Pengaruh Penambahan Cahaya Kontinu Terhadap Produktivitas Tanaman Karet Rakyat (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
PENGARUH PENAMBAHAN CAHAYA KONTINU
TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN
KARET RAKYAT (Hevea Brasiliensis Muell Arg.)
DI TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI
ENDANG RUSPARYATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
This research is to know the relations of continous light to rubber plants’
productivity, located in West Tanjung Jabung, Jambi. This is an uncontrolled
research with research spots taken at 225 m, 275 m, 325 m, 375 m, 425 m, 475 m,
525 m, 600 m, 700 m, and 800 m distances from flare. There are four rubber
plants taken on each spots and flare is the light source researched. The variables
observed on this research are rubbers production, light (illuminations, irradiations,
UV, and quantum) splitted to day observation to the sunlight and night
observation to the flare light. Other observation done on this research are weeds’
vegetation analysis, soil and air temperature observation, and soil analysis.
Results on this research is the increase of contionus flare has no impact to the
rubber plants productivity, because the observe value on the night observations
show that illumination value is about 0,001-0,004 watt/m2, but the value of UV,
irradiations and quantum shows zero point. Productivity of rubber plant is affected
by the age of the plant and klon used as a seed, no treatment, no weeds’ control,
and soil structure.The most influential factors in the production rubber clones GT
and AVROS is the nutrient content of the soil, soil texture, soil pH, the amount of
weeds, and the growth of rubber trees. In clone LCB factors affecting production
are soil nutrient content, soil texture, soil pH, the amount of weeds, and the
growth of rubber trees.
Keyword : rubber, light, flare, illumination, irradiation , UV, dan Quantum
RINGKASAN
ENDANG
RUSPARYATI.
Pengaruh
Penambahan
Cahaya
Kontinu
Terhadap Produktivitas Tanaman Karet Rakyat (Hevea Brasiliensis Muell
Arg.) Di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. (Dibimbing oleh
HERDATA AGUSTA)
Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara
penambahan cahaya kontinu dan produktivitas tanaman karet. Cahaya kontinu
berasal dari flare. Flare perupakan cerobong panjang yang dialiri gas dan dibakar
diatasnya. Penelitian dilaksanakan di Tanjung Jabung Barat, Jambi. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2011.
Percobaan yang dilakukan di lapang bukan merupakan percobaan yang
terkontrol, tetapi merupakan bentuk percobaan observasional. Contoh tanaman
yang diamati diambil sesuai dengan jarak tanaman dengan flare. Percobaan
dilakukan pada jarak 225m, 275m, 325m, 375m, 425m, 475m, 525m, 600m,
700m, dan 800m dari flare. Setiap titik diambil empat tanaman, sehingga terdapat
40 tanaman contoh. Selain mengambil contoh tanaman, juga dilakukan
pengamatan nilai cahaya matahari dan cahaya api biru dari flare. Pengamatan
cahaya flare dilakukan pada titik 10 m, 25 m, 50 m, 75 m, 100 m, 125 m, dan 150
m dari flare.
Rata-rata nilai iluminasi pada bulan Februari sebesar 21 166 lux, pada
bulan Maret sebesar 16 568 lux, dan untuk bulan Juni sebesar 18 684 lux, nilai
iluminasi yang paling besar pada bulan Februari. Rata-rata nilai UV pada bulan
Februari sebesar 1 mw/cm2, pada bulan Maret sebesar 1.38 mw/cm2, dan untuk
bulan Juni sebesar 1.5 mw/cm2, nilai UV yang paling besar adalah pada bulan
Juni. Nilai ilumnasi berbeda dengan nilai UV. Rata-rata nilai iradiasi pada bulan
Februari sebesar 34 watt/m2/menit, pada bulan Maret sebesar 28.67
watt/m2/menit, dan untuk bulan Juni sebesar 32.72 watt/m2/menit, nilai iradiasi
yang paling besar adalah pada bulan Juni. Rata-rata nilai kuantum pada bulan
Februari sebesar 563 µEinstein s-1m-2, pada bulan Maret sebesar 572.6 µEinstein
s-1m-2, sedangkan pada bulan juni tidak dilakukan pengukuran nilai kuantum
karena tidak tersedianya peralatan alat. Nilai iradiasi cahaya flare pada malam hari
pada jarak 10 – 150 m dari cerobong flare sebesar 0.001 watt/m2, sedangkan pada
jarak 225 m nilai irradiasi sebesar 0 watt/m2. Hal ini menunjukan bahwa iradiasi
cahaya tidak berpengaruh terhadap tanaman karet.
Lahan yang digunakan dalam penelitian merupakan kebun karet rakyat yang
berada di Betara Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Tinggi permukaan tanah
adalah 17 meter diatas permukaan laut, sehingga tanah banyak mengandung pasir.
