Pemanfaatan Alat Deteksi Bunyi untuk Menduga Kadar Air dan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max L. Merrill)

PEMANFAATAN ALAT DETEKSI BUNYI UNTUK
MENDUGA KADAR AIR DAN VIABILITAS BENIH KEDELAI
(Glycine max L. Merrill)

NURUL ROSTAMI DEWI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

ABSTRAK
NURUL ROSTAMI DEWI. Pemanfaatan Alat Deteksi Bunyi untuk Menduga
Kadar Air dan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max L. Merrill).Dibimbing oleh
MR SUHARTANTO dan AKHIRUDDIN MADDU.
Deteksi cepat kadar air dan viabilitas benih sangat penting dalam teknologi
benih. Pemanfaatan bunyi yang dihasilkan benih bila dipantulkan dengan benda
lain adalah salah satu cara yang belum diteliti. Penelitian ini bertujuan
mempelajari pemanfaatan alat deteksi bunyi untuk menduga kadar air dan
viabilitas benih kedelai (Glycine max L. Merrill) dengan melihat frekuensi
gelombang bunyi yang dihasilkan. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan,

percobaan pertama mempelajari pengaruh antara ukuran benih dan kadar air
terhadap frekuensi bunyi yang dihasilkan dari pantulan benih. Percobaan kedua
mempelajari pengaruh antara ukuran benih dan viabilitas terhadap frekuensi bunyi
yang dihasilkan dari pantulan benih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap dengan dua faktor yaitu ukuran benih dankadar air (percobaan 1)serta
ukuran benih dan viabilitas (percobaan 2). Hasil menunjukan bahwa alat deteksi
bunyi dapat digunakan untuk menduga kadar air benih tanpa melihat ukuran benih
namun tidak dapat menduga viabilitas benih. Percobaan pertama memiliki
korelasi yang positif antara kadar air terhadap frekuensi dan memiliki nilai
korelasi (r) 0.95 yang mendekati 1 (≈1), artinya semakin tinggi kadar air maka
frekuensi bunyi yang dihasilkan semakin rendah.
Kata kunci: bunyi, kadar air, kedelai, viabilitas

ABSTRACT
NURUL ROSTAMI DEWI. The Utilization of Sound Detector to Predict Seed
Moisture Content and Viability of Soybean (Glycine max L. Merrill). Supervised
by MR SUHARTANTO and AKHIRUDDIN MADDU.
Quick detection of moisture content and seed viability is very important in
seed technology. The use of sound frequency that produced by seed if that seed
reflected with another material is one method that haven’t yet researched. The

purpose of this research is sound detection to determine moisture content and
viability of soybean seeds by looking the sound waves frequency produced. This
research consisted of two experiments, the first experiment the effect size of seed
and moisture content of the sound frequency. The second experiment the effect
size of seed and viability of the frequency. This research was arranged in the
randomized completely design was used with twofactorsis size of seed and
moisture content (first experiment) and size of seed and viability (second
experiment). The results showed that sound detection can used to estimate the
moisture content of seed but can’t used to estimate viability of seed. Results
showed that sound detection devices can be used to estimate the water content of
seeds without seeing the size of the seed, but can’t used to estimate viability of
seed. The first experiment had a negative correlation between the frequency and
moisture content has a value of correlation (r) 0.95 approach 1 (≈ 1), it meansthe
higher water content, the frequencies lower sound produced.
Keywords: moisture content, sound, soybeen, viability

PEMANFAATAN ALAT DETEKSI BUNYI UNTUK
MENDUGA KADAR AIR DAN VIABILITAS BENIH KEDELAI
(Glycine max L. Merrill)


NURUL ROSTAMI DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi :Pemanfaatan Alat Deteksi Bunyi untuk Menduga Kadar Air dan
Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max L. Merrill)
Nama
:Nurul Rostami Dewi
NIM
:A24090033


Disetujui oleh

Dr Ir M.R Suhartanto, MS
Pembimbing I

Dr Akhiruddin Maddu, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan
judul Pemanfaatan Alat Deteksi Bunyi untuk Menduga Kadar Air dan Viabilitas
Benih Kedelai (Glycine max L. Merrill). Penelitian ini dilaksanakan di

laboratorium ilmu dan teknologi benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian dan laboratorium spektrokopis, Departemen Fisika, IPB
Dramaga Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir M.R Suhartanto, MS dan
Dr Akhiruddin Maddu, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak pengarahan dan bimbingan. Ungkapan terimakasih juga diungkapkan
kepada ayah,ibu, keluarga, rekan, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Nurul Rostami Dewi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Tujuan Penelitian



Hipotesis




TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Air

3
3

Viabilitas dan Vigor Benih

3

Uji Cepat Kadar Air dan Viabilitas

4

Deteksi Bunyi

4

METODE




Waktu dan Tempat Penelitian



Bahan dan Alat



Metode Penelitian

6

Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN

7

10
11 

Percobaan 1

11 

Percobaan 2

13 

KESIMPULAN DAN SARAN

15 

Kesimpulan

15 

Saran


15 

DAFTAR PUSTAKA

15 

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Waktu pelembaban ukuran benih terhadap kadar air
8
2 Rekapitulasihasil sidik ragam tingkat ukuran benih dan kadar air serta
interaksinya terhadap frekuensi

11 
3Nilai tengah pengaruh interaksi ukuran dan kadar air terhadap tolok
ukurfrekuensi
12
4Hubungan antara ukuran benih dan kadar air terhadap frekuensi
13
5Rekapitulasi sidik ragam faktor ukuran dan viabilitas serta interaksinya
terhadap tolok ukur pengamatan
14
6Pengaruh ukuran benih terhadap tolok ukur frekuensi
14
7Pengaruh ukuran benih dan tingkat viabilitas terhadap tolok ukur
pengamatan
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Seperangkat alat deteksi bunyi
Ukuran benih kedelai
Pelembaban kadar air benih kedelai
Desain pengujian deteksi bunyi






DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
besar
3 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
sedang
4 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
kecil
5 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada rata-rata
ukuran benih

