Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil.) DI PERSEMAIAN

DESTIA ARIANI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI PENELITIAN DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tanaman
Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Destia Ariani
NIM E44090044

* Pelimpahan

hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
DESTIA ARIANI. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan
Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian.
Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.
Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang digunakan untuk
mengendalikan erosi pada lahan yang terbuka, seperti lahan bekas tambang.

Tanaman penutup tanah yang tersedia saat ini seperti Centrosema pubescens,
Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, dan Mucuna sp. pada umumnya
merambat dan melilit sehingga perlu dikendalikan secara intensif. Oleh karena itu
perlu dicari alternatif jenis tanaman penutup tanah, yaitu tanaman yang memiliki
karakteristik tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang berada di sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengaruh tanaman
penutup tanah jenis legum dan rumput terhadap pertumbuhan jabon merah serta
mendapatkan informasi mengenai kecepatan tumbuh tanaman penutup tanah.
Penanaman jabon merah dengan tanaman penutup tanah pada satu polibag tidak
menurunkan pertumbuhan jabon merah, berdasarkan hasil sidik ragam pada
semua parameter yang digunakan pada pertumbuhan jabon merah memberikan
hasil yang tidak berpengaruh nyata. Tanaman penutup tanah yang memiliki
kemampuan hidup, kemampuan menutup lahan lebih cepat, dan termasuk jenis
potensial adalah Desmodium, karena memiliki persen hidup paling tinggi yaitu
72%, dan unggul pada pertumbuhan panjang batang primer serta jumlah cabang
dibandingkan dengan Arachis, dan Paspalum.
Kata kunci: Anthocephalus, Arachis, Desmodium, erosi, Paspalum

ABSTRACT
DESTIA ARIANI. The Influence of Cover Crops toward The Growth of Red

Jabon (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) Seedlings in The Nursery.
Supervised by IRDIKA MANSUR.
Cover crop is a plant that is used to control erotion on open land, such as exmining land. Recently, some of cover crops that available are Centrosema
pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, and Mucuna sp. In the
generally, they are creeped and enlaced so they should be controlled intensively.
Therefore it is needed to look for alternative types of cover crops, that does not
disturb another plants. The aim of this research are get information about the
influence of legumes cover crop and grass to the growth of red jabon, and get
information about growing speed of cover crop. Based on the analysis of variance
in all red jabon parameters, showed that planting red jabon with cover crop in the
same polybag do not reduce of red jabon growth. Cover crop who has life ability,
covered open area ability quickly, and include to the potential species is
Desmodium. Desmodium has the highest percentage of life about 72%, better in
the length of primary stem and total of branch than Arachis and Paspalum.
Keywords: Anthocephalus, Arachis, Desmodium, erotion, Paspalum

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil.) DI PERSEMAIAN


DESTIA ARIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap

Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus
macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian
: DESTIA ARIANI
: E44090044

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT , karena

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
November 2012 sampai dengan Februari 2013 ini ialah revegetasi lahan bekas
tambang, dengan judul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan
Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga, atas
do’a dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Destia Ariani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Rancangan Percobaan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Persentase Hidup Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Jabon Merah
Luas dan Jumlah Daun Jabon Merah
Pertumbuhan Panjang Batang Primer dan Jumlah Cabang Tanaman
Penutup Tanah
Jumlah Bintil Akar Tanaman Penutup Tanah
Berat Basah Pucuk dan Akar Jabon merah dan Tanaman Penutup
Tanah

Berat Basah Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Berat Kering Pucuk dan Akar pada Jabon Merah dan Tanaman
Penutup Tanah
Berat Kering Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Nisbah Pucuk Akar Jabon Merah dan Tanaman PenutupTanah
Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit Jabon Merah
PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vi
1
1
2
2
2
2
2

3
3
3
6
7
7
7
8
8
10
10
11
12
13
14
15
15
16
16
19

19
21

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam setiap parameter yang diamati pada
bulan setelah tanam (BST)
2 Persen hidup tanaman jabon merah setiap bulan setelah tanam (BST)
3 Persen hidup tanaman penutup tanah setiap bulan setelah tanam (BST)
4 Hasil pengukuran luas dan jumlah daun jabon merah pada akhir
pengamatan
5 Hasil penghitungan jumlah bintil pada tanaman legum pada 3 bulan
setelah tanam (BST)
6 Hasil pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah
7 Hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup tanah
8 Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman penutup
tanah
9 Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat
kering pucuk tanaman penutup tanah
10 Hasil pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman penutup
tanah

11 Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah
12 Hasil perhitungan rata-rata kekokohan dan indeks mutu bibit jabon
merah

7
8
8
10
12
12
13
13
14
15
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 Perbanyakan tanaman penutup tanah
2 Pertumbuhan tanaman jabon merah dan tanaman penutup tanah pada (a)
1 BST, (b) 2 BST, (c) 3 BST
3 Rata-rata pertumbuhan diameter jabon merah dari 0-3 bulan setelah
tanam (BST)
4 Rata-rata pertumbuhan tinggi jabon merah dari 0-3 bulan setelah tanam
(BST)
5 Perbandingan pertumbuhan bibit jabon merah (A) kontrol, (B) jabon
merah dan desmodium, (C) jabon merah dan kacang hias, (D) jabon
merah dan rumput pada 3 bulan setelah tanam (BST)
6 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah dari 2-3 bulan
setelah tanam (BST)
7 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap jumlah cabang selama 3 BST
8 Bintil akar pada (B) desmodium, (C) kacang hias
9 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap berat basah akar tanaman penutup tanah pada 3 BST
10 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap berat kering akar tanaman penutup tanah pada 3 BST
11 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah pada 3 BST