Jenis tanah berkolerasi positif terhadap permeabilitas air, sehingga penguapan air
lebih cepat dan pada musim kemarau mengalami kekeringan.
Terdapat 3 varietas yang ditanam di perkebunan karet rakyat ini, yaitu GT
(Gondang Tapen), Avros (Algemene Vereniging Rubber Planters Oostkust Sumatra),
dan LCB. Pada klon GT produksi tanaman karet termasuk rendah, hanya berkisar
antara 3.12 – 17.80 kg / ha / hari. jika dibandingkan dengan produktivitas klon GT
sebesar 20 kg/ha/hari. Produksi pada klon AVROS juga terbilang rendah dengan
produksi anara 4.08 – 6.94 kg/ha/hari dibandingkan dengan produktivitas klon
AVROS yang dapat mencapai 15 kg/ha/hari. Pada klon LCB dikatakan rendah
dengan produksi sebesar 0.58 dan 1.54 kg/ha/hari jika dibandingkan dengan
produktivitas klon LCB sebesar 15 kg/ha/hari. Produksi yang rendah pada klon
LCB karena karet belum matang sadap, sehingga lateks yang dihasilkan belum
maksimal. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi lateks tiga klon tersebut
adalah kandungan hara tanah, tekstur tanah , pH tanah, jumlah gulma, dan
pertumbuhan tanaman karet.
PENGARUH PENAMBAHAN CAHAYA KONTINU
TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN
KARET RAKYAT (Hevea Brasiliensis Muell Arg.)
DI TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut pertanian Bogor
ENDANG RUSPARYATI
A24070061
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN CAHAYA KONTINU TERHADAP
PRODUKTIVITAS
Brasiliensis
TANAMAN
KARET
RAKYAT
Muell Arg.) DI TANJUNG JABUNG BARAT,
PROVINSI JAMBI
Nama : Endang Rusparyati
NIM : A24070061
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Herdhata Agusta
NIP. 19590813 198303 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 1961110 198703 1 003
Tanggal Lulus:……..
(Hevea
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Pamekasan pada tanggal 24 Januari 1989
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Hafid dan ibu Hairiyah.
Tingkat pendidikan dasar ditempuh oleh penulis selama 6 tahun dan selesai pada
tahun 2001 di Sekolah Dasar Tobungan II, Galis, Pamekasan. Selain Sekolah
dasar, penulis juga bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Nasyatus Sibyan yang
ditempuh selama 7 tahun dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan lanjut tingkat
pertama diselesaikan di SLTP 5 Pamekasan pada tahun 2004. Pendidikan tingkat
menengah diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 2 Pamekasan. Penulis
menjadi pengurus OSIS SMA tahun 2006 sebagai ketua divisi Demokrasi, HAM,
Pendidikan Politik, Lingkungan Hidup, Kepekaan dan Toleransi.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Agronomi dan
Hortikultura. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
departemen Agronomi dan Hortikultura seperti TEGAR II sebagai seksi LKTI.
Saat ini penulis menjadi salah satu staf pengajar di bimbingan belajar Mitra
Siswa.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul “Pengaruh
Penambahan Cahaya Kontinu Terhadap Produktivitas Tanaman Karet Rakyat
(Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi”. Pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Herdhata Agusta sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan, saran, dan dana selama Penulis melakukan penelan.
2. Bapak Tarmidzi, Amroni, Mbak Devi serta seluruh staf Betara Gas Plant,
Jambi yang telah banyak membantu Penulis dalam melakukan penelitian.
3. Bapak, Ibu, Adik dan saudara-saudara penulis yang telah meberikan doa
dan kasih sayang selama penulis menyelesaikan studi.
4. Teman-teman AGH 44 dan semua yang telah membantu penelitian ini yang
berupa bantuan tenaga dan dukungan dan pikiran selama percobaan
berlangsung.
5. Warga Whardhatul Jannah dan para anggota GASISMA yang telah
memberikan dukungan dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat bagi ilmu
pengetahuan dan bagi pembacanya.
