Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN/KONSTRUKSI ANTARA KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR DENGAN PERUSAHAAN REKANAN ( STUDI DI BALAI SUMBER DAYA AIR SUMATERA II PROPINSI
SUMATERA UTARA) SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN OLEH MARIA HUTAHAEAN NIM : 090200269 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA\
MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN/KONSTRUKSI ANTARA KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR DENGAN PERUSAHAAN REKANAN ( STUDI DI BALAI SUMBER DAYA AIR SUMATERA II PROPINSI
SUMATERA UTARA)
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
OLEH
MARIA HUTAHAEAN
NIM : 090200269
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
Disetujui oleh

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Maria Kaban,S.H.,M.Hum. 196012251987032001

Syamsul Rizal,S.H.,M.Hum. 196402161989111001

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013

Universitas Sumatera Utara

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


NAMA

: MARIA HUTAHAEAN

NIM

: 090200269

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI

: TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN/KONSTRUKSI ANTARA KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR DENGAN PERUSAHAAN REKANAN ( STUDI DI BALAI SUMBER DAYA AIR SUMATERA II PROPINSI SUMATERA UTARA)

Dengan ini menyatakan 1. Bahwa ini skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain. 2. Apabila terbukti dikemudian hari jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Medan, 22 Juni 2013


Maria Hutahaean NIM 090200269

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul “ TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN/KONSTRUKSI ANTARA KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDRAL SUMBER DAYA AIR DENGAN PERUSAHAAN REKANAN ( STUDI DI BALAI SUMBER DAYA AIR SUMATERA II PROPINSI SUMATERA UTARA)”. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, wawasan serta bahan-bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini. Pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis ini mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum, Bapak Syafruddin Sulung Hasibuan, SH. M.H. DFH dan Bapak M. Husni, SH. M.H selaku Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum. dan Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maria, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini selesai.
5. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya, selalu sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta memberi banyak motivasi dan masukan yang sangat berharga bagi penulis sehingga penulis dengan penuh semangat dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Hemat Tarigan, SH., M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberi bimbingan dan perhatian selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum USU Medan, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berharga kepada penulis.
8. Seluruh Bapak/Ibu staf Fakultas Hukum USU Medan, yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Kedua Orangtua yang penulis banggakan, Ir.Busmin Hutahaean dan Martha R Pardede, terima kasih untuk semua doa, kasih sayang, serta dukungan baik moral maupun materil yang sudah diberikan sepanjang kehidupan penulis.
Universitas Sumatera Utara

10. Abang penulis yang sangat penulis sayang, Daniel R Hutahaean, ST dan Bastian M.P Hutahaean.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, semua yang kita lewati merupakan hal-hal yang sangat berkesan dan tidak mungkin dapat dilupakan, Anistia R.P Siregar, SH, Anggia P Rambe, Inka F.D Rambe.

12. Sahabat-sahabat Group C Stambuk 2009, Jurusan Hukum Perdata BW Stambuk 2009, sahabat-sahabat Klinis, Fitriyanti Rambe, Patimah Harahap, Benizar Husni, Rizky Matondang, Yansen Sembiring, Taufik Nuariansyah.
13. Sahabat-sahabat penulis, Johannes P Hutapea, Rica Sagala, Kiki Siregar, Sesilia Simarmata, Lopiana Napitupulu, Anggie Munthe, Angelina M Butar-butar, Parwinder K R dan senior penulis Rumanty Sagala, SH, terima kasih atas dukungan dan motivasi dari kalian semua.
14. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Angela C.S Tampubolon, Ferona Tarigan, Joyce A Sinuhaji, SP, Sarah Y Situmorang, Sehat D Simamora.
15. Seluruh pihak yang telah mendoakan dan membantu serta memberi semangat pada penulis, dan tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segalanya.
Medan, Juni 2013 Penulis,
MARIA STEPHANIE HUTAHAEAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi ABSTRAK ..........................................................................................................................viii BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................... 1 B. Permasalahan ...................................................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8 D. Keaslian Penulisan .............................................................................................. 9 E. Tinjauan Kepustakaan......................................................................................... 10 F. Metode Penelitian ............................................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 14
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A. Ruang Lingkup Perjanjian ................................................................................ 16 1. Pengertian Perjanjian................................................................................... 16 2. Jenis-jenis Perjanjian................................................................................... 23 B. Subjek dan Syarat Sahnya Perjanjian................................................................ 27 C. Berakhirnya Perjanjian...................................................................................... 37
BAB III : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN A. Pengertian Perjanjian Pemborongan ................................................................. 45 B. Peraturan Hukum Perjanjian Pemborongan...................................................... 52 C. Pihak dalam Perjanjian Pemborongan.............................................................. 54 D. Hak dan Kewajiban .......................................................................................... 63 E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan ............................................................. 67
Universitas Sumatera Utara

