1 Wayang Golek dalam Kebudayaan Indonesia

5

BAB II TOKOH WAYANG GATOTKACA DALAM CERITA

MAHABHARATA

II. 1 Wayang Golek dalam Kebudayaan Indonesia

Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sasta, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan Layung Kuning, 2011, h.1. Wayang dalam pengertian “bayang-bayang” memberikan gambaran bahwa di dalamnya terkandung lukisan tentang berbagai aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain, alam, dan Tuhan, meski dalam pengertian harfiah wayang merupakan bayangan yang dihasilkan oleh “boneka-boneka wayang” dalam seni pertunjukan Darmoko, 1999, h.1. Wayang dalam pengertian “hyang”, “dewa”, “roh”, atau “sukma” memberikan gambaran bahwa wayang merupakan perkembangan dari upacara pemujaan roh nenek moyang bangsa Indonesia pada masa lampau Hazeu, 1979, h.51. Wayang adalah suatu kebudayaan yang telah ada pada masa sebelum kedatangan bangsa Hindu yang sejarahnya berhubungan dengan masuknya kebudayaan Hindu, Kristen, Islam, dan bangsa Cina ke Indonesia. Hal tersebut justru memperkaya corak pada wayang. Cerita wayang bersumber dari dua buah cerita yang ditulis dalam kitab asal negeri India yaitu Ramayana, dan Mahabharata yang merupakan karya dari penulis asal India yakni Valmiki dan Vyasa. Wayang merupakan salah satu media yang ampuh untuk menyampaikan pesan atau cerita yang sarat akan pelajaran hidup. Pada masa 6 penyebaran agama Islam setelah runtuhnya kerajaan Hindu-Budha yang lebih dikenal dengan masa Walisanga yaitu Sembilan Wali yang menyebarkan agama Islam di berbagai pelosok daerah di Indonesia, ada salah satunya yang menggunakan wayang purwa kulit untuk berdakwah untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat, beliau adalah Sunan Kalijaga yang adalah murid dari sunan Bonang. Ini merupakan contoh suatu pergeseran, yaitu kebudayaan wayang yang dipengaruhi oleh agama Islam karena awalnya wayang dibuat sebagai suatu ritual animism pada masa lalu dimana masih kuatnya pengaruh Hindu dalam kehidupan, hal ini berdampak positif dalam pengembangan wayang karena adanya penyesuaian kebudayaan yang mengikuti agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Indonesia sehingga masyarakat menyambut dengan baik adanya kebudayaan wayang tersebut dan tetap ada sampai sekarang meskipun perhatian masyarakat terhadap budaya tradisional mengalami penurunan karena banyaknya budaya baru yang masuk dan menjadi gaya hidup. Selain itu wayang pun memiliki kekuatan sebagai media pendidikan Amir, 1991, h.19 dan komunikasi. Wayang golek adalah wayang yang populer di tatar Sunda. Wayang yang berbahan dasar dari kayu ini ceritanya bersumber pada cerita sastra Ramayana dan Mahabharata karya Valmiki dan Vyasa. Wayang golek Sunda mengenal karakter Cepot, Dewala, Gareng, dan Semar atau disebut juga Pawongan. Tokoh tambahan yang tidak ada dalam cerita asli Mahabharata tersebut bersifat konyol, dan lucu yang berguna menghibur penonton wayang golek sebagai selingan dari benang merah cerita. Adapun tokoh Semar yaitu tokoh tambahan yang sering memberikan wejangan kepada tokoh seperti Arjuna dalam wayang golek, karena diceritakan Semar sebenarnya ialah seorang dewa yang ditugasi turun ke bumi dan sosoknya berubah. Wayang golek adalah wayang yang bersifat tiga dimensi sehingga bentuknya tetap proporsional ketika dilihat dari sudut manapun, hal itulah yang membuat gerakan wayang golek terlihat luwes seperti manusia sesungguhnya ketika adegan menari atau bertarung. 7 Jenis kesenian wayang golek memiliki fenomena tersendiri di dalam dunia kesenian. Keberadaannya masih terus dipertahankan agar tetap hidup sebagai salah satu keberagaman budaya Sunda, meskipun pementasannya dewasa ini sudah sangat langka dan terbatas pada tempat serta kesempatan tertentu saja. Bila mendengar nama Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, maka kita akan langsung dapat mengingat kesenian wayang golek yang merupakan salah satu warisan paling berharga untuk dilestarikan. Nilai-nilai luhur seni dan budaya Sunda. Wayang golek versi Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya cenderung bergaya kontemporer. Mengenai pegangannya pada pakem wayang dikaitkan dengan kreasinya yang disebut orang kontemporer seperti pada pertunjukkan wayang ketika dipukul kepalanya dapat mengeluarkan darah atau perkelahian antara Si Cepot dengan lawannya sampai “Buta” atau ketika lawannya mengeluarkan “mie”, Kang Asep mengemukakan bahwa hal itu tidaklah keluar dari pakem. Hal ini hanyalah merupakan suatu upaya visualisasi dengan cara memvisualkan cerita dalang-dalang terdahulu Cahya, 2000, h.36. Wayang golek sebagai kebudayaan tradisional Indonesia memiliki arti, dan fungsi yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Keberadaannya sejak dahulu memberikan manfaat positif yang beragam kepada masyarakat Indonesia selain wayang sebagai identitas bangsa Indonesia yang memiliki kebudayaan yang beragam dari setiap suku yang ada di dalamnya. Disamping itu wayang pun memiliki kekuatan sebagai media pendidikan dan komunikasi. Amir, 1991, h.19 - Sebagai pendidikan atau edukasi, nilai-nilai positif yang terdapat dalam cerita pewayangan sangat berguna untuk dipelajari guna dipraktekan kedalam kehidupan sehari-hari. Dan tokoh-tokoh dalam pewayangan mengandung falsafah Indonesia. Contohnya adalah perbuatan baik, kejahatan, kesalahan yang dilakukan manusia, kisah tentang Tuhan, Alam, dan lain sebagainya. 8 - Sebagai media komunikasi, wayang sangat ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan penting yang hendak disampaikan kepada masyarakat, contohnya seperti kampanye, penyuluhan, dan menyampaikan informasi-informasi lainnya. - Religi, Wayang dahulu dipagelarkan dalam upacara adat dengan tujuan untuk menolak bala ataupun untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat. Namun seiring berkembangnya masa ke masa wayang sering pula dipagelarkan untuk menyampaikan dakwah-dakwah Islam. - Sebagai hiburan, wayang merupakan kesenian yang dapat dinikmati oleh segala kalangan. Karena ceritanya bagus maka dapat memberikan hiburan yang menarik bagi masyarakat. Kerap dalam cerita pewayangan diselipkan humor-humor yang membuat penonton tertawa, dan sangat terhibur.

II. 2 Riwayat Hidup Gatotkaca dalam Kisah Mahabharata