus mobilisasi pekerja Indonesia juga berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan penurunan
angka kemiskinan di Indonesia. Dengan sumber pendapatan yang diterima dari upah bekerja di luar negeri dapat memenuhi kebutuhan keluarga TKI di Indonesia.
Kebijakan pemerintah pusat dalam menghadapi tingginya angka pengangguran di Indonesia adalah dengan mendorong pengiriman TKI.
pengangguran di Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan jika penyerapan angkatan kerja bisa tercapai. Dengan proses pengiriman TKI maka
penyerapan angkatan kerja akan semakin tinggi. Berbagai usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk melindungi posisi TKI menunjukkan bahwa TKI
mendapatkan perlindungan yang besar.
74
Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat namun kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia masih belum membaik. Hal ini tercermin dari tingkat pengangguran terbuka yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2005.
Jumlah angkatan kerja, bekerja dan pengangguran dapat dilihat berdasarkan grafik di bawah ini.
74
Wawancara dengan Lepi, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan, 10 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Badan Pusat Statistik 2004-2009 Penyerapan angkatan kerja tersebut dilihat dari jumlah angkatan kerja
yang bekerja. Pada tahun 2004-2005 angkatan kerja mulai meningkat. Peningkatan angkatan kerja tersebut tidak diikuti dengan penyerapan angkatan
kerja di pasar kerja sehingga membuat angka pengangguran bertambah. Pada tahun 2004 sebanyak 10,8 juta orang yang menganggur menjadi 11,6 juta orang
pada tahun 2005. Maka Tingkat Pengangguran Terbuka TPT dari 9,86 dari tahun 2004 naik menjadi 10,84 pada tahun 2005.
Di tahun 2006 jumlah angkatan kerja mulai menurun dibandingkan tahun 2005 yaitu sebanyak 106,3 juta orang. Hal ini diikuti dengan penyerapan kerja
yang relatif stabil sehingga jumlah pengangguran yang sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 10 dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah
pengangguran pada tahun 2006 adalah sebanyak 11,1 juta orang. Di tahun 2007 jumlah angkatan kerja kembali naik yaitu 109,6 juta orang. Namun diikuti oleh
penyerapan angkatan kerja sehingga membuat penurunan persentasi pengangguran menjadi 9,1 dari tahun 2006 yaitu 10. Jumlah pengangguran di
tahun 2007 adalah sebanyak 10,9 juta orang.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2008 jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan namun diikuti dengan penyerapan yang seimbang sehingga angka pengangguran
mengalami sedikit penurunan. Jumlah angkatan kerja di tahun 2008 adalah mencapai 111 juta orang. Seperti di tahun 2008, pada tahun 2009 jumlah angkatan
kerja Indonesia mencapai 111 juta orang, orang yang bekerja sebanyak 100 juta orang. Hal ini mengurangi Tingkat Pengangguran Terbuka yang mencapai 7,8
dari 8,39 pada tahun 2008.
Tabel 7 Jumlah Angkatan Kerja, Bekerja, Pengangguran, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja TPAK dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT
Tahun Angkatan
Kerja Bekerja
Pengangguran TPAK TPT
juta orang
juta orang
juta orang
2004 103,97
93,72 10,25
67,54 9,86
2005 Februari
105,80 94,95
10,85 68,02
10,26 November 105,86
93,96 11,90
66,79 11,24
2006 Februari
106,28 95,18
11,10 66,74
10,45 Agustus
106,39 95,46
10,93 66,16
10,28 2007
Februari 108,13
97,58 10,55
66,60 9,75
Agustus 109,94
99,93 10,01
66,99 9,11
2008 Februari
111,48 102,05
9,43 67,33
8,46 Agustus
111,95 102,55
9,39 67,18
8,39 2009
Februari 113,74
104,49 9,26
67,60 8,14
Agustus 113,83
104,87 8,96
67,23 7,87
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Setiap tahunnya angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan. Jika
pada tahun 2004 jumlah angkatan kerja masih pada 103,98 juta orang maka pada tahun 2009 angka tersebut sudah mencapai 113,83 juta orang. Peningkatan
Universitas Sumatera Utara
angkatan kerja ini tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan sehingga di tahun tahun 2005- 2006 jumlah yang bekerja masih dibawah jumlah angkatan kerja.