BAB IV : Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan Menurut Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 A. Proses Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan .............................................. 71 B. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian ....................... 88 C. Penyelesaian Perselisihan yang timbul ....................................................... 91
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................................... 93 B. Saran............................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 95 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki tujuan agar tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan secara merata dalam tiap lapisan masyrakatnya. Dimana usaha dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan secara merata tersebut diadakannya pembangunan, dimana pembangunan tersebut harus dirasakan oleh rakyat secara merata. Pembangunan yang diadakan terdapat ke dalam perjanjian yang diadakan oleh pemerintah dan pihak swasta yang merupakan perusahaan rekanan, dimana perjanjian yang diadakan ini merupakan perjanjian tertulis yang disepakati oleh kedua pihak tersebut. Perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta adalah merupakan perjanjian pengadaan barang dan jasa. Namun, dalam hal ini penulis mengkaji perjanjian pengadaan barang dan jasa mengenai konstruksi perjanjian ini umumnya disebut dengan perjanjian pemborongan. Dengan melalui metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) yang meneliti bahan sekunder dengan menggunakan pendekatan normatif yang dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengkaji tentang bagaimana proses pelaksanaan perjanjian yang diadakan suatu pemerintahan dan perusahaan rekanaan sesuai dan mengikuti prosedur dalam peraturan yang berlaku. Peraturan yang menjadi acuan dalam mengkaji permasalahan ini adalah Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. Lalu, tanggungjawab yang dilakukan oleh kedua belah pihak sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan mereka yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut dan bagaimana penyelesaian jika terdapat suatu perselisihan dalam proses pelaksanaan perjanjian tersebut. Kesimpulan yang didapatkan oleh penulis adalah para pihak mengikuti prosedur dan mematuhi peraturan yang mengatur perjanjian ini dan melakukan pekerjaan dan tanggungjawab sesuai dengan isi dalam perjanjian yang disepakati oleh para pihak juga dalam penyelesaian perselisihan dalam perjanjian para pihak tidak langsung melapor ke pengadilan, namun memakai cara musyawarah dan juga menetapkan lembaga penyelesaian persengketaan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) sebagai pemutus sengketa.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Indonesia is a developing country with the aim of achieving prosperity and wellbeing in each layer evenly masyrakatnya. Where efforts to achieve prosperity and welfare of the holding of development equitably, where such development must be felt by the people equally. Development held in the agreement are held by the government and the private sector as a partner company, which held a treaty written agreement agreed upon by both parties. Agreements made by the government with the private sector is a procurement agreement. However, in this case the authors examine the procurement agreement regarding the construction of this agreement is generally called the chartering agreement. With over normative legal research methods (normative) which examined secondary materials using normative approach that is intended to obtain data and information from primary legal materials, secondary and tertiary.
In writing this paper the author examines how the implementation of the agreement and the company held a government rekanaan adhere to the following procedures in the regulations. Regulation is the reference in studying this problem is the Presidential Regulation No. 70 Year 2012. Then, responsibilities undertaken by both parties in accordance with the implementation of their work as agreed in the agreement and how the settlement if there is a dispute in the process of implementation of the agreement.
Conclusions obtained by the author is the party to follow the procedures and abide by the rules that govern this Agreement and perform the work and responsibilities in accordance with the contents of the contract agreed upon by the parties are also in dispute resolution in the parties' agreement did not directly report to the court, however, used the method of deliberation and also establish dispute resolution institutions Indonesian National Board of Arbitration (BANI) as resolving the dispute.
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki tujuan agar tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan secara merata dalam tiaplapisan masyrakatnya. Dimana usaha dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan secara merata tersebut diadakannya pembangunan. Oleh karena itu hasil-hasil dari pembangunan harus dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Keberhasilan pembangunan tergantung partisipasi seluruh rakyat yang dimana berarti pembangunan harus dilaksanakan oleh segenap lapisan rakyat.1 Untuk pencapaian tujuan tersebut pembangunan sedang giatnya dilakukan dalam segala bidang, baik dalam bidang fisik ataupun non fisik. Pembangunan dalam bidang non fisik salah satunya adalah meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia,sehingga mereka dapat lebih mengoptimalkan kemampuan dalam pembangunan yang mencapai suatu keberhasilan. Sedangkan, pembangunan dibidang fisik adalah meliputi pembangunan dan perbaikan saran dan prasarana umum yang bertujuan melaksanakan tugasnya. Salah satu bentuk realisasi dari pembangunan fisik seperti pelabuhan, jalan layang, jembatan, gudang, perumahan (permukiman), rumah susun, hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Dalam proses proyek pelaksanaan pembangunan terdapat para pihak seperti pemberi tugas (bouwheer) dan pemborong. Pada umumnya pemberi tugas pada proses proyek pelaksanaan ini adalah Pemerintahan dan pihak pemborongnya merupakan berasal dari Perusahaan Rekanan.
1 F.X Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, cet. 3, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara

Pemerintahan yang melaksanakan perjanjian ini adalah merupakan instansi pemerintahan yang bekerja di pekerjaan umum yang dinamakan Kementerian Pekerjaan Umum. Kementrian Pekerjaan Umum ini merupakan suatu instansi pemerintahan yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan dibidang pekerjaan umum dalam pemerintah untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Tugas tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pekerja Umum.
Kementrian Pekerjaan Umum ini bekerja dalam infrastruktur dan pemukiman dalam pemerintahan. Instansi ini berperan penting dalam proses pelaksanaan suatu proyek pembangunan infrastruktur di negara Indonesia ini. Kementerian Pekerjaan Umum ini membawahi beberapa departemen yang disebut dengan Balai, yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan, Balai Peningkatan Keahlian, Balai Besar wilayah Sungai, Balai Wilayah Sungai, Balai Bendungan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan, Balai Pelaksanaan Jalan, Balai Informasi Penataan Ruang. Balai inilah yang merupakan pelaksana langsung untuk melaksanakan proyek-proyek dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Dalam setiap proyek yang dilakukan untuk membangun infrastruktur ini terdapat peraturan-peraturan yang mengatur dan mengikat bagaimana tata cara pelaksanaan proyek tersebut. Peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan bidang apa yang dikerjakan dalam proyek tersebut. Namun ada juga peraturan secara umum yang dimiliki oleh Kementrian Pekerjaan Umum yaitu Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pekerja Umum. Dimana Peraturan Menteri tersebut mengatur tentang organisasi dan tata kerja Kementrian pekerjaan Umum. Dalam pelaksanaan proyek Kementrian Pekerjaan Umum ini biasanya menjadi pihak yang menjadi pemberi tugas.
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan Rekanan merupakan Pemborong/Kontraktor Bangunan yang dapat berupa perusahaan-perusahaan yang bersifat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Perusahaan Rekanan tersebut dapat berupa PT atau CV ataupun perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum lainnya. Dalam pelaksanaan proyek pada umumnya Perusahaan Rekanan ini menjadi pihak pemborong.
Kementrian Pekerjaan Umum sebagai pemberi tugas (bouwheer) dan Perusahaan Rekanan yang merupakan pemborong dalam melaksanakan proses proyek ini terikat dalam suatu perjanjian. Dimana dalam perjanjian ini para pihak saling mengikatkan diri, dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri. Kewajiban utama dari pihak pemborong adalah melaksanakan perkerjaan sementara kewajiban utama dari pihak bouwheer adalah membayar uang borongan (dalam sistem fee dan sistem turn key) atau membiarkan para pihak kontraktor memungut hasil (dalam sistem BOT) ataupun melakukan hal-hal lain dari tipe-tipe kontruksi yang lagi.2

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih menurut Pasal 1313 dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (disingkat KUH Perdata). Kontrak atau perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana seseorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.3
Pada pasal-pasal KUHPerdata terdapat suatu yang berkenaan dengan perjanjian yang dilakukan para pihak yang dilakukan seperti Kementrian Pekerjaan Umum dengan
2 Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung: Citra Aditya Bakti,1998, hlm.13. 3 Ahmad Mirudi, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,cet.4, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011, hlm.1.
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan Rekanan. Dalam Bab VII A tepatnya pasal 1604 sampai dengan 1617, yang dimana bab ini mengatur tentang perjanjian melakukan pekerjaan, yang membagi perkerjaan ke dalam 3 kategori, yaitu perjanjian kerja (perburuhan), perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu, perjanjian pemborongan pekerjaan. Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan menerima upah.
Adapun perbedaan antara perjanjian pekerjaan kerja dengan perjanjian pemborongan dan perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu yaitu bahwa dalam perjanjian kerja terdapat unsur subordinasi, sedang pada perjanjian pemborongan dan perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu ada koordinasi. Mengenai perbedaan antara perjanjian pemborongan dan perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu, yaitu bahwa dalam perjanjian pemborongan berupa mewujudkan suatu karya tertentu sedangkan dalam perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu berupa melaksanakan tugas tertentu yang ditentukan sebelumnya.
Perjanjian yang dilakukan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perusahaan Rekanan ini adalah termasuk kedalam kategori yang terakhir yaitu perjanjian pemborongan pekerjaan. Dimana perjanjian tersebut yang merupakan mewujudkan suatu karya tertentu.
Menurut Pasal 1601 b KUHPerdata, Pemborongan Pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya dua pihak yang terikat dalam perjanjian pemborongan yaitu Pihak Kesatu disebut pihak yang memborongkan atau
Universitas Sumatera Utara