Bogor, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................................. 2
Hipotesis .............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Karakteristik Karet .............................................................................................. 3
Lateks .................................................................................................................. 3
Cahaya Kontinu ................................................................................................... 5
Analisis Komponen Utama ................................................................................. 6
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 8
Tempat dan Waktu Percobaan............................................................................. 8
Bahan dan Alat .................................................................................................... 8
Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 13
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 24
Kondisi Umum .................................................................................................. 24
Parameter Cahaya Pada Siang Hari................................................................... 27
Pengamatan Bulan Februari........................................................................... 27
Pengamatan Bulan Maret............................................................................... 29
Pengamatan Bulan Juni................................................................................. 32
Pengamatan Pada Malam Hari .......................................................................... 35
Pengukuran Suhu Tanah dan Udara Pada Siang Hari................................... 36
Pengukuran Suhu Tanah Pada Malam Hari ................................................... 37
Kecepatan Angin ............................................................................................... 38
Jumlah gas yang dibakar ................................................................................... 39
Pengamatan Gulma............................................................................................ 40
Pengamatan Tanah ............................................................................................ 43
Produktifitas Tanaman Karet............................................................................. 46
Analisis Komponen Utama ............................................................................... 50
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 57
Kesimpulan........................................................................................................ 57
Saran .................................................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58
LAMPIRAN .......................................................................................................... 61
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Deret Standar Campuran Kepekatan K, Na, Ca, dan Mg................................. 11
2. Populasi Tanaman Setiap Titik Sampel ............................................................ 26
3. Kondisi Gulma pada Klon GT .......................................................................... 41
4. Kondisi Gulma pada Klon Avros...................................................................... 42
5. Kondisi Gulma pada Klon LCB........................................................................ 43
6. Hasil Analisis Hara Mikro Tanah ..................................................................... 44
7. Hasil Analisis Fisika Tanah (Titik 225) ............................................................ 46
8. Hasil Produksi Tanaman Karet ......................................................................... 48
9. Nilai Ciri 5 Komponen Utama dari 26 Karakter pada Klon GT ....................... 50
10. Nilai Ciri 5 Komponen Utama dari 26 Karakter pada Klon AVROS............. 53
11. Nilai Ciri 3 Komponen Utama dari 26 Karakter pada Klon LCB .................. 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Flare Api Biru ................................................................................................... 24
2. Penampakan Batang Karet ................................................................................ 25
3. Nilai Iluminasi Bulan Februari 2011 ................................................................ 28
4. Nilai Sinar UV Bulan Februari 2011 ................................................................ 28
5. Iradiasi Cahaya Bulan Februari 2011................................................................ 29
6. Kuantum Cahaya Bulan Februari 2011............................................................. 29
7. Nilai Iluminasi Bulan Maret 2011 .................................................................... 30
8. Nilai Cahaya UV Bulan Maret 2011 ................................................................. 30
9. Nilai Iradiasi Cahaya Bulan Maret 2011........................................................... 31
10. Nilai Kuantum Cahaya Bulan Maret 2011...................................................... 32
11. Nilai Iluminasi Cahaya 14 Juni 2011 .............................................................. 33
12. Nilai UV Pada Tanggal 14 Juni 2011 ............................................................. 33
13. Nilai Iradiasi Pada Tanggal 14 Juni 2011 ....................................................... 34
14. Iradiasi Cahaya Api Flare Pada Malam Hari .................................................. 35
15. Suhu Tanah Siang Hari Pada Jarak 225 m Dari Flare api biru ....................... 36
16. Pengamatan Suhu Tanah Pada Malam Hari.................................................... 37
17. Suhu Api Flare ................................................................................................ 38
18. Kecepatan Angin ............................................................................................. 39
19. Jumlah Gas Yang Dibakar pada Bulan Februari sampai Mei 2011......... ......40
20. Penyadapan Sistem 1/2 S dan Penyadapan Sistem V ..................................... 47
21. Konsumsi Kulit Karet (a), Pemulihan Kulit Karet(b) ..................................... 47
22. Produksi Lateks Tanaman Karet ..................................................................... 49
23. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama GT (kesuburan tanah x produksi)
.................................................................................................................... 51
24. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama GT (produksi x jumlah gulma) .. 52
25. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama AVROS (kesuburan tanah x
produksi) ..................................................................................................... 53
26. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama AVROS (Pertumbuhan tanaman x
gulma) ......................................................................................................... 54
27. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama LCB (Kesuburan tanah x gulma)55
28. Plot 2 Dimensi Analisis Komponen Utama LCB (Kesuburan tanah x Produksi)
.................................................................................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Denah Penelitian ............................................................................................... 62
2. Gambar Alat Untuk Pengukuran di Lapang...................................................... 63
3. Hasil Analisis Tanah ......................................................................................... 64
4. Komposisi Tanah .............................................................................................. 66
5. Data Curah Hujan Jambi ................................................................................... 67
6. Keragaman Gulma ............................................................................................ 68
7. Pengukuran Cahaya Matahari ........................................................................... 69
8. Pengukuran Iradiasi Cahaya Api Flare ............................................................. 71
9. Pengukuran Suhu Tanah, Udara dan Kecepatan Angin .................................... 72
10. Pengukuran Suhu Tanah Malam Hari ............................................................. 73
11. Gambar Cerobong dengan FLIR pada Malam Hari ........................................ 74
12. Gambar FLIR pada Siang Hari di Beberapa Jarak dari Flare ......................... 75
13. Suhu Tanah dengan FLIR di Area Flare pada Siang Hari .............................. 77
14. Suhu Tanah dan Tanaman dengan FLIR di Area Flare pada Malam Hari...... 80
15. Suhu Batang Karet dan Kanopi dengan Menggunakan FLIR......................... 82
16. Hasil Analisis Komponen Utama Klon GT .................................................... 83
17. Hasil Analisis Komponen Utama Klon AVROS ............................................ 84
18. Hasil Analisis Komponen Utama Klon LCB .................................................. 85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet alam merupakan komoditi pertanian yang penting untuk lingkup
nasional maupun internasional. Indonesia merupakan produsen karet terbesar
kedua setelah Thailand. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian
yang menunjang perekonomian Negara. Tidak sedikit masyarakat yang
menggantungkan penghasilannya dari hasil produksi karet.