Posisi ini menunjukkan tingkat pengangguran masih belum mengalami penurunan yang tinggi. Jumlah pengangguran yang tinggi adalah di tahun 2005 sebanyak
11,85 juta orang pada bulan Februari dan 11,10 juta orang pada bulan November. Walaupun kemudian angka pengangguran mengalami penurunan pada
tahun 2007- 2009. Pada tahun 2007 angka pengangguran masih sebanyak 10,55 juta orang di bulan Februari dan 10,05 juta orang di bulan Agustus. Penurunan ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyerapan angkatan kerja yang tinggi karena kebutuhan produsen terhadap pekera, pertumbuhan investasi dari tahun
sebelumnya sehingga membuka lapangan pekerjaan baru, dan tingginya arus mobilisasi pekerja migrasi. Penurunan angka pengangguran di tahun 2009
mencapai 9,26 juta orang di bulan Februari dan pada bulan Agustus 8,96 juta orang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan di Indonesia adalah antara lain pertumbuhan ekonomi yang relatif terbatas serta lebih
didominasi oleh sektor yang cenderung padat modal dan berbasis teknologi. Sementara itu, upaya untuk menyediakan lapangan kerja yang lebih banyak
melalui investasi juga terkendala oleh ketentuan ketenagakerjaan yang dipandang kaku. Data World Bank menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat
kekakuan yang tinggi dalam investasi. Indeks kekakuan Indonesia adalah 57 dan menduduki posisi teratas menyusul Vietnam 50, Fhilipina 48, Korea 48, Cina
30, Thailand 20, Malaysia 10 dan Singapura 0. Faktor lain yang menjadi penghambat penyerapan tenaga kerja adalah
kecendrungan kenaikan upah buruh. Kenaikan upah buruh di Indonesia pada titik tertentu menjadi masalah bagi produsen dalam pengeluaran biaya upah buruh.
Tingginya upah buruh terutama pada periode paska krisis mendorong produsen
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan subsitusi tenaga kerja dengan mesin. Penggunaan tenaga kerja cenderung menurun akibat pola perubahan yang terjadi.
Dilihat secara umum dari sisi pendidikan, proporsi tenaga kerja masih didominasi oleh angkatan kerja yang berlatar belakang pendidikan rendah. Lebih
dari 30 dari tenaga kerja berpendidikan tertinggi adalah sekolah dasar. Sementara itu, pangsa tenaga kerja dengan pendidikan akademi atau lebih tinggi
tercatat hanya 5,7 . Meskipun demikian, proporsi pengangguran berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa pengangguran lebih didominasi oleh tenaga kerja
berlatar belakang SLTA 36,04 diikuti pengangguran dengan latar belakang SD ke bawah 32,74, SLTP 24,70 dan akademi ke atas 6,62.
Sumber: BPS, 2006 Indonesia bekerja sama dengan negara-negara tertentu dalam kawasan
Asia, Afrika, Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Australia dalam prose penyediaan tenaga kerja. Penempatan TKI hanya dapat dilakukan dengan negara-
negara yang telah melakukan perjanjianmemiliki hubungan bilateral dengan Indonesia. Dengan adanya perjanjian antara Indonesia dengan negara penempatan
maka apabila TKI tersebut bermasalah akan mendapatkan perlindungan dari Indonesia dengan ketentuan sesuai dengan perjanjian kerja.
