Pengaruh persepsi tentang gepeng (gelandang dan pengemis) terhadap pengambilan keputusan memberi uang kpada gepeng

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:

Adi Saputro 105070002220

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN

SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-sayarat memperoleh gelar sarjana Psikologi

Oleh

Adi Saputro

NIM : 105070002220

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Rena Latifa, M.Psi

NIP :19620 72419803 2001 NIP:198209292008012044

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(3)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBERI UANG KEPADA

GEPENG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh : Adi Saputro NIM: 105070002220

Dibawah Bimbingan : Pembimbing I

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si NIP. 19620724 198903 2001

Pembimbing II

Rena Latifa, M.Psi, Psi

NIP. 19820929 200801 2 004

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1432 H/2011 M


(4)

GEPENG telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 14 Juni 2011

Sidang Munaqosyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/ Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.

NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2001

Anggota

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 19620724 198903 2001 NIP. 1973710 200501 1 006

Rena Latifa, M.Psi, Psi NIP. 19820929 200801 2 004


(5)

GEPENG telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 14 Juni 2011

Sidang Munaqosyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si.

NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2001

Anggota

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 19620724 198903 2001 NIP. 1973710 200501 1 006


(6)

(D) Pengaruh Persepsi tentang Gepeng (gelandangan dan pengemis) Dengan Pengambilan Keputusan Memberi kepada Gepeng.

(E) Xiii + 72 Halaman

(F)Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup.

Tampaknya gepeng tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun, baik bagi wilayah penerima (perkotaan) maupun bagi wilayah pengirim (pedesaan) walaupun telah diusahakan penanggulangannya secara terpadu di wilayah penerima dan pengirim. Sejak tahun 2002, peningkatangepengterhitung sangat tajam.

Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekelilig kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek persepsi adalahgepeng.

Pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng merupakan suatu bentuk prilaku menolong yang didasarkan kepada rasa kasihan, rasa iba, saling tolong menolong, dan rasa empati terhadap sesama sehingga seseorang ingin memberi.

Jenis penelitian ini adalah korelasional. Responden penelitian berjumlah 86 orang yang ditentukan dengan teknik incidental. Instrument yang digunakan berbentuk model skala likert yang terdiri dari dua skala. Skala persepsi terhadap gepeng yang berjumlah 25 item dan skala pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng berjumlah 27 item. Berdasarkan penelitian didapatkan : 1)persepsi tentang gepeng mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng. 2) proposi varian persepsi terhadap gepeng dan pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng sebesar 79.4 %. 3) Sedangkan variabel penelitian yang tidak memiliki kontribusi terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng adalah variabel pendidikan.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar mencari dan menghubungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng, diantaranya, religiusitas, self konsep dan kesadaran sosial. Secara praktis Perlu pengambilan kebijakan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk mencari penanggulangan yang lebih tepat dalam mengatasi masalah gepeng

.


(7)

viii Bismillahirrahmanirrahiim

Syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masi jauh dari kesempurnaan.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. Pudek bagian akademik Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pudek bagian keuangan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan Pudek bagian kemahasiswaan Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si.

2. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Ibu Rena Latifa, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini. Penulis banyak mendapatkan masukan, ide, pengetahuan, serta wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di kampus tercinta ini, terimakasi atas waktu dan kesabaranya yang telah diberikannya.

3. Ibu Dra. Diana Mutiah M.Si, Pembimbing Akademik yang hari-harinya cukup dipadati oleh kami yang selalu membutuhkan bimbingan dan motivasi. 4. Seluruh dosen dan kariyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, semoga Allah memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang telah diberikan.


(8)

ix sayang itu akan tetap abadi.

6. Untuk masyarakat Radio Dalam, Gang Minang Kramat, terima kasih sudah mau membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini untuk dijadikan responden semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan.

7. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam pembelajaran di kampus tercinta ini.

8. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral, doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kata terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan, semoga mereka mendapatkan balasan yang setimpal dengan usaha yang telah mereka berikan.

Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.


(9)

x lanjut.

Jakarta, April 2011


(10)

viii Bismillahirrahmanirrahiim

Syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masi jauh dari kesempurnaan.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. Pudek bagian akademik Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pudek bagian keuangan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, dan Pudek bagian kemahasiswaan Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si.

2. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Ibu Rena Latifah, M.Si.,Psi yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini. Penulis banyak mendapatkan masukan, ide, pengetahuan, serta wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di kampus tercinta ini, terimakasi atas waktu dan kesabaranya yang telah diberikannya.


(11)

ix

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, semoga Allah SWT, memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang telah diberikan.

5. Untuk kedua orang tua penulis Ayahanda. Alm Kasnudi dan Ibunda Alm. Mas’adah, ku persembahkan skripsi ini untu kalian walaupun kalian tidak merasakannya, semoga kita dipertemukan di akhirat nanti. Love u my mom n my father.

6. Kaka penulis, Mbak Yayu, Mas Mitro, Mbak Ida, Mas Izin, Mbak Atmi, Mbak Diah yang selalu mensupport untuk cepat-cepat lulus dan yang sudah membiayai kuliah ade, terimakasi Mbak untuk semua, Mbak Anah dan Mbak Tami. Tidak lupa pula untuk keponakan-keponakanku yang tercinta yang selalu membuat hidup ini tersenyum ketika melihatnya, Imah, Ara, Salta, Fahri, Saskia, Arul, Mia, dll. Terimakasi atas kasing sayangnya yang tak akan pernah habis dimakan oleh jaman.

7. Untuk masyarakat Radio Dalam, Gang Minang Kramat, terima kasih sudah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini untuk dijadikan responden semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan. Amin.


(12)

x

9. Teman-teman psikologi angkatan 2005 khususnya kelas A, Yudi, Wahyu, Muaz, Najib, Romi, Ahmed, Dalla, Syifa, Qori, Nisa, Hamda, Risti Dll serta teman-teman angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas kebersamaannya dalam suka dan duka bersahabat dan begitu pula atas pembelajarannya selama ini. Tak akan bermakna arti sahabat ini jika tak kenal kalian khususnya untuk Budi, Wahyu, Idham, Rojak, Agung, Juju, Pei, Ruhyat serta teman-teman mahachala Ari, Mahar, Ajeng, Bilqis, Niwah. Buat alm. Kurniawan yang tak akan pernah hilang kenangan itu, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan mendapatkan surga Allah SWT. Amin

10. Untuk Sahabat-sahabat PMII Terbaik, Zaid, Jabeng, Imron, Makki, Carman, Ikbal, Romzi dan Ahfad Dll berkat doa dan dukungan kalian akhirnya skripsi ini bisa selesai, semoga kalian sukses, Amin.

11. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam pembelajaran di kampus tercinta ini.

12. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral, doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kata terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan, semoga


(13)

xi

Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat meMbakngun sangatlah diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, sangat besar hasrat dan harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 5 Juni 2011


(14)

v

Halaman Pengesahan... i

Motto... ii

Abstrak ………... iii

Kata Pengantar………... iv

Pernyataan Bukan Plagiat... iv

Daftar Isi ………... v

Daftar Tabel ………... ix

Daftar bagan ………... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Batasan Masalah ... 7

1.2.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8


(15)

vi 2.1.2 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengambilan

Keputusan... 14

2.1.3 Strategi Pengabilan Keputusan ... . 15

2.1.4 Tahapan Pengambilan Keputusan ... 16

2.1.5 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan... 19

2.2 Persepsi ... 20

2.2.1 Definisi Persepsi ... 20

2.2.2 Hakekat Persepsi ... 22

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 22

2.2.4 Macam-macam Persepsi... 27

2.3 Gepeng (gelandangan dan pengemis) ... 28

2.3.1 Pengertian Gepeng ... 28

2.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Gepeng ... ... 32

2.5 Pengertian Sedekah ... ... 33

2.5.1 Pengertian Memberi(Giving Money)... 35

2.6 Kerangka Berfikir ... 37

2.7 Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN………... 42

3.1. Jenis Penelitian……… 42

3.1.1. Pendekatan Penelitian……… 42

3. 1. 2. Metode Penelitian……… 42


(16)

vii

3. 3. Pengambilan Sampel……….. 45

3.3.1. Populasi…………... 45

3.3.2. Sampel……….. 45

3. 4. Teknik Pengambilan Sampel……….. 45

3. 5. Teknik Pengumpulan Data………. 46

3.5.1 Instrumen Penelitian .………... 47

3. 6. Uji Instrumen Penelitian ………. 50

3.6. 1. Teknik Uji Instrumen Penelitian………... 50

3.6.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian………... 52

3. 7. Teknik Analisa Data……….. ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA... ... 56

4.1 Gambaran Umum Responden... 56

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 56

4.1.2Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan…. 57 4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama…... 57