Perkebunan karet lebih banyak ditemukan di pulau Sumatera dan
Kalimantan. Direktorat Jendral Perkebunan (2011) mencatat luas lahan karet di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya (Lampiran 1). Peningkatan
yang signifikan lebih didominasi oleh perkembangan kebun karet rakyat. Pada
tahun 2011 diperkirakan luas lahan perkebunan karet mencapai 3.5 juta hektar.
Produksi karet juga mengalami peningkatan hingga 2.6 juta ton. Tercatat luas
lahan perkebunan karet rakyat diperkirakan mencapai 2.9 juta ha dan
menghasilkan produksi karet sebesar 2.1 juta ton. Hasil produksi karet pada tahun
1998 dengan luas lahan 3.6 juta ha menghasilkan karet sebanyak 1.6 juta ton.
Perkebunan karet rakyat pada tahun tersebut seluas 3.1 juta ha dan sisanya
merupakan perkebunan karet swasta dan perkebunan karet pemerintah, sedangkan
hasil produksi perkebunan rakyat mencapai 1.2 juta ton. Telihat penurunan lahan
karet rakyat, akan tetapi hasil karet meningkat.
Semakin lama produksi karet dari perkebunan rakyat semakin menurun.
Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
perawatan yang kurang intensif dan bibit yang digunakan bukan merupakan bibit
yang berkualitas. Perawatan yang dilakukan pada perkebunan rakyat hanya
dengan mengurangi jumlah vegetasi disekitar tanaman. Sebagian besar
masyarakat tidak melakukan pemupukan atau perawatan lainnya. Bibit yang
digunakan merupakan bibit yang tumbuh dari biji tanaman sebelumnya.
Penyadapan juga dilakukan setiap hari pada saat matahari telah terik. Hal ini
mengakibatkan tekanan turgor tanaman berkurang sehingga karet yang dihasilkan
hanya sedikit (Kiswara, 2007).
2
Perkebunan karet rakyat yang terletak di Betara, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Provinsi Jambi terletak di sekitar area produksi gas. Di area ini
terdapat cerobong gas yang dibakar. Pembakaran gas menghasilkan cahaya biru
yang menyala sepanjang hari. Cerobong gas ini lebih dikenal dengan sebutan
flare. Flare hanya dimatikan pada saat shut down pada bulan Mei.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh anggapan penduduk setempat yang
menyatakan bahwa adanya cahaya dari flare mengakibatkan penurunan produksi
karet. Hal ini cukup menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya tentang pengaruh pemberian
cahaya kontinu terhadap kedelai di Tuban pada tahun 2000. Api pada lahan yang
akan diteliti sudah di modifikasi dari api merah - kuning menjadi api biru.
Modifikasi cahaya ini bertujuan agar nilai iradiasi dan iluminasi cahaya yang
dihasilkan menjadi lebih kecil, sehingga dapat meminimalkan efek negatif yang
ditimbulkan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara iradiasi cahaya flare
dengan produktivitas kebun karet rakyat dan vegetasi disekitarnya di instalasi
industri minyak dan gas Tanjung Jabung, Provinsi Jambi.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah radiasi flare api biru
memberikan pengaruh terhadap produktifitas tanaman karet dan vegetasi
disekitarnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Karet
Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan.
karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai
40 m dan 35 cm (Anwar, 2010). batang tanaman ini mengandung getah yang
disebut dengan lateks dan merupakan sumber karet alam dunia. Karet memiliki
struktur daun majemuk yang terdiri atas tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3–20 cm dan panjang anak daun sekitar
3-10 cm dengan jumlah anak daun biasanya 3 anak daun. Anak daun berbentuk
oval, memanjang, dan daunnya meruncing. Karet mempunyai biji yang terdapat
dalam setiap buah. Jumlah biji sekitar 3–6 sesuai dengan jumlah ruang buah.
Warna biji coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Karet
memiliki akar tunggang dengan banyak akar-akar lateral.
