I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Glioblastoma multiforme GBM adalah tumor otak primer yang paling banyak dan paling agresif pada dewasa serta merupakan 12-15 dari seluruh neoplasma intrakranial dan
50-60 dari seluruh tumor otak primer. Etiologi GBM tidak diketahui dengan pasti. Setidaknya ada 2 jalur genetik yang
menggambarkan perkembangan GBM, yakni primer dan sekunder glioblastoma
1,2,3
3
. Beberapa faktor yang diyakini berperan penting dalam pertumbuhan tumor terutama peran aktifasi
oncogen , hilangnya tumor supressor gene dan peranan growth factor.
4
Gejala klinis GBM bergantung pada lokasi, ukuran dan cepatnya perkembangan tumor berupa sakit kepala, kelemahan lengan dan tungkai, perubahan kepribadian, kejang, gangguan
penglihatan, penurunan fungsi kognitif. Computed Tomography
CT dengan atau tanpa kontras dilakukan jika Magnetic Resonance Imaging
MRI kontraindikasi atau tidak tersedia . MRI dengan atau tanpa kontras paling baik untuk melihat gambaran GBM, dimana MRI dengan kontras menunjukkan adanya
enhance
1,3,5
3
Terapi standar pada GBM adalah pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Namun belakangan banyak digunakan terapi gen, karena kegagalan dan toksisitas dari konvensional
terapi tersebut serta pertimbangan adanya abnormalitas genetik pada GBM. .
6
Median survival pada GBM sekitar 1 tahun, dengan 15-20 yang mencapai 2 tahun tetapi kurang dari 5 mencapai 3 tahun.
7
I.2. Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas aspek epidemiologi, etiologi, patologi, gambaran klinik, perkembangan terapi serta prognosis dari penderita GBM.
I.3. Manfaat Penulisan
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai penatalaksaan yang tepat sehingga memberikan prognosa yang baik bagi penderita
GBM.
Universitas Sumatera Utara
II. LAPORAN KASUS
II.1. ANAMNESE PRIBADI
Seorang laki-laki B, umur 22, suku Aceh, pekerjaan wiraswasta , belum menikah, alamat Desa Simpang Kiri Aceh Tamiang, masuk ke RSUP H.Adam Malik
pada tanggal 29 April 2009.
II.2. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Keluhan Utama : Nyeri kepala
Telaah :
Nyeri kepala telah dialami penderita sejak ± 1 tahun yang lalu namun sejak 6 bulan ini semakin berat, nyeri dirasakan os pada
seluruh kepala. Nyeri tidak berkurang dengan obat-obatan dan bertambah berat jika batuk, bersin, serta berbaring. Sejak 5 bulan
yang lalu os juga merasakan lemah lengan dan tungkai kanan, diawali dengan rasa kebas diikuti juga dengan penglihatan yang
semakin berkurang. Riwayat muntah menyembur -, riwayat kejang -, riwayat trauma -, riwayat demam -.
