BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI UANG ELEKTRONIK
PADA PERBANKAN SYARIAH
A. Analisis Akad Syariah pada Uang Elektronik
Penerbitan uang elektronik pada perbankan syariah akan meningkatkan minat nasabahkonsumen untuk menggunakan jasa Syariah. Kondisi demikian
mendorong adanya satu bentuk tertentu dalam mekanisme transaksi uang
elektronik yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
1. Implementasi Uang Elektronik dalam Tinjauan Akad Syariah
Uang elektronik merupakan alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit,
kemudian nilai uang tersebut disimpan secara elektronik dalam suatu media uang elektronik yang digunakan sebagai alat pembayaran oleh pemegang
kepada pedagang
1
. Uang elektronik pada dasarnya sama seperti uang karena memiliki
fungsi sebagai alat pembayaran atas transaksi jual beli barang
2
. Uang elektronik tersebut dipersamakan dengan uang karena pada saat pemegang
menggunakannya sebagai alat pembayaran kepada pedagang, bagi pedagang
1
Bank of International Settelments, Implications for Central Banks of theDevelopment of Electronic Money, Basle: BIS, 1996, hal. 1
2
Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1112PBI2009, tentang Uang Elektronik, hal. 2
31
tersebut nilai uang elektronik yang berpindah dari media uang elektronik yang dimiliki oleh pemegang ke terminal penampungan nilai uang elektronik milik
pedagang, apapun satuan nilai dalam media uang elektronik tersebut, pada dasarnya berupa nilai uang yang pada waktunya akan ditukarkan kepada
penerbit dalam bentuk uang tunai cash
3
. Dengan dipersamakannya uang elektronik dengan uang, maka
pertukaran antara nilai uang tunai cash dengan nilai uang elektronik merupakan pertukaran atau jual beli mata uang sejenis yang dalam literatur
Fikih Muamalat dikenal dengan Al-Sharf, yaitu tukar-menukar atau jual beli mata uang.
4
Tukar-menukar atau jual beli uang Sharf dalam transaksi uang elektronik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain :
a. Mekanisme Transaksi
Pada saat penerbitan dan pengisian ulang dilakukan dengan cara pemegang menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit,
baik secara langsung maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank, nilai uang yang dibayarkan tersebut
dimasukan menjadi nilai uang elektronik dalam media uang elektronik yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
5
3
Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 1361
4
Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH., Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005, cet. II, hal. 90
5
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1112PBI2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 20 Ayat 1 dan 2
Pada saat uang elektronik digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran kepada pedagang dilakukan secara off-line dengan penerbit
6
. Transaksi pembayaran tersebut dilakukan dengan cara mengurangi secara
langsung nilai uang pada media uang elektronik
7
. b.
Posisi Dana Float Dana float adalah seluruh nilai uang elektronik yang diterima
penerbit atas hasil penerbitan uang elektronik danatau pengisian ulang yang masih merupakan kewajiban penerbit kepada pemegang dan
pedagang
8
. Kewajiban penerbit tersebut merupakan redeemability yang dimaksudkan sebagai bentuk jaminan atau kepastian bagi pemilik nilai
uang elektronik, baik pemegang maupun pedagang bahwa mereka setiap saat dapat menukarkan redeem atau refund nilai uang elektronik tersebut
ke dalam bentuk nilai uang baik berupa uang tunai cash maupun melalui transfer ke rekening yang bersangkutan
9
. Dana float yang disetorkan pemegang kepada penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang mengenai Perbankan
10
. Dana float dapat dikelola oleh pihak penerbit untuk ditempatkan atau diinvestasikan dalam bentuk deposito atau lainnya
6
Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, Jakarta: BI, 2006, hal. 4
7
Prof. Dr. H. Veithal Rivai, M.B.A, dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 1367
8
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1112PBI2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 Ayat 11
9
Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, Jakarta: BI, 2006, hal. 33
10
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1112PBI2009, tentang Uang Elektronik, Pasal 1 Ayat 3 Huruf d
dengan syarat aman dan likuid
11
. Pendapatan atas investasi yang diperoleh dari outstanding dana float yang terhimpun sepenuhnya menjadi hak
penerbit sebagai keuntungan dari penerbitan uang elektronik
12
. c.