4
8
9
9

10

11
11
12
13
14
16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Revegetasi lahan bekas tambang adalah usaha untuk memperbaiki dan
memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan
pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011). Lahan yang
terbuka memerlukan jenis tanaman yang cepat tumbuh, baik jenis pohon maupun
tanaman penutup tanah agar dapat menutup tanah dengan cepat dan dapat
mengurangi erosi. Tanaman legum berupa pohon dan tanaman penutup tanah
cepat tumbuh dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik tanah,
meningkatkan infiltrasi tanah, dan mencegah erosi tanah pada lahan berlereng
(Purwanto 2010). Menurut Karyudi dan Siagian (2005) tanaman legum penutup
tanah yang umum ditanami sampai dengan sekarang adalah campuran dari
Pueraria javanica (Pj), Calopogonium mucunoides (Cm), Centrosema pubescens
(Cp) atau kacangan Calopogonium caeruleum (Cc). Kelemahan dari tanaman
penutup tanah tersebut salah satunya adalah melilit pada tanaman yang berada di
sekitarnya sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh
karena itu perlu dicari tanaman jenis alternatif untuk mengatasi masalah ini.
Menurut FAO (1988) desmodium (Desmodium heterophyllum (Willd.)
DC.) merupakan tanaman tahunan merambat yang memiliki akar pada setiap buku
batang pada setiap cabangnya sehingga dapat menjangkar tanah dengan kuat dan
dapat tumbuh menyebar serta menutup tanah. Arachis adalah jenis kacangkacangan yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah dan tergolong mudah
perawatannya. Salah satu jenis Arachis adalah kacang hias (Arachis pintoi
Krapov. & W.C. Greg.) yang sangat baik ditanam sebagai tanaman penutup tanah,
bahan hijauan pakan ternak, tanaman hias, dan pengontrol erosi pada lahan miring
(Maswar 2004). Tanaman penutup tanah lainnya adalah jenis rumput (Paspalum
conjugatum P.J. Bergius) tanaman ini termasuk gulma umum yang bermanfaat
untuk mengurangi erosi tanah pada lahan yang miring, selain itu tanaman ini juga
sering dimanfaatkan untuk makanan ternak (Nasution 1984).
Benih untuk ketiga jenis tanaman penutup tanah alternatif tersebut saat ini
belum tersedia, sehingga perbanyakan dilakukan melalui stek. Penanaman
tanaman penutup tanah dengan stek secara langsung di lapangan tidak praktis dan
memerlukan biaya yang besar untuk lahan yang luas. Oleh karena itu dalam
penelitian ini dicoba untuk melakukan penanaman tanaman penutup tanah
bersama-sama dengan bibit pohon jabon merah (Anthocephalus macrophyllus
(Roxb.) Havil) dalam satu polibag. Jabon merah adalah jenis pohon cepat tumbuh
yang mampu tumbuh di lahan-lahan terbuka termasuk lahan bekas tambang.

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah jenis legum
dan rumput terhadap pertumbuhan jabon merah
2. Mendapatkan informasi mengenai kecepatan tumbuh tanaman penutup tanah
yang ditanam bersama jabon merah.

Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan jenis tanaman penutup tanah yang potensial sebagai alternatif
jenis-jenis tanaman penutup tanah yang melilit
2. Mendapatkan teknik budidaya tanaman penutup tanah secara vegetatif.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Tanaman penutup tanah dari jenis-jenis legum dapat meningkatkan
pertumbuhan bibit jabon merah, sedangkan rumput dapat menurunkan
pertumbuhan bibit jabon merah.
2. Ketiga jenis tanaman penutup tanah memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama empat bulan dari bulan November 2012 sampai
dengan Februari 2013. Perbanyakan tanaman penutup tanah dilakukan selama
enam bulan dari bulan Juni sampai dengan November 2012. Penelitian respon
pertumbuhan bibit dilaksanakan di persemaian bagian Silvikultur, Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

3

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bibit sosis jabon
merah yaitu bibit yang disapih pada media yang berukuran kecil, tidak
menggunakan polibag namun menggunakan plastik bening yang dipotong
berukuran ± (4 x 3) cm yang didapat dari SEAMEO BIOTROP, tanaman penutup
tanah jenis desmodium yang berasal dari Tanjung, Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan, kacang hias yang berasal dari Taman Rektorat IPB, dan
rumput bambu yang berasal dari bawah tegakan jabon di Desa Cihideung Ilir,
Kabupaten Bogor. Bahan pendukung antara lain pupuk kompos, pupuk NPK,
tanah, air untuk menyiram tanaman, kertas kuarto, kertas koran, dan lidi.

Alat
Alat yang digunakan terdiri dari bak tanam, kamera, embrat, label, spidol
permanen, meteran/penggaris, kaliper, timbangan dengan ketelitian 10-2, oven.
Selain itu juga diperlukan alat tulis, kalkulator, dan tally sheet pengamatan.

