Kesimpulan SIKLUS NERACA KARBON HUTAN

62

2. Kesimpulan

4. Untuk menambah penambatan karbon, Indonesia harus lebih banyak menanam dan memanenkayu dari hutan. Antara hutan produksi dan hutan karbon tidak perlu dipertentangkan karena melalui hutan produksi karbon yang tersimpan dalam biomas sangat mungkin lebih banyak ketimbang karbon yang tersimpan dalam hutan karbon. 5. Hutan produksi memberikan dampak ekonomi yang lebih menguntungkan dibanding hutan yang melulu untuk karbon. Aktivitas ekonomi dapat terguncang hebat dengan dialihkannya hutan produksimenjadi hutan karbon. 6. Konstruksi rumah Indonesia masa depan seharusnya dari kayu, bukan dari tembok dan beton. Disampingmenyimpan lebih banyak karbon, rumah kayu lebih tahan gempa. Ini sangat cocok untuk Indonesia yang sering dilanda gempa. Pustaka Bigsby, H. 2009. Carbon banking: Creating flexibility for forest owners. Forest Ecology and Management, 2571:378 – 383. Corbera, E., Soberanis, C. G., and Brown, K. 2009. Institutional dimensions of payments for ecosystem services: An analysis of Mexico’s carbon forestry programme. Ecological Economics, 683:743 – 761. Galik, C. S. and Jackson, R. B. 2009. Risks to forest carbon offset projects in a changing climate. Forest Ecology and Management, 25711:2209 – 2216. Hunt, C. 2008. Economy and ecology of emerging markets and credits for bio-sequestered carbon on private land in tropical Australia. Ecological Economics, 662-3:309 – 318. Ingerson, A. 2009. Wood Products and Carbon Storage: Can Increased Production Help Solve the Climate Crisis? The Wilderness Society,Washington, D.C. 63 Perez-Garcia, J., Lippke, B., Comnick, J., and Manriquez, C. 2005. An assessment of carbon pools, storage, and wood products market substitution using life-cycle analysis results. Wood and Fiber Science, 37:140–148. Corrim Special Issue. Sedjo, R. and Sohngen, B. 2000. Forestry sequestration of CO2 and markets for timber. Discussion Paper 00-35, Resources for the Future. Skog, K. E. and Nicholson, G. A. 1998. Carbon cycling through wood products: The role of wood and paper products in carbon sequestration. Forest Product Journal, 4878:75–83. Tavoni, M., Sohngen, B., and Bosetti, V. 2007. Forestry and the carbon market response to stabilize climate. Energy Policy, 35:5346– 5353. Van Noordwijk, M., Suyamto, D. A., Lusiana, B., Ekadinata, A., and Hairiah, K. 2008. Facilitating agroforestation of landscapes for sustainable benefits: Tradeoffs between carbon stocks and local development benefits in Indonesia according to the fallow model. Agriculture, Ecosystems and Environment, 12698-112:5346–535 64 OUTLINE KARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYU KARBON DALAM RANTAI SUPLAI KAYU K A DALAM R ANTAI S UPLAI K AYU Sudarsono Soedomo ssoedomogmail.com Bogor Agricultural University Jakarta, 2 Juni 2010 1. PENGANTAR 2. RANTAI SUPLAI KAYU 3. KESIMPULAN 65 1. Dewasa ini, penjualan karbon yang ditambat oleh hutan dapat dilakukan dengan mempertahankan hutan tetap berdiri. Sementara pasar bagi karbon hutan adalah problematik, banyak upaya telah dilakukan untuk membuat pasar karbon berjalan, misalnya susunan kelembagaan Corbera et al., 2009, bank karbon untuk membuka kesempatan bagi pemilik hutan skala kecil Bigsby, 2009, penentuan harga karbon yang tersimpan dalam tegakan Hunt, 2008. 2. Dalam paper ini, saya akan menunjukkan bahwa pemanenan hutan dan pemanfaatan kayunya dengan bijaksana berpotensi meningkatkan jumlah karbon yang tersimpan dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Hubungan keduanya tidak harus trade-off, melainkandapat berjalan searah. 