4.2 Uji Hipotesis Penelitian... 58

4.3.1 Uji Hipotesis 1... 61

4.3.2 Uji Hipotesis 2... 61

4.3.3 Uji Hipoteisi 3... 62

4.3.4 Uji Hipotesis 4... 62

4.3.5 Uji Hipotesis 5... 62

4.3.6 Uji Hipotesis 6... 63


(17)

viii

5.3 Saran... ... 69

5.3.1 Saran Teoritis... 70

5.3.2 Saran Praktis... 70

DAFTAR PUSTAKA ... ... 71 LAMPIRAN


(18)

ix

3.1. Bobot nilai tiap item ... 48

3.2. Blue print (try out) skala persepsi terhadapGepeng... 48

3.3. Blue print (field tes) skala persepsi terhadapGepeng... 49

3.4. Blue print (try out) skala pengambilan keputusan memberi ... 49

3.5. Blue print (field tes) skala pengambilan keputusan memberi ... 50

4.1. Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin ……… 56

4.2. Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan ……….. 57

4.3. Gambaran umum responden berdasarkan agama ………. 57

4.4. Coefficients……….. 58

4.5. Koefisiensi regresi terhadap pengambilan keputusan memberi ... 69

4.6. Model summary………... 64

4.7. Anova ………. 64


(19)

(20)

“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”

“Jangan pernah ada katamenyerah dalam hidup”

“Memberi adalah tingkat kehidupan teringgi” (Jonh C.Maxwell)

“Tak seorang pun pernah diberikan kehormatan atas apa yang diterimanya” Kehormatan diberikan sebagai imbalan atas apa yang diberikannya


(21)

1

Pada bab ini akan dipaparkan latarbelakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang

Dengan adanya peraturan daerah yang di terapkan oleh pemda DKI mengenai perda No 8/2007 Tentang Ketertiban Umum (tibun), Perda Tibun mengancam pemberi uang dengan hukuman kurungan maksimal 60 hari dan denda sebesar Rp 20 juta. Dengan peraturan daerah tersebut membuat 12 warga DKI di tangkap akibat memberi uang. Kepala Dinas Sosial DKI Budiharjo mengatakan hal itu untuk member shock therapy kepada seseorang yang memberikan sejumlah uang kepada gelandangan dan pengemis (gepeng) (mega Putra Ratya, 2009).

Tampaknya gepeng tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun, baik bagi wilayah penerima (perkotaan) maupun bagi wilayah pengirim (pedesaan) walaupun telah diusahakan penanggulangannya secara terpadu di wilayah penerima dan pengirim. Setiap saat pasti ada sejumlahgepengyang kena razia dan dikembalikan ke daerah asal setelah melalui pembinaan. Sejak tahun 2002, peningkatan gepeng terhitung sangat tajam. Hal ini terlihat dari jumlah gepeng yang dipulangkan Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali, yaitu 300 orang tahun


(22)

2002, 300 orang tahun 2003, 400 orang tahun 2004, dan 1.595 orang tahun 2005. Di seluruh dunia ada kecenderungan rakyat lebih suka tinggal di kota dari pada desa. Bank Dunia (desember 1999), mencatat tahun 1975 hanya 1/3 dari penduduk dunia tinggal di kota. Pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 2/3 penduduk dunia tinggal di kota, yang sebagian besar berbeda di negara-negara berkembang. Ramalan ini mengundang pertanyaan mengapa orang lebih cenderung tinggal di kota (Saptono Iqbali, 2005).

Permasalahan gelandangan dan pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit untuk ditangani. Banyaknya jumlah gelandangan dan pengemis yang kerap kali terlihat memadati setiap perempatan dan ruas-ruas jalan utama bukan saja tidak sedap dipandang, melainkan menjadi isu serius yang perlu dicarikan jalan pemecahannya bersama.

Karena aktifitas sehari-harinya mengganggu kenyamanan masyarakat, sperti meminta-minta di emper jalan, ruas-ruas jalan utama, lampu merah bis kota dan yang datang kerumah-rumah. Oleh sebab itu Perda yang di terapkan oleh pemda DKI mengenai Ketertiban Umum (tibun) agar masyarakat tidak lagi memberikan uang kepadagepengsehingga dapat menurunkan angkagepengyang berniat untuk mencari uang di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta.

Kondisi di atas belum ditambah dengan kenyataan bahwa sebagian besar gelandangan dan pengemis di kota Jakartaâ ”dan bahkan mungkin di beberapa


(23)

kota besar lainnya adalah orang-orang yang notabene bukan penduduk setempat. Pada tingkat yang ekstrem, kegiatan mengemis merupakan aktivitas rutin yang terorganisasi dengan baik seperti temuan sebuah stasiun TV swasta setahun yang lalu yang melaporkan adanya oknum yang turut aktif mengelola organisasi pengemis. Selain itu, serbuan para PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), istilah khusus yang digunakan di lingkungan pekerja sosial, yang dari luar kota Jakarta menyebabkan sulitnya menerapkan cara atau perlakuan yang tepat untuk membina mereka (johan, 13 april 2009)

Ternyata dari sebagian gepeng yang meminta-minta tidak semuanya miskin ada pula yang berpura-pura mengemis. Fenomena ini pun sampai menghasilkan uang mencapai Rp 6 juta per bulan atau per hari Rp 200.000. Setara dengan seorang eksekutif yang bekerja di kantoran mapan.

Kenyataan ini sebenarnya sudah diketahui oleh aparat. Termasuk cara kerja mereka,tapi entah kenapa, begitu sulit memberantas gepeng di Jakarta. Dinas sosial DKI Jakarta kabarnya sudah ancang-ancang akan menggebuk pemasok gepeng tersebut.

"Kami akan buru pemasok gepeng tersebut. Tim sudah kita bentuk," kata H. Budihardjo, kepala Dinsos DKI Jakarta.

Menurut Budihardjo, gepeng yang ada di Jakarta umumnya dikerahkan sindikat dari daerah. "Sejumlah kawasan saat ini sudah kita target," katanya. Ia


(24)

memperkirakan dari pasokan gepeng ke Jakarta, sindikat memperoleh banyak keuntungan. Dari hitungan kasar, diperkirakan tiap tahun uang masyarakat yang diberikan ke gepeng mencapai Rp 800 miliar. Separoh dari penghasilan gepeng tersebut masuk ke kantong sindikatnya. Hitungan tersebut berdasarkan kepada fakta. Dari penelitian, saat terkena razia pukul 16:00 Wib, seorang gepeng sudah mengantongi Rp 200 ribu-600 ribu/orang. Bila jumlah gepeng diperkirakan mencapai 6.000 orang, maka uang yang diberikan masyarakat untuk gepeng mencapai Rp 1,2 miliar tiap hari. Bila satu tahun akan mencapai Rp 448 miliar. "Ini bila satu orang mendapat Rp 200 ribu/hari. Separoh dari jumlah tersebut masuk kantong sindikat," tandasnya.

Dengan angka-angka tersebut, maka berapapun dana yang digunakan untuk menertibkan gepeng, tidak akan pernah tuntas. "Jadi bila ingin Jakarta bersih gepeng maka warga mulai membiasakan tidak memberi uang kepada mereka di jalan, tapi berikanlah pada tempat yang sudah ada," (poskota, 2009).

Berkaitan dengan fenomena kejadian di atas mengenai gepeng apakah persepsi masyarakat akangepengakan berubah. Begitu juga di saat masyarakat di hadapi dengan fenomena seperti itu apakah memberikan uang kepada gepeng akan berubah pula.

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan sesuatu tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.


(25)

Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedimikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Abdur Rahman Saleh & Muhib Abdul Wahab, 2004). Atkinson (1998) mengatakan bahwa persepsi adalah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Berkaitan dengan persepsi terhadapgepeng bagaimana masyarakat mempersepsikangepeng setelah sudah mempunyai kesan dan informasi yang di dapat apakah persepsi itu akan tetap baik atau positif terhadap gepeng yang kenyataanya banyak yang terorganisir bahwa meng-gepeng itu sudah menjadi perkerjaan dan profesi mereka.

Ternyata tidak hanya persepsi yang harus di gunakan oleh masyarakat akan tetapi bagaimana setelah persepsi itu terbentuk apakah pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng akan berpengaruh juga. Mengenai memberi uang pada gepeng ada beberapa penjelasan mengenai mengapa seseorang melakukan giving money. Sedangkan ahli sosiologi menyatakan bahwa giving money berasal dari hubungan timbal balik antara individu dalam hubungan sosial. Dan ahli psikologi sosial menemukan bahwagiving moneyadalah perilaku altruis yang dimotivasi oleh rasa empati dan juga oleh beberapa macam motivasi sosial. Giving money kepada orang lain merupakan mood yang baik dalam mendonorkan sesuatu. Mereka juga menambahkan bahwa lebih baik memberi dibandingkan menerima (Furnham & Argyle, dalam Tuti Umairoh, 2009).