17 
18 
18 
19 
19 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Permintaan komoditas kedelai terus meningkat, sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk.Produksi dalam negeri belum mampu
mengimbangi permintaan tersebut.Indonesia hingga sekarang masih mengimpor
kedelai dalam jumlah yang cukup besar. Rata-rata kebutuhan kedelai mencapai 2
juta ton/tahun, sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya 851 647 ton/tahun,
sehingga untuk memenuhinya diperlukan impor sebanyak 1.1 juta ton (Badan
Pusat Statistik 2012).
Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah
cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan sehingga mengurangi
penyediaan benih berkualitas tinggi.Kemunduran benih kedelai selama
penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain
(Copeland dan Donald 1985). Hal tersebut disebabkan benih kedelai mengandung
kadar protein tinggi sebesar 37% dan mengandung kadar lemak 16% (Tatipata
2008).Pengujian kadar air dan viabilitas benih perlu dilakukan untuk mengetahui
kualitas benih.
Pengujian kadar air benih dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengujian langsung dilakukan dengan menggunakan metode oven suhu
rendah maupun suhu tinggi. Metode oven suhu rendah menggunakan suhu
1030±20C selama 17±1 jam untuk benih kedelai, kacang tanah, kapas, wijen, jarak,
cabe, terong, sawi, dan sebagainya. Metode oven suhu tinggi menggunakan suhu
130-1330C selama 4 jam untuk benih jagung, 2 jam untuk benih serealia lainnya
dan 1 jam untuk jenis tanaman lain. Pengujian tidak langsung dapat menggunakan
alatmoisture tester dimana kadar air dapat diketahui secara cepat.
Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengujian langsung dapat dilakukan dengan cara pengujian daya
berkecambah (DB). Menurut Copeland dan Donald (1995), pengujian daya
berkecambah adalah prosedur analisis untuk mengevaluasi perkecambahan benih
pada kondisi yang optimum (favourable).Pengujian tidak langsung dapat
dilakukan dengan uji cepat contohnya uji tetrazolium, daya hantar listrik dan
metode pengusangan cepat.
Salah satu teknologi yang belum pernah digunakan pada pengujian benih
adalah metode deteksi bunyi yang dapat menduga pengujian cepat kadar air dan
viabilitas benih. Menurut Matnuh (2011)gelombang bunyi adalah gelombang
longitudinal yang memiliki tekanan yang disebabkan oleh getaran pada range
frekuensi dari suatu obyek. Bunyi diciptakan oleh getaran dari suatu obyek yang
menyebabkan udara disekitarnya bergetar.
Penggunaan gelombang bunyi dalam menduga kadar air dan viabilitas benih
didasarkan pada frekuensi bunyi benih. Frekuensi bersifat fundamental, yang
artinya nilai frekuensi tidak akan berubah selama sumber bunyi yang dihasilkan
sama tidak mengalami perubahan. Jika benda yang kerapatannya padat dengan
benda yang kerapatannya renggang akan berbeda nilai frekuensinya karena
sumber bunyi yang dihasilkan berbeda. Oleh karena itu, frekuensi sangat
tergantung dengan sumber bunyi bukan intensitas bunyi yang dihasilkan.

2
Benih yang memiliki kadar air tinggi diduga memiliki frekuensi yang
berbeda dengan benih yang memiliki kadar air rendah. Hal tersebut karena
menurut Barlian (1991)kadar air benih kedelai sangat mudah berubah dan sangat
tergantung dengan kelembaban nisbi dan suhu di sekitarnya. Menurut Sadjad
(1994) Benih hidup mampu menghasilkan energi pada organ peyimpanan bahan
cadangan dan dapat menghasilkan sintesa protein untuk pembentukan sel baru
bagi pertumbuhan.Benih mati memiliki komposisi kimia yang berbeda dengan
benih hidup sehingga dapat diduga memiliki frekuensi bunyi yang berbeda.Uji
cepat dengan metode ini diharapkan dapat membantu dalam proses pengujian
benih melalui deteksi frekuensi bunyi yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari pemanfaatan alat deteksi bunyi untuk
menduga kadar air dan viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill) dengan
melihat frekuensi gelombang bunyi yang dihasilkan.
Hipotesis
1. Benih berkadar air rendah memiliki frekuensi yang berbeda dengan benih
berkadar air tinggi.
2. Terdapat perbedaan frekuensi antara benih berviabilitas tinggi dengan
benih berviabilitas rendah.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Air Benih
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih.
Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih.Menurut Copeland dan Mc Donald (1995)benih kedelai masak fisiologis
pada hari ke-61 setelah berbunga pada tingkat kadar air 55% dan masak panen 2
minggu sesudahnya dengan kadar air 14%.Menurut Justice dan Bass (2002) tidak
ada kerusakan benih yang disebabkan oleh pengeringan hingga kadar air sekitar
6%. Benih yang dikeringkan hingga 5% atau lebih rendah, maka benih akan
mudah mengalami berbagai kerusakan. Salah satu kelulusan dalam sertifikasi
benih kedelai adalah kadar air maksimum 12%.
Kadar air benih akan stabil bila mencapai kadar air kesetimbangan.
Perubahan kadar air disebabkan oleh perubahan kelembaban nisbi, suhu
lingkungan maupun keduanya. Kadar air benih merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kemunduran benih (Justice dan Bass 2002).
Benih dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya apabila kadar airnya
diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan.Kadar air optimum dalam
penyimpanan bagi sebagian besar benih ortodoks adalah antara 6-11% (Indartono
2011). Viabilitas benih yang disimpan dengan kadar air yang tinggi akan cepat
sekali mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan benih bersifat higroskopis
sehingga benih mudah menyerap atau mengeluarkan zat cair dari lingkungan
sekitarnya dan proses ini berlangsung terus menerus hingga kandungan airnya
setimbang dengan udara disekitarnya.
Vigor dan Viabilitas Benih
Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih
tersebut.Viabillitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan
melalui pertumbuhan atau struktur tumbuh kecambah.Viabillitas benih dibedakan
menjadi viabilitas potensial (Vp) dan vigor (Vg) (Sadjad 1994).Viabilitas
potensial merupakan parameter viabilitas lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi
optimum.Parameter viabilitas potensial memilki dua tolok ukur yaitu daya
berkecambah (DB) dan bobot kering kecambah normal (BKKN).
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi sub optimum (lapang). Vigor benih terbukti
berpengaruh pada pertumbuhan di lapang.Benih bervigor rendah memiliki
integritas membran yang rendah sebagai akibat dari deteriorasi selama
penyimpanan dan adanya luka mekanis (Copeland dan McDonald 1994).Vigor
benih dapat dideteksi secara dini dari integritas membran sel yang dapat diukur
melalui konduktivitas kebocoran benih. Menurut Saenong (1989)daya hantar
listrik dapat digunakan sebagai indikator vigor benih oleh pengaruh induced
karena didasarkan pada kepekaannya membedakan keragaman antar lot benih.
Menurut Sadjad (1993) benih bervigor tinggi tidak menunjukkan perbedaan
pertumbuhan di lapang dan daya berkecambah di laboratorium, serta benih