66 67 68 Pembicara Prof. Dr. Sofyan P.Warsito, Ph.D. Fakultas Kehutanan UGM POLITIK EKONOMI DALAM PERDAGANGAN KARBON 69 POLITIK EKONOMI DALAM PERDAGANGAN KARBON Oleh: Sofyan P.Warsito, Ph.D. Fakultas Kehutanan UGM PENYERAPAN KARBON ADALAH JASA LINGKUNGAN JL • Banyak jenis jasa lingkungan, ada yang sudah mencapai tahap komersial dan ada yang belum mencapai tahap itu. • Pertama: Jasa Lingkungan adalah salah satu bentuk economics goods and services. Apa itu ? Periksa gambar 1 dan 2. 70 A B Demand for oksigen oleh A Demand for oksigen oleh B Price O2 Price O2 Quan tity Gambar 1 A B Demand o ksigen oleh A Deman d oksigen ole h B Price O2 Price O2 Quantity Gambar 2 P-1 Q O2 P-2 71 •Kedua: Jasa Lingkungan adalah “public property”. Apa karakteristiknya ? •Ketiga: rendahnya Kebudayaan untuk menghargai dan memelihara bersama public property, mempengaruhi kinerja pengelolaan SDH. GAP ANTARA KEINGINAN DENGAN KENYATAAN • Sering diberitakan bahwa Indonesia memiliki potensi kuat dalam perdagangan karbon, sehubungan dengan potensi hutan Indonesia yang melimpah. • Melimpahnya hutan indonesia dikatakan sebagai yang akan ditingkatkan, terutama untuk ikut mendukung pengurangan emisi karbon yang 26 itu, dengan cara melaksanakan reboisasi dan pencegahan illegal logging. Premisnya: melaksanakan reboisasi tanpa penghilangan Illegal Logging adalah pemborosan ekonomi. 72 • Rebo isasi bisa m udah dilaksanakan, namun illeg al lo gging da n perambahan hu tan adalah re latif sulit dibrantas. Misalnya , bisakah d ilaksa nakan p enghentia n “peladangan be rpindah” yan g jelas m erup akan salah sa tu faktor pe ngura ng luas tu tupan hutan ? • Kemudia n, berkenaa n dengan pinjam pakai kawasan hutan PP nomor 2208, apa kah PP ini ad alah ko nsisten dengan komitm en Pem erintah dalam hal perdagangan karbon ? K alau tidak konsisten, apakah PP in i bisa ditinjau ulan g ? • Sehubungan d engan itu, d efinisi “reklamasi hutan ” semestinya didefinisikan ulan g. Beranikah itu ? • Berkenaan dengan RTRW di level manapun di level Propinsi atau Kabupaten, apakah akan terus dibiarkan dengan memasukkan variabel kawasan hutan ke dalam subyek perubahan. Bandingkan dengan Jawa, yang posisi kawasan hutan tetapnya relatif tidak bisa diubah sejak zaman Belanda 73 • Dengan pasar karbon yang belum terbentuk secara otomatis itu dikarenakan degree of scarcity penyerap karbon yang belum begitu menghawatirkan, tentu saja memerlukan negosiasi-negosiasi global. LoI Oslo Norwegia yang belum lama ini ditandatangani adalah merupakan berita baik bagi pasar karbon Indonesia. • Namun, perlu diperhatikan apakah LoI tsb adalah berita positif bagi Indonesia atau berita positif bagi Norwegia, atau keduanya. Perhatikan, kewajiban-kewajiban bagi Indonesia dalam LoI tsb yang adalah tidak mudah untuk dilaksanakan, yakni dalam hal mencegah kebocoran karbon oleh illegal logging dan konversi hutan baik yang legal maupun yang tidak. STRATEGI PERDAGANGAN KARBON • Produk barang dan jasa oleh SDH adalah joint product, ini berarti produk barang dan jasa SDH adalah dalam satu paket. Produksi berupa jasa penyerapan karbon adalah tidak terpisah dengan produksi jasa dan barang lainnya. Oleh karena itu, sebenarnya pembangunan SDH akan sekaligus menghasilkan jasa penyerapan karbon dan jasa hutan lainnya pengurangan resiko banjir dan kekeringan bentang alam adalah merupakan kepentingan ekonomi nasional 74 • Di fihak Pemerintah juga harus memberi contoh sayang hutan, misalnya bisakah kita memasukkan kembali ulang usulan pasal dalam PP yang mengatur bahwa hutan yang sudah disetujui bersama sebagai hutan tetap tidak bisa diubah oleh adanya perubahan RTRW seperti di