(26)

Dalam Islam pun di anjurkan untuk memberi uang kepada sesamanya, istilah dalam islam adalah sedekah. Secara bahasa, sedekah berasal dari kata sadaqah yang berarti benar. Orang yang gemar bersedekah bisa diartikan sebagai orang yang benar pengakuan imannya. Sementara secara istilah atau terminology syariat, sedekah sama dengan infak, yakni mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama. Adapun pengertian infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan ssuatu untuk kepentingan sesuatu. Sementara menurut istilah syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama (Muhammad Sanusi, 2009).

Pada umumnya, orang akan menunaikan solidaritas sosialnya dengan memberikan uang kepada orang lain. Sedekah melalui harta benda merupakan sedekah dalam arti konvensional, yang sring kita lakukan dalam momen-momen tertentu, sedekah dengan harta merupakan representasi dari kepekaan atau sensitivitas seseorang terhadap keadaan masyarakatnya. Jika kita orang kaya, atau minimal mempunyai lebih harta daripada orang yang hidupnya di sebelah rumah kita, maka sedekahkanlah harta karena harta adalah yang paling dianjurkan untuk dilakukan. Maka pemberian sedekah melalui harta lebih baik dari pada nasihat-nasihat kepada mereka. Seperti dijelaskan dalam Surat al-Baqarah(2) ayat 267: yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi


(27)

untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata (enggan) terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji (Muhammad Sanusi, 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui sejauhmana persepsi terhadap gepeng akan keputusan memberi uang kepada gepeng terkait dengan sudah banyaknya gepeng yang terorganisasi dengan rapih dan larangan memberikan uang kepada gepeng, maka penulis memberikan judul penelitian ini pengaruh persepsi tentang gelandangan-pengemis (gepeng) dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng

1.2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya peluasan materi yang akan dibahas:

1. Persepsi terhadap gepengyang dimaksud disini adalah proses pengamatan yang melibatkan indera yang kemudian diolah dalam berfikir hingga menghasilkan sebuah pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini persepsi berkaitan dengan dimensi nilai agama, nilai sosial dan nilai moral. 2. Pengambilan keputusan memberi yang dimaksud disini adalah satu bentuk tindakan untuk memberi uang kepada gepeng, berdasarkan dimensi perilaku gepeng, sikap sosial dan keyakinan agama.


(28)

3. Gepeng yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para gelandangan/pengemis yang melakukan perbuatan meminta-minta di emper jalan, lampu merah, bis kota atau yang datang kerumah-rumah. 4. Masyarakat yang dimaksud dalam sampel penelitian ini adalah masyarakat

Radio Dalam RW 014 Jakarta Selatan, yang menurut peneliti masyarakatnya sering didatangi oleh gepeng dari rumah kerumah dan masyarakatnya juga sering di hampiri oleh gepeng di emper jalan, lampu merah dan bis kota.

1.3. Perumusan Masalah

Dengan demikian, dari indentifikasi masalah yang terurai di atas, maka penulis merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh tentang persepsi gepeng terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

2. Apakah terdapat pengaruh tentang pesepsi gepeng terhadap jenis kelamin dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

3. Apakah terdapat pengaruh tentang pesepsi gepeng terhadap pendidikan dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

4. Apakah terdapat pengaruh tentang pesepsi gepeng terhadap nilai agama dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

5. Apakah terdapat pengaruh tentang pesepsi gepeng terhadap nilai sosial dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.


(29)

6. Apakah terdapat pengaruh tentang pesepsi gepeng terhadap nilai moral dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap gepeng (gelandangan dan pengemis) dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng. 2. Untuk melihat nilai varian hubungan antara persepsi terhadap gepeng (gelandangan dan pengemis) dengan pengambilan keputusan memberi uang kepadagepeng.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis.

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berkaitan dengan masalah psikologi sosial dan juga menambah literatur kajian teoritis tentang persepsi dan keputusan memberi kepada gepeng.

2. Manfaat praktis


(30)

a) Hasil penelitian ini dapat disosialisasikan kepada penduduk desa yang berencana berkunjung ke kota, bahwa tidak semua masyarakat kota mempunyai persepsi positif terhadap pekerjaan gepeng sehingga dapat memberikan penyadaran pada para calon urban tersebut untuk meninjau kembali rencananya pindah dan mencari kerja di kota.

b) Pengambilan kebijakan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk mencari penanggulangan apa yang sesuai dalam mengatasi masalah gepeng

.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik “American Psychologycal Association (APA) Style”. Adapun garis besar sistematika penulisannya adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN :

Diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan tentang pegertian pengambilan keptutusan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, strategi pengambilan keputusan, tahapan pengambilan keputusan, definisi


(31)

persepsi, hakekat persepsi, fenomena yang terjadi di dalam persepsi, persepsi bawah sadar, ilusi atau kesalahan persepsi, menghindari persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, macam-macam persepsi, pengertian memberi ,dan pengertian gepeng.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti. Bab ini terdiri dari 5 sub-bab. Sub-bab pertama, membahas tentang jenis penelitian (di dalamnya terdapat: pendekatan penelitian, definisi dan operasional variabel). Sub-bab kedua, populasi dan sampel (di dalamnya terdapat: pengertian, populasi dan sampel, serta teknik pengambilan sampel). Sub-bab ketiga, membahas pengumpulan data (di dalamnya terdapat: pengertian, instrument penelitian; blue print skala persepsi terhadap gepeng dan pengambilan keputusan memberi). Sub-bab keempat, teknik pengolahan data (di dalamnya terdapat: uji validitas dan reliabilitas skala). Sub-bab kelima, teknik analisa data. Dan sub-bab ter akhir (kelima), membahas: prosedur penelitian.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Radio Dalam RT 002 RW 014 Minang Kramat Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian


(32)

hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik dan pembahasan hasil pengujian hipotesis.


(33)

12

Pada bab ini, akan dipaparkan kajian teori, diantaranya pengambilan keputusan, persepsi, pengertian gepeng (gelandangan dan pengemis), persepsi masyarakat terhadap gepeng (gelandangan dan pengemis) dan pengertian memberi uang kepada gepeng.

2.1. Pengambilan Keputusan Memberi uang 2.1.1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Menurut Stoner Pengambilan keputusan (Decision Making) adalah proses identifikasi dan pemilihan tindakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan spesifik. Sedangkan menurut MacCrimmon mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah “The processes of thought and action that culminate in choice behavior”. (dalam Nasarudin, 2006).

Sementara itu, definisi lain dari pembuatan/pengambilan keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus ; a)membuat prediksi ke depan, b) memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, atau c) membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.(dalam Suharnan, 2005).


(34)

Batasan-batasan di atas memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses atau bagian dari pemecahan masalah. Secara umum, masalah adalah setiap konflik atau pertentangan antara satu situasi dengan situasi yang lain yang ingin dicapai yaitu yang menjadi goal atau tujuan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dengan demikian, proses yang dilakukan dalam pemecahan masalah bersifat terarah pada tujuan dan didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi kesenjangan antara satu hal dengan hal lain (Morgan, 1986, dalam Kurniawati, 2006).

Mengemukakan definisi tentang pengambilan keputusan, yaitu suatu pendekatan yang sistematik terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penemuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat (Siagian, 1990, dalam Kurniawati, 2006).

Keputusan yang diambil beraneka ragam. Tetapi ada tanda-tanda umumnya yaitu:

1. Keputusan merupakan hasil berfikir, hasil usaha intelektual. 2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari beberapa alternatif. 3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun

pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan (Jalaludin Rahmat, 2005).


(35)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Jalaluddin Rahmat (1999) diantaranya adalah faktor personal, yang meliputi :

1. Kognisi, yang berupa kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki individu.

2. Motif, yakni bagaimana motivasi individu dalam merespon situasi yang sedang dihadapi.

3. Sikap, yang berhubungan dengan perasaaan negatif dan positif individu terhadap suatu situasi.

Faktor-faktor yang juga mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam mengahdapi masalah atau konflik (Dafidoff, 1991) :

1. Kuatnya motivasi. Bila motivasi yang timbul dari sebuah pilihan semakin kuat, maka akan semakin kuat pula dorongan untuk memilih hal tersebut, dibandingkan dengan pilihan yang timbul dari motivasi yang lemah.

2. Jarak, tempat, dan waktu. Individu akan cenderung mendekati atau menghindari salah satu pilihan sesuai dengan jauh-dekatnya jarak, tempat, dan waktu dari pilihan tersebut.

3. Pengharapan, semakin besar harapan individu terhadap salah satu pilihan, maka akan besar pula keinginannya untuk memilih pilihan tersebut.


(36)

2.1.3. Strategi pengambilan keputusan

Atwater (1984) dalam Kurniawati (2006) mengklasifikasikan strategi pengambilan keputusan berdasarkan unsur resiko yang terlibat di dalamnya:

1. Wish Strategy, memilih alternatif pilihan yang dapat membawa pada hasil yang paling diinginkan, tanpa memperhatikan resiko.