4
tersebut mampu bersaing baik dengan jenis tanaman yang sama atau tanaman lain.
Benih bervigor tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) tahan disimpan lama,
(2) tahan serangan hama dan penyakit, (3) cepat dan merata pertumbuhannya dan
(4) mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik
dalam keadaan lingkungan yang suboptimum.
Uji Cepat Kadar air dan Viabilitas Benih
Pengujian kadar air benih dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengujian langsung dilakukan dengan menggunakan metode oven suhu
rendah maupun suhu tinggi.Pengujian tidak langsung menggunakan alat moisture
tester. Pengujian cepat kadar air menggunakan alat moisture testerdapat
mengetahui kadar air secara cepat dan harus dikalibrasi terlebih dahulu secara
rutin agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Keunggulan pengujian secara langsung (oven) antara lainketelitian hasil
lebih tinggi dan dapat digunakan untuk semua jenis benih, sedangkan
kelemahannya banyak membutuhkan peralatan yang digunakan dan memerlukan
waktu yang lama. Keunggulan pengujian secara tidak langsung (moisture tester)
adalah hasil dapat diperoleh dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu yang
lama, sedangkan kelemahannya tidak bisa digunakan untuk berbagai jenis benih,
membutuhkan kalibrasi setiap kali digunakandan tidak sensitif bila digunakan
untuk mengukur kadar air benih yang relatif rendah.
Salah satu pengujian cepat viabilitas adalah penggunaan gelombang Near
Infrared (NIR).Menurut Firdaus (2013) penggunaan gelombang NIR untuk
menentukan viabilitas benih didasarkan pada absorbansi kandungan biokimia
dalam benih terhadap gelombang NIR.Pemanfaatan NIR dilakukan dengan
mengkorelasikan secara statistik sinyal NIR pada beberapa panjang gelombang
tertentu dengan karakteristik atau kandungan bahan yang diukur.Kelebihan
metode ini adalah dapat menganalisa dengan kecepatan tinggi, tidak menimbulkan
polusi, penggunaan preparat contoh sederhana dan tidak memerlukan bahan kimia.
Deteksi Bunyi
Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang memiliki tekanan
yang disebabkan oleh getaran pada range frekuensi dari suatu obyek. Gelombang
bunyi bervariasi sebagaimana variasi tekanan media perantara seperti udara
(Matnuh 2011).Sumber bunyi dihasilkan dari benda yang jatuh sehingga udara
disekitarnya bergetar.Tinggi rendahnya bunyi ditentukan oleh frekuensi.Frekuensi
semakin tinggi bunyi yang dihasilkan juga semakin tinggi, dan sebaliknya.Kuat
atau lemahnya bunyi ditentukan oleh amplitudo gelombang bunyi.Semakin besar
amplitudo semakin kuat bunyinya, dan sebaliknya.
Hasil penelitian Hikling dan Wei(1995) menunjukkan dalam suatu lot benih
terdapat gelombang suara yang dihasilkan dari proses transmisi yang terbawa oleh
udara, misalnya transmisi melalui fase gas diantara benih. Ketika gelombang
suara yang terbawa udara bersentuhan dengan lot benih, maka bagian dari energi
tersebut akan terpantulkan. Menurut Guo et al. (2005) dalam penelitiannya telah

5
menemukan bahwa pada lot benih, mekanisme absorbsi atau penyerapan suara
bergantung secara signifikan pada ukuran partikel dan bentuk benih.
Menurut Suwardi (2010) tanaman kedelai yang mendapatkan perlakuan
frekuensi bunyi 10 kHz mengalami kelajuan tumbuh yang paling tinggi
dibandingkan sampel lainnya.Hal ini membuktikan bahwa frekuensi 10 kHz
mendapat respon yang baik, diduga frekuensi ini dapat merangsang aktivitas
enzim pada kotiledon benih sehingga dapat tumbuh dengan cepat. Rambatan
energi yangmenyertai getaran bunyi sangat mempengaruhi berbagai proses yang
berlangsung dalam sel benih kedelai terkait dengan fisiologisnya.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2013.Penelitian
dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura dan Laboratorium Spektroskopi, Departemen Fisika, Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro yang dipanen pada bulan Desember 2012 yang diperoleh dari
BALITKABI, Malang.Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu plastik
polyethilene, kertas stensil, kain strimin, plastik, solatif, label dan kertas amplop.
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sound Sensor Pasco
Scientific CI-6506B, alat pemindai Science Workshop® 750 Interface (Gambar 1)
serta perangkat lunak Data Studio. Alat-alat lainnya yaitu timbangan digital, oven
pengering (103±2oC), oven pemanas (40oC), desikator, sealer, alat pengepres IPB
75-1, germinator IPB 72-1, bak plastik, cawan, pinset, kaca,box sterofoam dan
termohigrometer.
Keterangan:
1. Alat pemindai Scine
Workshop ®750
Interface
2. Sound Sensor Pasco
Scientific CI-6506B
3. Kabel penghubung

