GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA diponegoro
LAPORAN BIOLOGI
ACARA III
“GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”
NAMA
: ANNISA MAYA KURNIANINGRUM
NIM
: 120210102079
KELAS
:A
KELOMPOK : 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
I.
JUDUL
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II.
TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
penggolongan darah manusia
III.
DASAR TEORI
Golongan
darah
adalah
hasil
dari
pengelompokan
darah
berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah
merah (eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter,
dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang
bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem golongan darah,
namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada beberapa.
(Anonim, 2012. http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123)
Sistem golongan darah pada manuisa dibagi atas tiga macam, yaitu
sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan
tersebut didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel
darah merahnya dan zat anti (aglutinin). Menurut Barnstein (Jepang) dan
Furuhata (Jepang), golongan darah dikendalikan oleh sepasang gen.
(Bevilander, 1988:102)
a. Sistem ABO
Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi
aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam
sel yang membuat sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah).
Ada dua jenis antigen yakni tipe A dan tipe B. Oleh karena itu antigen
ini diwariskan, maka seseorang dapat memiliki salah satu atau kedua
antigen ini. Aglutinogen disebut zat spesifik golongan karena
digunakan untuk menentukan golongan darah A, B, dan O. Aglutinin
adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibody.
Dr. Karl Land Steiner, seorang ahli imunologi dan patologi bangsa
Australia (1868-1943) dan Donath adalah penemu perbedaan antigen
dan antibodi dalam sel darah manusia. (Subowo, 1992: 236)
Kita mengenal 4 macam golongan darah yaitu A, B, AB dan O.
Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat sel darah A dan
B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B, berikut kombinasi
yang mungkin terjadi:
1. Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada
plasmanya
2. Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada
plasmanya
3. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki
anti A maupun anti B pada plasmanya
4. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A
maupun anti B pada plasmanya
(Tim Dosen Pembina, 2013:11)
b. Golongan darah sistem MN
Golongan darah digolongkan menjadi 3 yaitu M, MN dan N.
Golongan darah ini pada tahun 1927 dikemukakan oleh Landsteiner
dan Lavine. Golongan darah MN disebabkan oleh adanya antigen M,
MN dan N. Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga
bila ditransfusikan dari golongan yang satu ke golongan yang lain
tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi bila antigen tersebut
disuntikan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat
antinya, sehingga bila serum kelinci yang mengandung zat anti ini
disuntikan ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Adanya antigen M ditentukan oleh gen IM dan adanya antigen
MN ditentuklan oleh gen IM IN, sedang adanya antigen-antigen N,
ditentukan oleh gen IN. Berdasarkan hal tersebut maka macam fenotif,
genotif dan kemungkinan macam gamet dari orang yang bergolongan
darah M, MN dan N seperti tampak pada tabel berikut
Fenotif golongan darah
M
Genotif Kemungkinan macam gamet
IM IM
IM
N
IN IN
IN
MN
IM IN
IM , IN
Tabel. Genotif dan kemungkinan macam gamet golongan darah
sistem MN
(Wiwik,
2010.
http://www.scribd.com/doc/31986947/22/Golongan-
darah-sistem-MN)
c. Sistem Rhesus (Rh)
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-).
Orang bergolongan Rhesus + memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada
eritrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki
antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen.
Lihat tabel berikut:
Golongan
Rhesus +
Rhesus -
Antigen
antigen Rhesus
-
Antibody
-
anti Rhesus
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap
golongan Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi
orang Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada
Rhesus + saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti
golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki
antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien memiliki
antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan
penggumpalan (aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa
menyebabkan kematian sang resipien.
(Anonim, 2013. http://biologimediacentre.com/sistem-transportasi-5golongan-darah-rhesus/)
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan
dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin A mengalami
aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung
aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A
atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O.
(Kimball, 1999)
IV.