prinsipal (Bouwheer, Kepala Kantor, Satuan Kerja, Pemimpin Proyek); Pihak kedua disebut Pemborong atau Rekanan, Kontraktor.
Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian pemborongan dapt dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam prakteknya, apabila perjanjian pemborongan yang menyangkut harga borongan kecil bisanya perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan perjanjian pemborongan yang menyangkut harga borongan yang agak besar maupun besar, biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara tertulis baik dengan akta di bawah tangan atau dengan akta autentik (akta notaris)
Perjanjian pemborongan pada proyek-proyek pemerintah harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (Surat Perintah Kerja dan Surat Perjanjian Pemborongan) dibuat dalam bentuk model-model formulir tertentu yang isinya ditentukan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan berdasarkan pada peraturan standar/buku yaitu A.V 1941.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi berjudul “Tinjaun Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Kontruksi antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan (Studi di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)”. Judul tersebut memiliki makna bahwa analisis terhadap Perjanjian Pemborongan yang dikhususkan terhadap proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan hukum berlaku, pertanggungjawaban serta proses penyelesaian permasalahan perjanjian pemborongan yang
Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh instansi pemerintahan Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air yang akan dijabarkan lebih lanjut lagi pada bab-bab berikutnya.
Perundang-undangan Indonesia mengenal sejumlah peraturan yang mengatur tentang perjanjian pemborongan yang tercantum dalam KUH Perdata dalam pasal 1604 sampai dengan 1617 dan peraturan-peraturan khusus yang dibuat pemerintah seperti A.V 1941 dan juga undang-undang khusus yang dibuat seperti Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan sebagainya.
Peraturan-peraturan tersebut terbagi dalam dua bagian, bagian yang pertama yang berkaitan dengan peraturan-peraturan yang bersifat hukum publik yang berkaitan dengan prosedur pelelangan (aanbestedingsprosedure), yaitu ketentuan-ketentuan yang berlaku sebelum terjadinya kontrak (precontratuale fase). Ketentuan-ketentuan ini di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku bagi pemberlakuan perjanjian pemborongan pekerjaan yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta yang terjadi melalui pelelangan. Bagian kedua tersebut dari peraturan tersebut menyangkut peraturan-peraturan mengenai perjanjiannya, sehingga bersifat keperdataan.4

Pada umumnya ketentuan-ketentuan tersebut mengatur mengenai hak dan kewajibam dari pemborong(perusahaan rekanan/kontraktor) dan pemberi tugas (Kementrian Pekerjaaan Umum/bouwheer) serta ketentuan adminisrtatif yang harus diperhatikan dengan baik pada waktu membuat perjanjian, mulainya perjanjian, pelaksanaan perjanjian dan berakhirnya perjanjian.
4 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,cet 2,Liberty, Yogyakarta,2003, hal.1.
Universitas Sumatera Utara

B. Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan skripsi ini adalah: 1. Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara Kementrian Pekerjaan Umum Pemprovsu dengan Perusahaan Rekanan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban para pihak dalam proses pelaksanaan perjanjian pemborongan 3. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang timbul akibat perjanjian pemborongan
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.Tujuan Penulisan Tujuan yang dapat diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara Kementrian Pekerjaan Umum Pemprovsu dengan Perusahaan Rekanan sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. b) Untuk mengetahui tanggungjawab para pihak dalam proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa
Universitas Sumatera Utara

c) Untuk mengetahui cara para pihak dalam menyelesaikan perselisihan yang dapat timbul dari perjanjian pemborongan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan.
2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang terdapat dalam penulisan skripsi ini selain adanya tujuan
yaitu sebagai berikut : a) Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi perkembangan ilmu hukum secara umum. b) Untuk mengetahui secara nyata perkembangan perjanjian pemborongan. c) Dengan adanya penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi yang
diperlukan bagi masyrakat yang masih awam mengenai perjanjian pemborongan. D. Keaslian Penulisan Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dipilih suatu materi mengenai “Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan (Studi di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)”. Dalam proses pengajuan skripsi ini harus didaftarkan terlebih dahulu kebagian hukum perdata dan disahkan oleh Ketua Departemen Hukum Keperdataan maka atas dasar tersebut bahwa
Universitas Sumatera Utara

judul yang telah diangkat beserta pembahasan yang terdapat didalamnya belum pernah ada penulisan sebelumnya dan merupakan karya ilmiah yang memang benar atau dibuat tanpa menjiplak dari skripsi lain, khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat dipertanggungjawabkan keaslian penulisannya. E. Tinjauan Kepustakaan
Kementrian Pekerjaan Umum adalah suatu instansi pemerintahan yang bekerja dalam bidang pembangunan infrastruktur di negara Indonesia. Dimana instansi pemerintahan ini diatur oleh Peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2010 tentang ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Perusahaan Rekanan merupakan Pemborong/Kontraktor Bangunan yang dimana berupa perusahaan-perusahaan yang bersifaat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Perusahaan rekanan tersebut misalnya, Perseroan dan CV. Perjanjian dalam Bahasa Belanda disebut dengan overeekomst. Perjanjian menurut KUHPerdata dalam Pasal 1313 adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Dalam Bab VII A KUH Perdata mengatur tentang perjanjian melakukan pekerjaan, yang membagi perkerjaan ke dalam 3 kategori, yaitu perjanjian kerja (perburuhan), perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu, perjanjian pemborongan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara


Perjanjian Pemborongan menurut pasal 1601 b KUH Perdata adalah perjanjian dengan mana pihak satu, (si pemborong), mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain,(yang memborongkan), dengan menerima suatu harga yang ditentukan. Menurut Wirjono Prodjodikoro arti kata dari persetujuan pemborongan kerja disebutkan dalam pasal 1601 b tersebut sebagai suatu persetujuan, dalam mana pihak satu, si pemborong (aannemer) berjanji guna pihak lain, yang memborongkan (annbesteder),akan menyelenggarakan suatu pekerjaan tertentu (bepaald werk) dengan suatu upah tertentu.5 Perjanjian pemborongan ini bersifat konsesuil artinya perjanjian pemborongan itu ada lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong mengenai suatu pembuatan karya dan harga borongan/kontrak.
Menurut definisi tersebut dapat dikatakan bahwa yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua pihak saja yaitu, pihak kesatu disebut bouwheer atau pemberi tugas atau instansi pemerintahan dan pihak kedua disebut pemborong atau rekanan (perusahan rekanan) atau kontraktor.
F. Metode Penulisan
Sudah merupakan ketentuan dalam hal penyusunan serta penulisan karya ilmiah atau skripsi harus berdasarkan pada data yang diperoleh secara objektif dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
5 Wirjono Prodjodikoro,Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur,Bandung,1981, hal.89
Universitas Sumatera Utara

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.6
Jenis penelitian dan metode pendekatan yang dilakukan adalah metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) adalah merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder saja.7 Penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan normatif dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang secara menyeluruh yang bersifat normatif baik dari bahan hukum primer, sekunder ataupun tersier.8
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dari peraturan perundang-undangan yaitu, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2011, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Bahan hukum sekunder merupakan buku hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian dan pendapat para ahli.
Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Pengumpulan data merupakan landasan utama dalam menyusun skripsi, didasarkan atas suatu penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,UI Press,Jakarta,1986,hal.43 7 Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji , Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT Grafindo Persada, Jakarta. 2003, hal 13-14 8 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2004, hal. 122.
Universitas Sumatera Utara

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dengan hal ini penulis mencari serta mengumpulkan serta mempelajari data
dengan melakukan penelitian atas sumber-sumber atau beberapa literatur berupa buku-buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, dokumentasi lainnya seperti koran, majalah serta sumber-sumber teoritis ilmiah lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. b) Penelitian Lapangan (Field Research) dalam bentuk studi kasus
Penulis melakukan studi kasus terhadap permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan perjanjian pemborongan, sebagai melengkapi bahan yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan yang disebutkan di atas. G. Sistematika Penulisan Dalam suatu karya ilmiah khususnya penulisan skripsi, sistematika penulisan merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan sistematika penulisan ini maka pembahasannnya akan dapat diarahkan untuk menjawab masalah-masalah dan membuktikan kebenaran hipotesanya. Kemudian agar memudahkan isi dari skripsi ini, maka sistematika penulis ini disusun secara menyeluruh mengikat kerangka dasarnya yang dibagi dalam beberapa bab serta sub bab secara berurutan, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara


Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian, dalam bab ini menerangkan ruang lingkup perjanjian, pengertian perjanjian, jenis-jenis perjanjian, subyek dan syarat sahnya perjanjian, berakhirnya perjanjian.
Bab III Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pemborongan, dalam bab ini menerangkan pengertian perjanjian pemborongan, peraturan hukum yang mengatur perjanjian pemborongan, pihak dalam perjanjian pemborongan, hak dan kewajiban dalam perjanjian pemborongan, berakhirnya perjanjian pemborongan.
Bab IV Perjanjian Pemborongan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan Menurut Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, dalam bab ini menerangkan tentang proses pelaksanaan, proses pembuatan perjanjian pemborongan, tahap pelaksanaan kontrak, pra kontrak, tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan, penyelesaian perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian yang dimana hal tersebut dilakukan antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air dengan Perusahaan Rekanan.
Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari analisa bab-bab sebelumnya, selanjutnya saran-saran terhadap hasil analisa pada bab sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
A. Ruang Lingkup Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Hukum Perjanjian diatur dalam bab II dan bab V sampai dengan Bab XVIII buku III KUH Perdata, yang memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang. Hal ini memiliki makna bahwa buku III KUH Perdata dapat diikuti oleh para pihak atau dapat juga para pihak menentukan lain/menyimpanginya namun hanya bersifat pelengkap saja dan mengikuti beberapa syarat, karena di dalam ketentuan umum ada yang bersifat pelengkap dan pemaksa (yang bersifat pemaksa, misalnya Pasal 1320 KUH Perdata).
Dikatakan bersifat pelengkap berarti bahwa pasal-pasal dalam perjanjian itu dapat disingkirkan manakala dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian, mereka diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian yang mereka adakan dan diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Jika para pihak tidak mengatur sendiri sesuatu soal, maka dapat dikatakan mereka tunduk kepada undang-undang. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”
Universitas Sumatera Utara