Universitas Sumatera Utara
Negara-negara tersebut tersebar di negara-negara di kawasan Asia Pasifik mencakup Malaysia, Singapura, Cina, Hongkong, Jepang Brunai Darussalam,
Korea Selatan, Australia, Taiwan dan lainnya. Di kawasan Amerika tersebar di Amerika Serikat, kanada, Suriname, Panama, Brazil dan lainnya. Sementara di
kawasan Timur Tengah dan Afrika mencakup Arab Saudi, Mesir, Afrika Selatan, Zambia dan lainnya. Sedangkan negara-negara bagian Eropa mencakup Italia,
Turki, Jerman, Spanyol, Inggris, dan lainnya. Seiring dengan penempatan TKI yang terus berkembang dan meningkat.
keberadaan TKI saat ini mulai meluas. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BNP2TKI menunjukkan bahwa ada 50
negara besar yang menjadi tujuan utama TKI yang berada pada kawasan Asia pasifik, Amerika, Timur Tengah dan Afrika, Eropa dan Amerika. Penempatan
terbesar TKI adalah di wilayah Asia Pasifik yakni 50 , di wilayah Timur Tengah dan Afrika 28 , Eropa sebesar 10 dan Amerika 12 .
Di kawasan Asia Pasifik, penempatan TKI terkonsentrasi di kawasan Malaysia. Malaysia masih menjadi pasar lapangan pekerjaan bagi kawasan Asia
Pasifik. Malaysia masih menjadi tujuan utama bagi negara-negara yang tingkat penganggurannya terbesar di Asia pasifik seperti khususnya Asia Tenggara yakni
Philipina, Vietnam, Indonesia, dan Kamboja. Penyebaran TKI di sejumlah kawasan Asia Pasifik disebabkan oleh faktor geografis yang berdekatan dengan
wilayah Indonesia sehingga memudahkan mobilisasi pekerja.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 3 Penyebaran TKI di Kawasan Asia Pasifik
Sumber: diolah dari Data dan Informasi Kemenakertrans, 2012 Komposisi TKI berdasarkan grafik diatas hanyalah beberapa negara di
Kawasan Asia Pasifik yang paling banyak penempatan TKI. Pada kawasan Asia Pasifik mencakup Malaysia yaitu dengan persentasi mencapai 51. Malaysia
merupakan tujuan utama TKI di kawasan Asia pasifik. Hongkong 14 kemudian menjadi kawasan kedua tujuan terbesar penempatan TKI. Singapura
berada pada posisi ketiga 11, diikuti oleh Taiwan 7, Korsel 6, Brunei 5, Jepang 3, China 2 dan negara lainnya 1.
Grafik dari Kemenakertrans diatas kemudian menunjukkan bahwa setiap tahunnya persentasi penyebaran penempatan TKI berdasarkan negara di kawasan
Asia Pasifik ini tidak mengalami perubahan. Kedudukan Malaysia masih terus berada pada peringkat pertama sebagai negara penempatan terbesar TKI. Di tahun
2004-2009, Malaysia masih menjadi pusat mobilisasi penempatan TKI terbesar untuk kawasan Asia Pasifik.
Kawasan yang terbesar yang menjadi tujuan penempatan TKI yaitu kawasan Timur Tengah dan Afrika. Kawasan ini di sepanjang perjalanan
penempatan TKI juga merupakan kawasan tebesar tujuan TKI. Walaupun negara di Kawasan Timur Tengah dan Afrika dilihat dari geografinya cukup jauh dari
Universitas Sumatera Utara
Indonesia namun kawasan ini menjadi masih dijadikan kawasan tujuan TKI. Selain faktor upah yang tinggi, TKI merasa kawasan Timur Tengah adalah
kawasan yang menjadi pusat agama Islam dan memiliki faktor kesamaan agama dengan para TKI.