RPT :
- RPO
: Tidak jelas
II.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sensorium :
Compos Mentis
Tekanan Darah :
120 80 mmHg
Nadi :
72 x menit, reguler
Pernapasan :
22 x i
Temperatur :
36,8 ° C
Kepala :
norrmosefalik
Thoraks :
Simetris fusiform
Jantung : Bunyi jantung normal, Desah - Paru-paru : Pernapasan vesikuler, suara tambahan -
Abdomen :
Soepel, peristaltik normal
Universitas Sumatera Utara
II.4. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Sensorium : Compos Mentis
Tanda perangsangan meningeal : Kaku kuduk - Brudzinsky I : -
Kernig - Brudzinsky II : -
Tanda peninggian TIK : Sakit kepala +
Kejang - Muntah -
NERVUS KRANIALIS : N I
: Normosmia N II, III
: Refleks cahaya + +, pupil isokor, Ø 3 mm. Visus : 160 OD 1~ OS
Pemeriksaan funduskopi : Optik disc
kanan kiri
- Warna merah gelap
pucat - Batas
tidak jelas jelas
- Ekskavasio cembung
cekung - AV
24 23
Kesan : Papil Edema OD dan papil atrofi OS N III, IV, VI
: Gerakan bola mata + Deviation conjugee -
N V : Buka tutup mulut + normal
N VII : Sudut mulut tertarik ke kiri
N VIII : Pendengaran + normal
N IX, X : Uvula medial. Arkus pharing terangkat simetris
N XI : Mengangkat bahu + normal
N XII : Lidah istirahat dan dijulurkan medial
Sistem Motorik Trofi
: Eutrofi Tonus
: Normotonus
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan Otot :
44444 55555
ESD : ESS
: 44444
55555 44444 55555
EID :
EIS :
44444 55555 Refleks Fisiologis
: kanan
kiri Biceps Triceps
: +
↑ +↑ + +
KPR APR :
+ ↑ +↑
+ + Refleks Patologis
: -
Sistem sensibiltas : Tidak dijumpai kelainan
Vegetatif : Tidak terganggu
Gejala serebellar : Tidak dijumpai
Gejala Ekstrapiramidal : Tidak dijumpai
Fungsi Luhur : baik
II.5. DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Secondary headache + Hemiparese dextra + Blindness +
Parese N.VII UMN dextra
Diagnosa Anatomis : Intrakranial
Diagnosa Etiologis : SOL
Diagnosa Banding : 1. Tumor serebri
2. Abses serebri 3. Stroke hemorrhagik
Diagnosa Kerja : Hemiparese dextra ec Tumor serebri
II.6. PENATALAKSANAAN
• IVFD Ringer Solution 20 gtti • Inj. Deksamethasone 2 ampul,lanjut 1 amp6 jam tapering off
• Inj.Ranitidin 1 amp 12 jam
Universitas Sumatera Utara
II.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
II.7.1. Hasil Laboratorium tgl 01 Mei 2009
Hb : 13,8 g dl
Ureum : 19 mgdl
Ht : 40,9
Kreatinin : 0,6 mgdl
Leukosit : 12600 mm
3
Trombosit : 280.000 mm3
Natrium : 139 mEq L
Asam urat : 3,1 mgdl
LED : 31 mmjam
Kalium : 4,4 mEq L
KGD ad : 82 mgdl
Chlorida : 107 mEq L
SGPT : 12 UI
SGOT : 17 UI
II.7.2. Hasil EKG 30 April 2009
Kesan : EKG dalam batas normal
II.7.3. Hasil Foto Thoraks 30 April 2009
Kesimpulan : Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo
II.7.4. Head CT-scan 30 April 2009 dan 2 Mei 2009
NCCT : Tampak lesi hipodens di bagian perifer lobus parietal kiri dengan edema perifokal
Lesi mendesak ventrikel lateralis kiri dengan akibat dilatasi ventrikel lateralis kanan cornu posterior
Cerebellum dan ventricular IV normal CECT : Tampak enhancement dengan batas tegas pada lesi hipodens di lobus
parietal kiri. Dijumpai mass effect sehingga mengakibatkan midline shift ke kanan sejauh ±2 cm ukuran ± 8 x 5 cm
Kesan : Lesi hipodens kemungkinan suatu proses nekrosis DD:- Anaplastic Astrocytoma
- GBM
II.7.7 Hasil Konsul Bedah Saraf 5 Mei 2009
Diagnosa : Dx Tumor cerebri dengan hidrocephalus Terapi : dilakukan tindakan operatif; direncanakan menjalani tindakan pemasangan VP
shunt dan operasi tumor removal
Universitas Sumatera Utara
II.8. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Telah diperiksa seorang lelaki B, 22 tahun, Aceh, Islam, Wiraswasta, dengan keluhan utama nyeri kepala.
