tindakan hakim, untuk menerima, memeriksa dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan.
Berdasarkan cara yang diatur dalam Pasal 1 ayat 9 KUHAP, tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas,
jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Hakim tidak boleh menolak perkara dengan
alasan tidak ada aturan hukumnya atau aturan hukumnya kurang jelas dikarenakan hakim dianggap mengetahui hukum.
Seperti yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, bahwa jika aturan hukum tidak ada maka hakim harus menggalinya dengan ilmu pengetahuan hukum, jika aturan hukum kurang jelas,
maka hakim harus menafsirkannya. Hakim sebagai pejabat Negara dan penegak hukum, wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam amsyarakat serta dalam mempertimbangkan berat atau ringannya suatu pidana. Hakim wajib mempertimbangkan pula sifat yang baik dan
jahat dari terdakwa Pasal 28 UU Nomor 4 tahun 2004 Juncto UU Nomor 48 tahun 2009.
Pada kenyataannya dalam praktik, walaupun telah bertitik tolak dari sikap-sikap seseorang hakim yang baik, kerangka landasan berfikir atau bertindak dan melalui
empat buah titik pertanyaan dalam putusan hakim yaitu : benarkah putusanku ini, jujurkah aku dalam mengambil keputusan, adilkah bagi pihak
–pihak yang bersangkutan, bermanfaatkah putusanku ini. Hakim ternyata seorang manusia
biasa yang tidak luput dari kelalaian, kekeliruan rechterlijk dwaling, rasa rutinitas, kekurangan hati-hatian, dan kesalahan. Dalam praktik peradilan, ada saja
aspek-aspek tertentu yang luput dan kerap kurang diperhatikan hakim dalam membuat keputusan.
Putusan hakim merupakan sebuah mahkota atau puncak dari perkara pidana,
sudah tentu hakim mempertimbangkan aspek-aspek lainnya selain dari aspek yuridis sehingga putusan hakim tersebut lengkap mencerminkan nilai-nilai
sosiologis, filosofis, dan yuridis. Lazimnya dalam praktek peradilan, pada putusan hakim
sebelum pertimbangan
pertimbangan yuridis
dibuktikan dan
dipertimbangkan maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan kombinasi dari keterangan para saksi,
keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa dipersidangan. Fakta
–fakta yang terungkap ditingkat penyidikan hanyalah berlaku sebagai hasil pemeriksaan sementara, sedangkan fakta
–fakta yang terungkap dalam pemeriksaan sidang yang menjadi dasar-dasar pertimbangan bagi
keputusan pengadilan. Pada hakekatnya dengan adanya pertimbangan
–pertimbangan tersebut diharapkan nantinya dihindari sedikit mungkin putusan hakim menjadi batal demi hukum
van rechtswege nietig atau null and void karena kurang pertimbangan hukum. Selanjutnya setelah fakta-fakta dalam persidangan tersebut diungkapkan, pada
putusan hakim kemudian akan dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini berdasarkan pokok permasalahan dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.
Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari, melihat dan menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas
hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan permasalahan yaitu pertanggungjawaban pidana
anak yang membantu pencurian kendaraan bermotor. Pendekatan masalah secara yuridis normatif dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman tentang pokok bahasan yang jelas mengenai gejala dan objek yang sedang diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan atas kepustakaan dan literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Penelitian ini bukanlah memperoleh hasil yang dapat diuji melalui statistik, tetapi penelitian ini
merupakan penafsiran subjektif yang merupakan pengembangan teori-teori dalam kerangka penemuan-penemuan ilmiah.
20
Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat
secara objektif di lapangan, baik berupa pendapat, sikap dan perilaku hukum yang didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum.
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Jakarta. 1966, hlm 50
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan data lapangan dan data pustaka. Jenis data
pada penulisan ini menggunakan dua jenis data yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.
21
Dengan demikian data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Penulis akan mengkaji dan
meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian di Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Tanjung Karang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip dan literatur-literatur dengan
mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan- pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok penulisan,
yaitu pertanggungjawaban pidana anak yang membantu pencurian kendaraan bermotor.
Jenis data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat terdiri dari:
21
Prof. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Karya Bandung , 2004, hlm 170
1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1960 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa bahan hukum yang meliputi peraturan pelaksana, Kepres dan Peraturan Pemerintah.
c. Bahan hukum tersier, yaitu hasil karya ilmiah, hasil-hasil penelitian, kamus, literatur-literatur, koran, majalah dan sebagainya.
C. Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi atau universe adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.
Penentuan responden pada penulisan ini menggunakan metode pengambilan sampel secara purvosive sampling yang berarti bahwa dalam penentuan-penentuan
responden pada penulisan ini menggunakan metode pengambilan sampel secara purvosive sampling yang berarti dalam penentuan sampel disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan dianggap telah mewakili populasi.
Berdasarkan sampel diatas maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hakim pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang = 1 orang
b. Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Bandar Lampung = 1 orang c. Dosen Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung = 1 orang
d. Aktivis Lembaga Advokasi Anak = 1 orang = 4 orang
D. Posedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu
melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi, dengan cara membaca, mencatat dan mengutip buku-buku atau referensi yang berhubungan dengan
pertanggungjawaban pidana anak yang membantu pencurian kendaraan bermotor.
b. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer, adapun cara
mengumpulkan data primer dilakukan dengan metode wawancara terpimpin, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu dan
dilakukan secara langsung dengan responden.
2. Cara Pengolahan Data
Pelaksanaan pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu data yang diperoleh dari penelitian diperiksa dan diteliti kembali mengenai kelengkapan, dan kebenarannya sehingga terhindar dari kekurangan
dan kesalahan.
b. Interpensi, yaitu mehubungkan, membandingkan, dan menguraikan data serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, untuk kemudian ditarik suatu
kesimpulan. c. Sistematisasi, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan
pokok-pokok bahasan, sehingga memudahkan analisa data.
E. Analisis Data
Analisis akan dilakukan secara kualitatif, yaitu menggambarkan kenyataan- kenyataan yang ada berdasarkan hasil penelitian dengan menguraikan secara
sistematis untuk memperoleh kejelasan dan memudahkan pembahasan. Selanjutnya diinterpretasikan secara sistematis dengan permasalahan yang ada,
terutama berkaitan dengan analisis pertanggungjawaban pidana anak yang membantu pencurian kendaraan bermotor sehingga menemukan titik temu yang
kemudian untuk dapat ditarik suatu kesimpulan. Metode yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan ialah metode induktif yaitu suatu cara mengambil suatu
kesimpulan dari hal-hal bersifat hukum dan kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.