Anwar (2010) menyatakan bahwa karet tumbuh baik pada daerah dengan
ketinggian kurang dari 1200 m dpl dengan kemiringan lahan 0–70 m. Kondisi
tanah yang optimum adalah tanah-tanah dengan kedalaman mencapai 1 m,
mempunyai drainase yang baik dan dengan kisaran pH 4.0–8.0, tetapi tumbuh
lebih baik pada kondisi tanah masam. Omokhafe dan Emoedo (2010) juga
menyatakan iklim yang sesuai untuk karet adalah yang memiliki suhu udara
sekitar 22–30OC, kelembaban relatif tidak melampaui 70–80 %, curah hujan
setiap tahunnya antara 1500–3000 mm dengan panjang bulan kering maksimum
3-4 bulan. Pada musim kering, karet akan menggugurkan daun setiap tahunnya.
Pertumbuhan karet yang optimum dicapai dengan populasi 400–500 tanaman
setiap hektar.
Lateks
Lateks merupakan hasil dari penyadapan karet. Penyadapan karet
merupakan sistim pengambilan lateks dengan mengikuti aturan-aturan tertentu
untuk memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan
4
berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman (Setyamidjaja,
1993). Setelah penyadapan, maka hasil karet akan dikumpulkan untuk dijual.
Hasil lateks tidak selalu tetap setiap harinya, banyak hal yang
mempengaruhi volume lateks yang didapatkan. Lateks yang dihasilkan
dipengaruhi oleh klon karet, umur karet (Khasanah et al, 2007), lilit batang karet,
intensitas pengambilan dan cara penyadapan (Joshi et al, 2002), keadaan tanah,
dan waktu penyadapan (Omokhafe dan Emoedo, 2010).
Klon‐klon lama yang telah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR
261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM
109, PB 260, RRIC 100. Tahun 2006 telah diliris klon-klon karet baru yaitu: IRR
5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118 (Anwar, 2010).
Klon‐klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada
berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder
lainnya. Oleh karena itu, pengguna harus memilih dengan cermat klon‐klon yang
sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis‐jenis produk karet yang akan
dihasilkan. Karet yang siap sadap juga bergantung pada umur tanaman.
Pertambahan umur sebanding dengan pertambahan lilit batang karet. Lilit batang
karet betambah 0 – 2 cm setiap bulannya (Chandrasekhar et al, 2005).
Omokhafe dan Emoedo (2010) menyatakan produksi lateks dari tanaman
karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon
unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga
kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 ‐ 6
tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain
apabila keliling lilit batang pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah telah
mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi
kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Omokhafe (2004) menyatakan Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem
sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke
atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan
(Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena
itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung
5
disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Secara umum,
permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 40o
dari garis horizontal (Cornish, 2001). Pada sistem sadapan bawah, besar sudut
irisan akan semakin mengecil hingga 30o bila mendekati "kaki gajah" (pertautan
bekas okulasi).
Sistem sadapan ke atas sudut irisan akan semakin membesar. Secara
teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik,
tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5-6 tahun.
Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman
karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM. Nafri
(2008) menambahkan bahwa tebalnya irisan sadap ± 1.5-2 mm, penyadapan
dilakukan 2 hari sekali (pemakaian kulit hanya 2.5 cm / bulan), biasanya
pembuluh lateks terletak pada ketebalan 7 mm, penyadapan jangan sampai
terkena lapisan kambium (±1-1.5 mm dari lapisan kambium), dan waktu
penyadapan yang terbaik antara pukul 05.00-07.00 pagi.
Setelah dilakukan penyadapan tanaman karet maka kulit yang telah
dipotong akan melakukan regenerasi (Kongsawadworakul et al., 2009).
Regenerasi akan berlangsung sejak kulit mulai disadap dan akan kembali normal
pada tahun kedua setelah penyadapan.
Gulma juga merupakan komponen yang dapat mepengaruhi produksi
lateks. Keberadaan gulma yang tumbuh pada area kebun dapat menjadi saingan
tanaman karet dalam menyerap unsur hara. Pengendalian gulma sangat penting,
karena pengurangan unsur hara yang diserap tanaman akan berpengaruh terhadap
produksi tanaman (Priyadarshan et al., 2005). Gulma yang menjadi pesaing karet
adalah alang-alang, Mikania cordorata, Axonopus sp, puspalum konjugatum,
Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, Borreria alata (Yeoh and Taib,
1979 dan Anwar 2010). Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
ataupun kimia.
Cahaya Kontinu
Karet menyukai intensitas cahaya matahari yang rendah (Chandrasekhar et
al., 2005). Hal ini disebabkan pada saat musim hujan dan intensitas cahaya
6
matahari menurun maka daun tanaman karet melebar dan membantu peningkatan
proses fotosintesis. Intensitas matahari yang terlalu besar dapat mengakibatkan
pengguguran daun. Musim kering (panas) berturut-turut selama dua bulan akan
menyebabkan stress pada tanaman karena penguapan yang besar dan pasokan air
yang sedikit. Sehingga proses fotosintesis terganggu. Jumlah panjang hari sangat
mempengaruhi produktifitas karet. Jumlah panjang hari yang dibutuhkan oleh
tanaman karet adalah 12 jam setiap hari (Yeang, 2007).
