Konsep DasarKebutuhan Dasar Aktifitas

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep DasarKebutuhan Dasar Aktifitas

Dalam buku yang ditulis oleh Effendy1998, manusia sebagai makhluk bio- psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik.Teori kebutuhan dasar manusia memandang manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.Kebutuhan Dasar Manusia bila dipandang dari aspek keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan individu,keluarga, kelompok, maupun masyarakat yang menjadi sasaran dalam perawatan masyarakat. Kebutuhan dasar tersebut dirumuskan menurut Hirarki Maslow1967, yang kemudian dikembangkan oleh Richard A. Khalish1973, dimana tingkatan kebutuhan dasar manusia yang akan dibahas yaitu sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis a. Kebutuhan oksigen b. Kebutuhan cairan dan elektrolit c. Kebutuhan nutrisi d. Kebutuhan eliminasi e. Kebutuhan istirahat f. Kebutuhan menghindari dari rasa nyeri g. Kebutuhan regulasi suhu badan h. Kebutuhan stimulasi i. Kebutuhan melaksanakan Aktivitaskegiatantoleransi aktifitas j. Kebutuhan eksplorasi dan manipulasi k. Kebutuhan seksualitas Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia.Kemampuan tersebut meliputi, berdiri,berjalan,bekerja dan lain sebagainya.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, metabolisme tubuh dapat optimal. Disamping itu, kemampuan bergerak juga akan mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Dalam hal ini,kemampuan beraktivitas tidak lepas dari sistem persarafan dan muskuloskletal Mubarak,2007. Universitas Sumatera Utara Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak, dimana manusia memerlukan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup Tarwoto Wartonah,2006. I. Fisiologi Pergerakan Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem musculoskletal dan persarafan.Sistem skelet berfungsi untuk mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh, melindung bagian tubuh tertentu sepertihati, jantung, paru, ginjal dan otak,tempat melekatnya otot dan tendon serta tempat produksi sel darah.Sedangkan persarafan berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar, kemudian diteruskan ke susunan saraf pusat.Saraf pusat memproses implus dan kemudian memberikan respon melalui saraf efferent , sehingga saraf efferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka Tarwoto Wartonah, 2006. II. Konsep Mekanika Tubuh Mekanika tubuh adalah pengunaan organ tubuh secara efesien dan efektif sesuai dengan fungsinya.Dengan melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam posisi yang benar dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya penyait.Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang mengalami tirah baring lama, karena dapat terjadi penurunan kemampuan tonus ototMubarak,2007. III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Pergerakan Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan yaitu sebagai berikut: a. Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan tubuh Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskula r dan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimalMubarak,2007. b. Kesehatan Fisik Ganguan pada sistem muskuloskelatal atau persarafan dapat menimbulkan dampak negatip pada pergerakan dan mekaniak tubuh seseorang, misalnya penyakit,cacat tubuh, dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh. Karenanya, untuk memberikan intervensi yang tepat pada klien, perawat perlu mengkaji respon klien terkait dengan hambatan mobilitas yang dialaminya. c. Keadaan Nutrisi Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan. Apabila pemenuhan nutrisi tidak adekuat, hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan kelemahan otot yang akan mengakibatkan penurunan aktivitas atau Universitas Sumatera Utara pergerakanMubarak,2007.Kurang nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan jadi kurang bebasTarwotoWartonah,2006. d. Emosi Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktifitas tubuhseseorang.Keresahan dan kecemasan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas TarwotoWartonah,2006. Jika konsep aktifitas tersebut terganggua, maka akan muncul masalah kesehatan yaitu intoleransi aktivitas. Menurut NANDA, 2012-2014, intoleransi aktifitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Menurut TarwotoWartonah2006, intoleransi aktivitas adalah kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari. IV. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada pasien Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi Smeltzer Bare,2001. Gejala klinis gagal jantung kongestif adalah adanya edema yang terjadi dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia ekterna dan tubuh bagian bawahA.Gede,1993.Pitting edema adalah edema yang tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari. Sedangkan kelelahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan, disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringanSmeltzer Bare,2001. Kasus yang dijelaskan dalam karya tulis ilmiah inimengangkat satu diagnosa yang menjadi prioritas masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu aktifitasintoleransi aktifitas. Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan pastinya akan diperlukan suatu proses dalam pembuatan asuhan keperawatan, dimana akan dimulai dengan proses pengkajian, analaisa data, perencanaan pelaksanaan dan implementasi keperawatan.Dan berikut ini adalah data pengkajian sampai perencanaan untuk masalah kebutuhan dasar aktivitas. Universitas Sumatera Utara