Posisi Nilai Uang Elektronik Nilai uang elektronik yang disimpan dalam media uang elektronik
sepenuhnya berada dalam penguasaan pemegang. Pada saat transaksi, perpindahan nilai uang elektronik dari pemegang kepada pedagang dapat
dilakukan secara off-line dan verifikasi cukup dilakukan pada level pedagang, berbeda dengan alat pembayaran elektronik lainnya yang harus
on-line ke komputer penerbit, sehingga dana sepenuhnya berada dalam penguasaan bank sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk
melakukan pembayaran.
13
d. Redeemability
Redeemability merupakan jaminan yang diberikan pihak penerbit atas uang elektronik yang diterbitkannya, bahwa uang elektronik tersebut
dapat ditukarkan kembali dengan uang tunai cash sewaktu-waktu pemegang dan pedagang ingin menukarkannya kembali
14
. Hal tersebut berbeda dalam penyelenggaraan kartu kredit, dimana
jaminan pihak penerbit diberikan kepada pemegang kartu kredit terhadap
11
Ibid, Pasal 17 Ayat 3 Huruf a
12
Bank Indonesia, Paper Kajian mengenai E-Money, Jakarta: BI, 2001, hal. 9
13
Siti Hidayati, dkk, Operasional E-Money, Jakarta: BI, 2006, hal. 4
14
Ibid, hal. 33
pedagang atas semua kewajiban bayar dayn yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu kredit dengan pedagang
15
. 2.
Akad Sharf dalam Kajian Fikih Muamalat a.
Pengertian Sharf Menurut pengertian bahasa, Sharf berarti menjual uang dengan
uang lainnya atau tukar-menukar uang yang dalam bahasa Inggris disebut dengan money changer
16
. Menurut istilah Syara’ Sharf adalah jual beli satu mata uang dengan mata uang yang lain baik mata uang tersebut satu
jenis atau berlainan jenis
17
. b.
Dasar Hukum Sharf Dalam kajian Fikih Muamalat, jual beli mata uang Sharf
termasuk ke dalam bab jual beli yang didasarkan pada firman Allah SWT :
اﺆ ﺮ ا مﺮ و ا ﷲا او ةﺮﻘ ا
:
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Q.S. Al-Baqarah02 : 275
Hadits yang menjadi dasar hukum jual beli mata uang Sharf
salah satunya antara lain :
15
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54DSN-MUIX2006 tentang Syariah Card, Jakarta, tertanggal 11 Oktober 2006
16
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, Beirut: Maktabah al-Syarqiyah, 1986, hal. 423. Lihat juga Muhammad al-Adnani, Mu’jam al-Aghlat al-Lugawiyah al-Mu’ashirah, Beirut:
Maktabah Libanon, 1984, cet. I, hal. 374. Lihat juga Munir Al-Baklabaki, al-Mawrid A Modern English-Arabic Dictionary, Beirut: Dar al-Ilmi Li al-Malayin, 1984, hlm. 588
17
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damsyiq: Daar el-Fikr al- Ma’ashirah, 2004, cet. IV , juz V, hal. 3659
ﺮ ﺎ ﺮ او ﺮ ﺎ ﺮ
او ﺮ ﺎ ﺮ او ﺔﻀ ﺎ ﺔﻀ او هﺬ ﺎ هﺬ ا ﺜ
ﺎ او
ﺪ اﺪ ءاﻮ ءاﻮ ﺜ .
ﺪ اﺪ نﺎآ اذا ﺌ آ اﻮ فﺎ ﺻ ا ﺬه ﺧا اذاو
اور ﺔ ﺎ ﺠ ا
Artinya : jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam,
maka harus sama dan setara jumlahnya secara tunai. Dan jika berbeda jenis, maka jualah sesuai cara kalian asalkan
secara tunai. H.R. Jama’ah
c. Syarat-syarat Sharf
Secara umum jual beli mata uang Sharf diidentikkan dengan tukar menukar antara emas dan emas dan perak dengan perak atau emas
dengan perak. Dengan demikian, yang menjadi syarat-syarat dalam transaksi tukar menukar emas dengan emas dan perak dengan perak atau
emas dengan perak tersebut berlaku juga dalam transaksi jual beli mata uang. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
1 Tunai Al-Taqabudh
Syarat tunai yang dimaksud adalah transaksi dilakukan dan diselesaikan pada tempat kontrak sebelum berpisah antara kedua belah
pihak. Dalam artian bahwa nilai tukar yang diperjualbelikan harus telah dikuasai, baik oleh penjual maupun pembeli sebelum keduanya
berpisah
18
.