2. Escape Strategy, memilih alternatif paling tinggi kecenderungannya untuk dapat terhindar dari hasil yang buruk.

3. Safe strategy, memilih alternatif pilihan paling tinggi untuk kecenderungannnya untuk mencapai keberhasilan.

4. Combination Strategy, memilih alternatif pilihan yang tepat. Mengkobinasikan kemungkinan untuk memperoleh hasil, yang paling diinginkan (high desirebility) dengan probabilitas peluang tinggi (high probability).

Dapat dikatakan pengambilan keputusan seseorang ditentukan oleh strategi yang digunakan untuk mengambil keputusan. Setiap orang melakukan strategi pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Tiap orang pun memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, walaupun strategi pengambilan keputusan tampaknya dapat diklasifikasikan oleh para ahli, strategi pengambilan keputusan itu bersifat unik (Atwater, 1984 dalam Kurniawati, 2006).


(37)

2.1.4. Tahapan pengambilan keputusan

Para ahli umumnya mengartikan pengambilan keputusan sebagi cara memecahkan masalah dengan memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada (Du Brin, 1983: Morgan, King dan Robinson, 1984 dalam Kurniawati, 2006). Adapun proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Input

Pada tahap ini individu menentukan atau diberi suatu persoalan. b. Tahap Throughput (decision making strages)

Pada tahap ini masalh sudah dikenali, kemudian berlangsung rangkain proses pengambilan keputusan yang saling tumpang tindih, yaitu menjernihkan persoalan menemukan berbagai alternatif-alternatif tersebut, mengambil keputusan, mengevaluasi hasilnya.

c. Tahap Out Put

Dari keputusan yang diambil, subyek merasakan konsentrasinya berupa hasil yang optimal, memuaskan, atau kurang memuaskan.

Sedangkan untuk pengambilan keputusan dilihat dari tahapan pengambilan keputusan yang diungkapkan oleh Janis & Mann dalam S.P. Siagian (1990), yaitu:

1. Melihat alternatif yang ada.

2. Mempertimbangkan seluruh tujuan yang akan dicapai.

3. Mempertimbangkan segala konsekuensi yang akan diperoleh. 4. Mencari informasi yang relevan.


(38)

5. Menilai kembali segala konsekuensi (evaluasi).

6. Membuat langkah-langkah dan rencana yang terperinci.

Sedangakan menurut Mangkunegra (2005) tahapan pemecahan masalah dan pengmbilan keputusan sebagai berikut :

a. Mengklasifikasikan dan mendefiniskan problem  Mengkalisifikasikan masalah

Dengan mengkalsifikasikan masalah, pengambil keputusan akan mengetahui tipe problem dan kemungkinan tipe keputusan yang akan ditetapkan. Suatu masalah dapat diklasifikasikan ke dalam masalah yang bersifat rutin dan masalah yang bersifat unik.

 Mendefiniskan masalah

Mendifinisikan masalah merupakan suatu aktifitas mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga menjadi adanya suatu masalah, pertimbangan tentang hal-hal yang menjadi penyebab adanya suatu masalah dengan menguraikan antara sebab-sebab yang sesungguhnya yang menyebabkan timbulnya suatu masalah.

b. Mengembangkan kriteria pemecahan yang baik

Tujuan dari pengembangan kriteria adalah untuk mendapatkan suatu standar yang diharapkan setelah suatu keputusan dapat terlaksana. Dengan kriteria yang sudah ada, proses pengambilan keputusan akan mendapatkan kemudahan dalam menetapkan alternatif yang paling baik.


(39)

Dalam menghadapi problem dan tuntutan keputusan yang bersifat rutin, pengambil keputusan tidak menghadapi masalah. Tetapi dalam menghadapi masalah-masalah baru yang menuntut suatu keputusan inovatif agar masalah-masalh dapat terpecahkan secara tuntas, maka membutuhkan suatu pemikiran berupa pengembangan alternatif-alternatif baru sesuai dengan masalah yang dihadapi.

d. Membandingkan alternatif dengan kriteria

Tujuan dari aktivitas membandingkan ini adalah untuk menguji sampai sejauh mana bobot alternatif telah mampu memecahkan masalah secara tuntas. Disamping mempertimbangkan bobot kualitas dari alternatif yang diuji, pengambil keputusan juga mempertimbangkan berbagai kemungkinan seperti kemungkinan diterimanya alternatif.

e. Pemilihan alternatif pemecahan

Pemilihan alternatif adalah bukan merupakan titik puncak aktivitas proses pengambilan keputusan, tetapi harus merupakan langkah awal dari usaha membuktikan kualitas kemampuan suatu keputusan untuk mengatasi problem secara tuntas. Penilaian alternatif dapat dengan mudah dilakukan apabila dari berbagai alternatif yang ada ternyata telah dapat diketahui dengan jelas tentang alternatif mana yang telah memenuhi kriteria keharusan dan telah memperoleh bobot yang banyak dari kriteria keinginan yang ada.

f. Implementasi keputusan

pada tahp implementasi ini, penjadwalan waktu begi berbagai kegiatan perlu diatur sedemikian rupa.


(40)

g. Monitoring keputusan dan balikan

Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses keputusan yang merupakan mekanisme sistem pelaporan secara periodik terhadap implementasi keputusan yang sedang berjalan.

2.1.5. Langkah-langkah Pengambilan keputusan

Dalam buku psikologi kognitif ada beberapa Langkah-langkah pengambilan keputusan sebagai berikut (Suharman, 2005):

1. Seseorang mengidentifikasi bahwa suatu keputusan perlu dibuat atau diambil berkaitan dengan permasalahan yang tengah dihadapi.

2. Orang itu kemudian mencari dua alternatif atau lebih yang dianggap cocok dengan tujuan yang diinginkan, biasanya masing-masing alternatif memiliki aspek pro dan kontra.

3. Tugas pokok pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang telah dihasilkan itu. Memilih alternatif yang terbaik memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang multidemen-sional. Misalnya, alternatif ”terbaik”, untuk siapa?, kriteria apa yang dugunakan?, dan untuk jangka pendek atau jangka panjang?

4. Setelah alternatif terbaik dipilih kemudian dilaksanakan, terus dilakukan evaluasi hasil-hasilnya. Jika ternyata belum menunjukan hasil-hasil seperti yang diinginkan, maka seseorang dapat meninjau kembali keputusan itu, membingkai ulang, dan mencari alternatif yang lain. Sesudah itu,


(41)

melaksanakan alternatif yang telah dipilih itu, dan langkah-langkah seperti ini akan ditempuh sampai seseorang berhasil.

2.2. Persepsi

2.2.1. Definisi Persepsi

Menurut Rita Atkinson dkk (2000) bahwa persepsi merupakan hasil dari proses perseptual dalam mengintegrasikan sensasi ke dalamperceptsobjek dalam upaya mengenali objek.

Kamus lengkap Psikologi, karangan J.P. Chaplin (2001) mengartikan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Arti lainnya adalah kesadaran intiutif mengenai keberadaan langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

Persepsi merupakan sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna (Wade, Carole dan Travis, 2007; 193, dalam Atkinson, 1987). Maksudnya adalah sebagai dasar dalam belajar, berpikir dan bertindak serta penemuan mengenai proses dalam penggunaan secara praktis.

Persepsi (Atkinson, 1987) diartikan sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Senada dengan itu persepsi itu juga diartikan sebagai proses yang didahului stimulus yang


(42)

diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderakannya (Davidoff, 1998).

Persepsi didefinisikan sebagai Proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (Penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita (Abdurrahman shaleh & Muhbib Abdul Wahab, 2004).

Dengan demikian definisi persepsi merupakan proses kerja inderawi untuk mengenali dan mendeteksi segala peristiwa yang terjadi disekitar manusia, baik melalui proses pengetahuan atau pengalaman dan analisa serta pandangan seseorang terhadap objek tertentu.

2.3. Persepsi masyarakat terhadapgepeng

Persepsiadalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekelilig kita,termasuk sadar akan diri kita sendiri (Abdur Rahman Saleh & Muhib Abdul Wahab, 2004). Dalam penelitian ini yang menjadi obyek persepsi adalah gepeng. Gepeng adalah singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup.


(43)

Jadi persepsi terhadap gepeng adalah bagaimana kita mengorganisasikan data-data indera kita mengenai gepenguntuk kita amati sehingga kita sadar akan diri kita mengenai gepeng.

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Suharnan (2005; 55), bahwa suatu persepsi pada prinsipnya selalu melibatkan dua proses yang saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Ada pun dua proses tersebut yang mempengaruhi persepsi, diantaranya:

Aspek Stimulus (bottom-upatau datadriven processing)

Hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu respon akan ditentukan oleh aspek stimulus dan informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu.

