Latar Belakang Tujuan Waktu dan Tempat Pengertian Darah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan tipe antigen yang terdapat di dalam sel. Karl Landsteiner 1868–1943 mengelompokkan golongan darah manusia berdasarkan ada tidaknya aglutinogen, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. 1 Golongan darah A, jika eritrosit mengandung aglutinogen A dan aglutinin β dalam plasma darah. 2 Golongan darah B, jika eritrosit mengandung aglutinogen B dan aglutinin α dalam plasma darah. 3 Golongan darah AB, jika eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, dan dalam plasma darah tidak mengandung aglutinin. 4 Golongan darah O, jika eritrosit tidak mengandung aglutinogen A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin α dan β. Diastuti,2009 Antigen merupakan molekul yang menyebabkan pembentukan antibodi aglutinasi. Sementara aglutinogen adalah protein spesifik dalam membran plasma pada sel darah merah. Ferdinand Ariebowo, 2009.

1.2 Tujuan

Memahami prinsip pewarisan sifat pada makhluk hidup dengan mengetahui golongan darah manusia

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Desember 2014 di Laboratorium Biologi, Universitas Djuanda Bogor. BAB II TINJAU PUSTAKA

2.1 Pengertian Darah

Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa komponen, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Ferdinand Ariebowo, 2009. 1. Plasma Darah Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90 bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan.Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi. Plasma darah terdiri atas air dan protein darah 4 albumin, 2,7 globulin, dan 0,3 fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai antibodi terhadap adanya benda asing antigen. Zat antibodi adalah senyawa gama globulin yang terdapat dalam plasma darah dan berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh. Diastuti,2009 2. Sel darah merah Eritrosit Eritosit erythro = merah, cyto = sel tidak memiliki inti sel dan berbentuk bikonkaf sehingga memiliki luas permukaan yang besar. Pria rata-rata mempunyai eritrosit ± 5 juta per mm3 darahnya, sedangkan wanita mempunyai eritrosit ± 4,5 juta per mm3 darahnya. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu sebuah molekul kompleks dari protein dan molekul besi Fe. Setiap molekul hemoglobin dapat berikatan dengan empat molekul oksigen. Oksigen diperoleh ketika sel darah melewati kapiler-kapiler alveolus di paruparu. Hemoglobin kurang reaktif terhadap molekul karbon dioksida. Oleh karena itu karbon dioksida yang diperoleh dari sel lebih banyak larut dalam plasma darah. Hemoglobin tanpa darah Hemoglobin dengan oksigen Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen akan berwarna merah cerah. Adapun hemoglobin yang tidak berikatan dengan oksigen, berwarna merah gelap atau kebiru- biruan. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang. Misalnya, di tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas, dan tulang pinggul. Sel darah merah tidak mempunyai inti sel sehingga sel darah merah tidak dapat hidup lama. Sel darah merah hanya dapat hidup sekitar 120 hari. Setiap detik lebih kurang 2 juta sel darah merah dalam tubuh kita mati dan digantikan oleh yang baru. Sel darah yang mati atau rusak dikeluarkan dari sistem peredaran darah. Kemudian, masuk ke hati atau limfa untuk dipecah. Zat besi yang dikandung sel darah tersebut kemudian diangkut darah menuju sumsum tulang untuk dirakit kembali menjadi molekul hemoglobin yang baru hingga akhirnya terbentuk sel darah yang baru. Walaupun proses daur ulang tersebut memiliki nilai efisiensi yang tinggi, ada sebagian kecil zat besi yang dibuang dan digantikan melalui makanan. Pendarahan akibat kecelakaan atau menstruasi mengurangi zat besi yang disimpan. b. Sel darah putih Leukosit Sel darah putih tidak memiliki hemoglobin sehingga tidak berwarna merah, serta ukuran dan jumlah sel darah putih berbeda dengan sel darah merah. Perbandingan jumlah sel darah putih dan sel darah merah mencapai 1:500 hingga 1:1000. Artinya, terdapat 500 hingga 1000 sel darah merah untuk setiap satu sel darah putih. Ukuran sel darah putih lebih besar daripada sel darah merah. Sel darah putih memiliki inti sel sehingga dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sel darah putih berdasarkan karakteristik sitoplasmanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna yang bersifat netral. Sementara itu, eosinofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat asam, sedangkan basofil granulanya menyerap zat warna yang bersifat basa. Sementara itu, agranulosit merupakan kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula, terdiri atas limfosit dan monosit. Limfosit dinamai demikian karena sel ini terdapat juga pada cairan limfa. Adapun monosit merupakan sel darah putih yang berukuran besar. Sel darah putih dibentuk di limfa dan sumsum tulang. Secara umum, sel darah putih berperan dalam pertahanan tubuh. Sel darah putih akan mematikan organisme atau zat asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, terutama yang masuk melalui jaringan darah. Eosinofil dan monosit dapat bersifat fagositik terhadap sel asing, seperti sel bakteri dan sel kanker. Dalam melaksanakan fungsinya, monosit dapat membesar menjadi makrofag. Limfosit juga dapat menonaktifkan mikroorganisme asing yang memasuki tubuh. Berbeda dengan eosinofil dan monosit, limfosit bekerja spesifik dengan mengenali jenis mikroorganisme tertentu yang akan dinonaktifkan. Limfosit terdiri atas limfosit T yang dimatangkan di kelenjar timus, sedangkan limfosit B dimatangkan di sumsum tulang. c. Keping darah Keping-keping darah trombosit merupakan fragmen-fragmen besar sel yang disebut megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh. Seperti sel darah merah, keping-keping darah tidak mempunyai inti sel dan masa hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan dalam proses penghentian pendarahan. Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka tersebut. Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan jaringan yang terluka memicu pengaktifan trombin, sebuah enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang- benang fibrin. Molekul fibrin menempel satu sama lain, membentuk jaringan berserat. Jaringan protein fibrin ini, menghentikan aliran darah dan membuat darah menjadi padat, seperti gelatin ketika sudah dingin. Jaringan ini membuat sel darah merah terperangkap dan menambah kepadatan dari darah yang beku. Keping-keping darah menempel di bagian yang berserat dan mengeluarkan benang-benang yang lengket dan membuatnya merekat satu dengan yang lain. Dalam waktu setengah jam, keping- keping darah mengerut, menarik lubang untuk merapat, dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Aksi tersebut menghasilkan pembekuan yang padat dan kuat sehingga membuat luka merapat. Dengan cara inilah, dimulai penyembuhan luka. Ferdinand Ariebowo, 2009

2.2 Golongan Darah