18
Ibid, hal. 3660
2 Jumlahnya Sama Al-Tamatsul
Jumlah yang sama dipersyaratkan dalam transaksi Sharf, jika jenis mata uangnya sama, seperti jual beli emas dengan emas dan
perak dengan perak, maka jumlahnya harus sama, yakni sama dalam kualitas dan kuantitasnya walaupun bentuknya berbeda.
19
3 Tidak Boleh Ada Khiyar Syarat
Dalam transaksi Sharf tidak boleh dilakukan Khiyar Syarat antara kedua belah pihak danatau salah satu pihak, karena Khiyar
Syarat bertentangan dengan syarat tunai Al-Taqabudh. Dalam akad Sharf, ketika akad telah selesai, maka kedua belah pihak
memiliki hak sempurna atas nilai uang yang dipertukarkan.
20
4 Tidak Boleh Ditangguhkan
Dalam transaksi Sharf kedua belah pihak danatau salah satu pihak yang bertransaksi tidak boleh menangguhkan penyerahan uang
untuk jangka waktu tertentu, karena uang tersebut harus diterima dan jatuh sebagai hak milik sempurna masing masing pihak sebelum
mereka berpisah, karena penangguhan mengakibatkan memperlambat kepemilikan sempurna terhadap uang, hal tersebut bertentangan
dengan syarat tunai Al-Taqabudh.
21
19
Ibid, hal. 3661
20
Ibid, hal. 3661
21
Ibid, hal. 3662
3. Relevansi Akad Sharf dalam Implementasi Uang Elektronik
Relevansi akad Sharf dalam implementasi uang elektronik dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :
No Syarat Akad Sharf
Implementasi Uang Elektronik
1 Tunai Al-Taqabudh
1. Nilai uang elektronik yang berada di
tangan pemegang sepenuhnya berada dalam kekuasaan pemegang.
2. Dana float yang terkumpul di penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
tentang Perbankan dan sepenuhnya berada dalam penguasaan.
2 Jumlahnya sama
Nilai satu Rupiah pada nilai uang elektronik harus sama dengan satu Rupiah pada uang
tunai cash. 3 Tidak
boleh ada
Khiyar Syarat Dalam transaksi uang elektronik tidak
terdapat Khiyar Syarat, pada saat transaksi dilakukan, ketika masing-masing pihak telah
menunaikan kewajiban dan mendapatkan haknya, maka transaksi telah selesai.
4 Tidak boleh
ditangguhkan Pada saat proses penerbitan, ketika pihak
pemegang menyetorkan uang, maka penerbit saat itu juga menyerahkan nilai uang
elektronik kepada pemegang dan pada saat terjadi redeem baik oleh pemegang atau oleh
pedagang, penerbit harus dapat menunaikannya secara tepat waktu.
3. Akad-akad Lain yang Terkait
Melihat dari relevansi tersebut di atas, maka jelaslah bahwa akad utama yang digunakan dalam penyelenggaraan uang elektronik adalah akad
Sharf, yaitu tukar-menukar atau jual beli uang. Namun dalam implementasinya, penyelenggaraan uang elektronik dapat dilengkapi oleh
akad-akad lain, yaitu : a.
Akad Ijarah Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau
upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa
22
. Akad Ijarah digunakan dalam hal terdapat transaksi sewa menyewa atas perlengkapanperalatan dan atau terdapat
pelayanan jasa dalam penyelenggaraan uang elektronik. b.
Akad Wakalah Wakalah adalah pemberian kuasa kepada orang lain untuk
bertindak sebagai pemberi kuasa dalam transaksi yang diperbolehkan dan diketahui
23
. Akad Wakalah digunakan dalam hal penerbit bekerjasama dengan pihak lain sebagai agen penerbit danatau terdapat bentuk
perwakilan lain dalam transaksi uang elektronik.
22
Peraturan Bank Indonesia Nomor 746PBI2005, tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal
1 Ayat 10
23
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Damsyiq: Daar el-Fikr al- Ma’ashirah, 2004, cet. IV , juz V, hal. 4056
B. Implementasi Akad Syariah pada Uang Elektronik