Dari anamnese didapati bahwa nyeri kepala telah dialami penderita sejak ± 2 tahun yang lalu dan memberat dalam 6 bulan ini, nyeri dirasakan os pada seluruh
kepala. Nyeri tidak berkurang dengan obat-obatan dan bertambah berat jika batuk, bersin serta berbaring. Diikuti dengan lemah lengan dan tungkai kanan sejak 5 bulan
yang lalu, diawali dengan rasa kebas, juga disertai dengan penglihatan yang semakin berkurang
Dari hasil pemeriksaan fisik dijumpai sensorium compos mentis, vital sign dalam batas normal. Hasil pemeriksaan neurologis didapatkan Papil edema OD dan
papil atrofi OS, Parese N.VII UMN dextra, peningkatan refleks fisiologis lengan dan tungkai kanan serta hemiparese dextra.
Dari hasil pemeriksaan penunjang dijumpai Head CT-scan menunjukkan Lesi hipodens kemungkinan suatu proses nekrosis di diagnosis banding dengan Anaplastic
Astrocytoma Glioblastoma Multiforme.
II.9. DIAGNOSA AKHIR
Secondary headache + Hemiparese dextra + Blindness + Parese N.VII UMN dextra
ec Glioblastoma Multiforme
II.10. PROGNOSA
- Ad vitam : dubia ad malam
- Ad functionam : dubia ad malam - Ad sanationam : dubia ad malam
Universitas Sumatera Utara
III. TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFENISI
Glioblastoma multiforme terdiri dari 2 suku kata yaitu glioblastoma berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata glia yang artinya perekat, blasto artinya bertunas, dan oma
berarti tumor. Sementara multiforme berasal dari bahasa Latin yang berarti polimorfik.
7
III.2 EPIDEMIOLOGI
Tumor glial dijumpai pada 6-7 orang per 100.000 populasi di Amerika Serikat AS setiap tahunnya
7,8
. Glioblastoma Multiforme merupakan tumor primer terbanyak pada dewasa sekitar 12-15 dari seluruh kasus tumor intrakranial dan sekitar 50 -60 dari
seluruh tumor otak primer.
3
Insiden lebih tinggi dijumpai pada pria ratio kira-kira 1,6 : 1
9
. Tumor ini dapat terjadi pada semua umur namun puncaknya dijumpai antara usia 65 dan 74 tahun
8
. Di
Inggris, insiden GBM sekitar 7,53100000 penduduk dan terjadi pada usia 50-59 tahun. Faktor etnis dan geografis mempengaruhi insidensi GBM walaupun masih terdapat
bias dan pelaporan yang tidak konsisten. Di AS insidensinya lebih tinggi pada kulit putih dibanding etnis-etnis lain.
10
8
III.3 KLASIFIKASI
Tumor glial difus bervariasi dari very low grade astrositma, oligodendroglioma sampai extremely high grade glioblastome multiforme. Tumor low grade bertendensi
menjadi high grade. Klasifikasi WHO untuk tumor sistem saraf disusun dengan pendekatan melalui
gabungan dan hubungan morfologi, sitogenesis, genetik molekuler dan marker imunologi untuk membuat klasifikasi seluler yang dapat diterima mempunyai nilai prognostik.
7
11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.Klasifikasi WHO No.
WHO grade
Designation 1.
I Includes lesion with low proliferative potential, a frequently
discrete nature and the possibility of cure following surgical resection alone.
2. II
Includes lessions that generally infiltrating and low in mitotic activity but recur. Some tumor types tend to
progress to higher grades of malignancy
3. III
Includes lesions with histologic evidence of malignancy, generally in the form of mitotic activity, clearly expressed
infiltrative capabilities and anaplasia
4. IV
Includes lesions that are mitotically active, necrosis prone and generally associated with a rapid preoperative and
postoperative evolution of disease.