Gambar 1 Seperangkatalat deteksi bunyi

6
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 adalahpengaruh
ukuran dan kadar air benihterhadap frekuensi bunyi yang dihasilkan dan
percobaan 2 adalah pengaruh ukuran dan viabilitas benih terhadap frekuensi bunyi
yang dihasilkan. Diagram alir pelaksanaan penelitian ditampilkan pada Lampiran
1.
Percobaan 1. Pengaruh Ukuran dan Kadar Air Benih terhadap Frekuensi
ffffffBunyi
Percobaan pertama yaitu pengaruh ukuran dan kadar air benih terhadap
frekuensi bunyi. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) dengan dua faktor.Faktor yang pertama adalah
ukuran benih yang terdiri dari tiga taraf yaitu benih ukuran besar (B1), sedang
(B2) dan kecil (B3). Faktor kedua adalah kadar air benih dengan empat taraf
yaitu±8% (K0), ±12% (K1), ±16%(K2) dan ±20% (K3). Percobaan ini akan
diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan.Model
rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yij = µ + Ki + Bj + (KB)ij + ij
Keterangan :
Yij
:nilai pengamatan pada perlakuan kadar air pada taraf ke-i dan s
aaaaaaaperlakuanuukuran benih pada taraf ke-j
µ
:nilai tengah populasi
Ki
:pengaruh perlakuan kadar air pada taraf ke-i
Bj
:pengaruh ukuran benih pada taraf ke-j
(KB)ij :pengaruh interaksi antara kadar air pada taraf ke-idan ukuran benih pada
ttaraf ke-j
: pengaruh galat perlakuan percobaan
ij
Uji nilai tengah yang digunakan pada hasil yang berpengaruh nyata pada
analisis ini menggunakan Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata
5%.
Data yang dihasilkan akan dianalisis menggunakan pendekatan analisis
regresi dan pendekatan analisis korelasi untuk melihat hubungan antar perlakuan.
Pendekatan dengan analisis regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui
dan menduga hubungan antara peubah kadar air benih dengan frekuensi bunyi,
dari analisis tersebut akan diperoleh persamaan regresi yaitu:
Y = a + bX
Keterangan :
Y : Frekuensi bunyi (peubah bebas)
a : Titik potong garis dengan sumbu y
b : Kemiringan garis
X : Peubah kadar air (peubah tetap)
Pendekatan dengan analisis korelasi regresi antara berbagai peubah kadar air
dengan frekuensi bunyi. Sumbu x adalah peubah kadar air benih, sedangkan
sumbu y adalah peubah frekuensi bunyi. Nilai koefisien korelasi (r) digunakan
untuk melihat arah dan keeratan hubungan kedua peubah (Walpole 1997). Nilai

7
koefisien korelasi yang mendekati 1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya keeratan
hubungan antara peubah kadar air benih dengan frekuensi bunyi.
Percobaan 2.Pengaruh Ukuran dan Viabilitas Benih terhadap Frekuensi
Bunyi
Percobaan kedua yaitu pengaruh ukuran dan viabilitas benih terhadap
frekuensi bunyi.Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) dengan dua faktor.Faktor yang pertama adalah
ukuran benih yang terdiri dari tiga taraf yaitu benih ukuran besar (B1), sedang
(B2) dan kecil (B3). Faktor kedua adalah tingkat viabilitas benih dengan tiga taraf
yaitu ≥80% (V1), 60-79%(V2) dan ≤59%(V3).Percobaan ini akan dilakukan
sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Model rancangan
percobaan yang digunakan adalah :
Yij = µ + Vi + Bj + (VB)ij + ij
Keterangan :
: nilai pengamatan pada perlakuan viabilitas pada taraf ke-i dan s aaaaaaa
Yij
perlakuanuukuran benih pada taraf ke-j
µ
: nilai tengah populasi
Vi
: pengaruh perlakuan viabilitas pada taraf ke-i
Bj
: pengaruh ukuran benih pada taraf ke-j
(VB)ij : pengaruh interaksi antara viabilitas pada taraf ke-i dan ukuran benih pada
t
taraf ke-j
: pengaruh galat perlakuan percobaan
ij
Uji nilai tengah yang digunakan pada hasil yang berpengaruh nyata pada
analisis ini menggunakan Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata
5%.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembuatan lot
benih berdasarkan ukuran benih yang digunakan dalam percobaan pertama dan
kedua. Pemilahan ukuran benih dilakukan dengan cara mengayak benih pada
ayakan dengan diameter lubang 0.64 cm (benih besar), 0.6 cm (benih sedang) dan
0.58 cm (benih kecil) (Gambar 2). Setelah diayak dihitung berdasarkan bobot 100
butir benih kedelai varietas Anjasmoro dapat digolongkan menjadi tiga ukuran
yaitu benih besar (14.7 gr/100 butir), benih sedang (12.3 gr/100 butir) dan benih
kecil (10.8 gr/100 butir). Benih yang digunakan adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro yang dipanen pada bulan Desember 2012 dengan kadar air awal
8.51% dan daya berkecambah awal 90%.

Gambar 2 Ukuran benih kedelai

8
Percobaan 1.Pengaruh Ukuran dan Kadar Air Benih terhadap Frekuensi
Bunyi
Percobaan pertama dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran dan kadar air
benih terhadap frekuensi bunyi yang dihasilkan. Pembuatan lot benih pada
percobaan pertama dilakukan untuk mendapatkan kadar air yang berbeda. Lot
benih tersebut terdiri dari kadar air ±8%, ±12%, ±16% dan ±20%. Pembuatan
kadar air dapat dilakukan dengan cara pelembaban tertutup menggunakan toples
yang didalamnya berisi air sebanyak 3 liter dengan waktu yang berbeda dari setiap
ukuran benih. Lot benih diletakkan diatas saringan yang berada di dalam toples
pada suhu 25-280C dan kelembaban 68-70% (Gambar 3 ).
Tabel 1 menunjukan hasil dari waktu pelembaban ukuran benih yang
berbeda-beda.Hal ini menunjukkan bahwa benih kecil memiliki respon
impermeabilitas yang tinggi terhadap air dibandingkan dengan benih besar, karena
benih kecil memiliki kualitas kulit yang lebih baik.
Tabel 1 Waktu pelembaban ukuran benih terhadap kadar air
Ukuran Benih

± 8%

Besar
Sedang
Kecil

0
0
0

Kadar Air (%)
± 12%
± 16%
Jam
9
19
9
19
9
17

± 20%
30
24
22

Pengujiankadar air menggunakan metode langsung dengan metode oven
suhu rendah konstan dengan suhu 103 ± 20C, selama 17 ± 1 jam. Cawan porselin
beserta tutup ditimbang (M1). Benih diambil sebanyak tiga ulangan untuk setiap
percobaan. Benih diambil sebanyak 25 butir kemudian ditimbang (M2), lalu
dimasukkan kedalam oven. Setelah 17±1 jam benih diangkat dan langsung
dimasukkan kedalam desikator selama ±30menit untuk menyerap panas,
kemudian dilakukan penimbangan kembali (M3).Benih yang sudah dilembabkan
kemudian dilakukan uji pendeteksian frekuensi bunyi menggunakan alat deteksi
bunyi.

