bahwa semua anak, asal jiwanya sehat dianggap mampu bertanggung jawab dan dituntut
10
. Seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Pengadilan Anak, bahwa sanksi pidana anak adalah setengah dari orang dewasa, namun bagi
anak yang dianggap mampu bertanggungjawab tersebut masih tetap dimungkinkan untuk tindak pidana, terutama bagi anak yang sangat muda, anak
tersebut belum menyadari nilai mauun akibat serta ketercelaan dari tindakan yang ia lakukan, sehingga kesalahan ditiadakan, pengaturan atas perlindungan anak
termasuk sistem pemidanaan merupakan bagian dari perlindungan anak demi masa depan anak itu sendiri.
Soedarto menyatakan bahwa kebebasan hakim mutlak dibutuhkan terutama untuk menjamin keobjektifan hakim dalam mengambil keputusan. Hakim memberikan
keputusannya mengenai hal-hal sebagai berikut :
11
1. Keputusan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa melakukan perbuatan yang telah dituduhkan kepadanya;
2. Keputusan mengenai hukumnya, ialah apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan
dapat dipidana dan akhirnya; 3. Keputusan mengenai pidananya, apakah terdakwa memang dapat dipidana.
2. Konseptual
Konseptual adalah kerangka yang digunakan untuk menggambarkan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan
10
Tri Andrisman, Hukum Peradilan Anak. Universitas Lampung. 2011 ,hlm: 15
11
Sudarto. Hukum Pidana I.Yayasan Fakultas Hukum UNDIP. Semarang 1998. hlm: 74
dengan istilah yang diartikan atau diteliti baik dalam penelitian normatif maupun empiris.
12
a. Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap seseorang yang melakukan
tindak pidana.
13
b. Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum mencapai 18 delapan belas tahun dan belum
pernah kawin Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak .
c. Anak nakal adalah anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut
peraturan perundang-undangan maupun menurut perturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarkat yang bersangkutan Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak . d. Membantu adalah mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan Pasal 56 angka 2 tentang pembantu sesuatu kejahatan .
e. Pencurian adalah Barangsiapa mengambil barng sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana paling lama lima tahun dan
12
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, 1986. hlm: 132
13
Tri Andrisman, Hukum Pidana . Buku Ajar Universitas Lampung, 2009. hlm: 94
atau denda paling banyak enam puluh rupiah Pasal 362 tentang pencurian KUHP .
E. SITEMATIKA PENULISAN
Guna memudahkan dalam membaca dan memahami isi skripsi ini, maka penulis menyusun kedalam 5 lima bab yang isinya mencerminkan susunan dari materi
yang perinciannya sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang kemudian latar belakang tersebut ditarik permasalahan dan ruang lingkupnya, dalam bab ini juga
memuat tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan kerangka konseptual serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat hal-hal yang berhubungan dengan tinjauan pustaka yaitu tentang pengertian pertangungjawaban pidana, pengertian tindak pidana, pengertian anak,
pengertian membantu, pengertian tindak pidana pencurian, serta putusan pengadilan.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode penulisan, yaitu pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel dan metode pengumpulan data, serta
analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan yang memuat tentang analisis pertanggungjawaban pidana anak yang membantu pencurian
kendaraan bermotor dalam putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang Nomor 124Pid. 2011PT.TK dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak
pidana anak yang membantu pencurian kendaraan bermotor.
V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil penulis dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian
Tindak pidana merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran pidana yang merugikan kepentingan
orang lain atau merugikan kepentingan umum. Menurut Vos, tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh peraturan-peraturan undang-undang,
jadi suatu kelakuan pada umumnya dilarang dengan ancaman pidana.
14
Perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau perbuatan melanggar hukum pidana dan
diancam dengan hukuman.
15
Berdasarkan pendapat para sarjana mengenai pengertian tindak pidana dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana adalah harus
ada sesuatu kelakuan gedraging, kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang wettelijke omschrijving, kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak,
kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku, dan kelakuan itu diancam dengan hukuman.
14
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia, Universitas Lampung, 2009. Hlm 70
15
Tri Andrisman, Hukum Pidana , Universitas Lampung, 2009. hlm: 83
Pelaku adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak sengajaan seperti yang
diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, baik itu merupakan unsur-unsur subjektif
maupun unsur-unsur obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan tindak pidana tersebut timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena
gerakkan oleh pihak ketiga.
16
Melihat batasan dan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa orang yang dapat dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana dapat
dikelompokkan kedalam beberapa macam antara lain : 1. Orang yang melakukan dader plagen
Orang ini bertindak sendiri untuk mewujudkan segala maksud suatu tindak pidana.