Dikutip dari
: Adult Brain Tumors PDQ : Treatment.2006,Available from : http:www.nci.nih.govcancertopicspdqtreatmentadultbrainHealth Professionalpage2
Gambar 1. Gambaran histologis low grade astrositoma-glioblastoma multiforme
Dikutip dari :
Steven G.H.G.Brain tumors: Meningiomas and Gliomas. 2009. Available from : http:www.neurosciencereview.euindex.php?option=com_contentview=articleid
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Perbandingan Klasifikasi Astrositoma menurut WHO dan St Anne Mayo WHO
grade
WHO designation St Anne Mayo
designation Histological criteria
I Pilocytic
astrocytoma Astrocytoma grade 1 Rosenthal fibers, piloid cell
low grade difuse Zero criterion
II Diffuse astrocytoma Astrocytoma grade 2 One criterion, usually
nuclear atypica III
Anaplastic astrocytoma
Astrocytoma grade 3 Two criteria, usually nuclear atypical and mitosis
IV Glioblastome
multiforme Astrocytoma grade 4 Three or four criteria: the
two above plus endothelial proliferation and or necrosis
Dikutip dari : De Angelis LM, Leibel SA, Gutin PH, Posner JB. Intracranial Tumors Diagnosis and Treatment. London : Martin Dunitz : 2002.
III.4. PATOFISIOLOGI
Glioblastoma dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Glioblastoma
multiforme primer de novo terdapat mayoritas pada usia di atas 50 tahun. Ketika tumor
bermanifestasi secara de novo tanpa adanya bukti klinis ataupun histopatologik dan tanpa precursor
malignansi maka gejala klinis akan muncul dalam waktu kurang dari 3 bulan.
13
Glioblastoma multiforme sekunder 40 secara tipikal berkembang pada pasien yang lebih muda 45 tahun melalui perjalanan malignan dari astrositoma low grade
WHO grade II atau astrositoma anaplastik WHO grade III. Waktu yang dibutuhkan untuk progresifitas bervariasi, berkisar kurang dari 1 tahun sampai dengan lebih dari 10
tahun, rata-rata intervalnya 4-5 tahun. Semakin banyak bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa glioblastoma primer dan sekunder merupakan penyakit yang berbeda, mengenai
pasien dengan umur yang berbeda, dan berbeda respon terhadap beberapa terapi yang ada saat ini.
Beberapa faktor telibat dalam proses tumorigenesis yaitu aktifasi prooncogen, kehilangan tumor supressor gene, dan stimulasi oleh growth factor yang menyebabkan
kerusakan pada cell cycle.
13
Dari seluruh neoplasma astrositik GBM mengandung perubahan genetik yang terbanyak. Beberapa kelainan genetik yang dijumpai adalah :
4
Universitas Sumatera Utara
1. Mutasi genetik pada GBM pada awalnya dimulai dengan hilangnya kromosom 17p, 13q dan 22. Transisi low-grade glioma menjadi anaplastic astrocytoma diperentarai
hilangnya kromosom 9p. Perkembangan selanjutnya menjadi GBM diawali oleh hilangnya kromosom 10 q dan amplifikasi dari Epidermal growth factor receptor EGFR gene.
2. p53
4
Mutasi pada p53 terjadi pada sekitar 65 dari GBM sekunder dan hanya 10 pada GBM primer. Gen protein p53 menyebabkan siklus sel tertahan dan apoptosis sebagai respon
terhadap stres genotoxic
8
. Reaksi imunreaktif p53 juga berhubungan dengan kasus pada pasien usia muda.
3. Epidermal growth factor receptor EGFR gene
4
Gen EFGR terlibat dalam mengatur proliferasi sel. Overexpresi dan mutasi pada gen ini sering pada glioblastoma primer, dengan mutasi terjadi sekitar 40-50 pada tumor ini.
4. MDM 2
13
Amplifikasi atau overexpression dari MDM2 merupakan mekanisme alternatif dalm mengontrol perumbuhan sel dengan berikatan dengan p53 dan menghalangi aktifitasnya.
5. Platelet-Derived Growth Factor-alpha PDGF-alpha gene
13
Gen PDGF berperan sebagai mitogen utama untuk sel glia dengan berikatan pada reseptor PDGF. Amplifikasi dan overexpression PDGFR dijumpai pada 60 kasus GBM sekunder.