Prosedur

Stek Tanaman Penutup Tanah
Perbanyakan tanaman penutup tanah dilakukan secara vegetatif yaitu
dengan stek batang. Perbanyakan tanaman dengan stek dilakukan selama 6 bulan
sehingga dapat mencukupi untuk kebutuhan penelitian. Media yang digunakan
dalam perbanyakan tanaman penutup tanah adalah kombinasi tanah dan kompos
dengan perbandingan 2:1.

Penyapihan Tanaman Penutup Tanah dan Jabon Merah
Bibit jabon merah dalam bentuk sosis disapih dan ditanam pada polibag
berukuran 20x20 cm. Masing-masing tanaman penutup tanah yang telah berumur
6 bulan (Gambar 1), kemudian disapih dengan menyetek batang dan ditanam pada
polibag yang sudah ditanami bibit jabon merah yaitu pada ketiga perlakuan selain
kontrol. Media sapih yang digunakan yaitu campuran tanah dan kompos dengan
perbandingan 2:1.

4

Gambar 1 Perbanyakan tanaman penutup tanah

Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak 1–2 kali sehari. Selain itu juga
dilakukan pemberantasan gulma lain dengan pengecekan setiap hari. Pemberian
pupuk NPK dilakukan pada awal bulan ke-3 dengan dosis pupuk sama pada
semua perlakuan yaitu 3 gram/polibag.

Pengamatan dan Pengukuran
Parameter yang diamati pada penelitian ini untuk dua obyek, pada tanaman
jabon merah terdiri dari diameter bibit, tinggi bibit, jumlah daun, luas daun,
kekokohan bibit, dan indeks mutu bibit. Pada tanaman penutup tanah yaitu
panjang batang primer, jumlah bintil akar, dan jumlah cabang, dan parameter yang
diukur serta diamati pada keduanya yaitu berat basah pucuk, berat basah akar,
berat basah total, berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total, nisbah
pucuk akar, dan persentase hidup tanaman.

Persen Tumbuh Tanaman
Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat
dengan jumlah tanaman yang ditargetkan dikalikan 100%.

5

Diameter dan Tinggi Bibit Jabon Merah
Pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali, mulai bibit berumur 1 bulan
sampai berumur 3 bulan di lapangan dan telah diukur diameter dan tinggi
awalnya. Diameter bibit diukur 1 cm di atas permukaan tanah yang telah diberi
tanda dengan menancapkan lidi pada ketinggian 1 cm. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan kaliper, sedangkan pengukuran tinggi menggunakan
meteran/penggaris dari pangkal hingga ujung tanaman.

Jumlah dan Luas Daun Jabon Merah
Pengukuran pada daun,selain pengukuran luas daun dilakukan juga
penghitungan jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada seluruh
bibit yang menjadi bahan penelitian, dan dihitung rata-rata jumlah daun pada
setiap bibit yang terdapat dalam satu polibag.
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran
dilakukan dengan mengambil setiap daun dari 100 polibag yang digunakan.
Langkah-langkahnya adalah menimbang kertas kuarto utuh untuk mendapatkan
berat kering (bk) dan menghitung luasannya (lk), menggambar daun masingmasing jenis tanaman dengan cara menjiplak daun secara utuh, kemudian
dipotong sesuai dengan ukuran daun, menimbang berat duplikat daun pada kertas
(bd), dan menghitung luas daun (ld) menggunakan rumus:
ld = lk x bd/bk

Berat Basah Pucuk, Akar, dan Total
Berat basah pucuk dan akar diukur pada akhir pengamatan dengan cara
memanen bagian tanaman. Berat basah pucuk diperoleh dengan menimbang
bagian batang dan daun secara langsung, sedangkan berat basah akar
menggunakan bagian akar tanaman yang sudah dibersihkan dari tanah. Berat
basah total didapatkan dengan menjumlahkan berat basah pucuk dan berat basah
akar.

Berat Kering Pucuk, Akar, dan Total
Berat kering didapatkan setelah bagian tanaman dipanen, dibungkus
menggunakan kertas koran, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C selama
48 jam (2 hari). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Berat kering total = Berat kering pucuk (g) + Berat kering akar (g)

Nisbah Pucuk Akar
Nisbah pucuk akar diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPA = Berat kering pucuk (g) / Berat kering akar (g)

6

Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit
Nilai kekokohan bibit diperoleh dari perbandingan tinggi dan diameter
bibit. Kekokohan Bibit = Tinggi bibit (cm)/ Diameter bibit (mm)
Angka indeks mutu bibit dihitung menurut rumus Dickson et al. (1960)
dalam Syamsi (2010).
Indeks Mutu Bibit =
Berat kering total bibit (g)
Tinggi bibit (cm) + Berat kering pucuk (g)
Diameter bibit (mm)
Berat kering akar (g)

Panjang Batang Primer Tanaman Penutup Tanah
Pengukuran panjang batang primer tanaman penutup tanah dilakukan
dengan mengukur batang primer dari pangkal sampai ujung tanaman
menggunakan meteran. Pada setiap polibag terdapat tiga tanaman penutup tanah
dengan masing-masing perlakuannya, data yang diolah merupakan data rata-rata
panjang dari ke-3 tanaman penutup tanah dalam setiap polibagnya.