METODE PENELITIAN
1.1. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Lanset (jarum steril)
b. Jarum pentul
c. Spidol
d. Gelas objek
e. Kertas putih
2. Bahan
a. Serum A dan B
b. Alkohol 70%
c. Kapas
d. Darah segar manusia
1.2. Cara Kerja
Dengan spidol, menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang
membagi gelas objek menjadi dua bagian yang sama
Di pojok kiri atas gelas objek tuliskan A dan di pojok kanan atas tuliskan
B
Meletakkan objek pada selembar kertas putih
Mencuci tangan sampai bersih, mengambil segumpal kapas dengan
pinset, mencelupkan ke dalam alcohol dan menggosok pada ujung jari
manis
Mebiarkan alkohol hingga mengering, menusuk bagian tersebut dengan
menggunakan lanset yang telah disterilkan
Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas objek
Menutup bekas tusukan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam
alkohol
Meneteskan segera serum anti A pada baigan A gelas objek, aduk sampai
merata dengan tusuk gigi
Meletakkan setetes anti B pada darah di bagian B gelas objek.
Melakukan juga seperti langkah diatas
Membandingkan kedua bagian A dan B pada gelas objek
Jika terjadi penggumpalan pada bagian A, maka bergolongan darah A
Jika terjadi penggumpalan pada bagian B, maka bergolongan darah B
Jika terjadi penggumpalan pada bagian A dan B, maka bergolongan
darah AB
Jika tidak terjadi penggumpalan, maka bergolongan darah O
V. HASIL PENGAMATAN
No Kel. Umur (th)
V.
Nama Probandus
Anti A
Anti B
Golongan
Darah
1
III
18
Devi Aprilia
-
-
O
2
I
19
Didin Dyah
ⱱ
ⱱ
AB
3
IV
19
Pandu Joyo
-
ⱱ
B
4
II
18
Swit Tanti
ⱱ
-
A
5
I
19
Eka Anjarwati
-
-
O
6
III
18
Zulva N.
-
ⱱ
B
7
IV
18
Rizky Maulidiyah
ⱱ
-
A
8
II
17
Miftah Karimah
ⱱ
-
A
PEMBAHASAN
Praktikum penggolongan darah menggunakan darah segar manusia
yang diambil dari setiap praktikan dari masing-masing kelompok.
Praktikan (probandus) mencuci tangan terlebih dahulu lalu mengambil
kapas yang dicelupkan ke dalam alcohol 70% dan menggosok kapas
tersebut pada jari manis.
Setelah kapas mengering, jari manis ditusuk dengan menggunakan
lanset yang telah disterilkan. Kemudian menempatkan setetes darah pada
gelas objek yang telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A dan
bagian B. Pada bagian A diteteskan serum anti A dan pada bagian B
diteteskan serum anti B. Kedua bagian diaduk dengan tusuk gigi dan
mengamati apakah terjadi perubahan pada kedua bagian atau tidak.
Dari hasil pengamatan, pada kelompok I probandus Didin Dyah,
dengan mengaduk serum anti A pada bagian A dan serum anti B pada
bagian B, terjadi penggumpalan darah pada kedua bagian tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa probandus dari kelompok satu memiliki golongan
darah AB. Hal ini terjadi karena seseorang yang memiliki golongan darah
AB, memiliki aglutinogen A dan B, teetapi tidak memiliki aglutinin. Saat
serum anti A bercampur dengan darah yang mengandung aglutinogen A
maka akan terjadi penggumpalan, dan saat serum anti B bercampur dengan
darah yang mengandung aglutinogen B maka akan terjadi penggumpalan.
Sehingga saat ditetesi serum anti A dan serum anti B, pada kedua bagian
terjadi penggumpalan.
Pada kelompok I dengan probandus Eka Anjarwati, dengan
pengadukan kedua bagian pada gelas objek, tidak terjadi perubahan
(penggumpalan) pada kedua bagian. Hal ini menujukkan bahwa probandus
memiliki golongan darah O. Hal ini terjadi karena saat serum anti A
bercampur dengan darah, tidak ada aglutinogen A yang bertemu dengan
serum tersebut, dan saat serum anti B bercampur dengan darah, tidak ada
aglutinogen
B
yang
bertemu
dengan
serum
tersebut
sehingga
menyebabkan kedua bagian objek tidak terjadi penggumpalan. Selain itu,
seseorang yang memiliki golongan darah O hanya memiliki aglutinin A
dan B, dan bukan aglutinogen A dan B. Hal ini juga berlaku untuk
probandus bernama Devi Aprilia dari kelompok III.