6. PTEN
13
Fungsi PTEN sebagai phospatase celluler adalah suatu tumor-supressor. Mutasi genetik PTEN akan menghilangkan aktifitas phospatasenya dan menyebabkan terjadinya proliferasi
tumor. Mutasi PTEN dijumpai 30 pada glioblastoma terutama glioblastoma primer. Mutasi genetik lainnya termasuk delesi P16 30-40, p16INK4A dan perubahan
protein retinoblastoma gene RB. Perkembangan GBM sekunder sering melibatkan loss of heterozygosity
LOH pada lengan kromosom 19, perubahan protein RB, mutasi PTEN, delesi pada colorectal-carcinoma gene DCC, dan LOH pada 10q.
13
13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Perubahan genetik pada astrositoma difus
Gambar 1. Genetic change in diffuse astrocytoma
Differentiated astrocytes or neuroepithelial precursor cells
Astrocytoma
Anaplastic astrocytoma
Secondary glioblastoma Primary glioblastoma de novo
Other primary glioblastoma including
giant cell glioblastoma
p53 Mutation 65 PDGF-A PDGFR-
α overexpression ~60
LOH 10PTEN DCC Loss of expression ~50
PDGFR- α amplification 10
LOH 19q ~65 RB alteration ~25
EGRF Overexpression, Amplification
MDM2 Amplification 10 overexpression ~50
p16 deletion 30-40
LOH 10qPTEN ~80 RB alteration
p53 mutation
? ?
Dikutip dari:
De Angelis LM, Leibel SA, Gutin PH, Posner JB. Intracranial Tumors Diagnosis and Treatment. London : Martin Dunitz : 2002.
III.5. PATOLOGI
Tumor GBM mempunyai gambaran yang beragam seperti corak keabu-abuan, kemerahan, kecoklatan bergantung pada derajat nekrosis dan adanya perdarahan lama atau
baru.
9
Penemuan histologis yang khas pada GBM adalah gambaran seluleritas yang besar, sel pleimorfis dan nuclear atypia. Astrosit yang dapat diidentifikasi dengan dijumpainya
gabungan fibril-fibril dengan bentuk sel primitif seperti giant cell tumor; hiperplasi sel endotel; nekrosis, perdarahan dan trombosis pembuluh darah. Gambaran histologis yang
bervariasi ini membedakan GBM dengan lower-grade anaplastyc astrocytoma.
9
Universitas Sumatera Utara
III.6. GAMBARAN KLINIS
1. Nyeri Kepala 30-50 Nyeri kepala bisa muncul unilateral pada sisi lesi tumor, akan tetapi dapat dengan cepat
diikuti dengan nyeri kepala menyeluruh yang menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial akibat massa, edema dan hidrosefalus.
2. Seizure 30-60
14
Seizure bergantung pada lokasi tumor dan dapat berupa simpel parsial, parsial kompleks atau umum.
3. Defisit neurologis fokal 40-60
3
Dapat berupa hemiparesis, gangguan sensorik, gangguan penglihatan afasia dan lain-lain. 4. Perubahan status mental 20-40
13
Perubahan kepribadian, perubahan mood, gangguan mental sulit berkonsentrasi merupakan tanda awal atau mungkin satu-satunya abnormalitas yang muncul.
13
III.7. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin sering negatif, tetapi penting untuk menyingkirkan proses metabolik atau infeksi pada pasien dengan onset kejang atau perubahan status
mental untuk yang pertama kali. 2.
CT Scan kepala
3
Pada glioblastoma memperlihatkan massa non homogen hipodens atau isodens yang bersamaan dengan edema yang mengelilinginya
1
. Dengan kontras memberikan gambaran lesi hipodens dengan pinggiran yang irreguler dengan peripheral ring like zone.
3. MRI
13,14
Pada MRI dijumpai gambaran GBM secara karakteristik mempunyai intensitas signal yang rendah pada T1 dan intensitas signal yang tinggi pada T2. Pada MRI dengan kontras,
gambaran T1 pada GBM mempunyai ciri adanya daerah sentral yang hipodensitas dikelilingi lingkaran enhance yang tebal dari tumor
1
4. Positron Emission Tomography PET .
Pemeriksaan PET dengan fluorodeoxyglucose digunakan untuk evaluasi pre-operatif dan follow-up terapi pasien GBM
1
. Amino Acid PET Imaging yang menggunakan
Universitas Sumatera Utara
methionin membedakan karakteristik antara low-high grade glioma dengan akurasi yang lebih baik dibanding fluorodeoxyglucose.