Jumlah Cabang dan Bintil Akar
Penghitungan jumlah cabang dan bintil akar pada tanaman penutup tanah
dilakukan secara langsung pada akhir pengamatan. Penghitungan jumlah bintil
akar dilakukan pada tanaman penutup tanah jenis desmodium dan kacang hias.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu kontrol (hanya
jabon merah), kombinasi jabon merah dan desmodium, kombinasi jabon merah
dan kacang hias, serta kombinasi jabon merah dan rumput. Jumlah ulangan
sebanyak 5 kali, dengan 5 unit tanaman setiap ulangannya, sehingga jumlah
seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 100 bibit. Data-data parameter hasil
penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf nyata 5%
dengan menggunakan progam SAS 9.3.1. Apabila terdapat pengaruh yang nyata,
maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple
Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5%.
Model rancangan yang digunakan untuk pengujian pertumbuhan bibit di
persemaian menurut Walpole (1992) yaitu:
Yik = μ + αi + εik

7

Keterangan:
Yik : Nilai pengamatan faktor pemberian perlakuan taraf ke-i, ulangan ke-j
µ : Nilai rata-rata umum
αi : Nilai pengaruh faktor pemberian perlakuan taraf ke-i
εik : Nilai error faktor pemberian perlakuan taraf ke-i, ulangan ke-j
Analisis Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan hasil pengukuran pada
jabon merah dan tanaman penutup tanah. Data hasil pengukuran dianalisis
menggunakan progam Microsoft Office Excel, dan SAS 9.3.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Parameter pertumbuhan untuk jabon merah dan tanaman penutup tanah
telah diukur selama penelitian. Rekapitulasi hasil sidik ragam dari setiap
parameter pertumbuhan tanaman untuk jabon merah dan tanaman penutup tanah
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam setiap parameter yang diamati
pada 3 bulan setelah tanam (BST)
Parameter
Jabon merah:
Diameter; tinggi; jumlah daun; luas daun; berat basah
pucuk, akar, dan total; berat kering pucuk, akar, dan
total; nisbah pucuk akar
Tanaman penutup tanah:
Panjang batang primer, jumlah cabang, berat basah
akar, berat kering akar, dan nisbah pucuk akar
Jumlah bintil akar desmodium dan kacang hias; berat
basah pucuk, dan total; berat kering total; kekokohan
dan indeks mutu bibit

Kombinasi jenis tanaman
penutup tanah
tn

*
tn

Keterangan : *= berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%, tn= tidak berpengaruh nyata
menurut uji F pada taraf 5%.

8

Persentase Hidup Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan persen hidup tanaman jabon merah dan
tanaman penutup tanah, sedangkan Gambar 2 menyajikan kondisi jabon merah
dan tanaman penutup tanah pada 1, 2, dan 3 bulan setelah tanam (BST).

Tabel 2 Persen hidup tanaman jabon merah setiap bulan setelah tanam (BST)
Perlakuan
Kontrol (Jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput

Jumlah
25
25
25
25

Persen hidup tanaman (%)
0 BST
1 BST
2 BST
3 BST
100
100
96
76
100
100
92
76
100
96
88
68
100
92
80
64

Tabel 3 Persen hidup tanaman penutup tanah setiap bulan setelah tanam (BST)
Jenis tanaman penutup tanah
Desmodium
Kacang hias
Rumput

a

Jumlah
75
75
75

Persen hidup tanaman (%)
0 BST
1 BST
2 BST
100
98.76
88.00
100
92.00
84.00
100
92.00
61.30

b

3 BST
72.00
66.70
52.00

c

Gambar 2 Pertumbuhan tanaman jabon merah dan tanaman penutup tanah pada
(a) 1 BST, (b) 2 BST, (c) 3 BST

Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Jabon Merah
Parameter yang diukur pada pertumbuhan jabon merah adalah diameter dan
tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata
pada perttumbuhan diameter dan tinggi pada setiap BST. Rata-rata pertumbuhan
diameter dan tinggi dari 0-3 BST dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 5 menunjukkan perbandingan pertumbuhan jabon merah pada 3 BST.

9

Pertumbuhan diameter (mm)

8,00

6,00

Kontrol (jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput bambu

4,00

2,00

0,00
0

1

2

3

Umur tanaman (BST)

Gambar 3 Rata-rata pertumbuhan diameter jabon merah dari 0-3 bulan setelah
tanam (BST)

Pertumbuhan tinggi (cm)

16,00

12,00

Kontrol (jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput bambu

8,00

4,00

0,00
0

1

2

3

Umur tanaman (BST)

Gambar 4 Rata-rata pertumbuhan tinggi jabon merah dari 0-3 bulan setelah
tanam (BST)

10

Gambar 5 Perbandingan kondisi pertumbuhan bibit jabon merah (A) kontrol, (B)
jabon merah dan desmodium, (C) jabon merah dan kacang hias, (D)
jabon merah dan rumput pada 3 bulan setelah tanam (BST)

Luas dan Jumlah Daun Jabon Merah
Parameter luas daun digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman.
Luas daun dan jumlah daun jabon merah diukur dari semua perlakuan, dan hasil
penghitungan rata-rata luas dan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Hasil pengukuran luas dan jumlah daun jabon merah pada akhir
pengamatan