Radiasi cahaya matahari dapat mempengaruhi fotosintesis karet. Cahaya
yang efisien digunakan oleh tanaman karet adalah 0.17 – 0.31 g MJ-1 (Khasanah
et al, 2007). Agusta dan Santosa (2005) menyatakan bahwa penambahan cahaya
yang terus menerus (fotoperiodisitas 24 jam setiap hari) dengan nilai iradiasi
sebesar 0.61 cal/cm2/menit dengan nilai iluminasi sebesar 59 lux mampu
melakukan penekanan proses pembungaan dan pembentukan polong, pengisian
biji, serta produksi kacang hijau kultivar Betet. Hal ini dapat menyatakan bahwa
penambahan cahaya dapat memberikan efek negatif terhadap tanaman.
Penambahan cahaya kontinu pada tingkat 0.01 cal/cm2/menit dengan nilai
iluminasi sebesar 2 lux tidak mempengaruhi produksi kacang hijau (Agusta,
2008). Tanaman karet tidak terlalu terpengaruh terhadap suhu dingin pada malam
hari. Blohm and Gehrels (2007) menyatakan bahwa tanaman karet dipengaruhi
suhu dingin yang berkisar 10oC pada malam hari.
Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama merupakan bagian dari analisis multivariat yang
melibatkan lebih dari dua variabel. Pola hubungannya dapat bersifat dependen
maupun independen. Jika pola hubungan dependen maka dalam analisisnya
diperlukan variabel bebas dan variabel tergantung.
Salah satu tantangan dalam analisis data peubah ganda adalah mereduksi
dimensi dari segugus peubah data yang besar. Hal ini sering kali dilakukan
dengan cara mereduksi gugus peubah tersebut menjadi gugus peubah yang lebih
kecil atau gugus peubah yang baru yang banyaknya lebih sedikit. Peubah-peubah
baru tersebut merupakan fungsi dari peubah asal atau peubah asal itu sendiri
7
memiliki proporsi informasi yang signifikan mengenai gugus data tersebut.
Pereduksian dimensi ini sangat diperlukan saat melakukan eksplorasi data
menggunakan plot-plot untuk memberikan informasi secara visual. Penggunaan
komponen utama merupakan fungsi linier tertentu dari peubah asal. Sering
disarankan untuk digunakan dalam proses mereduksi banyak peubah.
Analisi komponen utama adalah prosedur statistik untuk mendapatkan
komponen utama yang mampu mempertahankan sebagian besar informasi yang
terkandung pada data asal (Sartono, et all. 2003). Komponen utama mampu
mempertahankan sebagian besar informasi yang diukur menggunakan keragaman
total hanya menggunakan sedikit komponen utama saja. Analisis komponen
utama juga dapat dipandang sebagai sebuah kasus proyeksi data dari dimensi
besar ke dimensi yang lebih rendah. Analisis komponen utama adalah salah satu
teknik ekplorasi data yang digunakan sangat luas ketika menghadapi data peubah
ganda.
Metode yang digunakan untuk menentukan banyaknya komponen utama
yaitu bedasarkan pada kumulatif proporsi keragaman total yang mampu
dijelaskan. Minimum persentasi di entukan terlebih dulu, dan selanjutnya
banyaknya komponen yang paling kecil sehingga batas itu terpenuhi dijadikan
sebagai banyaknya komponen utama. Tidak ada patokan yang baku berapa batas
minimum tersebut.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian akan dilaksanakan di kebun karet rakyat di daerah Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Waktu pelaksanaan penelitian
dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan Juli 2011.
Bahan dan Alat
Penelitian ini akan menggunakan sampel dari perkebunan karet rakyat
yang terdapat disekitar salah satu perusahaan minyak dan gas yang tedapat di
daerh Betara, Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Bahan yang dihugunakan dibagi menjadi dua, yaitu bahan untuk
pembekuan karet dan bahan yang digunakan untuk analisis tanah secara kimia.
Bahan yang digunakan untuk pembekuan karet adalah cuka karet yang biasa
digunakan oleh petani karet setempat. Jumlah cuka karet yang digunakan
tergantung pada berat lateks yang sudah di dapatkan. Perbandingan antara cuka
karet dan lateks yaitu 1 : 10. Bahan yang digunakan untuk analisis tanah dibagi
berdasarkan parameter tanah yang dianalisis.
pH tanah. Bahan untuk analisis tanah yaitu Air bebas ion, Larutan buffer
pH 7,0 dan pH 4.0, KCl 1 M, Larutkan 74,5 g KCl p.a. dengan air bebas ion
hingga 1 liter. Peralatan yang digunakan Neraca analitik, Botol kocok 100 ml,
Dispenser 50 ml gelas ukur-1, Mesin pengocok, Labu semprot 500 ml, pH meter.