Gambar 3 Pelembaban kadar air benih kedelai

9
Percobaan 2.Pengaruh Ukuran dan Viabilitas Benih terhadap Frekuensi
Bunyi
Percobaan kedua dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran dan viabilitas
benih terhadap frekuensi bunyi yang dihasilkan.Pembuatan lot benih pada
percobaan kedua dilakukan untuk mendapatkan viabilitas yang berbeda. Lot benih
tersebut terdiri dari penyimpan benih pada ruang AC (V1), pengusangan fisik
selama 52 jam (V2) dan pengusangan fisik selama 72 jam (V3). Penyimpanan
benih pada ruang AC dilakukan agar mendapatkan viabilitas tetap tinggi atau
stabil. Pengusangan fisik dilakukan dengan cara benih kedelai disimpan pada
kotak plastik dengan saringan pada bagian atas yang berisi air sebanyak 40 ml
untuk menciptakan kondisi RH tinggi dalam kotak tersebut. Kotak ditutup dan
disimpan dalam oven dengan suhu 400C selama periode yang telah ditentukan
yaitu 52 jam dan 72 jam.
Benih selanjutnya dipaparkan pada suhu ruang selama empat hari dengan
tujuan kadar air benih mencapai kesetimbangan sebesar ±12%, sehingga kadar air
pada semua perlakuan penderaan dapat seragam dan tidak menjadi faktor yang
mempengaruhi dalam pengujian viabilitas serta vigor benih. Benih yang telah
dipaparkan digunakan untuk menguji viabilitas dan vigor benih serta frekuensi
bunyi benih.
Pengujian Deteksi Bunyi
Pengujian deteksi frekuensi bunyi (Gambar 4) baik pada percobaan pertama
dan kedua menggunakan box sterofoam tertutup yang berukuran panjang 46 cm,
lebar 30 cm dan tinggi 28 cm, pipa dengan tinggi 10 cm serta menggunakan alas
kaca yang berukuran 13 cm x 10 cm. Box sterofoam didesain agar kedap suara
menggunakan kain sehingga dapat mengurangi bising dari luar. Cara untuk
mendeteksi bunyi dilakukan dengan menaruh alas kaca yang miring dan alat
deteksi bunyi Sound Sensor Pasco Scientific CI-6506B diletakkan disamping
kaca.Benih dijatukan satu per satu sebanyak 25 butir per ulangan dari ketinggian
38 cm, dipindai menggunakan Science Workshop® 750 Interface lalu muncul
frekuensi bunyi di perangkat lunak Data Studio.Hasil dari amplitudo tertinggi
yang pertama diduga bunyi pantulan benih dan kaca.

Gambar 4 Desain pengujian deteksi bunyi

10
Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk menganalisis mutu benih meliputi analisis
berbagai parameter viabilitas dan vigor yang meliputi persentase kadar air, daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan
bobot kering kecambah normal. Pengamatan deteksi bunyi yaitu frekuensi bunyi.
1. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah normal dalam lingkungan tumbuh yang optimum.Menurut Dina et al.
(2006) yang dimaksud dengan daya berkecambah dalam pengujian laboratorium
adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai suatu tahap dimana struktur
esensialnya mengindikasikan dapat tidak berkembang lebih lanjut menjadi
tanaman yang memuaskan pada kondisi tanah yang sesuai.Uji daya berkecambah
dilakukan dengan metode UKDdp (Uji Kertas Didirikan dalam Plastik).Daya
berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal pada hari ke-3 dan
ke-5.
DB (%) = Σ KN I + KN II × 100%
Benih yang ditanam

Keterangan :
KN I : Kecambah Normal pada hitungan I
KN II : Kecambah Normal pada hitungan II

2. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi Tumbuh Maksimum (PTM) adalah tolak ukur viabilitas total benih
yang diukur berdasarkan persentase benih yang hidup. Rumus yang digunakan
adalah :
PTM =







x 100%

3. Kadar Air (KA)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode langsung menggunakan
ovensuhu rendah konstan (103±2)oC selama (17±1) jam. Jumlah benih yang
digunakan untuk setiap perlakuan dan ulangan berjumlah 25 butir. Kadar air benih
dihitung dengan rumus:
KA(%) =

Keterangan :
M1 = berat cawan + tutup
M2 = berat benih + M1 sebelum dioven
M3 = berat benih + M1 setelah dioven

M
M

M
M

x 100%

4. Indeks Vigor (IV)
Presentase kecambah normal pada hitungan pertama pengujian daya
berkecambah menunjukkan presentase benih yang cepat berkecambah dan hal ini
menunjukkan indeks vigor.Rumus yang digunakan adalah:
IV(%) =

∑ KN I
x 100%
∑ benih yang ditanam

Keterangan:
Σ KN I = jumlah kecambah normal pada hari ke-3

11
5. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan jumlah tambahan perkecambahan
setiap hari atau etmal selama kurun waktu perkecambahan.Pengamatan dilakukan
setiap hari setelah munculnya kecambah normal hari pertama pengamatan hingga
akhir pengamatan. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus:
KCT (% per etmal) = ∑