Perlakuan
Kontrol (Jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput

Rata-rata luas daun (cm²)
31.28
27.24
29.41
37.75

Rata-rata jumlah daun
7
5
6
6

Pertumbuhan Panjang Batang Primer dan Jumlah Cabang Tanaman
Penutup Tanah
Pertumbuhan yang diamati dan diukur pada tanaman penutup tanah salah
satunya adalah panjang batang primer. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan perlakuan kombinasi tanaman penutup tanah berpengaruh nyata (pada
taraf 5%) terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah pada 2 dan 3
BST. Kemampuan menutup tanah dari tanaman penutup tanah dari setiap
perlakuan disajikan pada Gambar 6. Parameter lainnya yang diukur pada tanaman
penutup tanah adalah jumlah cabang. Hasil sidik ragam pada Tabel 1
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, oleh
karena itu dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Gambar 7.

11

60,00
Panjang batang primer (cm)

51.76a

2 BST

3 BST

50,00
40,00
30,00

23.04b

22.80a

21.96b

20,00
7.25b

10,00

7.47b

0,00
Desmodium

Kacang hias
Jenis tanaman penutup tanah

Rumput

Gambar 6 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah dari 2-3 bulan
setelah tanam (BST) (huruf beda di belakang angka menunjukkan
pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)

60,00

50.20a
Jumlah cabang

50,00

39.40a

40,00
30,00
20,00

10.93b
10,00
0,00
Desmodium

Rumput
Jenis tanaman penutup tanah

Kacang hias

Gambar 7 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap jumlah cabang selama 3 BST (huruf beda di belakang angka
menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)

Jumlah Bintil Akar Tanaman Penutup Tanah
Jumlah bintil pada desmodium dan kacang hias disajikan pada Tabel 5.
Bintil akar yang terdapat pada desmodium dan kacang hias memiliki perbedaan
ukuran (Gambar 8).

12

Tabel 5 Hasil penghitungan jumlah bintil pada tanaman legum pada 3 Bulan
Setelah Tanam (BST)
Jenis tanaman penutup tanah
Desmodium
Kacang hias

Rata-rata jumlah bintil
88
63

Gambar 8 Bintil akar pada (B) desmodium, (C) kacang hias

Berat Basah Pucuk dan Akar Jabon merah dan Tanaman Penutup Tanah
Berat basah pucuk didapatkan setelah bagian pucuk tanaman yaitu daun dan
batang dipisahkan dari akarnya dan ditimbang. Tabel 6 menunjukkan hasil
pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah.

Tabel 6 Hasil pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah
Perlakuan
Kontrol (Jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput

Berat basah pucuk (g)
6.56
3.61
5.11
6.12

Berat basah akar (g)
0.97
1.08
1.30
1.68

Parameter berat basah pucuk dan akar juga diukur pada tanaman penutup
tanah. Berikut dapat dilihat hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup
tanah pada Tabel 7. Gambar 9 menunjukkan hasil uji Duncan untuk mengetahui
berat basah akar tanaman penutup tanah terbaik dari semua perlakuan. Jenis
tanaman penutup tanah yang terbaik yaitu rumput.

13

Tabel 7 Hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup tanah
Perlakuan
Jabon merah dan desmodium

Berat basah pucuk (g)
23.45

Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput

18.51
17.47

7,00

Berat basah akar (g)

6,00

5.92a
5.10a

5,00
4,00
3,00
2,00

1.34b

1,00
0,00
Rumput

Desmodium
Jenis tanaman penutup tanah

Kacang hias

Gambar 9 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap berat basah akar tanaman penutup tanah pada 3 BST (huruf
beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F
pada taraf 5%)

Berat Basah Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Berat basah total merupakan hasil penjumlahan dari berat basah pucuk dan
berat basah akar. Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman
penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman penutup
tanah
Perlakuan
Kontrol (Jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang hias
Jabon merah dan rumput

Berat basah total (g)
Jabon merah
Tanaman penutup tanah
7.54
4.69
28.54
6.41
24.43
7.79
18.80

14

Berat Kering Pucuk dan Akar pada Jabon Merah dan Tanaman Penutup
Tanah
Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat kering
pucuk tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 10
menunjukkan hasil uji Duncan terhadap berat kering akar tanaman penutup tanah.

Tabel 9 Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat kering
pucuk tanaman penutup tanah

Berat kering pucuk
(g)

Berat kering akar
(g)

Tanaman penutup
tanah
Berat kering pucuk
(g)

1.19

0.23

-

0.73

0.28

6.42

0.98

0.44

4.82

0.97

0.39

3.90

Jabon merah
Perlakuan
Kontrol (Jabon
merah)
Jabon merah dan
desmodium
Jabon merah dan
kacang hias
Jabon merah dan
rumput

1,80

Berat kering akar (g)

1,60

1.53a

1,40
1,20

0.91ab

1,00
0,80
0,60

0.32b

0,40
0,20
0,00
Kacang hias

Desmodium
Jenis tanaman penutup tanah

Rumput

Gambar 10 Pengaruh perlakuan terhadap berat kering akar tanaman penutup
tanah pada 3 BST (huruf beda di belakang angka menunjukkan
pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)

15

Berat Kering Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Pengukuran berat kering total baik jabon merah maupun tanaman penutup
tanah didapat dengan menjumlahkan hasil pengukuran berat kering pucuk dengan
berat kering akar. Pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman
penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman penutup
tanah
Perlakuan

Berat kering total (g)
Jabon merah
Tanaman penutup tanah

Kontrol (Jabon merah)

1.42

-

Jabon merah dan desmodium

1.01

7.33

Jabon merah dan kacang hias

1.41

6.35

Jabon merah dan rumput

1.36

4.22

Nisbah Pucuk Akar Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah
Nisbah pucuk akar merupakan nisbah antara berat kering pucuk dan berat
kering akar. Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah dapat dilihat pada
Tabel 11.