Pada percobaan selanjutnya adalah kelompok II dengan probandus
Swit Tanti, saat pengadukan serum anti A dengan darah probandus pada
bagian A gelas objek, terjadi penggumpalan, sedangkan pada pengadukan
serum anti B dengan darah probandus pada bagian B gelas objek, tidak
terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa probandus memiliki
golongan darah A. Hal ini terjadi karena saat serum anti A bercampur
dengan darah, aglutinogen A pada darah bertemu dengan serum tersebut,
sehingga menimbulkan penggumpalan pada bagian A. Sedangkan saat
serum anti B bercampur dengan darah, serum tersebut tidak bertemu
dengan aglutinogen B, sehingga tidak terjadi peubahan (penggumpalan)
pada darah. Jadi, seseorang yang memiliki golongan darah A memiliki
aglutinogen A dan aglutinin B.
Hal ini juga dialami oleh kelompok II probandus Miftah Karimah
dan kelompok IV probandus Rizky Maulidiyah.
Pada percobaan selajutnya adalah kelompok III dengan probandus
Zulfa Nurhayati, saat pencampuran serum anti A pada gelas objek bagian
A yang berisi darah probandus, tidak terjadi pengggumpalan, sedangkan
pada pengadukan serum anti B dengan darah probandus pada gelas objek
bagian B, terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa probandus
memiliki golongan darah B, karena saat serum anti A bercampur dengan
darah probandus pada gelas objek bagian A, tidak ada aglutinogen A yang
bertemu dengan serum tersebut, sehingga menyebabkan darah tidak
menggumpal. Sedangkan saat serum anti B dicampurkan dengan darah
pada gelas objek bagian B, aglutinogen B bertemu dengan serum anti B
yang menyebabkan darah menggumpal. Perlu diketahui bahwa seseorang
yang memiliki golongan darah B, hanya memiliki aglutinogen B dan
aglutinin A.
Selain probandus Zulfa Nurhayati, terdapat probandus yang
memiliki golongan darah B yaitu Pandu Joyo dari kelompok IV.
Golongan darah O disebut sebagai donor universal karena tidak
memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B yang menyebabkan
penggumpalan darah bagi resipien, melainkan hanya memiliki aglutinin A
dan B, sehinnga orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO
apapun. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Golongan darah AB disebut resipien universal karena memiliki
aglutinogen baik A maupun B, dan tidak memiliki aglutinin. Sehingga
apabila diberi zat anti A maupum zat anti B, golongan darah AB akan tetap
menggumpal. Orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun. Namun, orang
dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai bahwa
terdapat empat macam golongan darah, yaitu A, B, O dan AB. Golongan
darah tergantung pada aglutinogen dan agglutinin yang ada dalam darah,
cara untuk menentukan golongan darah yang dimiliki seseorang adalah
dengan memberi serum anti A dan anti B pada darah probandus, maka
dapat terlihat apakah terjadi penggumpalan atau tidak. Golongan darah A
mempunyai aglutinogen A dan aglutinin B. Golongan darah B mempunyai
aglutinogen B dan aglutinin A. Golongan darah AB tidak memiliki
aglutinogen, tetapi memiliki aglutinin A dan aglutinin B. Golongan darah
O memiliki kedua aglutinogen baik A maupun B, tetapi tidak memiliki
aglutinin, sehingga golongan darah O disebut donor universal dan
golongan darah AB disebut resipien universal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Golongan
Darah,
(http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123, diakses
tanggal 16 April 2013)
Anonim. 2013. Sistem Transportasi (5): Golongan darah Rhesus,
(http://biologimediacentre.com/sistem-transportasi-5-golongandarah-rhesus/, diakses tanggal 16 April 2013)
Biverlender, Bersit. 1988. Dasar- dasar Histologi Edisi 8. Jakarta:
Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember:
FKIP Universitas Jember.
Wiwik.
2010.
Biologi,
(http://www.scribd.com/doc/31986947/22/Golongan-darah-sistemMN, diakses tanggal 15 April 2013)
LAMPIRAN
ACARA III
“GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA”
NAMA
: ANNISA MAYA KURNIANINGRUM
NIM
: 120210102079
KELAS
:A
KELOMPOK : 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
I.
JUDUL
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II.
TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
penggolongan darah manusia
III.