1. Aspek Pengetahuan (top-downatauconceptually driven processing) Persepsi atau penafsiran terhadap respon yang ditimbulkan akan ditentukan oleh aspek pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan dan pengalaman yang telah tersimpan dan relevan didalam ingatan seseorang merupakan suatu representasi dari persepsi seseorang. Beberapa prinsip lain dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi. Beberapa prinsip tambahan antara lain adalah : familiaritas,, ukuran, intensitas, dan gerak.


(44)

Obyek-obyek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsikan daripada obyek-obyek yang baru atau masih asing. Misalnya, bagi para peneliti istilah ”sampel” akan lebih mudah dipersepsikan dari pada ”cuplikan”.

b. Ukuran

Obyek-obyek yang ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih mudah dipersepsikan atau dikenali daripada yang ukuran kecil.

c. Intensitas

Obyek-obyek yang memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih mudah dikenali daripada obyek-obyek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam.

d. Gerak

Obyek-obyek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersepsikan daripada obyek-obyek yang diam atau pasif.

Menurut Robbins (2006), ada beberapa faktor yang dapat membentuk dan seringkali dapat mengacaukan persepsi. Faktor-faktor itu antara lain:

1. Penerima (pemersepsi), ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk mengartikan apa yang dia lihat, proses itu sangat dipengaruhi


(45)

oleh karakteristik orang tersebut, mulai dari sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, serta pengharapan.

2. Target/ obyek/ benda yang dipersepsikan, karakteristik dari target yang sedang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, mulai dari gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, serta kedekatan.

3. Situasi saat persepsi itu dibuat, berbagai elemen yang ada di lingkungan sekitar juga mempengaruhi cara kita mempersepsikan sesuatu, mulai dari waktu, keadaan, serta keadaan

sosial.

Tabel 2.1.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi Faktor pada pemersepsi :  Sikap

 Motif  Kepentingan  Pengalaman 

Faktor dalam situasi :  Waktu

 Keadaan/ tempat kerja  Keadaan sosial

Faktor pada target :  Kedekatan  Gerakan bunyi  Ukuran  Latar belakang  Kedekatan


(46)

Menurut (Abdur Rahman Saleh & Muhib Abdul Wahab, 2004) ada beberapa faktor-faktor Persepsi setiap orang dalam memandang atau mengartikan obyek persepsi akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi pada individu, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada proses penginderaan, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Pengertian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu, individunya memusat perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian obyek-obyek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagi obyek pengamatan.

b. Ciri-ciri rangsangan

Rangsangan yang bergerak di antara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian. Demmikian juga rangsangan yang paling besar dinantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakang dan intensitas rangsangannya paling kuat, akan lebih menarik perhatian.


(47)

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibandingkan seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak-anak orang orang Irian.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang yang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.

2.3.2. Macam-macam Persepsi

Rahmat (2005) membagi persepsi menjadi dua bagian besar, yaitu persepsi interpersonal dan persepsi obyek. Persepsi interpersonal pada manusia dan persepsi obyek adalah persepsi selain pada manusia. Perbedaaan antara kedua persepsi ini ada empat. Pertama, pada persepsi obyek, stimulus ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-benda fisik: gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagiannya pada persepsi interpersonal, stimuli sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga. Kedua, pada persepsi obyek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu, kita tidak meneliti sifat-sifat batiniah obyek itu, sedangkan pada persepsi interpersonal, kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera


(48)

kita. Kita tidak hanya melihat prilakunya, kita juga melihat mengapa ia berprilaku seperti itu.

Ketiga, dalam persepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepada kita, dan kita juga tidak memberikan reaksi emosional padannya. Sedangkan dalam persepsi interpersonal faktor-faktor personal anda, dan karakterristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Keempat, obyek relative menetap, sedangkan manusia selalu berubah-ubah, sedangkan persepsi interpersonal menjadi mudah salah.

Jenis persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi obyek dimana stimuli yang akan dipersepsikan adalah gepeng. Dalam hal ini yang ingin diketahui adalah bagaimana masyarakat mempersepsikan tentang gepeng uang ketika masyarakat sudah mengetahui dari kalangan gepeng hanya berpura-pura menjadi gepeng, mempunyai rumah mewah dikampungnya, dan kegiatannya itu ada yang mengorganisir. Begitu pula dengan keputusan pemda DKI Jakarta yang mengeluarkan KUHP tentang gepeng, bahwa menghimbau masyarakat dilarang memberikan uang kepada gepeng.

2.4. Gepeng (gelandangan dan pengemis) 2.4.1. Pengertian Gepeng

Sejarah dan Kaitan Norma Sosial dengan Gepeng

Apabila mendengar istilah gepeng yang berasal dari Karangasem, maka orang segera menghubungkan dengan asal si gepeng, yaitu dari desa Tianyar


(49)

Tengah dan desa Tianyar Barat tepatnya dusun Muntigunung dan Pedahan. Namun sejarah orang menggepeng dari desa tersebut sangat langka diungkapkan atau diteliti sebagai kajian khusus ditinjau dari aspek kesejarahan. Dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat terungkap, bahwa sejak dahulu tidak ada norma-norma sosial yang mengatur dan mengharuskan masyarakat desa Tianyar untuk berperilaku gepeng. Hal ini merupakan sesuatu yang spesifik dari fenomena perilakugepengdari desa ini, bila dibandingkan dengan sejarah gepeng desa lainnya yang ada di Bali. Jikalau norma-norma sosial itu dapat dianggap sebagai suatu konsep yang menyangkut semua keteraturan sosial yang berhubungan denan evaluasi dari semua obyek, individu, tindakan, gagasan, maka gepeng bukanlah wujud keteraturan sosial yang diidamkan oleh masyarakat desa Tianyar Kabupaten Karangasem.

Istilah “gepeng” merupakan singkatan dari kata gelandangan dan pengemis. Menurut Departemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup. Mengembara di tempat umum. “Pengemis” adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta dimuka umum dengan berbagai alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang. Ali, dkk,. (1990) menyatakan bahwa gelandangan berasal dari gelandang yang berarti selalu mengembara, atau berkelana (lelana). Mengutip pendapatnya Wirosardjono maka Ali, dkk., (1990) juga menyatakan bahwa gelandangan


(50)

merupakan lapisan sosial, ekonomi dan budaya paling bawah dalam stratifikasi masyarakat kota. Dengan strata demikian maka gelandangan merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal atau rumah dan pekerjaan yang tetap atau layak, berkeliaran di dalam kota, makan-minum serta tidur di sembarang tempat. Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Ali, dkk., (1990) diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu (1) Sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyaratnya, (2) Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai, dan (3) Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan. Pengertian gelandangan tersebut memberikan pengertian bahwa mereka termasuk golongan yang mempunyai kedudukan lebih terhormat daripada pengemis. Gelandangan pada umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak memiliki tempat tinggal yang tetap (berpindahpindah). Sebaliknya pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain serta tidak tertutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal yang tetap. Ali, dkk., (1990) juga menggambarkan mata pencaharian gelandangan di Kartasura seperti pemulung, peminta-minta, tukang semir sepatu, tukang becak, penjaja makanan, dan pengamen. Tampaknya pemulung dan pemintaminta yang mendominasi gelandangan di Kartasuro.Demikian juga terlihat di Kota Denpasar terlihat banyak terlihat mata pencaharian gelandangan adalah sebagai pemulung, pemintaminta, penjaja jajan keliling penjaja koran dan penjaja rokok keliling di Mal-mal dan perempatan jalan yang mendominasi. Beberapa ahli menggolongkan gelandangan dan pengemis termasuk ke dalam golongan sektor informal. Keith Harth (1973) mengemukakan bahwa dari kesempatan memperoleh penghasilan yang sah,


(51)

pengemis dan gelandangan termasuk pekerja sektor informal. Sementara itu, Jan Breman (1980) mengusulkan agar dibedakan tiga kelompok pekerja dalam analisis terhadap kelas sosial di kota, yaitu (1) kelompok yang berusaha sendiri dengan modal dan memiliki ketrampilan, (2) kelompok buruh pada usaha kecil dan kelompok yang berusaha sendiri dengan modal sangat sedikit atau bahkan tanpa modal, dan (3) kelompok miskin yang kegiatannya mirip gelandangan dan pengemis. Kelompok kedua dan ketigalah yang paling banyak di kota dunia ketiga. Ketiga kelompok ini masuk ke dalam golongan pekerja sektor informal.

Setiap kota memiliki dan menetapkan intervensi yang berbeda dalam menangani masalah PMKS, contohnya Bandung. Peraturan daerah kota Bandung nomor 3/2005 tentang penyelenggaraan K3 mencatumkan gelandangan dan pengemis dalam poin 19 dan 20 dan, menariknya, perda itu juga menyebutkan Gepeng sebagai tuna sosial dalam poin ke-21, yang menempatkan mereka setara dengan WTS. Anak jalanan diatur terpisah dan disebutkan dalam poin ke-23. Isi peraturan itu lengkapny menyebutkan :

1. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan kehidupan normal yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum serta mengganggu ketertiban, kebersihandan keindahan.