Tabel 11 Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah
Perlakuan

Nisbah pucuk akar

Kontrol (Jabon merah)

4.67

Jabon merah dan desmodium

3.27

Jabon merah dan kacang hias

2.25

Jabon merah dan rumput

3.27

Hasil uji Duncan pada Gambar 11 menunjukkan bahwa nisbah pucuk akar
ketiga jenis tanaman penutup tanah berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji Duncan
tersebut didapatkan bahwa jenis tanaman penutup tanah yang memiliki nisbah
pucuk akar tertinggi adalah rumput.

16

Nisbah pucuk akar (g)

14,00

13.10a

12,00
10,00

7.60b

8,00
6,00

3.55c

4,00
2,00
0,00
Rumput

Desmodium
Jenis tanaman penutup tanah

Kacang hias

Gambar 11 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah
terhadap nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah pada 3 BST
(huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata
menurut uji F pada taraf 5%)

Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit Jabon Merah
Kekokohan bibit merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter bibit,
dan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan hidup bibit,
sedangkan indeks mutu bibit merupakan perbandingan antara berat kering total
dengan kekokohan semai dan nisbah pucuk akar. Hasil perhitungan rata-rata
kekokohan bibit dan indeks mutu bibit jabon merah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil perhitungan rata-rata kekokohan dan indeks mutu bibit jabon
merah
Perlakuan
Kontrol (Jabon merah)
Jabon merah dan desmodium
Jabon merah dan kacang tanah
Jabon merah dan rumput

Kekokohan bibit
2.12
2.28
2.32
2.06

Indeks mutu bibit
0.19
0.20
0.31
0.28

Pembahasan

Ketiga jenis tanaman penutup tanah yang digunakan merupakan jenis
tanaman yang tidak melilit sehingga tidak akan menggangu pertumbuhan pohon
yang berada di sekitarnya. Selain mendapatkan informasi mengenai pertumbuhan
tanaman penutup tanah, dalam penelititan ini juga dilakukan pengukuran

17

pertumbuhan terhadap jabon merah, sehingga dapat diketahui pengaruh dari
penanaman tanaman penutup tanah terhadap pertumbuhan jabon merah.
Persen hidup tanaman jabon merah setiap BST mengalami penurunan hal ini
karena pada saat penelitian sering terjadi hujan, sehingga banyak tanaman yang
busuk dan akhirnya mati. Pada 3 BST didapatkan persen hidup tanaman tertinggi
pada kontrol dan kombinasi antara jabon merah dan desmodium yaitu sebesar
76%, dan terendah pada kombinasi jabon merah dan rumput sebesar 64%. Tabel 3
menunjukkan persen hidup tanaman penutup tanah tertinggi yaitu jenis
desmodium sebesar 72%, dan terendah yaitu rumput bambu sebesar 52%. Hal ini
berarti desmodium memiliki kemampuan hidup lebih tinggi apabila ditanam
secara bersamaan dengan tanaman jabon merah.
Berdasarkan hasil sidik ragam bahwa masing-masing perlakuan tidak
berpengaruh nyata baik terhadap pertumbuhan diameter, tinggi, jumlah daun, luas
daun, dan berat basah total jabon merah, maupun berat basah total tanaman
penutup tanah. Hal ini berarti bahwa tanaman penutup tanah dapat ditanam
bersama-sama bibit jabon merah tanpa mengganggu pertumbuhan jabon merah.
Jabon merah pada 1 dan 2 BST mengalami peningkatan pertumbuhan tinggi lebih
lambat dibandingkan pada 3 BST. Hal ini diduga karena jabon merah memiliki
sifat pertumbuhan yang lambat di awal tanam. Menurut Loveless (1991)
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor eksternal yang
berasal dari lingkungan (cahaya, status hara dan air).
Panjang batang primer dan jumlah cabang pada tanaman penutup tanah
merupakan variabel penting yang menggambarkan pertumbuhan dari tanaman
penutup tanah. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan
menghasilkan respon yang berpengaruh nyata terhadap panjang batang primer dan
jumlah cabang. Pertumbuhan panjang batang primer pada masing-masing
tanaman penutup tanah selama 2 BST dan 3 BST didapatkan rata-rata
pertumbuhan yang terus meningkat, setelah dilakukan uji lanjut Duncan diperoleh
hasil bahwa desmodium yang memiliki panjang batang primer dan jumlah cabang
terbesar, sedangkan kacang hias dan rumput bambu tidak berbeda nyata dan
memiliki kemampuan yang sama dalam memanfaatkan unsur hara dan faktor
lingkungan. Desmodium memiliki kemampuan tumbuh tercepat di antara yang
lainnya sehingga desmodium memiliki kemampuan lebih cepat juga dalam
menutup tanah.
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
hasil tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar pada desmodium dan
kacang hias, dan desmodium memiliki ukuran bintil akar yang lebih besar
dibandingkan dengan kacang hias. Menurut Arimurti et al. (2000), kemampuan
rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil
akar dan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau semakin banyak bintil
akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat. Semakin aktif
nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi tanaman, sehingga dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman (Martani dan Margino 2005). Hal ini berarti
desmodium dan kacang hias memiliki kemampuan yang sama dalam menambat
nitrogen.