C-Organik. Bahan yang digunakan adalah Asam sulfat pekat, Kalium
dikromat 1 N (Larutkan 98,1 g kalium dikromat dengan 600 ml air bebas ion
dalam piala gelas, tambahkan 100 ml asam sulfat pekat, panaskan hingga larut
sempurna, setelah dingin diencerkan dalam labu ukur 1 l dengan air bebas ion
sampai tanda garis), Larutan standar 5.000 ppm C (Larutkan 12,510 g glukosa p.a.
dengan air suling di dalam labu ukur 1 l dan diimpitkan). Alat yang digunakan
9
adalah Neraca analitik, Spektrofotometer, Labu ukur 100 ml, Dispenser 10 ml,
Pipet volume 5 ml.
N-Total. Bahan yang digunakan untuk analisis tanah untuk destruksi
contoh adalah Asam sulfat pekat (95-97 %), Campuran selen p.a. (tersedia di
pasaran) atau buat dengan mencampurkan 1,55 g CuSO4 anhidrat, 96,9 g Na2SO4
anhidrat dan 1,55 g selen kemudian dihaluskan. Bahan untuk pengukuran secara
destilasi yaitu, Asam borat 1% (Larutkan 10 g H3BO3 dengan 1 l air bebas ion),
Natrium Hidroksida 40 % (Larutkan 400 g NaOH dalam piala gelas dengan air
bebas ion 600 ml, setelah dingin diencerkan menjadi 1 l), Batu didih (Buat dari
batu apung yang dihaluskan), Penunjuk Conway (Larutkan 0,100 g merah metil
(metil red) dan 0,150 g hijau bromkresol (bromcresol green) dengan 200 ml etanol
96 %), Larutan baku asam sulfat 1N (Titrisol) 32, H2SO4 4 N(Masukan 111 ml
H2SO4 p.a. pekat (95-97 %) sedikit demi sedikit melalui dinding labu labu ukur
1000 ml yang telah berisi sekitar 700 ml air bebas ion, kocok dan biarkan menjadi
dingin. Tambahkan lagi air bebas ion hingga 1000 ml, kocok), Larutan baku asam
sulfat 0,050 N (Pipet 50 ml larutan baku H2SO4 1 N Titrisol ke dalam labu ukur 1
liter. Encerkan dengan air bebas ion hingga 1 l. Atau: Pipet 12,5 ml asam sulfat 4
N ke dalam labu ukur 1 l. Diencerkan sampai 1 l dengan air bebas ion, kocok.
Kenormalannya ditetapkan dengan bahan baku boraks).
Alat yang digunakan untuk penetapan N-Total adalah neraca analitik,
tabung digestion & blok digestion, labu didih 250 ml, erlenmeyer 100 ml bertera,
buret 10 ml, pengaduk magnetic, dispenser, tabung reaksi, pengocok tabung, dan
alat destilasi.
P-Bray 1. Peralatan yang digunakan adalah Neraca analitik, Dispenser 25
ml, Dispenser 10 ml, Tabung reaksi, Pipet 2 ml, Kertas saring, Botol kocok 50 ml,
Mesin pengocok, Spektrofotometer.
Pereaksi yang digunakan adalah HCl 5 N (Sebanyak 416 ml HCl p.a. pekat
(37 %) dimasukkan dalam labu ukur 1.000 ml yang telah berisi sekitar 400 ml air
bebas ion, kocok dan biarkan menjadi dingin. Tambahkan lagi air bebas ion
hingga 1.000 ml. Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan 0,025 N HCl + NH4F 0,03
10
N) (Timbang 1,11 g hablur NH4F, dilarutkan dengan lebih kurang 600 ml air
bebas ion, ditambahkan 5 ml HCl 5 N, kemudian diencerkan sampai 1 l). Pereaksi
P pekat (Larutkan 12 g (NH4)6 Mo7O24.4H2O dengan 100 ml air bebas ion dalam
labu ukur 1 liter. Tambahkan 0,277 g K (SbO)C4H4O6 0,5 H2O dan secara
perlahan 140 ml H2SO4 pekat. Jadikan 1 l dengan air bebas ion). Pereaksi
pewarna P (Campurkan 1,06 g asam askorbat dan 100 ml pereaksi P pekat,
kemudian dijadikan 1 liter dengan air bebas ion. Pereaksi P ini harus selalu dibuat
baru). Standar induk 1.000 ppm PO4 (Titrisol) (Pindahkan secara kuantitatif
larutan standar induk PO4 Titrisol di dalam ampul ke dalam labu ukur 1 l.
Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok). Standar induk
100 ppm PO4 (Pipet 10 ml larutan standar induk 1.000 ppm PO4 ke dalam labu
100 ml. Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis lalu kocok).