Definisi perjanjian dalam KUH Perdata dalam Pasal 1313 mengatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih. Definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan KUH Perdata ini terlalu luas dan tidak lengkap, dikatakan tidak lengkap karena hanya mengenai perjanjian sepihak saja.9
Dikatakan terlalu luas karena dapat sampai mencakup hal-hal janji kawin yaitu perbuatan didalam hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian juga. Namun, istimewa sifatnya karena dikuasai oleh ketentuan-ketentuan tersendiri. Sehingga buku ke III KUH Perdata secara langsung tidak berlaku juga mencakup perbuatan melawan hukum, sedangkan didalam perbuatan melawan hukum ini tidak unsur persetujuan.
Adanya ketidaksempurnaan definisi perjanjian yang berada dalam KUH Perdata ini membuat para sarjana dan ahli hukum membuat definisi atau melengkapi definisi perjanjian yang ada menuru pendapat mereka masing-masing.
Yahya Harahap mengatakan perjanjian atau Verbitensis mengandung pengertian suatau hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewqjibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.10

9 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis,PT Alumni,Bandung,2005,hal.18 10 M. Yahya Harahap,Segi-segi Hukum Perjanjian,PT Alumni,Bandung,1986,hal.6
Universitas Sumatera Utara

R. Setiawan, menyebutkan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.11
Penyempurnaan definisi perjanjian Pasal 1313 menurut Handri Raharjo, “suatu hubungan hukum di bidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan di antara mereka (parapihak/subjek hukum) saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestastinya sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati para pihak tersebut menimbulkan akibat hukum.”12
Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.13 Subekti mengatakan bahwa perjanjian mempunyai suatu hubungan yang khusus dengan perikatan. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua “pihak”, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Dari peristiwa ini ditimbulkan suatu hubungan antara dua orang yang dinamakan “perikatan”. Perjanjian tersebut menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian
11 R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987, hal.49. 12 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal.42. 13 Subekti, Hukum Perjanjian,Pembibing Masa,Jakarta,1963, hal.4
Universitas Sumatera Utara

adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan.14 Perjanjian adalah sumber perikatan, walaupun perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi ada juga sumber lain yang melahirkan perikatan. Subekti menyimpulkan bahwa apabila orang-orang yang mengadakan suatu perjanjian, maka maksud mereka adalah agar antara mereka itu berlaku suatu perikatan hukum.
Perjanjian dalam pembicaraan umum dan buku-buku hukum adalah menunjuk kepada perjanjian yang mengikat, dan juga dalam buku ini bila tidak dinyatakan lain maka yang dimaksudkan dengan perjanjian adalah perjanjian yang mengikat (perikatan)
Perikatan-perikatan yang dimaksudkan diatas adalah merupakan suatu peristiwa dimana dua orang atau pihak saling menjanjikan sesuatu. Peristiwa ini paling tepat dinamakan “perjanjian” yaitu suatu peristiwayang berupa rangkaian janji-janji. Dapat dikatakan bahwa “perjanjian sudah sangat populer dikalangan rakyat.
Ada juga beberapa penulis yang memakai perkataan “persetujuan” , yang tentu saja tidak salah, karena peristiwa yang dimaksud juga merupakan suatu kesepakatan atau pertemuan kehendak dua orang atau pihak untuk melaksanakan sesuatu dan perkataan “persetujuan” kalau dilihat dari segi terjemahan memang lebih sesuai dengan perkataan Belanda “overeenkomst” yang dipakai oleh KUH Perdata tetapi karena perjanjian oleh masyarakat sudah dirasakan sebagai suatu istilah yang mantap untuk menggambarkan rangkaian janji-janji yang pemenuhannya dijamin oleh Hukum, maka banyak para sarjana condong memakai istilah “perjanjian”.
14 Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional ,Alumni,Bandung,1976,hal.13
Universitas Sumatera Utara