Grafik 4 Komposisi penyebaran penempatan TKI di Kawasan Timur Tengah dan
Afrika
Sumber: diolah dari Data dan Informasi Kemenakertrans, 2012 Dilihat dari kawasan yang penempatan TKI, Asia Pasifik masih
merupakan kawasan terbanyak dari tujuan TKI. Namun, dilihat dari negara penempatan, di kawasan Timur Tengah yaitu Arab Saudi adalah negara terbesar
pertama tujuan TKI untuk bekerja. Malaysia adalah negara kedua terbesar 51 setelah Arab Saudi yaitu 58. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika, United
Arab Emirated 27 menduduki posisi kedua setelah Arab Saudi. Negara tujuan terbesar selanjutnya adalah Qatar 5, Oman 4, Bahrain 3, Kuwait 2,
dan lainnya 1. Kedua kawasan ini Asia Pasifik dan Timur Tengah Afrika adalah
kawasan terbesar tujuan TKI. Kawasan Eropa dan Amerika dalam survei
Universitas Sumatera Utara
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak menunjukkan persentasi yang tinggi jika dibandingkan dengan kedua kawasan tersebut. Kawasan Eropa dan
Amerika bukanlah negara tujuan utama TKI. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktertarikan TKI untuk bekerja di kawasan Eropa dan Amerika adalah faktor
geografis yang cukup jauh dan beberapa perbedaan-perbedaan yang signifikan dengan Indonesia cuaca, bahasa, agama dan budaya. Banyaknya perbedaan-
perbedaan tersebut menjadi tantangan bagi TKI sehingga kurang tertarik untuk bekerja di kawasan Eropa dan Amerika.
75
Tabel 8 Perbandingan Jumlah TKI di Negara-negara Kawasan Asia Pasifik Tahun
2004-2009
Negara 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jumlah
Malaysia 121.175
201.887 270.009
222.198 257.701
123.886 1.202.955
Singapura 9.131 25.087
9.075 37.496
21.867 33.077
135.733 Brunei D
6.503 4.978
2.780 5.852
4.967 4.785
29.865 Hongkong 14.183
12.143 13.613
29.973 30.207
32.417 132.536
Taiwan 969
48.576 28.090
50.810 62.433
59.335 250.213
Korsel 2.924
4.506 3.100
3.830 13.546
1.890 29.796
Jepang 85
102 21
96 333
362 999
Sumber: BPS Dengan jumlah data TKI di Malaysia yang sama antara Kemnakertrans RI
dan BNP2TKI yaitu 123.886 orang, Kemenakertrans RI mencatat bahwa dari jumlah tersebut ada 62.512 orang untuk buruh migran laki-laki dan 61.374 buruh
migran perempuan. Total buruh migran laki-laki yang bekerja di sektor informal dari angka 62.512 adalah 383. Sementara jumlah buruh migran perempuan di
sektor informal mencapai 38.664 orang dari angka 61.374 orang.
75
Wawancara dengan Lepi, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan, 10 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Malaysia masih menduduki posisi teratas dalam daftar tujuan utama penempatan TKI. Di tahun 2004 jumlah TKI masih sebanyak 121.175 orang
sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 270.009 orang. Kemudian di Tahun 2009 penempatan TKI ke Malaysia mengalami penurunan akibat dari Memorandum Of
Understanding MoU antara Indonesia-Malaysia yang dimana dalam masa MoU Indonesia memberhentikan masa penempatan TKI informal. Sehingga hal tersebut
berdampak pada penurunan jumlah TKI. Jumlah TKI di tahun 2009 menurun menjadi 123.886 orang dari jumlah 257.701 orang pada tahun 2008.
Tingginya arus mobilisasi TKI ke luar negeri sangat mempengaruhi angka pengangguran di Indonesia. Ketidaktersediaan akan lapangan pekerjaan di
Indonesia mendorong angkatan kerja di Indonesia untuk mencari kerja ke luar negeri. Setiap tahunnya angka mobilisasi pekerja Indonesia mengalami
peningkatan yang relatif stabil. Mobilitas yang tinggi dihadapkan pada posisi dampak yang terjadi di Indonesia dilihat dari permasalahan pengangguran.