2. Orang yang menyuruh melakukan doen plagen Dalam tindak pidana ini perlu paling sedikit dua orang, yakni orang yang
menyuruh melakukan dan yang menyuruh melakukan, jadi bukan pelaku utama yang melakukan tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya
merupakan alat saja. 3. Orang yang turut melakukan mede plagen
Turut melakukan artinya disini ialah melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya paling sedikit harus ada dua orang yaitu yang melakukan
dader plagen dan orang yang turut melakukan mede plagen.
16
Barda Nawawi Arif , Sari Kuliah Hukum Pidana II. Fakultas Hukum Undip.1984, hlm: 37
4. Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian, penyalahgunaan kekuasaan atau martabat, memakai paksaan atau orang yang dengan sengaja membujuk
orang yang melakukan perbuatan. Orang yang dimaksud harus dengan sengaja menghasut orang lain, sedang hasutannya memakai cara-cara memberi upah,
perjanjian, penyalahgunaan kekuasaan atau martabat dan lain-lain sebagainya. Kejahatan yang dilakukan seseorang akan menimbulkan suatu akibat yakni
pelanggaran terhadap ketetapan hukum dan peraturan pemerintah. Akibat dari tindak pelanggaran tersebut maka pelaku kriminal akan diberikan sanksi hukum
atau akibat berupa pidana atau pemidanaan. Sanksi tersebut merupakan pembalasan terhadap sipembuat.
Pemidanaan ini harus diarahkan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan masyarakat. Pemidanaan merupakan salah satu untuk melawan keinginan-
keinginan yang oleh masyarakat tidak diperkenankan untuk diwujudkan pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana tidak hanya membebaskan pelaku dari
dosa, tetapi juga membuat pelaku benar-benar berjiwa luhur. Menurut Pasal 362 KUHP yang dimaksud dengan pencurian ialah “barangsiapa
mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.
Unsur tindak pidana pencurian Pasal 362 KUHP yaitu: 1. Unsur subjektif
Menguasai benda tersebut secara melawan hukum. 2. Unsur objektif
a. Barang siapa. b. Mengambil atau wegnemen yaitu suatu perilaku yang membuat suatu benda
berada dalam penguasaannya yang nyata, atau berada dibawah kekuasaannya atau didalam detensinya, terlepas dari maksudnya tentang apa yang ia inginkan
dengan benda tersebut. c. Sesuatu benda.
d. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
B. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana
Van Hammel menyatakan bahwa pertanggungjawaban yaitu suatu keadaan normal dan kematangan psikis yang membawa 3 tiga macam kemampuan
untuk:
17
a. Memahai arti dan akibat perbuatannya sendiri. b. Memahami bahwa perbuatannya itu tidak dibenarkan atau dilarang oleh
masyarakat.
17
Andi Hamzah. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia Jakarta, 1985 hlm:108.
c. Menetapkan kemampuan terhadap perbuatan-perbuatan itu sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban teorekensvatbaarhee mengandung
pengertian kemampuan atau kecakapan. Moeljatno menyatakan bahwa pertanggungjawaban pidana tidak cukup dengan
dilakukannya perbuatan pidana saja, akan tetapi di samping itu harus ada kesalahan, atau sikap batin yang dapat dicela, tenyata pula dalam asas hukum
yang tidak tertulis tidak dipidana jika tidak ada kesalahan green straf zonder schuld, ohne schuld keine strafe.
18
Pertanggungjawaban adalah sebagai suatu keadaan psychish sedemikian, yang membenarkan adanya penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari
sudut umum maupun dari orangnya.
19
Selanjutnya, dalam hukum pidana tidak semua orang yang telah melakukan tindak pidana dapat dipidana, hal ini terkait dengan alasan pemaaf dan alasan pembenar.
Alasan pemaaf yaitu suatu alasan tidak dapat dipidananya seseorang dikarenakan keadaan orang tersebut secara hukum dimaafkan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal
44, 48 dan 49 ayat 2 KUHP. Selain di atas, juga alasan pembenar yaitu tidak dapat dipidananya seseorang yang
telah melakukan tindak pidana dikarenakan ada undang-undang yang mengatur bahwa perbuatan tersebut dibenarkan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 48, 49
ayat 1, 50 dan 51 KUHP.
18
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana . Rineka Cipta Jakarta, 1983. hlm:37
19
Tri andrisman, Hukum Pidana . Universitas Lampung, 2009. hlm: 97