PETUNJUK PENGAWASAN
Dalam  bab  ini  diberikan  penjelasan  mengenai  proses  pemeriksaan  bagi petugas  pengawas.  Tujuan    pengawasan  adalah  untuk  menghindari  kesalahan
pengisian pada kuesioner serta menjaga konsistensi isian antar blok yang berkaitan, agar  data  yang  diperoleh  lebih  konsisten,  teliti  dan  wajar.  Dengan  demikian
kuesioner  Survei  Khusus  Studi  Penyusunan  Perubahan  Inventori  2014  yang  akan dikirim  ke  Badan  Pusat  Statistik  BPS  diharapkan  sudah  dalam  keadaan  terisi
dengan  benar.  Uraian  dalam  bab  ini  juga  diharapkan  dapat  digunakan  oleh pengawas untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya.
Secara umum yang harus dilakukan oleh pengawas adalah: 1.
Meneliti apakah isian mudah dibaca dan diletakkan pada kolom yang benar dan juga apakah isian masing-masing blok terkait sudah konsisten.
2.   Meneliti apakah seluruh rincian dari masing-masing blok yang harus diisi sudah ditanyakan.
3. Periksa  isian  dari  masing-masing  rincian  tersebut  apakah  sudah  sesuai  dan
wajar. 4.
Memeriksa kembali apakah isian nilai sudah dalam satuan yang tepat. 5.
Hitung  kembali  apakah  rincian  sudah  diisi  dengan  benar.  Bila  ternyata ditemukan  isian  jawaban  yang  meragukan,  tanyakan  ke  pencacah;  jika  perlu
lakukan pencacahan ulang.
BLOK I. KETERANGAN TEMPAT
1. Periksa  apakah  nama  propinsi,  nama  perusahaan  dan  alamat  perusahaan
sudah diisi dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2.
Nomor  urut  perusahaan  NUS  tidak  perlu  diisi.  Kolom  tersebut  akan  diisi  di BPS.
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS
1. Apakah nama dan tanda tangan pencacah sudah diisi dan sesuai.
2. Periksa juga, apakah  keterangan petugas pencacah dan pemeriksa sudah diisi
dengan sesuai. 18
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persediaaninventori  secara  mikro  biasanya  merupakan  aktiva  lancar terbesar  dari  suatu  perusahaan, sehingga diperlukan pengukuran  yang tepat untuk
menjamin  laporan  keuangan  yang  akurat.  Jika  persediaan  tidak  dihitung  secara tepat,  pengeluaran  dan  penerimaan  tidak  dapat  dicocokkan  secara  benar.  Jika
persediaan akhir tidak benar, maka hasilnya adalah saldo-saldo dari neraca berikut ini  juga  tidak  akan  benar,  seperti:  persediaan  barang  dagangan,  total  aktiva,  dan
ekuitas pemilik modal.  Ketika persediaan akhir tidak benar, harga pokok penjualan barang dagangan dan laba bersih juga akan tidak benar di dalam laporan laba rugi.
Sedangkan  secara  makro,  didalam  statistik  neraca  nasional  inventori dicakup sebagai bagian dari pembentukan modal atau dikenal sebagai investasi fisik
di satu wilayah. Tepatnya inventori tersebut menjelaskan tentang porsi dari investasi yang  telah  direalisasikan  dalam  bentuk  barang  jadi  maupun  setengah  jadi  pada
berbagai  kegiatan  ekonomi  produksi.  Karena  nyatanya  sebagian  dari  investasi tersebut  memang  direalisasikan  untuk  pengadaan  berbagai  keperluan  bahan  baku
maupun  bahan  penolongpembantu.  Dengan  demikian  maka  tersedianya  data tentang inventori akan menjadi informasi yang cukup penting bagi analisis investasi
khususnya  bagi  komponen  pembentukan  modal,  meskipun  kontribusinya  dalam perekonomian tidaklah terlalu besar.
Kaitan  inventori  dengan  perilaku  ‘’pembentukan  modal’’  dalam  statistik neraca nasional terjadi bila inventori dimasukkan sebagai bagian dari pembentukan
modal maka komponen ini disebut sebagai ‘’pembentukan modal bruto’’, tetapi bila tidak  dimasukan,
disebut  sebagai  ‘’pembentukan  modal  tetap  bruto’’.  Dengan demikian maka  pembentukan  modal  bruto  yang  merupakan  realisasi  dari  sebagian
proses  investasi  mencakup  pula  komponen  persediaan  atau  inventori.  Dalam inventori ini termasuk juga barang dalam pengerjaan karena belum selesai diproses
work  in  progress .  Disebut  ‘’modal  tetap’’  karena  hanya  mencakup  barang  modal
tetap  fixed  asset  yang  akan  digunakan  dalam  proses  produksi  secara  terus menerus dan berkesinambungan.
3
Output  inventori  disajikan  sebagai  bagian  dari  konsumsi  akhir  final  demand, tepatnya  terletak  pada  kuadran  II  dalam  Tabel  I-O.  Selama  ini  pada  kedua
perangkat  tersebut  inventori  diperlukan  sebagai  komponen  residual  yang didalamnya termasuk pula perbedaan statistik.   Kondisi ini menyebabkan informasi
tentang inventori sulit untuk dipahami dan dianalisis lebih jauh. Secara  konsep,  inventori  yang  berbentuk  persediaan  barang  tersebut
menggambarkan  tentang  bagian  dari  output  domestik  maupun  impor  yang  belum digunakan, baik  untuk diproses lebih lanjut, dikonsumsi ataupun untuk tujuan dijual
tanpa mengalami proses lebih lanjut. Inventori tersebut dapat berbentuk barang jadi maupun barang setengah jadi atau bahan baku raw material.
Dilihat  dari  sisi  yang  negatif,  proses  pengadaan  inventori  ini  lebih dimaksudkan sebagai upaya spekulasi upaya dilakukan oleh pedagang atau bahkan
produsen,  dengan  harapan  untuk  memperoleh  keuntungan  lebih,  terutama  jika diperkirakan akan terjadi kelangkaan produk di pasar. Meskipun di sisi lain inventori
juga  bisa  menggambarkan  tentang  proses  akumulasi  produk  yang  berada  pada pihak  produsen  karena  produknya  belum  terserap  oleh  pasar.  Dalam  prakteknya
produsen  ataupun  pedagang  akan  selalu  berupaya  untuk  melakukan  penumpukan barang-barang  tertentu  yang  pada  akhirnya  dapat  merugikan  masyarakat  karena
barang tersebut menjadi langka di pasar. Bertolak  dari  pemikiran  betapa  pentingnya  penghitungan  perubahan
inventori  sebagai  tolok  ukur  penghitungan  produktivitas  ekonomi  suatu  negara, maka diperlukan informasi yang lebih akurat dan lebih rinci mengenai besarnya nilai
posisi barang inventori tersebut.
4
3. KODE KOMODITAS