18

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992), menyatakan bahwa 90% berat
kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan
menyebabkan rendahnya berat kering tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam
pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa perlakuan memberikan hasil tidak
berpengaruh nyata terhadap berat kering total tanaman baik pada jabon merah
maupun pada tanaman penutup tanah. Hal ini berarti jabon merah mengalami dan
memiliki hasil fotosintesis yang tidak berbeda.
Hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata pada nisbah pucuk akar tanaman jabon merah berarti bahwa
kondisi fisiologis pertumbuhan bibit tersebut sama. Berbeda dengan hasil sidik
ragam pada nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah, diperoleh hasil bahwa
perlakuan berpengaruh nyata pada nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah,
setelah dilakukan uji lanjut Duncan rumput bambu lebih unggul dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa kondisi fisiologis pertumbuhan
masing-masing tanaman penutup tanah berbeda.
Menurut Fandeli (1979) besaran nisbah pucuk akar dapat menunjukkan
kondisi fisiologi suatu tanaman, karena nilai tersebut tersusun atas nilai total
produksi pertumbuhan yaitu berat kering pucuk dan perakarannya. Besar kecilnya
nisbah pucuk akar dapat digunakan untuk mengetahui kondisi fisik tanaman yang
berhubungan dengan ketahanan semai bila dipindah ke lapangan, semakin
mendekati angka kisaran yaitu 4–5,5 maka semakin besar pula ketahanan hidup di
lapangan. Tabel 16 menunjukkan hasil pengukuran nisbah pucuk akar tanaman
jabon merah berada pada kisaran 2.25–4.67, kisaran tersebut menandakan bahwa
nisbah pucuk akar pada jabon merah dikatakan seimbang. Hal ini berarti bibit
jabon merah memiliki ketahanan hidup yang baik apabila dipindah ke lapangan.
Nisbah pucuk akar pada tanaman penutup tanah berada pada kisaran 3.55–13.10,
hal ini menunjukkan bahwa bagian pucuk tanaman berkembang lebih baik
dibandingkan dengan bagian akar tanaman.
Pertumbuhan tinggi dan diameter yang tidak bervariasi menyebabkan nilai
kekokohan bibit yang didapat tidak bervariasi pula, nilai kekokohan bibit berada
pada kisaran 2.06–2.31. Menurut Roller (1977) dalam Budiyadi (1994) nilai
kekokohan semai yang baik (ideal) adalah mendekati nilai 4–5. Pada penelitian ini
diperoleh nilai kekokohan semai rata-rata di bawah ideal karena pertumbuhan
tinggi semai tidak seimbang dengan diameternya. Hal ini bisa terjadi karena
adanya persaingan antar semai untuk mendapatkan sinar matahari, sehingga
pertumbuhan tingginya lebih cepat dari pada pertambahan diameter (Roller 1977
dalam Dirjosoemarto 1991).
Indeks kualitas bibit merupakan perbandingan antara berat kering total
dengan kekokohan bibit dan nisbah pucuk akar, indeks kualitas bibit dapat
dijadikan suatu parameter karena dapat menggambarkan sifat morfologis dan
fisiologis semai. Pada penelitian ini, perlakuan memberikan hasil sidik ragam
yang tidak berpengaruh nyata terhadap indeks kualitas bibit. Menurut Roller
(1977) dalam Dirjosoemarto (1991) menyatakan bahwa semai dalam
wadah/container dengan indeks kualitas semai lebih besar dari 0,009 akan lebih
mudah tumbuh setelah ditanam di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan
nilai indeks kualitas bibit lebih besar dari 0,009 yaitu 0.91–0.31 pada semua
perlakuan (Tabel 17), sehingga secara umum bibit sudah siap untuk ditanam di
lapangan.

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penanaman tanaman penutup tanah dengan jabon merah pada satu polibag tidak
menurunkan pertumbuhan jabon merah, hal ini terlihat dari hasil pengukuran
semua parameter dan sidik ragam yang dilakukan untuk pertumbuhan jabon
merah memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata.
2. Tanaman penutup tanah jenis desmodium, kacang hias, dan rumput bambu, di
antara ke tiga jenis tanaman tersebut yang memiliki kemampuan hidup tinggi,
kemampuan menutup lahan lebih cepat, dan termasuk jenis potensial adalah
desmodium, karena memiliki persen hidup paling tinggi yaitu sebesar 72%,
serta memiliki pertumbuhan panjang batang primer dan jumlah cabang yang
tinggi.