4. Pemeriksaan Histologis
7
Tumor GBM sangat heterogen dengan karakteristik derajat yang beragam dari seluleritasnya, pleomorphism, mitoses, proliferasi endothelial dan nekrosis
3
. Nekrosis merupakan gambaran yang paling penting pada GBM dan sering dijumpai proliferasi
mikrovaskular. 5. Elektroensefalografi EEG
13
Dijumpai perlambatan difus yang general dan spikes epileptogenic dijumpai pada daerah tumor namun tidak ada gambaran EEG yang spesifik pada GBM.
13
III.8. DIAGNOSA BANDING
1. Anaplastic astrocytoma
13
2. Cavernous malformation
3. Abses serebri
4. Limfoma saraf pusat
5. Ensefalitis
6. Perdarahan intraserebral
7. Oligodendroglioma
III.9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan GBM masih sulit. Pilihan terapi masih berupa terapi paliatif, dan meliputi tindakan bedah, radioterapi dan kemoterapi.
1. Medikasi
13
Pemberian deksametason 4 mg6jam untuk mengurangi edema disekitar tumor. 2.
Terapi operatif
9,14
Tindakan bedah pada GBM adalah incomplete debulking karena sifat tumornya yang sangat infiltratif dan tidak dapat direseksi total. Luasnya reseksi bergantung pada lokasi dan
keterlibatan area tertentu di otak
3
. Tindakan bedah lebih ditujukan untuk menegakkan
diagnosa patologis dan mengurangi efek massa dan bila memungkinkan dilakukan tindakan reseksi luas untuk memfasilitasi tindakan terapi ajuvan.
13
Universitas Sumatera Utara
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan terapi ajuvan yang paling efektif pada GBM dan dilakukan setelah operasi. Radioterapi memperpanjang survival dari 3-4 bulan menjadi 7-12 bulan.
Beberapa pilihan radioterapi pada GBM :
13
3.1 External Beam Radiation Dosis standar terapi external beam adalah 60 Gy terbagi dalam fraksi 1,7-2 Gy
perhari, 5 kali perminggu selama 6 minggu
3,4,15
. Sekitar 25 GBM mengalami penurunan ukuran besar tumor pada akhir terapi.
3.2 Stereotactic brachyterapy
3
Pada pasien yang mengalami rekurensi setelah radioterapi konvensional diindikasikan reseksi ulangan dan brachyteraphy. Brachytherapy dengan teknik stereotaktik
secara akurat menempatkan kateter yang mengandung isotop radioakif ke dalam massa tumo tanpa efek tumoricidal pada jaringan yang normal. Dosis yang diberikan sebesar 50- 60 Gy
sampai total dosis sebesar 110 – 120 Gy. 3.3 Stereotactic Radiosurgery
3
Teknik stereotactic radiosurgery digunakan pada tumor berukuran kecil kurang dari 4 cm menggunakan radiasi single high-dose fraction secara stereo yang mengarahkan
penyinaran secara tepat. Teknik radiosurgery lebih menguntungkan dibanding brachyterapy karena bersifat
non invasif sehingga dapat diberikan pada penderita yang tidak dapat dioperasi dan dengan penyakit penyerta yang serius.
3
3.4 Boron Neutron Capture Therapy BNCT
3
Metode BNCT masih dalam studi investigasi dan belum dipergunakan secara luas dan harganya mahal
3
. Terapi ini menggunakan thermal neutron yang digerakkan oleh reaktor. Neutron isotop boron 10 capture menjadi boron 11 yang bisa mengurangi energi di
lokasi tumor. 4. Kemoterapi
4
Kemoterapi memiliki efek signifikan memperpanjang survival pada GBM jika diberikan bersama dengan radioterapi setelah tindakan pembedahan. Rekomendasi terkini
menganjurkan reseksi semaksimal mungkin diikuti radiasi dan kemoterapi dengan temozolamide.