Perjanjian menurut Wirjono Prodjodikoro adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dari mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.15
Secara umum pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh para sarjana adalah merupakan memenuhi ketidaklengkapan definisi perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata saja, dapat disimpulkan bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap yang satu dengan yang lain.
Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas, namun secara umum asas perjanjian hanya terdapat lima, yaitu:

a. Asas kebebasan berkontrak
Asas ini mempunyai makna setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh tidak melanggar undangundang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Asas ini bersifat relatif (kebebasan kontrak yang bertanggungjawab) dan asas inilah yang menyebabkan hukum perjanjian bersifat terbuka.
b. Asas konsensualisme
Yang dimaksud dengan asas konsensualisme adalah jika perjanjian tersebut telah dibuat, maka telah sah perjanjian tersebut mengikat secara penuh. Asas ini
15 Wirjono Prodjodikoro,Azas-azas Hukum Perjanjian,Mandar maju,Bandung,2011,hal. 9
Universitas Sumatera Utara

dapat ditemukan dalam pasal 1320 yang ditemukan istilah “semua”. Kata-kata “semua” menunjukkan bahwa setiaporang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginannya (wil), yang rasanya baik untuk menciptakan perjanjian.16 c. Asas pacta sunt servanda
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Dimana perjanjian tersebur mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai dengan isi perjanjian. d. Asas itikad baik
Adanya perjanjian dilakukan berdasarkan itikad baik, asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata. Itikad baik ada dua yaitu pertama, bersifat objektif artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan. Kedua, bersifat subjektif artinya ditentukan oleh sikap batin seseorang. e. Asas kepribadian (personalitas)
Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualian tersebut terdapat dalam Pasal 1317 KUH Perdata tentang janji untuk pihak ketiga.
Menurut Asser dalam perjanjian terdiri dari bagian inti (essensialia) dan bukan bagian inti (Naturalia dan Accidentalia)17
16 Mariam Darus Badrulzaman,Op.cit.,hal. 42.
Universitas Sumatera Utara

a. Bagian inti (Essensialia) Merupakan unsur yang mutlak harus ada. Merupakan sifat yang harus ada
didalam perjanjian, sifat yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta. Contoh: Kesepakatan
b. Bukan bagian inti (Naturalia dan Accidentalia) Merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian sehingga secara diam-diam
melekat pada perjanjian, misalnya: Menjamin terhadap cacat tersembunyi. Sedangkan, Accidentalia merupakan sifat yang melekat pada suatu perjanjian yang secara tegas diperjanjikan oleh para pihak. Misalnya: Pemilihan tempat kedudukan. 2. Jenis-jenis Perjanjian Perjanjian dapat dibedakan dengan berbagai cara,yaitu18: a. Perjanjian menurut sumbernya :
1) Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, misalnya: perkawinan. 2) Perjanjian yang bersumber dari hukum kebendaan, adalah perjanjian yang
berhubungan dengan peralihan hukum benda. 3) Perjanjian obligator, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban.
17 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPERDATA Buku III, PT Alumni, Bandung, 1996, hal.99 18 Handri Raharjo Op.cit. hal 59
Universitas Sumatera Utara

4) Perjanjian yang bersumber dari hukum acara.
5) Perjanjian yang bersumber dari hukum publik. b. Perjanjian menurut hak dan kewajiban para pihak, dibedakan menjadi19:
1) Perjanjian timbal balik, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Perjanjian ini ada 2 macam, yaitu timbal balik sempuran dan tidak sempurna. Misalnya, perjanjian jual beli
2) Perjanjian sepihak, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, sedangkan pada pihak lain hanya ada hak. Contoh: hibah (Pasal 1666 KUH Perdata) dan perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata)
c. Perjanjian menurut namanya, dibedakan menjadi perjanjian khusus/bernama/nominaat dan perjanjian umum/tidak bernama/innominaat/perjanjian jenis baru (Pasal 1319 KUH Perdata).20
1) Perjanjian khusus/bernama/nominaat, adalah perjanjian yang memiliki nama dan diatur dalam KUH Perdata. Contoh, perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam buku III Bab V-XVIII KUH Perdata. Contoh : perjanjian jual beli, perjanjian tukar menukar, perjanjian sewa menyewa, perjanjian untuk melakukan perkerjaan, perjanjian pinjam pakai, perjanjian pinjam meminjam dan sebagainya.
19 Salim HS,Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia,Sinar Grafika,2003,hal.9 20 Ibid. Hal 18
Universitas Sumatera Utara

2) Perjanjian umum/tidak bernama/innominat/perjanjian jenis baru, adalah perjanjian yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat karena asas kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUH Perdata diundangkan.21
d. Perjanjian menurut bentuknya ada 2 macam, yaitu perjanjian lisan/tidak tertulis dan perjanjian tertulis, termasuk perjanjian lisan adalah Perjanjian konsensual dan perjanjian riil. Perjanjian konsesual adalah perjanjian diantara kedua belah pihak yang telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUH Perdata perjanjian ini sudah memiliki kekuatan mengikat (Pasal 1338 KUH Perdata).
Sedangkan perjanjian riil adalah perjanjian yang dimana berlaku setelah terjadi penyerahan barang. Misalnya, perjanjian penitipan barang (pasal 1692 KUH Perdata), pinjam pakai (pasal 1740 KUH Perdata).22
Perjanjian yang termasuk dengan perjanjian tertulis, adalah perjanjian standar dan perjanjian formal. Perjanjian standar atau baku perjanjian tertulis berbentuk tertulis berupa formulir yang isinya telah dibakukan terlebih dahulua secara sepihak olehprodusen, bersifat massal, tanpa mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen. Sedangkan,perjanjian formal adalah perjanjian yang telah ditetapkan dengan formalitas tertentu. Misalnya, perjanjian perdamaian yang harus secara tertulis (pasal 1851 KUH Perdata)
21 Ibid hal. 4 dan 17 22 Mariam Darus Badrulzaman, 2005,Op.cit., hal. 21
Universitas Sumatera Utara

e. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya menurut Mariam Darus Badrulzaman23, yaitu:
1) Perjanjian liberator, yaitu perjanjian yang para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang (kwijschelding) pasal 1438 KUH Perdata.
2) Perjanjian pembuktian (beweijsovereenkomst), yaitu perjanjian antara pihak untuk menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.
3) Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi pasal 1774 KUH Perdata.
4) Perjanjian publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah sau pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintahan), misalnya perjanjian ikatan dinas dan perjanjian pengadaan barang pemerintah (keppres No.29/84)
f. Perjanjian campuran/contractus sui generis, perjanjian ini terdapat unsur-unsur dari beberapa perjanjian bernama yang terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan sebagai perjanjian yang berdiri sendiri. Contoh perjanjian pemilik hotel dengan tamunya.
g. Perjanjian garansi (Pasal 1316 KUH Perdata) dan Derden Beding (Pasal 1317 KUH Perdata), perjanjian garansi adalah suatu perjanjian dimana seorang menjamin pihak lain (lawan janjinya) bahwa seorang pihak ketiga yang ada
23 Ibid hal.21
Universitas Sumatera Utara

diluar perjanjian (bukan pihakdalam perjanjian yang bersangkutan) akan melakukan sesuatu dan kalau sampai terjadi pihak ketiga tidak memenuhi kewjajibannya, maka ia akan bertanggung jawab untuk itu.
Derden Bending (janji pihak ketiga) berdasarkan asas pribadi suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian sendiri dan para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga, kecuali dalam apa yang disebut dengan janji guna pihak ketiga (pasal 1317 KUH Perdata).
B. Subjek dan Syarat Sahnya Perjanjian
1. Subjek perjanjian
Pada umumnya tidak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkan suatu janji, selain untuk dirinya sendiri. Perjanjian timbul disebabkan oleh dua orang atau lebih, masing-masing orang itu menduduki tempat yang berbeda. Satu orang menjadi pihak kreditur, dan yang seorang lagi menjadi pihak debitur.kreditur dan debitur tersebutlah yang menjadi subjek perjanjian.24
Yang dimaksud dengan subjek perjanjian ialah pihak-pihak yang terikat dengan suatu perjanjian. Subjek hukum dalam perjanjian dibagi atas manusia dan badan hukum, yang kedua-duanya merupakan penunjang hak dan kewajiban. Namun memiliki perbedaan yaitu manusia menjadi subjek hukum sejak dia dilahirkan, sedangkan badan hukum menjadi subjek hukum pada saat benda itu telah didaftarkan dan benda tersebut tidak bernyawa seperti manusia.
24 M Yahya Harahap, Op.cit., hal.15
Universitas Sumatera Utara

Subjek perjanjian diatur dalam pasal 1315, 1317, 1318 dan 1340 KUH Perdata. Ketentuan-ketentuan dalam pasal tersebut dikenal dengan asas pribadi. KUH Perdata membedakan tiga golongan yang tersangkut pada perjanjian25, yaitu:
a) Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri
b) Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya
c) Pihak ketiga.
Pada dasarnya suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu (Pasal 1315 KUH Perdata). Para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga (Pasal 1317 KUH Perdata).
Beralihnya hak kepada ahli waris adalah akibat peralihan dengan alas hak umum yang terjadi pada ahli warisnya. Beralihnya perjanjian kepada orang-orang yang memperoleh hak berdasarkan atas alas hak khusus, misalnya orang yang menggantikan pembeli mendapat haknya sebagai pemilik. Hak terikat

Dokumen yang terkait

Peranan Perencanaan Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II

1 64 61

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

1 67 98

Pelaksanaan Perjanjian Jasa Pemborongan Pekerjaan Penyediaan Air Baku Antara PT. Mitha Prana Chasea Dengan Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara

1 23 156

Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

2 57 68

Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

5 116 68

Prosedur Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Dana di Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

0 12 41

Laporan Praktek kerja Lapangan Di Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR) Badan Penelitian an Pengembangan Kementrian Pekerjaan Umum Bandung

9 120 141

Peranan Aparatur Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSLITBANG SDA) Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Sistem Informasi Geografis Bidang Sumber Daya Air (SIGSDA) Di Kota Bandun

0 25 223

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN - Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Pr

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

0 0 13