Keterangan:
t = waktu pengamatan (etmal)
N = persentase kecambah normal setiap pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan
6. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Seluruh kecambah normal dibungkus dengan menggunakan amplop,
kemudian di oven pada suhu 600C selama 3×24 jam.Selanjutnya kecambah
dimasukkan ke dalam desikator ± 30 menit dan ditimbang.Pengujian ini dilakukan
di akhir pengamatan ketika pengamatan daya berkecambah telah selesai.
7. Frekuensi bunyi
Frekuensi bunyi diukur berdasarkan hasil bunyi dari jatuhnya benih yang
terekam oleh alat deteksi bunyi dan ditampilkan hasilnya pada layar
komputer.Nilai frekuensi diukur menggunakan perangkat lunak yaitu Data Studio.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Pengaruh Ukuran dan Kadar Air Benih terhadap Frekuensi
Bunyi
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara
ukuran benih dan kadar air, namunsetiap faktor tunggal tidak berpengaruh nyata
terhadap tolok ukur frekuensi. Benih kedelai bersifat higroskopis, sehingga kadar
air benih kedelai sangat mudah berubah dan sangat tergantung dengan
kelembapan nisbi dan suhu di sekitarnya. Menurut Dina et al. (2006) benih yang
berukuran lebih besar mempunyai tingkat kemunduran benih yang relatif cepat
dibanding ukuran benih yang lebih kecil, karena kandungan cadangan makanan
pada benih ukuran yang lebih besar terdapat protein dan lemak yang banyak
sehingga jika terjadi penguapan benih akan mempengaruhi terhadap
meningkatnya kadar air.
Tabel 2Rekapitulasihasilsidik ragam tingkat ukuran benih dan kadarair serta
interaksinya terhadap frekuensi
Keragaman
Ukuran (U)
Kadar air (KA)
U x KA
a

** : berpengaruh sangat nyata pada α = 1%, tn : tidak nyata

Tolok Ukur
Frekuensi (Hz)a
tn
tn
**

12
Berdasarkan Tabel 3, pada benih yang berukuran besar dan kecil tidak
berbeda nilai frekuensinya dengan semakin meningkatnya kadar air benih,
sedangkan pada benih berukuran sedang semakin tinggi kadar air maka nilai
frekuensinya juga semakin tinggi. Benih berukuran sedang dengan kadar air ±20%
memiliki nilai frekuensi yang lebih besar dibandingkan dengan benih berukuran
besar dan kecil yang dihasilkan.
Benih berukuran sedang memiliki nilai frekuensi tertinggi terdapat pada
kadar air ± 20% yaitu 518.71 Hz dan nilai terendah terdapat pada kadar air ± 8%
yaitu 300.83 Hz. Hal ini diduga karena semakin tinggi kadar air maka kondisi
embrio benih semakin basah tetapi kulit benih dalam kondisi kering sehingga
berat benih meningkat dan gaya gravitasi benih jatuh semakin meningkat. Hal lain
pun diduga karena bunyi yang dihasilkan merupakan bunyi pantulan benih dan
kaca bukan dari bunyi benih saja. Bunyi dengan frekuensi rendah menghasilkan
bentuk gelombang yang kurang rapat dan sebaliknya, bunyi dengan frekuensi
tinggi menghasilkan bentuk gelombang yang rapat.
Tabel 3Nilai tengah pengaruh interaksi ukuran dan kadar air terhadap tolok ukur
ffrekuensi
Ukuran
Benih
Besar
Sedang
Kecil
a

Kadar Air (%)
± 8%
± 12%
± 16%
± 20%
…………….……......Frekuensi (Hz)a………..……………….
389.10abcd
485.84abbb
386.10bcd
349.01cdk
300.83dddd
422.99abcd
473.24abc
518.71ah
325.65da
414.34abcd
410.11abcd
340.84cdb

Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis korelasi regresi antara kadar air dengan
frekuensi dari lot benih pada tiga tingkat ukuran benih. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada benih berukuran sedang memiliki nilai korelasi yang
positif antara kadar air dengan frekuensi, artinya semakin tinggi kadar air benih
maka nilai frekuensi juga semakin tinggi. Benih berukuran besar dan kecil
memiliki nilai korelasi yang negatif, artinya semakin tinggikadar air maka nilai
frekuensinya semakin rendah. Menurut Doelle dan Leisle(1985) bunyi asli dan
bunyi pantul berbaur menjadi suatu yang tidak jelas serta terganggu noise dari luar
sehingga kadar air yang lebih tinggi memiliki frekuensi yang tinggi.
Nilai korelasi (r) dari analisis regresi kadar air dengan frekuensi (Tabel 4)
menunjukkan bahwa ukuran benih sedang memiliki nilai yang mendekati 1 (≈1).
Hal ini menunjukkan bahwa benih berukuran sedang lebih memiliki keeratan
hubungan antara kadar air dengan frekuensi daripada benih berukuran besar dan
kecil.
Pada hasil rata-rata Tabel 4 menunjukan hasil analisis regresi korelasi antara
kadar air dengan frekuensi dari lot benih. Hasil yang diperoleh bahwa memiliki
korelasi yang negatif antara kadar air dan frekuensi, artinya semakin tinggi kadar
air maka nilai frekuensi bunyi benih semakin rendah. Hal ini sejalan dengan
apabila tali direntangkan dan dilonggarkan akan berbeda nilai frekuensi yang
dihasilkan. Menurut Amoodeh et al. (2006) beberapa penelitian telah
mengaplikasikan metode akustik dalam pengujian benih, misalnya analisis sinyal

13
akustik yang dihasilkan oleh benturan dinamis benih, telah digunakan untuk
menentukan kadar air benih.
Tabel 4Hubungan antara ukuran benih dan kadar air terhadap frekuensi
Persamaan Regresi

