Pengenalan Tempat. Kolom 1 dan kolom 2 : Nomor Urut dan Jenis AlatMesin Pertanian. Kolom 3 : Kondisi Baik. Kolom 4 : Kondisi Rusak. Kolom 5 : Jumlah.

Bab V. Cara Pengisian Daftar Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 53 Bab V. Cara Pengisian Daftar Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 54 Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 55 V V I I . . P P E E N N G G O O L L A A H H A A N N D D A A T T A A

6.1. Tahapan Pengolahan Daftar SPH

Pengolahan daftar SPH dimulai dengan melakukan penerimaan dokumen, penyuntingan dan penyandian editing and coding, pemeriksaan, entry data dan imputasi.

1. Penerimaan Dokumen

Dengan menggunakan blanko yang tersedia, setiap penerimaan dokumen dicatat tanggal, bulan dan tahun laporan dari setiap jenis dokumen dan identitas lokasi. Data ini digunakan untuk pembuatan laporan, peneguran maupun estimasi perkiraan. Dalam penerimaan dokumen termasuk penelitian dengan memperhatikan identifikasi kolom kecamatan, kabupaten, provinsi.

2. Penyuntingan, Penyandian dan Pemeriksaan

Dalam penyuntinganediting dilakukan pengecekan terhadap kolom. Waktu pelaksanaan dan cross check isian antar kolom, untuk diolah dengan komputer harus diberikan kodenya sesuai dengan Master Wilayah.

a. SPH-SBS

1 Kolom 3 bulan laporan = kolom 8 bulan lalu 2 Kolom 4 + kolom 5 kolom 3 jika kolom 6 ada isian 3 Kolom 4 ≤ kolom 3 4 Kolom 8 = kolom 3 - kolom 4 - kolom 6 + kolom 7 5 Kolom 9 harus ada isian jika kolom 4 ada isian. 6 Kolom 9 dibagi kolom 4 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 7 Kolom 10 harus ada isian jika kolom 5 ada isian. 8 Kolom 10 dibagi kolom 5 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 9 Kolom 11 harus ada isian jika kolom 9 dan atau 10 ada isian.

b. SPH-BST

1 Kolom 3 triwulan laporan = kolom 10 triwulan yang lalu. 2 Kolom 10 = kolom 3 - kolom 4 + kolom 5. 3 Kolom 10 = kolom 6 + kolom 7 + kolom 8 + kolom 9 4 Kolom 6 ≥ kolom 5. Bab VI. Pengolahan Data Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura 56 5 Jika kolom 7 ada isian maka kolom 11 harus ada isian. 6 Kolom 11 dibagi kolom 7 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 7 Jika kolom 11 ada isian maka kolom 12 harus ada isian.

c. SPH-TBF

1 Kolom 3 triwulan laporan = kolom 8 triwulan yang lalu. 2 Kolom 4 ≤ kolom 3. 3 Kolom 4 + kolom 5 kolom 3 jika kolom 6 ada isian. 4 Kolom 8 = kolom 3 - kolom 4 - kolom 6 + kolom 7 5 Jika kolom 4 ada isian maka kolom 9 harus ada isian. 6 Kolom 9 dibagi kolom 4 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 7 Jika kolom 5 ada isian maka kolom 10 harus ada isian. 8 Kolom 10 dibagi kolom 5 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 9 Kolom 11 harus ada isian jika kolom 9 dan atau 10 ada isian.

d. SPH-TH

1 Kolom 3 triwulan laporan = kolom 8 triwulan yang lalu. 2 Kolom 4 kolom 3. 3 Kolom 4 + kolom 5 kolom 3 jika kolom 6 ada isian. 4 Kolom 8 = kolom 3 - kolom 4 - kolom 6 + kolom 7 5 Jika kolom 4 ada isian maka kolom 9 harus ada isian. 6 Kolom 9 dibagi kolom 4 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 7 Jika kolom 5 ada isian maka kolom 10 harus ada isian. 8 Kolom 10 dibagi kolom 5 harus dalam kewajaran. Jika tidak, maka hasil ubinan dapat digunakan sebagai pedoman. 9 Kolom 11 harus ada isian jika kolom 9 dan atau 10 ada isian.