(52)

2. Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan dari orang lain serta mengganggu ketertiban umum.

3. Tuna Sosial adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial termasuk gelandangan, pengemis,pengamen dan wanita tuna susila.

4. Tuna Susila adalah orang yang mengadakan hubungan seksual tanpa didasari dengan perkawinan yang sah dengan mengharapkan imbalan/upah sebagai balas jasa serta mengganggu ketertiban umum.

5. Anak Jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau tempat-tempat umum (bisa berpindah-pindah) serta mengganggu ketertiban umum.

Arah dan Tujuan Pertama Menggepeng

Menurut informan kunci yang telah diwawancarai mengatakan bahwa pada awalnya arah dan tujuan mereka melakukan barter yaitu ke kota Singaraja, daerah Banyuatis dan Munduk. Pada waktu itu daerah tujuan ini merupakan daerah yang relatif makmur, dengan lahan pertanian (perkebunan) subur dan sector perdagangan yang maju. Pada masa itu daerah Singaraja ramai


(53)

penduduknya dan menjadi pusat pemerintahan Propinsi Bali. Hal ini merupakan daya tarik mereka untuk melakukan kegiatanmeurup-urupke daerah ini.

2.5. Pengertian Sedekah

Sedekah (sadaqah) adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara sepontan dan sekarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap rida Allah dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fiqih) disebut sadaqah at tatawwu (sedekah secara sepontan atau secara sukarela), (Ensiklopedi Islam jilid 4, 2001).

Sedekah berasal dari kata bahasa Arab yakni shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at-tatawwu’ (sedekah secara spontan dan sukarela).Pengertian sedekah menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia berarti derma kepada orang miskin dan di luar kewajiban zakat fitrah.

Sedekah adalah perbuatan atau amalan baik yang memilki keistimewaan lebih dari perbuatan baik lainnya. Hal itu dikarenakan, sedekah mengandung dua


(54)

fungsi yakni fungsi spiritual yang mengikat individu dengan Tuhan (Hablum minnAllah) dan fungsi social yang berkaitan dengan sesame manusia (hablum minannas). Selain itu, Dengan sedekah berarti kita telah berbagi dengan saudara-saudara kita.

Dalam teori psikologi sosial perilaku bersedekah merupakan salah satu aspek dari perilaku prososial. Dimana dalam aspek perilaku prososial menurut Mussen tersebut dengan kata menyumbang. Perilaku prososial merupakan semua bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Sedekah Robert A. Baron dan Donn Byrne mengungkapkan bahwa perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memilki konsekuensi positif pada orang lain (Nashori, Fuad, dalam Tuti Umairoh, 2009).

Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruism yang tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Altruism menurut David O. Sears dkk (Nashori, Fuad, dalam Tuti Umairoh, 2009) adalah tindakan sukarela yang dilakukan atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apapun kecuali mungkin perasaan melakukan kebaikan. Perilaku prososial mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan altruism. Jika digambarkan dalam bentuk gambar, maka prososial adalah sebuah lingkaran yang besar. Dalam lingkaran terdapat beberapa


(55)

lingkaran lain, salah satunya adalah altruisme (Nashori, Fuad, dalam Tuti Umairoh, 2009).

Adapun aspek-aspek dari perilaku prososial menurut Mussen (Nashori, Fuad, dalam Tuti Umairoh, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang tersebut.

2. Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

4. Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain.

5. Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.

Pengertian memberi (Giving Money)

Ada beberapa penjelasan mengenai mengapa seseorang melakukangiving money. Sedangkan ahli sosiologi menyatakan bahwa giving money berasal dari hubungan timbal balik antara individu dalam hubungan sosial. Dan ahli psikologi sosial menemukan bahwa giving money adalah perilaku altruis yang dimotivasi oleh rasa empati dan juga oleh beberapa macam motivasi sosial. Giving money kepada orang lain merupakan mood yang baik dalam mendonorkan sesuatu.


(56)

Mereka juga menambahkan bahwa lebih baik memberi dibandingkan menerima (Furnham & Argyle, dalam Tuti Umairoh, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Giving Money (Furnham & Argyle, dalam Tuti Umairoh, 2009):

1. Pendapatan

Orang yang mempunyai lebih banyak uang akan lebih besar memberikan uangnya kepada orang lain.

2. Usia dan Jenis Kelamin

FES(Family Expenditure Survey) di Inggris mendapatkan hasil penelitian bahwa usia 50-65 tahun adalah yang paling banyak bersedekah. Sedangkan para pemuda jarang yang bersedekah, hal itu disebabkan karena mereka belum berkerja. Sedangkan perbedaan jenis kelamin dalam bersedekah relatif kecil.

3. Jumlah anggota keluarga

Hasil survey di Amerika menentukan bahwa orang yang telah menikah memberikan 20-40 persen lebih banyak dibandingkan orang yang belum menikah walaupun jumlah pendapatan mereka sama. Sedangkan pasangan yang telah mempunyai anak memberikan 50 persen lebih banyak dibandingkan dengan pasangan yang tidak mempunyai anak.


(57)

4. Kepentingan Agama

Hasil penelitian menyatakan bahwa orang yang menganggap agama sangat penting akan mengeluarkan lebih banyak untuk beramal dibandingkan dengan orang yang menganggap agama sangat tidak penting.

5. Kepribadian

Ditemukan bahwa perilaku altruis berhubungan dengan faktor kepribadian seperti empati namun sedikit diketahui hubungan antara kepribadian dengan kegiatan amal.

6. Komunikasi Non-Verbal

Sentuhan, cara memandang, ekspresi wajah, dan volume suara merupakan faktor yang mempengaruhi giving money.

2.6. Kerangka Berpikir

Permasalahan gepeng merupakan permasalahan yang cukup kompleks dan fenomenal belakangan-belakangan ini. Hal tersebut tidak dapat kita pungkiri, kita dapat melihat dari tahun-ke tahungepengselalu meningkat di kota-kota besar khususnya jakarta. Padahal masalah gepeng merupakan salah satu kerja pemerintah untuk menyelesaikannya dan merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengatasi permasalahangepeng.


(58)

Di negara kita banyak sekali kalangan gepeng khususnya di kota-kota besar salah satunya adalah kota jakarta ibu kota dari Indonesia, namun dari dampak perpindahan masyarakat dari desa ke kota pemerintah tidak dapat mengendalikanya. Masalah umum gelandangan dan pengemis pada hakikatnya erat terkait dengan masalah ketertiban dan keamanan yang menganggu ketertiban dan keaman di daerah perkotaan. Dengan berkembangnya gepeng maka diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan menganggu stabilitas sehingga pembangunan akan terganggu serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut.

Persepsi menjadi faktor psikologis yang penting dalam pengambilan keputusan memberi dalam memberikan uang kepada gepeng, karena berdasarkan persepsilah masyarakat akan memilih dan menilai suatu obyek yang menjadi stimulus. Persepsi masyarakat terhadap gepeng bisa menjadi positif ataupun negatif tergantung dari realita masyarakat melihat gepeng.

Keputusan memberi uang pada gepeng juga akan melalui proses atau tahapan, sebab memberi tidak hanya melihat dari obyek saja akan tetapi dilihat dari aspek sosialnya. Keputusan yang diambil akan di susun oleh keputusan-keputusan lainya yang berkaitan oleh sebab itu keputusan-keputusan-keputusan-keputusan yang diambil mempunyai tanda-tanda umumnnya antara lain, keputusan merupakan hasil berfikir, keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai altenatif, keputusan


(59)

selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Berkaitan dengan keputusan memberi uang pada gepeng dan mengapa orang harus memberi uang pada gepeng juga bisa di lihat dari faktor-faktor sosial seperti empati terhadap gepeng, rasa kasihan, rasa iba, adanya anjuran agama, memperhatikan kesejahteraan orang lain, berbagi rasa dan masi banyak faktor-faktornya.

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

Persepsi terhadap gepeng Berdasarkan :

Nilai agama Nilai sosial Nilai moral

Pengembilan keputusan memberi uang kepada gepeng

Demografi : Jenis kelamin

Pendidikan Keyakinan/beragama


(60)

2.7. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah:

Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang gepeng terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

Dalam penelitian ini, pada variabel persepsi terdapat tiga aspek yakni agama, sosial dan moral. Sedangkan terdapat tiga variabel tambahan, antara lain: jenis kelamin, pendidikan dan keyakinan. Adapun hipotesa yang lebih rinci sebagai berikut:

H1 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan nilai agama terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

H2 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan nilai sosial terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

H3 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan nilai moral terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.