Saran

1. Pemupukan pada umur 1 dan 2 bulan setelah tanam perlu dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan jabon merah dan tanaman penutup tanah
2. Untuk aplikasi di lapangan selama di persemaian tanaman penutup tanah perlu
dipotong secara berkala untuk memudahkan pengambilan bibit dari persemaian
bila dibawa ke lapangan. Potongan-potongan tanaman ini dapat ditanam
kembali dalam polibag yang sama atau polibag lain untuk meningkatkan
kepadatan tanaman penutup tanah dalam polibag.

DAFTAR PUSTAKA
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1988. Arachis
pintoi Krapov. & W.C. Greg. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 16]. Tersedia
pada:
http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/HTML/Arachis
_pintoi_(Bahasa Indonesia).htm.
Arimurti S, Sutoyo, Winarsa R. 2000. Isolasi dan karakterisasi Rhizobia asal
pertanaman kedelai disekitar Jember. Ilmu Dasar. 1(2);39-47 [Internet].
[Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2012 Jun 23].
Tersedia pada: http://www.unej.ac.id/fakultas /mipa/pdf/sattya2.pdf.
Budiyadi A. 1994. Pengaruh komposisi medium campuran gambut-serbuk
gergaji dan aras pemupukan NPK terhadap pertumbuhan semai Eucalyptus
urophylla [skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada.

20

Dirdjosoemarto S. 1991. Penerapan nilai pertumbuhan akar sebagai tolak ukur
mutu bibit tanaman hutan industri [skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Fandeli C. 1979. Studi besaran angka “top root ratio” sebagai petunjuk kualitas
semai Pinus merkusii Junght et de Vriese [skripsi]. Yogyakarta (ID):
Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Goldsworty PR, Fisher NM. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tanaman
Tropik. Tohari, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
[KEMENHUT] Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.4 Tahun 2011 tentang Pedoman Reklamasi
Hutan. Jakarta (ID): Menteri Kehutanan.
Karyudi, Siagian N. 2005. Peluang dan kendala dalam pengusahaan tanaman
penutup tanah di perkebunan karet. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan
Ternak [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor
(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 25-33; [diunduh
2013 Jun 2]. Tersedia pada: http://www.balitnak.deptan.go.id/index.php.
Loveless AR. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.
Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Martani, Margino. 2005. Penambatan Nitrogen oleh Rhizobium. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Maswar. 2004. Kacang Hias (Arachis pintoi) pada Usaha Tani Lahan Kering.
Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Nasution U. 1984. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera
Utara dan Aceh. Tanjung Morawa (ID): Pusat Penelitian dan Perkebunan
Tanjung Morawa.
Purwanto I. 2010. Tanaman penutup tanah penghasil bahan organik di dataran
tinggi Papua. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia
32(1):13-15.
Syamsi AI. 2010. Pertumbuhan bibit ylang-ylang (Cananga odoratum) pada
media nursery block [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia.

LAMPIRAN

21

Lampiran 1 Riwayat hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 Desember 1991
dari pasangan Muchtar Gozali dan Hoeriyah sebagai putri kedua dari lima
bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Studi Silvikultur, Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis mendapatkan beasiswa BBM dari
semester 1 sampai dengan semester 8. Penulis aktif sebagai siswa LES
(Leadership and Entrepreneurshp School) pada tahun 2009-2010. Selain itu
penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Merpati Putih sebagai sekretaris
pada tahun 2010-2011, dan masih aktif hingga sekarang sebagai anggota Merpati
Putih. Pada periode yang sama, penulis aktif di Himpunan Profesi Silvikultur Tree
Grower Community sebagai anggota divisi Business Development. Selain itu
penulis juga aktif di konsultan bimbingan belajar Dr Edu sebagai pengajar.
Pengalaman penulis dalam hal akademis, penulis melakukan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cikeong-Tangkuban Perahu (2011),
Magang Profesi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), Magang Profesi di
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (2012), Praktek Pengolahan Hutan
(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2012), serta
Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara
Barat (2013).

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERLAKUAN JENIS MIKORIZA DAN DOSIS TANAH BERMIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Miq.)

0 2 22

Pengaruh Bahan Stek dan Hormon IBA (Indole butiric acid) terhadap Keberhasilan Stek Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus)

1 6 51

Pengaruh Pupuk Daun Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

0 2 24

Respon Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus) (Roxb.)Havil.) Terhadap Pemupukan NPK di Areal Silvopastura

1 11 28

iRespon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Pengapuran di Areal Bekas Tambang

1 6 31

Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Hasil Kultur Jaringan.

0 6 33

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) | Supriyanto | Jurnal Warta Rimba 3627 11423 1 PB

0 1 9

ORGANOGENESIS TANAMAN JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOMBINASI IAA (Indole Acetid Acid) DAN BAP (Benzyl Amino Purin) SECARA IN VITRO | Marzuki | Jurnal Warta Rimba 7286 24288 1 PB

0 0 7

UJI MUTU BENIH JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) PADA BERBAGAI CARA EKSTRAKSI BENIH Arifin 1) , Wardah 2) , Irmasari 2)

0 1 7

PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DAN INTERVAL PENYEMPROTAN TERHADAP SERANGAN HAMA PADA BIBIT TANAMAN JABON MERAH (ANTHOCEPHALUS MACROPHYLLUS) Influence of Organic Pesticides and Interval Spraying Against Pests on Red Jabon Seed (Anthocephalus macrophy

0 0 6