Jawa ? • Pekerjaan reklamasi yang merupakan kewajiban pembangunan kembali hutan oleh yang berkewajiban, diusulkan agar indikator kinerja keberhasilannya bisa ditinjau kembali. • Apabila kita tidak mampu memenuhi kewajiban yang tersebut dalam LOI terutama yang menyangkut pencegahan terjadinya perusakan termasuk konversi hutan, tentunya harus merasa malu. • Langkah minimal yang berupa mempertahankan keberadaan hutan tetap di luar Jawa adalah langkah yang tidak memerlukan banyak biaya fisik lapangan, namun memerlukan usaha nyata bukan hanya slogan saja dari seluruh komponen bangsa. 75 Penutup • Perdagangan jasa lingkungan termasuk perdagangan karbon, adalah menyangkut efektifitas terbentuknya titik temu antara willingness to pay WTP dan willingness to accept WTA. Hukum ekonomi pasar baru bisa bekerja secara efektif apabila bekerjanya komponen penyusunnnya adalah sudah menjadi realitas. Selama suatu kejadian masih merupakan ramalan, maka selama itu pula pasar bebas karbon akan sangat sulit untuk terlaksana, artinya memerlukan negosiasi- negosiasi global yang tidak terlalu gampang. • Eksistensi Sumber Daya Hutan secara serentak memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan ekonomi bangsa paling tidak dalam hal penurunan resiko bencana alam. Oleh karena itu, sebenarnya kalaupun kita tidak terlalu sukses dalam perdagangan karbon, tidaklah merugi apabila pengelolaan hutan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.  Strategi pertama dan utama yang perlu diterapkan adalah keteladanan Pemerintah, dalam hal pencegahan konversi hutan untuk kepentingan apapun: a. Perubahan RTRW harus mengeluarkan kawasan hutan sebagai variabel perubahan, karena keberadaan hutan adalah ditentukan oleh bentang alam, bukan kepentingan lain. b. peninjauan ulang PP2 2008, dan c. segera deklarasikan kawasan hutan tetap di negeri ini sebelum unit-unit KPH ditetapkan. 76 Pembicara Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo Posisi Kelembagaan Kehutanan dan Kawasan Hutan di dalam Strategi Nasional Terkait Isu Karbon 77 Posisi Kelembagaan Kehutanan dan Kawasan Hutan di dalam Strategi Nasional TERKAIT Isu Karbon HARIADI KARTO DIHARDJO Seminar Dampak Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP terhadap Neraca Karbon dalam Kawasan Hutan, 2 Juni 2010 di J akarta P e n g a n t a r D i s k u s i Is i Pr e s en t a s i 1. Situasi Pengelolaan SDH 2. Penentu Deforestasi dan Degradasi dan Pembangunan Hutan 3. Evaluasi Program Pengurangan Emisi KemenHut 4. Masalah Kelembagaan 5. Strategi: 1. Posisi kawasan hutan dalam tata ruang nasional 2. Posisi kelembagaan kehutanan dalam strategi nasional 78 Si t u a s i Pe n g e l o l a a n SD H • 46,5 kawasan hutan 55,93 jt Ha tdk dikelola secara intensif. 30 jt Ha dikelola Pemda. • 17,6-24,4 jt Ha konflik: tumpang- tindih klaim, desakampung 16.755 desa di 15 prop, serta izin sektor lain. • Rendahnya insentif pelestarian hutan dan keadilan pemanfaatan SDH 25 juta penduduk miskin. 1 1. Program: PerUU, KPH, RTRW, data, anggaran, SDM 2. Soal birokrasi ekonomi biaya tinggi 3. Kapasitas dan prioritas rendah 4. Tidak ada dukungan politik terkait kepastian hak akses. La mpiran 1 PEN EN TU D D PEMB HTN • Konversi hutan alam berstatus HPK • Kepastian kawasan resolusi konflik • Pemberdayaan masyarakat • Pembangunan KPH • Iklim investasi dan birokrasi perijinan 2 1. TDK ADA KEBIJAKAN LINTAS SEKTOR Zero sum game: hutan, tambang, kebun, pemukiman penduduk; 2. TDK ADA INOVASI PER- UU TERKAIT KARBON; 3. TDK ADA MEKANISME RESOLUSI KONFLIK; 4. TIDAK ADA REFORMASI BIROKRASI; 5. Semua kebijakan BAU. 79

3. Pengelolaan hutan produksi lestari