(61)

H4 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan jenis kelamin terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

H5 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan tingkat pendidikan terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

H6 : Adanya pengaruh yang signifikan persepsi tentang gepeng berdasarkan keyakinan/agama terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.


(62)

42

Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian, diantaranya jenis penelitian (pendekatan penelitian dan metode penelitian) dan variable penelitian (definisi variabel, definisi oprasional variabel), populasi dan sampel, pengambilan sampel, teknik dan insrumen pegumpulan data (kuesioner dan analisa data), teknik penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa data, serta prosedur penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

3.5.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian yang berkeja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisa dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Sevilla dkk, 2006).

3.5.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah deskriptif korelasi, yaitu (Sevilla, dkk, 1993) dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara


(63)

perangkat-perangkat tersebut. Karena dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh persepsi tentang gepeng (gelandangn dan pengemis) terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng.

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Definisi Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki bermacam-macam nilai atau sifat berdiri sendiri. Kerlinger (2003) menyebut variabel sebagai simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai. Variabel dibagi menjadi dua macam yaitu: independent variabel (variabel bebas) dan dependent variable (variabel terikat). Variabel bebas adalah variabel yang dipandang sebagai sebab kemunculan (antesenden). Sedangkan variabel terikat adalah konsekuensi atau yang dipandang sebagi akibatnya (konsekuensi).

Dalam penelitian ini ditentukan yang menjadi variabel bebasnya adalah persepsi terhadap gepeng, sedangkan variabel terikatnya adalah pengambilan keputusan memberi uang padagepeng.

3.2.2. Definisi Konseptual Variabel

Persepsi terhadap gepeng adalah merupakan proses kerja inderawi untuk mengenali dan mendekteksi segala peristiwa yang terjadi disekitar manusia, baik melalui proses pengetahuan atau pengalaman. Baik mengamati dan memberikan makna dan menginterprestasikan terhadap segala sesuatu yang berhubungan


(64)

dengan gepeng. Dalam hal ini yang ingin diketahui adalah persepsi tentang gepeng.

Sedangkan pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penemuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat untuk memberi uang pada gepeng. Alternatif pilihan dalam penelitian ini adalah memberi uang pada gepeng atau tidak memberi uang pada gepeng.

3.2.3. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional meletakkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Dimana definisi operasional merupakan speksifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya (Kerlinger, 200).

1. Persepsi tentanggepeng secara operasional merupakan skor dari skala penilaian terhadap gepeng berdasarkan dimensi nilai agama, nilai sosial dan nilai moral.

2. Pengambilan Keputusan memberi uang kepada gepeng secara opreasional merupakan skor dari skala pengambilan keputusan memberi.


(65)

3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Gay dalam Sevilla dkk (2006) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan menjelaskan keseluruhan dari hasil penelitiannya. Sedangkan menurut Kelinger (2000) dan Sevilla, dkk (2006) bahwa populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, atau obyek-obyek yang telah ditetapkan dengan baik. Adapun populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat Radio Dalam RW 014 Minang Kramat Jakarta Selatan dengan melibatkan 633 responden.

3.3.2. Sampel

Menurut Sevilla dkk (2006), sampel merupakan kelompok kecil yang diamati. Selanjutnya, menurut Kelinger (2000), mendefinisikan sampel sebagai mengambil sesuatu bagian populasi atau sebagian wakil (representasi) populasi atau semesta itu.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh Slovin, yaitu sebanyak 86 orang

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik incidentalyaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Teknik ini termasuk jenis Non-probability sampling, dimana semua elemen dari setiap anggota


(66)

populasi tidak memiliki kesempatan dan peluang yang sama besar untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Jadi tiap kali peneliti menemukan seseorang yang berada di wilayah Radio Dalam RW 014 maka ia berhak dijadikan sampel penelitian.

Alasan peneliti menggunakan Non-probability sampling, dimana semua elemen dari setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan dan peluang yang sama besar untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Dan memudahkan peneliti dalam mencari sampel karena masyarakat yang hendak diteliti adalah masyarakat berdekatan dengan rumah peneliti, sehingga peneliti mengetahui karakteristik masyarakat itu sendiri. Adapun pelaksanaan Non-probability sampling dalam penelitian ini dengan cara pengambilan sampel dengan cara setiap peneliti menemukan masyarakat di wilayah Radio Dalam RW 014 maka ia berhak dijadikan sampel berdasarkan sampel yang sudah ditetapkan.

Untuk menentukan banyaknya sampel dari suatu populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin (Sevilla,et.al, 1993) sebabagi berikut:

n= N

1+ Ne2 n= ukuran sampel N= ukuran populasi


(67)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan tertutup. Dimana pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang pilihan jawabannya tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√ ). Kemungkinan jawaban dipersempit dan diberi pola atau kerangka susunan terlebih dahulu. Hal ini dapat berfungsi untuk memperjelas dimensi apa yang dicari dalam penelitian. Sehingga akan mendorong sampel untuk memutuskan pilihan jawaban ke satu arah saja. Selain itu keuntungan lainnya adalah hasilnya dapat dengan mudah dan cepat dianalisa.

Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode ilmiah untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan.

3.5.1. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1997), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam hal ini yang digunakan adalah model skala Likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban sebagai berikut :

 Sangat setuju (SS)

 Setuju (S)

 Tidak Setuju (ST)


(68)

Adapun skala yang digunakan adalah skala tentang persepsi masyarakat terhadap gepeng dan skala pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng. Skala ini digunakan oleh penulis sebab dirasa dapat memenuhi standart yang ada untuk penelitian korelasional. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen dalam pengumpulan data, yaitu:

Tabel 3.1. Bobot nilai tiap item

Kode favourable Unfavourable

STS (sangat tidak setuju) 1 4

TS (tidak setuju) 2 3

S (setuju) 3 2

SS (sangat setuju) 4 1

Tabel 3.2.

Blu Print (try out) Skala Persepsi TerhadapGepeng

No Aspek Indikator Favourable Unvafourable Jumlah 1 Nilai

Agama

Mengharapkan pahala

1. 2, 5, 6, 9* 3, 4, 7, 8

16 Mengharapkan

ridho dari Allah SWT

11, 14, 15* 10, 12, 13, 16

2 Nilai Sosial

Tolong menolong 17, 19 18, 20

18

Simpati 22, 23 21, 24*


(69)

Perhatian 30, 31, 33, 29, 32, 34, 3 Nilai Moral Merasa iba 35*, 38, 39 36*, 37, 40*, 41

16 memprihatinkan 43, 45*, 46, 49 , 42, 44*, 47,

48, 50,

Total 24 26 50

*item yang gugur

Dilihat dari tabel diatas dari 50 item skala persepsi terhadap gepeng setelah diuji validitasnya terdapat 27 item yang valid dan 23 item yang gugur. Item yang valid yaitu : 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 41, 42, 46 dan item yang gugur yaitu : 1, 4, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 19, 24, 25, 26, 30, 35, 36, 39, 40, 43, 44, 45, 47, 48, 49 50.

Tabel 3.3

Blue print (Field Tes) Skala Persepsi TerhadapGepeng

No Aspek Indikator Favourable Unvafourable Jumlah 1 Nilai

Agama

- mengharapkan pahala 3 5

4 - mengharapkan ridho dari

Allah SWT

4, 7

2 Nilai Sosial

-tolong menolong 11 17, 25

15

-simpati 6, 13, 18 19

-perhatian 12, 22 9

-empati 1, 16 2, 8, 15

3 Nilai Moral

-merasa iba 14, 20, 21 23

6

-memprihatinkan 10 24


(70)

Tabel 3.4

Blue print (Try Out) Skala Pengambilan Keputusan Memberi uang pada Gepeng

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1 Perilaku gepeng

Fisik 1*, 2*, 5 3*, 4

17

Pakaian 6*, 7*, 8* 9, 12

Penampilan 10, 11, 15, 16 13, 14, 17

2 Sikap sosial Memberi 18, 19* 20, 21

10 Tolong-menolong 23*, 24, 25* 22, 26, 27

3 Keyakinan/ag ama

Beramal 30*, 31* 28, 29, 32, 33

14 Mengharapkan

pahala

34, 35, 38, 39 36*, 37*, 40, 41

Total 21 20 41

*item yang gugur

Pada tabel di atas dari 41 item skala pengambilan keputusan memberi, setelah melakukan uji validitas terdapat 28 item yang valid dan 13 item yang gugur. Item yang valid adalah : 4, 5, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 41. Sedangkan item yang gugur adalah : 1, 2, 3, 6, 7, 8, 19, 23, 25, 30, 31, 36, 37.