R2

r

Besar
Sedang

-6.081x + 505.7
17.59x + 182.5

0.2nn
0.935

0.44tn
0.96*

Kecil
Rata-rata

-8.383x + 490.1
-11.79x + 502.1

0.883
0.911

0.93tn
0.95*

Ukuran Benih

a

* berpengaruh nyata pada α = 5%, tn : tidak nyata

Nilai korelasi rata-rata (r) dari analisis regresi kadar air dengan frekuensi
menunjukkan bahwa lot benih memiliki nilai yang mendekati 1 (≈1). Hal ini
menunjukkan bahwa memiliki keeratan hubungan antara kadar air dengan
frekuensi.
Percobaan 2.Pengaruh Ukuran dan Viabilitas Benih terhadap Frekuensi
Bunyi
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan ukuran
benih dan viabilitas terhadap frekuensi bunyi. Pembuatan tingkat viabilitas
dilakukan dengan cara penyimpanan dalam ruang ber-AC dengan suhu 20oC (V1),
pengusangan fisik dengan oven suhu 400C selama 52 jam (V2) dan pengusangan
fisik dengan oven suhu 40oC selama 72 jam (V3). Selama pengujian pengusangan
fisik benih menyerap uap air dari lingkungan yang lembab sehingga kadar air
meningkat bersamaan dengan meningkatnya suhu yang menyebabkan
penambahan berat benih yang lebih cepat.
Benih yang telah diberi perlakuan dipaparkan selama 4 hari di ruang suhu
kamar dengan tujuan kadar air benih mencapai kesetimbangan sebesar ± 12%,
sehingga kadar air pada semua perlakuan penderaan dapat seragam dan tidak
menjadi faktor yang mempengaruhi dalam pengujian viabilitas.
Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi antara kedua faktor terhadap semua tolok ukur pengamatan.Pengaruh
faktor tunggal ukuran benih berpengaruh nyata terhadap tolok ukur frekuensi
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap DB, IV, KcT, PTM dan BKKN.Pengaruh
faktor tunggal tingkat viabilitas berpengaruh nyata terhadap tolok ukur DB, IV,
KcT, PTM dan BKKN, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur
frekuensi.
Selama pengujian, benih akan menyerap uap air dari lingkungan yang
lembab sehingga kadar air meningkat. Benih yang memiliki vigor tinggi mampu
bertahan pada kondisi yang ekstrim dan proses penuaan yang lebih lambat
dibandingkan dengan lot benih yang mempunyai vigor rendah. Viabilitas setelah
didera fisik pada benih vigor tinggi akan tetap memiliki total kecambah normal
yang tinggi, sedangkan lot benih dengan vigor rendah total kecambah normalnya
pun rendah.

14
Tabel 5Rekapitulasi sidik ragam faktor ukuran dan viabilitas serta interaksinya
terhadap tolok ukur pengamatan
Tolok ukura

Sumber
keragaman

Frek (Hz) DB(%) IV(%)
Ukuran benih
*
tn
tn
Tingkat Viabilitas
tn
*
*
UxV
tn
tn
tn

KCT(%/etmal)
tn
*
tn

PTM(%)
tn
*
tn

BKKN(g)
tn
*
tn

a

Frek : Frekuensi; DB : Daya Berkecambah; IV : Indeks Vigor; KCT : Kecepatan Tumbuh;
PTM :Potensi Tumbuh Maksimum; BKKN: Berat Kering Kecambah Normal. * : berpengaruh
nyata pada α = 5%, tn : tidak nyata.

Hasil Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai frekuensi tertinggi diperoleh pada
benih berukuran sedang yaitu 482.36 Hz. Menurut Gabriel (2001) benda yang
bergetar dengan frekuensi tinggi menandakan bahwa dalam suatu waktu tertentu
benda itu melakukan banyak getaran lengkap sedangkan benda yang bergetar
dengan frekuensi rendah menandakan bahwa dalam suatu waktu tertentu benda itu
melakukan getaran tidak lengkap.
Tabel 6 Pengaruh ukuran benih terhadap tolok ukur frekuensi
Ukuran Benih
Besar
Sedang
Kecil

Tolok ukur
Frek (Hz)a
405.96b
482.36a
378.98b

a

Frek : Frekuensi. Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyatapada
gDMRT 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan viabilitas dan vigor benih
yang nyata yaitu V1 > V2 > V3.Namun perbedaan viabilitas dan vigor tersebut
tidak diikuti oleh perbedaan frekuensi pada semua lot benih baik benih yang
berukuran besar, sedang maupun kecil.
Secara umum nilai frekuensi tidak sensitif dengan tolok ukur lain (DB, IV,
KCT, PTM dan BKKN). Hal tersebut disebabkan proses terjadinya kemunduran
benih sangat kompleks, salah satu contohnya adalah peningkatan enzim akibat
adanya penurunan aktivitas benih, sehingga terjadi perombakan enzim yang
berdampak pada terhambatnya proses perkecambahan benih. Menurut Kapoor et al.
(2001), kecepatan kemunduran dipengaruhi oleh kadar air dan suhu selama
penyimpanan. Benih yang mengalami kemunduran terjadi berbagai perubahan
biokimia antara lain perubahan membran, cadangan makanan, aktivitas enzim,
respirasi serta laju sintesis dan kromosom.

15
Tabel 7 Pengaruh ukuran benih dan tingkat viabilitas terhadap tolok ukur
pengamatan
Tolok ukura
Ukuran
Benih

Tingkat
Viabilitas

IV (%)

PTM
(%)

KcT(%
per
etmal)

BKKN
(g)

86.00a
70.00b

42.00a
20.00b

98.00a
90.00a

46.11a
37.98b

0.95am
0.70abn

375.58
515.35
510.31

36.67c
85.33a
65.33b

8.00bb
44.00a
16.00b

71.33b
96.67a
90.67a

28.09c
47.06a
34.40b

0.53bm
0.93a
0.75b

V3
V1
V2

421.42
398.15
371.96

28.00c
84.00a
65.33b

8.00bn
46.67a
18.67b

67.33b
94.00a
87.33a

32.20b
46.48a
35.84b

0.29c
0.74a
0.65a

V3

366.83

40.67c

8.00cb

70.67b

31.53b

0.42b

Frekuensi
(Hz)

DB (%)

Besar

V1
V2

429.57
412.72

Sedang

V3
V1
V2

Kecil
a

V1 : penyimpanan dalam suhu ruang ber-AC; V2 : pengusangan fisik selama 52 jam; V3 :
pengusangan fisik 72 jam. Frek : Frekuensi; DB : Daya Berkecambah; IV : Indeks Vigor; KCT :
Kecepatan Tumbuh; PTM : Potensi Tumbuh Maksimum; BKKN : Berat Kering Kecambah
Normal. Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT
5%.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Alat Sound Sensor Pasco Scientific CI-6506Bpada percobaan pertamadapat
digunakan untuk menduga kadar air tanpa melihat ukuran benih. Lot benih
memiliki nilai korelasi yang negatif dengan frekuensi, artinya semakin tinggi
kadar air maka frekuensi bunyinya semakin rendah.Percobaan kedua alat Sound
Sensor Pasco Scientific CI-6506B tidak dapat mendeteksi perbedaan tingkat
viabilitas benih.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari efisiensi penggunaan
Sound Sensor Pasco Scientific CI-6506B, perlu dilakukan pemanfaatan sifat
absorbs bunyi pada benih melalui metode transmisi akustik serta perlu dilakukan
pengujian biokimiawi.