a. Pengkajian

1. Riwayat Penyakit Saat ini Konsep pengkajian PGRST yang dikutip dari buku, Muttaqin, 2009 yaitu sebagai berikut: P rovoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat. Q uality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. R egion : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau mempengaruhi keseluruhan sistem otot rangka, apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan. S everity of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Biasanya kemampuan aktivitas klien menurun sesuai drajat perfusi jaringan yang dialami. T ime : sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul perlahan. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian RPD yang mendukung, dikaji dengan menanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita hipertensi, iskemia miokardium, diabetes mellitus dan hiperlipidemia Muttaqin, 2009. 3. Tingkat aktivitas sehari-hari Yang harus dikaji yaitu pola aktivitas sehari-hari,latihan fisikjenis, frekuensi dan lamanya aktifitas fisik,TarwotoWartonah,2007. 4. Tingkat kelelahan Yang harus dikaji, yaitu aktivitas yang membuat lelah, riwayat sesak napas serta kelelahankeletihan sepanjang hariTarwotoWartonah,2007. 5. Gangguan pergerakan Yang dikaji adalah penyebab gangguan pergerakan, tanda dan gejala serta efek dari gangguan pergerakan tersebut TarwotoWartonah,2007. 6. Pemeriksaan fisik Yang dikaji adalah tingkat kesadaran, posturbentuk tubuh skoliosis, kifosis, lordosis dan cara berjalan ektremitas kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot, atropi , tremor, dan kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk, kemampuan berdiri, nyeri sendi dan kekakuan sendi TarwotoWartonah,2007. Universitas Sumatera Utara 7. Kelelahan Kelelahan dapat terlihat jelas, yang disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat gejala sekunder penyakit jantung, sehingga menyebabkan suplai oksigen ke jaringan tidak adekuat.Klien mungkin mengalami kaheksia , yaitu terdapat penurunan berat badan yang parah dan adanya atropi otot.Kelainan ini sering disebabkan oleh penyakit keganasan dan gagal jantung yang parah dapat menimbulkan efek ini dan mungkin pula adanya peningkatan kecepatan metabolisme akibat kebutuhan oksigen yang meningkatoleh jantung yang hipertropik Muttaqin,2009. 8. Kaji sirkulasi Adanya riwayat hipertensi, Impark Miokard akutkronik, endokarditis , anemia, serta syok septik , tandanya adanya bengkak pada kaki, telapak kaki atau abdomengagal jantung kanan, adanya pitting edemaDoengoes,2000. 9. Integritas Ego Adanya gejala cemas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan penyakit.Tanda-tanda yang ditunjukkan berupa marah,ketakutan dan mudah tersinggungDoengoes,2000. 10. Neurosensori Adanya gejala berupa kelemahan, pingsan,pening, perubahan prilaku serta mudah tersinggungDoengoes,2000, bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka darah yang beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transport oksigen akan berkurang, sehingga otak tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien akan mengalami konfusi Smeltzer Bare, 2001. 11. Nyerikenyamanan Adanya gejala berupa nyeri dada, angina akutkronis, serta sakit pada otot.Dengan tanda-tanda, tidak tenang, gelisah, menarik diri serta prilaku melindungi diri Doengoes,2000. 12. Keamanan Adanya gejala berupa perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan tonus ototDoengoes,2000. Universitas Sumatera Utara

b. Analisa Data

Analisa data dapat menunjukkan diagnosa perawatan aktual dari hasil data pengkajian yang diperoleh, yaitu mengenai intoleransi aktivitas. Dengan pohon masalah yaitu sebagai berikut: Kelainan fungsi jantungotot jantung Hipertensi peradangan faktor sistemik Meningkatkan kerja jantung yang akhirnyamengakibatkan hipertropi serabut otot jantung dan dianggap sebagai mekanisme kompensasi dari jantung, tapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertropi jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal dan terjadi gagal jantung. ventrikel kanan gagal memompa darah Kon traktilitas jantung↓ Kongesti visera dan jaringan perifer kerena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat, sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah secara normal kembali dari sirkulasi vena. Sirkulasi sistemik melambat, aliran darah ke vena akhirnya melemah, dan tekanan hidrostatik meninggi menyebabkan cairan terakumulasi di jaringan perifer. Penurunan curah jantungtergantung pada volume sekuncup, yaitu jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor preload yaitu jumlah darah yang mengisi jantung, kontraktilitas yaitu perubahan kekuatan kontraksi jantung dan afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole. Universitas Sumatera Utara pusing,konfusi,kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas,anoreksia,mual,nokturia dan pitting edema INTOLERANSI AKTIVITAS Smeltzer Bare, 2001. Kemungkinan data yang ditemukan pada diagnosa intoleransi aktivitas ini adalah secara verbal mengatakan adanya kelelahan, kesulitan dalam pergerakan, abnormal nadi dan tekanan darah terhadap respon aktivitasTarwotoWartonah,2006. Dan kondisi klinis yang terjadi terkait diagnosa intoleransi aktivitas, terjadi pada pasien anemia, gagal ginjal kronis, gangguan jantung, kardiak aritmia , gangguan metabolisme dan gangguan musculoskeletal TarwotoWartonah,2006.

