3. buat DFD tingkat 1satu : merupakan dekomposisi dari suatu proses di DFD tingkat 0
tentukan sub- proses dari proses yang akan di “break dwon” dari
tingkat 0 aturan yang lainnya sama dengan DFD tingkat 0
4. buat proses DFD tingkat 2dua dst : merupakan dekomposisi dari suatu proses di DFD tingkat sebelumnya
aturan yang digunakan sama dengan di DFD level sebelumnya dan setiap proses sudah melambangkan modul program aplikasi
2.4.4. Pengertian Istilah
Kalibrasi
Pengujian alat dengan cara diukur dibandingkan dengan standar yang sudah terklaibrasi secara nasional internasioanal. Kaliabrasi menghasilkan data
pengujian.
Verifikasi
Penilaian data kalibrasi dibnadingkan dengan syarat yang telah ditentukan. Verifikasi menghasilkan kesimpulan : memenuhi syarat tidak
Alat yang memenuhi syarat maka dapat dipergunakan Alat yang tidak memenuhi syarat maka diperbaiaki diganti
Sertifikat Kalibrasi
Surat keterangan dari lembaga kaibrasi terakreditasi yang menyatakan, bahwa alat sudah terkalibrasi.
Sertifikat kalibrasi dilemgkapi dengan data hasil klaibrasi.
Alat Uji Kalibrasi
alat yang dikalibrasi digunkan untuk kebutuhan proses
mempunyai parameter kalibrasi apabila alat tidak terkendali dapat mempengaruhi proses dan mutu
produk
Nilai Konvensional
nilai yang diakui secra Nasional Internasional nilai sebenarnya
diperoleh dari sertifikat kailbrasi
Penyetelan Alat
Bagian alat yang berfungsi untuk mengatur parameter tertentu Contoh :
prngaturan suhu pengaturan rpm
pengaturan waktu
Penunjukan Alat Ukur atau Uji Kalibrasi
Nilai atau harga yang ditunjukan oleh bagian penunjuk suatu parameter alat uji kalibrasi dan dapat terbaca
Kesalahan
Selisih darai penunjukan dengan nilai konvensional atau sebenarnya dari suatu paramenter alat.
persen Kesalahan
Perbandingan kesalahan alat terhadap nilai konvensional atau sebenarnya.
Factor Koreksi
Satuan nilai yang haris ditambahkan terhadap nilai alat untuk mengembalikan nilai penunjukan alat untuk mengembalikan penunjukan tersebut kepada nilai
yang sebenarnya atau konvensional.
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1. Sejarah PT Kimia Farma Persero Tbk
PT Kimia Farma Persero Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak di bidang kefarmasian, mulai dari produksi bahan
baku obat, produksi obat jadi, sampai pada pemasaran yang meliputi Apotek dan Pedagang Besar Farmasi PBF.
Pada tahun 1896, melalui akte notaris B.V. Houthuisen No. 12 tanggal 29 Juni 1896 di Bandung, didirikan sebuah pabrik kina oleh pemerintah Hindia
Belanda dengan nama Bandoengsche Kinine Fabriek N. V, yang mula-mula hanya menghasilkan garam kina dari kulit kina. Pengolahan pabrik kina ini kemudian
diserahkan pada Indische Combinatie Voor Chemische Industrie Inschen pada tanggal 14 Januari 1939 dan Inschen sendiri telah memiliki pabrik yodium di
Watudakon yang didirikan pada tahun 1926. Pada tahun 1942 dalam perang dunia II, pabrik kina Bandung dikuasai
oleh angkatan darat Jepang yang diberi nama Rikuyun Kinine Seizoshyo. Selama Jepang berkuasa pembuatan pil dan tablet kina masih dilakukan, tetapi hasil kina
tersebut diangkut ke Jepang dan sebagian lagi dikirim ke tempat-tempat lain untuk kepentingan Jepang dalam perang di Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri, yaitu
orang Indonesia, Jepang hanya menyediakan hasil pabrik yang disebut total kina, yaitu kina yang belum dipisahkan dari alkaloid-alkaloid lainnya.
Setelah Jepang dikalahkan Sekutu pada tahun 1945, pabrik kina diambil alih oleh pemiliknya, yaitu perusahaan swasta Belanda dengan nama
Bandoengsche Fabriek N. V pada tahun 1955, pabrik kina ini diserahkan pada Combinatie Voor Chemische Industrie dengan akte Mr. R. Soewardi No. 471954
tanggal 3 November 1954. Tahun 1958, sehubungan dengan adanya sengketa Irian Barat antara
Indonesia dan Belanda, maka semua perusahaan Belanda yang ada di Indonesia dikuasai oleh pemerintah RI dengan membentuk Badan Pimpinan Umum BPU
berdasarkan PP No. 23 tahun 1958. Berdasarkan UU No. 86 tahun 1958,