DASAR TEORI
Golongan
darah
adalah
hasil
dari
pengelompokan
darah
berdasarkan ada atau tidaknya substansi antigen pada permukaan sel darah
merah (eritrosit). Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat, protein,
glikoprotein, atau glikolipid. Golongan darah manusia bersifat herediter,
dan sangat tergantung pada golongan darah kedua orang tua manusia yang
bersangkutan. Saat ini sudah dikenal puluhan sistem golongan darah,
namun sistem yang paling umum dikenal di dunia hanya ada beberapa.
(Anonim, 2012. http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123)
Sistem golongan darah pada manuisa dibagi atas tiga macam, yaitu
sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh). Ketiga penggolongan
tersebut didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel
darah merahnya dan zat anti (aglutinin). Menurut Barnstein (Jepang) dan
Furuhata (Jepang), golongan darah dikendalikan oleh sepasang gen.
(Bevilander, 1988:102)
a. Sistem ABO
Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan komposisi
aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam
sel yang membuat sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah).
Ada dua jenis antigen yakni tipe A dan tipe B. Oleh karena itu antigen
ini diwariskan, maka seseorang dapat memiliki salah satu atau kedua
antigen ini. Aglutinogen disebut zat spesifik golongan karena
digunakan untuk menentukan golongan darah A, B, dan O. Aglutinin
adalah substansi yang menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibody.
Dr. Karl Land Steiner, seorang ahli imunologi dan patologi bangsa
Australia (1868-1943) dan Donath adalah penemu perbedaan antigen
dan antibodi dalam sel darah manusia. (Subowo, 1992: 236)
Kita mengenal 4 macam golongan darah yaitu A, B, AB dan O.
Dalam sistem golongan darah terdapat dua macam zat sel darah A dan
B, serta dua macam plasma, yaitu anti A dan anti B, berikut kombinasi
yang mungkin terjadi:
1. Individu dengan A pada sel darah merahnya, memiliki anti B pada
plasmanya
2. Individu dengan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A pada
plasmanya
3. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, tidak memiliki
anti A maupun anti B pada plasmanya
4. Individu dengan A dan B pada sel darah merahnya, memiliki anti A
maupun anti B pada plasmanya
(Tim Dosen Pembina, 2013:11)
b. Golongan darah sistem MN
Golongan darah digolongkan menjadi 3 yaitu M, MN dan N.
Golongan darah ini pada tahun 1927 dikemukakan oleh Landsteiner
dan Lavine. Golongan darah MN disebabkan oleh adanya antigen M,
MN dan N. Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga
bila ditransfusikan dari golongan yang satu ke golongan yang lain
tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi bila antigen tersebut
disuntikan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat
antinya, sehingga bila serum kelinci yang mengandung zat anti ini
disuntikan ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Adanya antigen M ditentukan oleh gen IM dan adanya antigen
MN ditentuklan oleh gen IM IN, sedang adanya antigen-antigen N,
ditentukan oleh gen IN. Berdasarkan hal tersebut maka macam fenotif,
genotif dan kemungkinan macam gamet dari orang yang bergolongan
darah M, MN dan N seperti tampak pada tabel berikut
Fenotif golongan darah
M
Genotif Kemungkinan macam gamet
IM IM
IM
N
IN IN
IN
MN
IM IN
IM , IN
Tabel. Genotif dan kemungkinan macam gamet golongan darah
sistem MN
(Wiwik,
2010.
http://www.scribd.com/doc/31986947/22/Golongan-
darah-sistem-MN)
c. Sistem Rhesus (Rh)
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-).
Orang bergolongan Rhesus + memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada
eritrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki
antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen.
Lihat tabel berikut:
Golongan
Rhesus +
Rhesus -
Antigen
antigen Rhesus
-
Antibody
-
anti Rhesus
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap
golongan Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi
orang Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada
Rhesus + saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti
golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki
antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus - sebagai resipien memiliki
antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan
penggumpalan (aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa
menyebabkan kematian sang resipien.
(Anonim, 2013. http://biologimediacentre.com/sistem-transportasi-5golongan-darah-rhesus/)
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan
dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin A mengalami
aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung
aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A
atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O.
(Kimball, 1999)
IV.