3
Universitas Sumatera Utara
The Food and Drug Administration FDA telah mengakui Temozolamide sebagai
obat yang bisa digunakan bersama dengan radioterapi dan juga sebagai terapi maintenance setelah radioterapi.
Temozolamide suatu aktif alkylating agent dipergunakan pada GBM yang baru didiagnosa
16
13
. Selama radioterapi diberikan temozolamide 75 mgm
2
selama 42 hari.
15
Studi fase III meneliti kemoterapi menggunakan alkylating agent oral temozolamide bersama radioterapi. Median survival 14,6 bulan untuk radioterapi dengan temozolamide
dan 12,1 bulan dengan radioterapi saja. Studi fase III lain yang meneliti penggunaan radioterapi dengan BCNU-polymer
wafers Gliadel wafers pada 240 pasien dibandingkan dengan plasebo didapatkan hasil
median survival 13,9 bulan dibanding plasebo 11,6 bulan
3
3,13
. Dosis BCNU 200 mgm
2
tiap 8 minggu dengan total dosis 1500 mgm
2
.
Gambar 3. Algoritma penatalaksanaan Astrositoma
7
Rich JN. Malignant Neural Tumors. In: Johnson RT, Griffin JW, McArthur JC, editors. Currrent Therapy in Neurologic Disease. 6
th
ed. St Louis : Mosby; 2002.p 253-56
5. Novel Drug Strategies Masalah utama penggunaan kemoterapi pada tumor otak adalah keterbatasan dalam
melewati Bloob Brain Barriers BBB. Untuk itu, metode novel digunakan untuk meningkatkan konsentrasi obat kemoterapi ke sel tumor.
13
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan obat-obat non-cytotoxic baru yang bekerja dengan berbagai mekanisme terhadap sel-sel pertumbuhan, invasi dan diferensiasi merupakan hal yang
menarik perhatian penelitian pada pasien glioma. Thalidomide adalah antiangiogenic agent yang menghalangi endotel vaskular growth
factor dan menunjukkan aktivitas anti tumor pada glioma malignan.
8
Metode novel yang lain adalah terapi biologi yakni Gene therapy
8
yang terdiri atas Suicide gene therapy
, Gene replacement dan Imunogene therapy. 7. Targeted Agents Therapy
8
Penatalaksanaan GBM sering gagal karena tumor yang sangat resisten terhadap kemoterapi konvensonal sitotoksik dan radioterapi. Perkembangan pengetahuan tentang
keterlibatan signaling pathway pada GBM telah menjelaskan terapi baru yang lebih potensial yakni tyrosin kinase inhibitor dan angiogenesis inhibitor sehingga dapat
memberikan terapi yang lebih baik pada pasien.
5
III.10. PROGNOSIS
Angka harapan hidup penderita GBM sekitar 1 tahun, 15-20 diatas 2 tahun dan kurang dari 5 yang mencapai lebih dari 3 tahun
7
. Angka mortalitas bergantung pada lokasi tumor, progresifitas, efek penekanan, luasnya daerah reseksi dan kemoterapi
adjuvan. Derajat histologi masih menjadi faktor prognostik yang terpenting namun faktor usia
pada saat diagnosis dan Karnofsky Performance Status KPS merupakan faktor penting lainnya.
3,7
Berbagai penelitian menunjukkan pasien dengan GBM yang memiliki survival rate 18 bulan berdasarkan usia. Usia kurang dari 40 tahun sebanyak 50, dimana usia 40-60
tahun sebanyak 20 dan usia diatas 60 tahun hanya 10.
3
Survival pasien GBM menurun seiring turunnya KPS dimana pada pasien dengan
KPS lebih dari 70 memiliki survival rate 18 bulan sebanyak 34 sedangkan yang nilai KPS nya dibawah 70 hanya 13 untuk survival rate yang sama.
3
3
Universitas Sumatera Utara
IV. DISKUSI KASUS