Tabel 3.5

Blue print (Field Tes) Skala Pengambilan Keputusan Memberi uang padaGepeng

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1 Perilaku gepeng

Fisik 17, 21, 24 3

Pakaian 1 1

Penampilan 25 14 2


(71)

Tolong-menolong 5, 11, 22 7, 12, 13, 27 7 3 Keyakinan/aga

ma

Beramal 4, 23 6 3

Mengharapkan pahala

8, 20 2

JUMLAH 15 11 26

3.6. Uji Instrumen Penelitian

3.6.1. Teknik Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian Kuantitatif, sebelum melakukan penelitian field study seorang peneliti harus melakukan penelitian uji coba (try out). Try out dilakukan untuk mendapatkan nilai validitas dari setiap item dalam skala yang telah dibuat. Dengan demikian, peneliti dapat memilih dan menyusun kembali skala berdasarkanitemyang terpenuhi nilai validitasnya.

Teknik yang penelit gunakan untuk menguji instrument penelitian padatry outadalah uji validitas dan uji realiabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Menurut Sevilla, dkk (2006) validitas merupakan derajat ketepatan suatu alat tentang pokok isi yang sebenarnya yang diukur. Dimana validitas berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat variabel yang diteliti.


(72)

Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapan data dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Suatu tes atau instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya.

Untuk menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan dan perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17. 0for Windows.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla, dkk (2006) reliabilitas merupakan derajat ketapatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrument penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilita tinggi apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan. Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumus alpha Cronbachdan perhitungan menggunakan SPSS 17. 0for windows.

3.6.2. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan try out selama satu hari yakni pada hari Senin, tanggal 3 Januari 2011 try out dilakukan di Radio Dalam, Jl. Minang Kramat RT 002 RW 014 Gandaria Utara, Jakarta Selatan, sebanyak 86


(73)

responden. Kemudian data yang telah diperoleh, diolah dengan menggunakan program SPSS 17.0.

a. Hasil Uji Validitas

Setelah melakukan pengolahan data hasil try out, maka peneliti mendapatkan nilai validitas untuk setiap Item dengan nilai validitas dibawah 0,3 akan dibuang dan gugur. Sementara itu, item-item yang valid akan digunakan sebagi alat ukur dalamfield study.

Skala Persepsi Terhadap Gepeng (gelandangan dan pengemis) Dari hasil perolehan data pada uji validitas skalapersepsi tentang gepeng, bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 50 item, terdapat 39 item memiliki nilai validits di atas 0,3. Dengan demikian, skala persepsi tentang gepeng tersebut dapat dipergunakan sebagai alat ukur dalamfield study.

Skala Pengambilan Keputusan Memberi uang pada Gepeng Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala pengambilan keputusan memberi, bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 41 item, terdapat 32 item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 11 item yang memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut dianggap gugur.


(74)

b. Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan penghitungan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 17.0, diperoleh berupa angka untuk kedua skala yang disebar pada try out. Penghitungan reliabilitas dilakukan setelah item yang tidak valid dibuang.

Untuk skala persepsi tentang gepeng diperoleh angka reliabilitas sebesar 0,923. Sementara itu, skor pengambilan keputusan memberi diperoleh angka reliabilitas sebesar 0,903. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik skala persepsi tentang gepeng dan pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng memiliki reliabilitas yang baik.

3.7. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda. Jika ditemukan ada IV yang signifikan hubungan terhadap DV, maka penulis juga akan mencari tahu apakah ada interaksi antara sesama IV dalam hubungannya dengan DV secara bersama-sama.

Adapun persamaan regresi yang akan peneliti uji di dalam penelitian ini ialah :


(75)

Dimana :

y = kompetensi pengambilan keputusan a = konstan, intercept

b = koefisien regresi

X1 = nilai agama, X2= nilai sosial, X3= nilai moral, X4 = jenis kelamin, X5= pendidikan , X6= keyakinan memeluk agama

e = residu (segala hal yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng di luar dari IV yang ada di persamaan).

Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 17.0. yang pertama dilakukan adalah menjelaskan gambaran umum dari responden.

Kemudian melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan melihat koefisien regresi pada keseluruhan variabel penelitian terhadap persepsi terhadap gepeng. Jika hasil koefisien regresi pada masing-masing variabel penelitian lebih besar dari nilai signifikan (p<0,05), maka tidak signifikan. Akan tetapi, jika hasil perhitungannya lebih kecil nilai signifikan (p>0,05) maka signifikan.

Setelah diperoleh hasil dari pengujian hipotesis, peneliti ingin melihat seberapa besar kontribusi masing-masing variabel penelitian terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng. Hal ini dilakukan dengan memperoleh nilai R2 yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh IV yang dianalisis. Dengan kata lain, R2 menunjukkan presentase varian dari


(76)

masing-masing variabel penelitian terhadap pengambilan keputusan memberi uang kepada gepeng DV yang biasa diterangkan oleh IV.


(77)

56

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Radio Dalam RW 014 Minang Kramat Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik dan pembahasan hasil pengujian hipotesis.

4.1. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di Radio Dalam RW 014 Minang Kramat Jakarta Selatan dengan melibatkan 86 responden. Berikut ini gambaran umum mengenai responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan keyakinan memeluk agama.

4.1.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini adalah gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.1

Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 58 67.4 67.4 67.4

Perempuan 28 32.6 32.6 100.0 Total 86 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa mayoritas jumlah responden adalah laki-laki dengan persentase sebesar 67,4 % (58 orang) dan sebagian kecil dari jumlah responden perempuan dengan persentase sebesar 32,6 % (28 orang).


(1)

Proporsi varian dari ke-6 IV

1. Nilai Agama

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .665a .442 .435 7.34543

a. Predictors: (Constant), Nilai Agama

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3589.839 1 3589.839 66.533 .000a

Residual 4532.254 84 53.955

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant),Nilai Agama b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 41.889 3.940 10.631 .000

Nilai Agama 2.921 .358 .665 8.157 .000


(2)

2. Nilai Sosial

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .807a .651 .642 5.84761

a. Predictors: (Constant), Nilai Sosial,Nilai Agama

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5283.950 2 2641.975 77.263 .000a

Residual 2838.143 83 34.194

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant), Nilain Sosial, Nilai Agama b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 19.056 4.512 4.223 .000

Nilain Agama .844 .410 .192 2.056 .043

Nilai Sosial 1.348 .192 .657 7.039 .000


(3)

3. Nilai Moral

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .885a .783 .775 4.64011

a. Predictors: (Constant), Nilai Moral,Nilai Agama,Nilai Sosial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6356.580 3 2118.860 98.411 .000a

Residual 1765.513 82 21.531

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant), Nilai Moral,Nilai Agama, Nilai Sosial b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.761 3.815 2.558 .012

Nilai Agama .374 .332 .085 1.126 .263

Nilai Sosial .900 .165 .439 5.468 .000


(4)

4. Jenis Kelamin

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .889a .791 .781 4.57728

a. Predictors: (Constant), JK, Nilai Moral, Nilai Agama,Nilai Sosial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6425.021 4 1606.255 76.665 .000a

Residual 1697.072 81 20.952

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant), JK, Nilai Moral, Nilai Agama, Nilai Sosial b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.734 3.806 2.295 .024

Nilai Agama .391 .328 .089 1.192 .237

Nilai Sosial .926 .163 .452 5.680 .000

Nilai Moral 1.762 .253 .464 6.970 .000

JK 1.920 1.062 .093 1.807 .074


(5)

5. Pendidikan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .889a .791 .778 4.60553

a. Predictors: (Constant), Edukasi, Nilai Agama, JK, Nilai Moral, Nilai Sosial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6425.220 5 1285.044 60.584 .000a

Residual 1696.873 80 21.211

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant), Edukasi, Nilai Agama, JK, Nilai Moral, Nilai Sosial b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.917 4.270 2.088 .040

Nilai Agama .394 .332 .090 1.188 .238

Nilai Sosial .926 .164 .451 5.640 .000

Nilai Moral 1.755 .263 .462 6.673 .000

JK 1.906 1.079 .092 1.766 .081

Edukasi -.048 .492 -.005 -.097 .923

a. Dependent Variable: DV


(6)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .891a .794 .778 4.60460

a. Predictors: (Constant), Keyakinan/agama, Nilai Moral, JK, Edukasi, Nilai Agama, Nilai Sosial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6447.111 6 1074.518 50.679 .000a

Residual 1674.982 79 21.202

Total 8122.093 85

a. Predictors: (Constant), Keyakinan/agama, Nilai Moral, JK, Edukasi, Nilai Agama, Nilai Sosial b. Dependent Variable: DV

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.978 4.270 2.103 .039

Nilai Agama .365 .333 .083 1.097 .276

Nilai Sosial .939 .165 .458 5.703 .000

Nilai Moral 1.749 .263 .460 6.647 .000

JK 1.843 1.081 .089 1.705 .092

Edukasi -.137 .500 -.015 -.274 .785

Keyakinan/ag ama

1.847 1.818 .053 1.016 .313