DAFTAR PUSTAKA
Amoodeh MT, Khoshtaghaza MH dan Minaei S. 2006. Acoustic on-line grain
moisture meter. Comput.Electron. Agric. 52, 71-78.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data kedelai 2011 [Internet]. [diunduh 2012
Desember 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

16
Barlian J. 1991. Pengadaan benih kedelai dalam rangka pengembangan agro
industri di Indonesia.Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih.Institut
Pertanian Bogor.
Copeland LO dan McDonald. 1985. Principles of Seed Science and Technology.
New York (US): Burgess Publishing Company.
Copeland LO dan McDonald. 1994. Principles of Seed Science and Technology.
nd

2 ed. New York (US): Chapman & Hall.
Copeland LO dan McDonald.1995.Principles of Seed Science and
Technology.New York (US): Chapman and Hill.
Dina, ME Hartati, Ismiatun, Ismanto. 2006. Pengujian vigor. Jurnal Informasi
Pengembangan Mutu Benih. 4( 4):14.
Doelle dan L Leslie. 1985. Akustik Lingkungan. Lea Prasetia, penerjemah.
Surabaya (ID): Erlangga.
Firdaus J. 2013. Aplikasi Teknologi Near Infrared untuk Pendugaan Viabilitas
Benih Padi (Oryza sativa) Varietas Ciherang [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Gabriel JF. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta (ID): Hipokertas.Terjemahan dari:
Environment Acoustic.
Guo M, Shang Z dan Shi H. 2005. Sound absorption measurements of various
types of grain. Acta Acust. United Ac. 91. 915-919.
Hickling R dan Wei W. 1995. Sound transmission in stored grain. Appl. Acoust.
45:1-8.
Indartono. 2011. Pengkajian suhu ruang penyimpanan dan teknik pengemasan
terhadap kualitas benih kedelai. Gema Teknologi. 16 (3): 1-6.
Justice OL dan Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli
R, penerjemah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Terjemahan
dari :ThePrinciples and Practises of Seed Storage.
Kapoor N, Arvind A, Asif M, Hirdesh K dan Asad A. 2011. Physiological and
biochemical changes during seed deterioration in aged seed of rice (Oryza
sativa). American Journal of Plant Physiologi. 6(1): 28-35.
Matnuh. 2011. Pengertian gelombang bunyi. [terhubung berkala]
www.gelombangelektronikadasar.htm [2013 Januari 8]
Sadjad S. 1993. Dari Benih kepada benih.Jakarta (ID): PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia..
Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta (ID): PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Saenong S. 1989. Kontribusi vigor awal terhadap daya simpan benih jagung (Zea
mays L.) dan kedelai (Glycine max L. Merr) [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Suwardi. 2010. Kajian pengaruh penggunaan frekuensi gelombang bunyi terhadap
pertumbuhan benih kedelai. Jurnal Fisika. 7 (2): 1-7.
Tatipati A. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan dan lama simpan terhadap
protein membran dalam mitokondria benih kedelai. Buletin Agronomi. 36 (1):
8-16.
Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd
Edition.

17
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Satu lot benih kedelai
varietas Anjasmoro

Pembuatan tiga ukuran benih:
1. Ukuran benih besar dengan diameter lubang ayakan 0,64 cm
2. Ukuran benih sedang dengan diameter lubang ayakan 0,60 cm
3. Ukuran benih kecil dengan diameter lubang ayakan 0,58 cm

Pembuatan vigor benih:

Pembuatan kadar air:
1. ± 8% (K0) dilembabkan didalam toples
2. ± 12% (K1) dilembabkan didalam
toples
3. ± 16% (K2) dilembabkan didalam
toples
4. ± 20% (K3) dilembabkan didalam
toples

1. ≥ 80% (V1) didalam ruang ber-AC
2. 60-79% (V2) didalam oven suhu 400C selama
52 jam
3. ≤ 59% (V3) didalam oven suhu 400C selama
72 jam

Penyamaan kadar air tiap vigor benih selama 4 hari
di suhu kamar hingga mencapai kadar air ± 12%

Pengamatan frekuensi
bunyi

Analisis viabilitas dan vigor benih:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Daya Berkecambah
Potensi Tumbuh Maksimum
Indeks Vigor
Kecepatan Tumbuh
Berat Kering Kecambah Normal
Kadar Air

Mendeteksi Bunyi

18

Lampiran 2 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
aaaaaaaaaaabesar

Benih Besar
Frekuensi (Hz)

600

y = ‐6.081x + 505.7
R² = 0.200

500
400
300
200
100
0
8

12

16

20

Kadar Air (%)

Lampiran 3 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
aaaaaaaaaa sedang

Benih Sedang
600
Frekuensi (Hz)

500

y = 17.59x + 182.5
R² = 0.935

400
300
200
100
0
8

12

16
Kadar Air (%)

20

19
Lampiran 4 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada ukuran benih
kecil

Benih Kecil
Frekuensi (Hz)

500
400

y = ‐8.383x + 490.1
R² = 0.883

300
200
100
0
8

12

16

20

Kadar Air (%)

Frekuensi (Hz)

Lampiran 5 Garis regresi antara laju kadar air dengan frekuensi pada rata-rata
ukuran benih

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

y = ‐11.79x + 502.1
R² = 0.911
r = 0.95*

8

12

16
Kadar Air (%)

20

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 April 1991 di Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat.Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak TomTom Rustaman
dan Ibu Koryati. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri Semplak 2 Bogor.
Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 6 Bogor pada tahun 2006
dan di SMA Negeri 10 Bogor pada tahun 2009.
Tahun 2009 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI.Penulis diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
pada tahun 2010.Selama menjalani perkuliahan, penulis mendapat beasiswa
penelitian yaitu LIPPO pada tahun 2012.Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah menjabat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi pada tahun
2011.Selain itu, penulis juga mengikuti kepanitian di beberapa acara yang
diadakan di IPB.