METODE PENELITIAN
1.1. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Lanset (jarum steril)
b. Jarum pentul
c. Spidol
d. Gelas objek
e. Kertas putih
2. Bahan
a. Serum A dan B
b. Alkohol 70%
c. Kapas
d. Darah segar manusia
1.2. Cara Kerja
Dengan spidol, menarik garis tengah lurus pada sisi panjang yang
membagi gelas objek menjadi dua bagian yang sama
Di pojok kiri atas gelas objek tuliskan A dan di pojok kanan atas tuliskan
B
Meletakkan objek pada selembar kertas putih
Mencuci tangan sampai bersih, mengambil segumpal kapas dengan
pinset, mencelupkan ke dalam alcohol dan menggosok pada ujung jari
manis
Mebiarkan alkohol hingga mengering, menusuk bagian tersebut dengan
menggunakan lanset yang telah disterilkan
Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas objek
Menutup bekas tusukan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam
alkohol
Meneteskan segera serum anti A pada baigan A gelas objek, aduk sampai
merata dengan tusuk gigi
Meletakkan setetes anti B pada darah di bagian B gelas objek.
Melakukan juga seperti langkah diatas
Membandingkan kedua bagian A dan B pada gelas objek
Jika terjadi penggumpalan pada bagian A, maka bergolongan darah A
Jika terjadi penggumpalan pada bagian B, maka bergolongan darah B
Jika terjadi penggumpalan pada bagian A dan B, maka bergolongan
darah AB
Jika tidak terjadi penggumpalan, maka bergolongan darah O
V. HASIL PENGAMATAN
No Kel. Umur (th)
V.
Nama Probandus
Anti A
Anti B
Golongan
Darah
1
III
18
Devi Aprilia
-
-
O
2
I
19
Didin Dyah
ⱱ
ⱱ
AB
3
IV
19
Pandu Joyo
-
ⱱ
B
4
II
18
Swit Tanti
ⱱ
-
A
5
I
19
Eka Anjarwati
-
-
O
6
III
18
Zulva N.
-
ⱱ
B
7
IV
18
Rizky Maulidiyah
ⱱ
-
A
8
II
17
Miftah Karimah
ⱱ
-
A
PEMBAHASAN
Praktikum penggolongan darah menggunakan darah segar manusia
yang diambil dari setiap praktikan dari masing-masing kelompok.
Praktikan (probandus) mencuci tangan terlebih dahulu lalu mengambil
kapas yang dicelupkan ke dalam alcohol 70% dan menggosok kapas
tersebut pada jari manis.
Setelah kapas mengering, jari manis ditusuk dengan menggunakan
lanset yang telah disterilkan. Kemudian menempatkan setetes darah pada
gelas objek yang telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian A dan
bagian B. Pada bagian A diteteskan serum anti A dan pada bagian B
diteteskan serum anti B. Kedua bagian diaduk dengan tusuk gigi dan
mengamati apakah terjadi perubahan pada kedua bagian atau tidak.
Dari hasil pengamatan, pada kelompok I probandus Didin Dyah,
dengan mengaduk serum anti A pada bagian A dan serum anti B pada
bagian B, terjadi penggumpalan darah pada kedua bagian tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa probandus dari kelompok satu memiliki golongan
darah AB. Hal ini terjadi karena seseorang yang memiliki golongan darah
AB, memiliki aglutinogen A dan B, teetapi tidak memiliki aglutinin. Saat
serum anti A bercampur dengan darah yang mengandung aglutinogen A
maka akan terjadi penggumpalan, dan saat serum anti B bercampur dengan
darah yang mengandung aglutinogen B maka akan terjadi penggumpalan.
Sehingga saat ditetesi serum anti A dan serum anti B, pada kedua bagian
terjadi penggumpalan.
Pada kelompok I dengan probandus Eka Anjarwati, dengan
pengadukan kedua bagian pada gelas objek, tidak terjadi perubahan
(penggumpalan) pada kedua bagian. Hal ini menujukkan bahwa probandus
memiliki golongan darah O. Hal ini terjadi karena saat serum anti A
bercampur dengan darah, tidak ada aglutinogen A yang bertemu dengan
serum tersebut, dan saat serum anti B bercampur dengan darah, tidak ada
aglutinogen
B
yang
bertemu
dengan
serum
tersebut
sehingga
menyebabkan kedua bagian objek tidak terjadi penggumpalan. Selain itu,
seseorang yang memiliki golongan darah O hanya memiliki aglutinin A
dan B, dan bukan aglutinogen A dan B. Hal ini juga berlaku untuk
probandus bernama Devi Aprilia dari kelompok III.