Deret standar PO4 (0-20 ppm) (Pipet berturut-turut 0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ml
larutan standar 100 ppm PO4 ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan
pengekstrak Olsen hingga 100 ml).
K, Na, Ca, dan Mg. Peralatan yang digunakan adalah Neraca analitik 3
desimal, Tabung digestion & blok digestion, Pengocok tabung, Dispenser, Tabung
reaksi, Spektrophotometer UV-VIS, AAS, Flamephotometer, Spektrofotometer.
Bahan yang digunakan adalah HNO3 pekat (65 %) p.a., HClO4 pekat (60
%) p.a. Standar 0 (larutan HClO4 0,6 %) (Dipipet 1 ml HClO4 pekat (60 %) ke
dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi air bebas ion kira-kira setengahnya,
goyangkan dan tambahkan lagi air bebas ion hingga tepat 100 ml (pengenceran
100 x). Larutan BaCl2-Tween Ditimbang 3 g serbuk BaCl2 p.a. ke dalam botol
kocok 250 ml, tambahkan 4 ml Tween 80 dan botol digoyangkan agar campuran
merata. Campuran dibiarkan semalam, selanjutnya ditambah 100 ml air bebas ion
dan dikocok selama 2 jam hingga serbuk BaCl2 terlarut sempurna. Biarkan
semalam sebelum digunakan). Larutan asam campur (Ke dalam labu ukur 1 l yang
berisi air bebas ion kira-kira setengahnya, tambahkan secara perlahan berturut-
turut 50 ml CH3COOH glasial (100 %) p.a., 20 ml HCl pekat (37 %) p.a. dan 20
ml H3PO4 pekat (70 %) p.a., kemudian diimpitkan dengan air bebas ion menjadi 1
l). Standar campur 250 ppm K, 100 ppm Na, 50 ppm Mg, 250 ppm Ca. Pipet
11
masing-masing: 25,0 ml standar pokok 1.000 ppm K, 10,0 ml standar pokok 1.000
ppm Na, 25,0 ml standar pokok 1.000 ppm Ca, 5,0 ml standar pokok 1.000 ppm
Mg kemudian Campurkan dalam labu ukur 100 ml, tambahkan perlahan 1 ml
HClO4 pekat, kemudian diimpitkan dengan air bebas ion hingga tepat 100 ml.
Deret standar campur K (0-250 ppm), Na (0-100 ppm), Ca (0-250 ppm) dan Mg
(0-50 ppm). Pipet standar campur sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8; dan 10 ml, masing-
masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dijadikan 10 ml dengan larutan
HClO4 0,6 % (Tabel 1).
Tabel 1. Deret Standar Campuran Kepekatan K, Na, Ca, dan Mg
S0
S1 S2 S3
S4
S5 S6
0
25 50 100 150 200 250 ppm K
0
10 20 40
60
80 100 ppm Na
0
25 50 100 150 200 250 ppm Ca
0
5 10 20
30
40 50 ppm Mg
Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa. Peralatan yang digunakan
adalah Neraca analitik, Tabung perkolasi, Labu ukur 50 ml, Labu ukur 100 ml,
Labu
semprot,
Spektrofotometer,
Flamefotometer,
Atomic
absorption
spectrophotometer (AAS).
Untuk perkolasi, bahan yang digunakan adalah Amonium asetat 1 M, pH
7,0 (Timbang 77,08 g serbuk NH4-Asetat p.a. ke dalam labu ukur 1 l. Tambahkan
air bebas ion hingga serbuk melarut dan tepatkan 1 l. Atau dapat pula dibuat
dengan cara berikut: Campurkan 60 ml asam asetat glasial dengan 75 ml ammonia
pekat (25%) dan diencerkan dengan air bebas ion hingga sekitar 900 ml. pH
campuran diatur menjadi 7,00 dengan penambahan amonia atau asam asetat,
kemudian diimpitkan tepat 1 l). Etanol 96 %, HCl 4 N (Sebanyak 33,3 ml HCl p.a.
37 % dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi sekitar 50 ml air
bebas ion, kocok dan biarkan dingin. Tambahkan lagi air bebas ion hingga tepat
100 ml). NaCl 10% (Timbang 100 g NaCl, kemudian dilarutkan dengan air bebas
ion. Tambahkan 4 ml HCl 4 N dan diimpitkan tepat 1l). Pasir kuarsa bersih, Filter
pulp (Kation-kation dapat ditukar). Amonium asetat 4 M, pH 7,0 Buat dengan
cara yang sama seperti amonium asetat 1 M, namun menggunakan 4 x 77,08 g
NH4-Asetat p.a. Standar pokok 1.000 ppm K, Standar pokok 1.000 ppm Na,
12
Standar pokok 1.000 ppm Ca, Standar pokok 1.000 ppm Mg, Standar campur 200
ppm K, 100 ppm Na, 50 ppm Mg, 250 ppm Ca (Pipet masing-masing : 25,0