PERKEMBANGAN HUTAN INDONESIA Prosiding Seminar Dampak

22 NERACA ATAU SIKLUS KARBON DI DALAM HUTAN Oleh: Dr. Ir. Bahruni

A. PERKEMBANGAN HUTAN INDONESIA

Tanah atau lahan negara merupakan sumberdaya penting untuk berbagai keperluan pembangunan nasional dan daerah. Adanya tata ruang yang mengatur alokasi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan, yang mengharmoniskan kepentingkan tujuan ekonomi, lingkungan ataupun kepentingan masyarakat secara luas merupakan prasyarat optimalisasi penggunaan ruang lahan. Alokasi lahan yang ditujukan untuk pembangunan kehutanan di atur dalam tata ruang wilayah nasional, akan memberikan kepastian status kawasan hutan dan sasaran pengurusan hutan dan kehutanan, dilakukan melalui penetapan dan pengukuhan kawasan hutan. Sesuai dengan fungsi utama setiap ekosistem hutan yang memiliki karakteristik tertentu ditetapkan untuk hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi yang akan membentuk hutan tetappermamen. Di samping itu ada kawasan hutan yang bersifat temporal yaitu hutan produksi yang dapat dikonversi HPK untuk berbagai kepentingan pembangunan. Tutupan lahan pada suatu kawasan hutan bisa berupa hutan dengan berbagai tingkatan kualitas, ataupun non hutan. Kondisi hutan ini akan menentukan besar kerapatan karbon di setiap hutan. Kebijakan pemanfaatan hutan alam yang umumnya dalam kondisi klimaks dilihat dari segi riwayat gangguan disebut hutan primer, menggunakan sistem silvikultur tebang pilih manajemen hutan tidak seumur. Salah satu karakteristik ekonomi dan manajemen hutan adalah adanya multi sifat dalam satu wujud tegakan. Sifat itu berupa produk yaitu kayu dan non kayu juga sekaligus sebagai pabrik yang menghasilkan produk itu. Pemanenan hasil kayu sekaligus menghilangkan pabriknya, yang dapat mengganggu ketersediaan sumberdaya hutan dalam jangka panjang. Berdasarkan data statistik kehutanan yang dibuat dan didokumentasikan oleh Ditjen Planologi, seperti dokumen neraca sumberdaya hutan NSDH 1998, 2002, 2005, peta deforestasi Indonesia periode 2003-2006, menunjukkan penurunan luas dan potensi hutan Indonesia. Banyak data dan pendapat yang menyatakan bahwa kerusakan hutan disebabkan kombinasi berbagai faktor. Faktor teknis manajerial, motif ekonomi yang tidak disertai kemauan mempertahankan ketersediaan hutan jangka panjang, tata 23 kelola dan regulasi yang tidak mampu menumbuhkan perilaku pengelolaan hutan yang baik, birokrasi yang yang belum efisien, karakter opportunis, ketidakpastian lahan masalah tenurial tata ruang dan lain-lain. Fakta bahwa hutan alam semakin berkurang sedangkan pembangunan hutan tanaman HTI relatif lambat dan keberhasilan reboisasi, penghijauan, rehabilitasi lahan dan hutan juga masih rendah. Pada tahun 2005 dari luas total 131, 65 juta ha, hutan primer hanya tersisa 35,85, sedangkan hutan sekunder mencapai 32,37 dan tidak berhutan cukup luas yaitu 31,78. Data luas kawasan hutan Indonesia menurut fungsi hutan tahun 2005 di Lampiran 1. Berdasarkan data Peta Deforestasi Indonesia Periode 2003-2006 dan data luas pada akhir tahun 2005 awal 2006, diestimasi laju deforestasi di setiap kondisi hutan hutan primer dan sekunder untuk masing-masing fungsi hutan. Secara umum deforestasi tertinggi terjadi di HP sebesar 0,8thn, sedangkan kondisi hutan yang tercepat terdeforestasi adalah hutan sekunder di HPK yaitu 1,77thn diikuti hutan sekunder di HP sebesar 1,16thn Tabel 1. Tabel 1. Analisis laju deforestasi Indonesia periode 2003-2006 a. Deforestasi terhadap luas total setiap fungsi hutan 2003- 2006 Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK Hutan primer 0,04 0,05 0,04 0,02 Hutan sekunder 0,21 0,35 0,63 0,43 Total 0,26 0,42 0,80 0,48 b. Deforestasi terhadap luas masing-masing kondisi hutan Deforestasi KSA+KPA HL HPT+HP HPK Hutan primer 0,08 0,11 0.16 0,07 Hutan sekunder 0,88 1,18 1.62 1.77 Total 0,26 0,42 0.80 0,48 Note: diolah dari informasi peta deforestasi Indonesia 2003-2006 Apakah perkembangan hutan yang semakin menurun ini, akan terus terjadi dengan kecepatan yang semakin cepat atau semakin melambatkah. Bagaimana pengaruh review Rencana Tata Ruang 24 Wilayah nasional dan propinsi, kabupatenkota terhadap kuantitas dan kualitas hutan Indonesia, untuk mendukung berbagai kelangsungan sistem produksi hutan dan industri berbasis hasil hutan, serta memberikan jasa ekologis skala lokal nasional dan global. Diantara jasa ekologis itu adalah penyerapan karbon pada hutan baru hutan tanaman maupun hutan alam. Sebagaimana diketahui perkembangan hutan dan stok karbon hutan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kepastian kawasan, melalui kemantapan tata ruang.

B. SIKLUS NERACA KARBON HUTAN