Pada percobaan selanjutnya adalah kelompok II dengan probandus
Swit Tanti, saat pengadukan serum anti A dengan darah probandus pada
bagian A gelas objek, terjadi penggumpalan, sedangkan pada pengadukan
serum anti B dengan darah probandus pada bagian B gelas objek, tidak
terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa probandus memiliki
golongan darah A. Hal ini terjadi karena saat serum anti A bercampur
dengan darah, aglutinogen A pada darah bertemu dengan serum tersebut,
sehingga menimbulkan penggumpalan pada bagian A. Sedangkan saat
serum anti B bercampur dengan darah, serum tersebut tidak bertemu
dengan aglutinogen B, sehingga tidak terjadi peubahan (penggumpalan)
pada darah. Jadi, seseorang yang memiliki golongan darah A memiliki
aglutinogen A dan aglutinin B.
Hal ini juga dialami oleh kelompok II probandus Miftah Karimah
dan kelompok IV probandus Rizky Maulidiyah.
Pada percobaan selajutnya adalah kelompok III dengan probandus
Zulfa Nurhayati, saat pencampuran serum anti A pada gelas objek bagian
A yang berisi darah probandus, tidak terjadi pengggumpalan, sedangkan
pada pengadukan serum anti B dengan darah probandus pada gelas objek
bagian B, terjadi penggumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa probandus
memiliki golongan darah B, karena saat serum anti A bercampur dengan
darah probandus pada gelas objek bagian A, tidak ada aglutinogen A yang
bertemu dengan serum tersebut, sehingga menyebabkan darah tidak
menggumpal. Sedangkan saat serum anti B dicampurkan dengan darah
pada gelas objek bagian B, aglutinogen B bertemu dengan serum anti B
yang menyebabkan darah menggumpal. Perlu diketahui bahwa seseorang
yang memiliki golongan darah B, hanya memiliki aglutinogen B dan
aglutinin A.
Selain probandus Zulfa Nurhayati, terdapat probandus yang
memiliki golongan darah B yaitu Pandu Joyo dari kelompok IV.
Golongan darah O disebut sebagai donor universal karena tidak
memiliki aglutinogen (antigen) baik A maupun B yang menyebabkan
penggumpalan darah bagi resipien, melainkan hanya memiliki aglutinin A
dan B, sehinnga orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO
apapun. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Golongan darah AB disebut resipien universal karena memiliki
aglutinogen baik A maupun B, dan tidak memiliki aglutinin. Sehingga
apabila diberi zat anti A maupum zat anti B, golongan darah AB akan tetap
menggumpal. Orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun. Namun, orang
dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali
pada sesama AB-positif
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai bahwa
terdapat empat macam golongan darah, yaitu A, B, O dan AB. Golongan
darah tergantung pada aglutinogen dan agglutinin yang ada dalam darah,
cara untuk menentukan golongan darah yang dimiliki seseorang adalah
dengan memberi serum anti A dan anti B pada darah probandus, maka
dapat terlihat apakah terjadi penggumpalan atau tidak. Golongan darah A
mempunyai aglutinogen A dan aglutinin B. Golongan darah B mempunyai
aglutinogen B dan aglutinin A. Golongan darah AB tidak memiliki
aglutinogen, tetapi memiliki aglutinin A dan aglutinin B. Golongan darah
O memiliki kedua aglutinogen baik A maupun B, tetapi tidak memiliki
aglutinin, sehingga golongan darah O disebut donor universal dan
golongan darah AB disebut resipien universal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Golongan
Darah,
(http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=123, diakses
tanggal 16 April 2013)
Anonim. 2013. Sistem Transportasi (5): Golongan darah Rhesus,
(http://biologimediacentre.com/sistem-transportasi-5-golongandarah-rhesus/, diakses tanggal 16 April 2013)
Biverlender, Bersit. 1988. Dasar- dasar Histologi Edisi 8. Jakarta:
Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember:
FKIP Universitas Jember.
Wiwik.
2010.
Biologi,
(http://www.scribd.com/doc/31986947/22/Golongan-darah-sistemMN, diakses tanggal 15 April 2013)
LAMPIRAN