76
Realitas yang terjadi antara tingginya mobilitas pekerja Indonesia dengan penyerapan angkatan kerja di Indonesia adalah dampak yang positif bagi
Indonesia. Ketika angkatan kerja yang tinggi tersebut tidak bekerja maka persentasi TPT akan meningkat setiap tahunnya. Namun tingginya arus mobilisasi
pekerja telah mengurangi persentasi TPT di Indonesia. Pasar tenaga kerja di luar negeri menjadi pilihan bagi angkatan kerja Indonesia.
76
Wawancara dengan Lepi, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan, 10 Januari 2014, Pukul 10.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9 Perbandingan Buruh Migran Laki-laki dan Perempuan Indonesia di
Malaysia dilihat dari Sektor Kerja Tahun
Sektor Formal Sektor Informal
L Pr
L Pr
2004 62.254
43.179 404
21.338 2005
126.672 57.023
34 18.158
2006 157.049
62.612 2007
109.100 59.030
1.680 52.388
2008 84.200
42.685 778
59.430 2009
60.997 22.113
61 27.770
Sumber: Puslitfo BNP2TKI Klasifikasi sektor formal dan informal sesuai jenis kelamin tidak terdapat dalam
data 2006 di dalam buku yang ada. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sektor informal masih didominasi
oleh TKI perempuan. Perbandingan jenis pekerjaan formal dan informal antara laki-laki dan perempuan pada tahun 2009 menunjukkan laki-laki lebih
mendominasi sektor formal yaitu 60.997 orang sedangkan perempuan mendominasi sektor informal yaitu 27.770 orang. Perbandingan ini menunjukkan
bahwa perempuan bekerja lebih banyak di sektor informal seperti PRT, babysister
, bekerja di panti jompo dan lainnya. Buruh laki-laki mendominasi jenis pekerjaan di sektor formal.
Jenis pekerjaan di sektor informal untuk perempuan sangat rawan dengan tindakan kekerasan, penipuan, dan pelanggaran lainnya. Kebijakan yang jelas
untuk melindungi perempuan dari tindakan-tindakan yang merugikan perempuan sangat dibutuhkan untuk diperjuangkan oleh pemerintah Indonesia terhadap
pemerintah Malaysia. Memperkuat diplomasi dengan Malaysia dalam
Universitas Sumatera Utara
memperjuangkan buruh perempuan agar mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan hak-hak azasi manusia.
Tabel 10 Perkembangan Sektor Kerja TKI di Malaysia
SEKTOR JENIS
KERJA 2005
2006 2007
2008 2009
FORMAL Kontruksi
224.398 216.898
211.016 207.623 196.929
Perladangan 319.332
316.832 290.484
287.781 260.232 KilangPabri
k 219.608
213.108 206.780
199.784 167.155 JasaService
42.193 40.993
41.021 41.021
38.684 Pertanian
95.503 92.003
103.974 105.485 98.799
INFORMAL PRT
291.812 294.115
294.784 279.134 230.225
JUMLAH 1.192.846
1.174.01 3
1.148.050 991.940 917.932
Sumber: Ana Sabhana Azmy, 2012 Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor konstruksi, perladangan dan
pabrik sebagai sektor formal yang banyak didominasi dari sektor lainnya. Sedangkan sektor informal seperti PRT yang didominasi oleh perempuan
menempati angka terbanyak dibandingkan sektor lainnya dari tahun 2004-2007. Namun di tahun 2008-2009 sektor perladangan yang didominasi oleh laki-laki
menjadi sektor terbanyak. Sektor yang terkecil yang dikerjakan oleh TKI adalah pada sektor jasaservice.
Universitas Sumatera Utara
III.B Dampak Politik bagi Indonesia dari Pengiriman TKI Tahun 2004-2009 B.1 Peningkatan Hubungan Kerjasama Indonesia- Malaysia
1. Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia Tahun 1959-2003