c. Penetapan Diagnosa atau Rumusan Masalah

Menurut NANDA2003, yang dituliskan dalam bukuMubarak, 2007, diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah aktivitas dan olahraga antara lain: 1. Intoleransi aktivitas 2. Resiko intoleransi aktivitas 3. Hambatan mobilitas fisik 4. Resiko disuse syndrome Menurut Mubarak,2007 sebagai bagian dari asuhan keperawatan, perawat bertanggung jawab mengidentifikasi klien yang membutuhkan bantuan dengan postur tubuh dan menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan. Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah aktivitas bervariasi, tergantung pada diagnosa dan karakteristik masing-masing individu. Salah satu diagnosa pada masalah keperawatan aktifitas adalah intoleransi aktifitas, yang dapat berhubungan dengan: 1. Gangguan sistem traspor oksigen, sekunder gagal jantung kongestif, atelektasis ,anemia, hipovolemia ,gangguan endokrin atau metabolik. 2. Ketidakadekuatan sumber energi, sekunder akibat obesitas, malnutrisi dan diet yang tidak adekuat. 3. Peningkatan kebutuhan metabolik, sekunder stres ekstrim, nyeri,suhu yang ekstrim, polusi udara dan sebaginya. 4. Inaktivitas, sekunder kurang motivasi. Universitas Sumatera Utara 5. Kelelahan atau dispnu akibat penurunan curah jantungSmeltzer Bare, 2001 Kriteria hasil: individu akan meningkatkan aktivitasnya hingga tahaptetapan aktivitas yang diharapkan. Indikator: 1. Mengidentifikasi faktor yang memperburuk intoleransi aktifitas. 2. Mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktifitas. 3. Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, 3 menit setelah beraktifitas.

d. Perencanaan Keperawatan

Hampir semua klien membutuhkan bantuan dan bimbingan perawat untuk mempelajari, memperoleh, serta mempertahankan mekanika tubuh yang tepat. Dalam hal ini perawat dapat mengajarkan anggota keluarga atau pasien berbagai teknik untuk bergerak, mengangkat tubuh atau berpindah tempat disekitar rumah sakit Mubarak,2007. Intervensi yang disarankan dalam buku yang dibuat olehMubarak,2007 terkait dengan intoleransi aktifitas yaitu: 1. Pantau respon klien terhadap aktifitas a. Ukur nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat. b. Minta klien untuk melakukan aktifitas. c. Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitaslatihan dapat meningkatkan denyut nadi sekitar 50 denyutan. d. Minta klien untuk beristirahat sebanyak 3 menit, ukur tanda-tanda vital kembali. e. Hentikan aktifitas jika terdapat keluhan nyeri dada, vertigo atau konfusi. f. Turunkan intensitas atau durasi aktifitas jika frekuensi pernapasan meningkat secara berlebihan setelah aktivitas. 2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap a. Tingkatkan aktivitas toleransi klien dengan memintanya melakukan aktifitas lebih lambat, atau dalam priode waktu yang lebih singkat dengan diselingi istirahat yang lebih banyak atau dengan lebih banyak bantuan. b. Mulai lakukan latihan rentang gerak sendi sekurang-kurangnya 2xhari. c. Dorong klien untuk melakukan latihan isometrik. d. Dorong klien untuk mengubah posisi dan mengangkat tubuhnya secara aktif jika tidak ada kontraindikasi. e. Tingkatkan keseimbangan dan toleransi duduk secara optimal dengan meningkatkan kekuatan otot. Universitas Sumatera Utara 3. Kaji keadekuatan pola tidur klien. a. Rencanakan priode istirahat berdasarkan jadwal harian klien. b. Anjurkan klien untuk istirahat selama satu jam pertama setelah melakukan aktifitas. Istirahat dapat melakukan berbagai cara: tidur sebentar, duduk dan menonton tv, atau duduk dengan kaki ditinggikan. 4. Munculkan sikap “ bisa melakukan” dari dalam diri. a. Identifikasi faktor yang menghambat percaya diri klienmisalnya takut jatuh,persepsi tentang kelemahan,gangguan penglihatan. b. Rencanakan tujuan aktivitas, seperti duduk dikursi sambil makan,berjalan menuju jendela untuk melihat pemandangan, atau berjalan kedapur untuk mengambil minuman. c. Bantu klien untuk mengidentifikasi kemajuan yang didapat. Jangan anggap remeh nilai pujian dan dukungan sebagai suatu teknik motivasi yang efektif. Dalam kasus tertentu, akan sangat membantu jika kita membuat catatan tentang aktivitas yang telah kita lakukan untuk memperlihatkan kemajuan klien. 5. Dorong keluarga untuk menyampaikan masalahnya. 6. Beri penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Setelah gagal jantung terkontrol, pasien dibimbing secara bertahap kembali kegaya hidup dan aktivitas sebelum sakit sedini mungkin.Aktivitas kegiatan hidup sehari-hari yang harus direncanakan untuk meminimalkan priode apnue dan kelelahan.Setiap aktivitas yang menimbulkan kelelahan harus dihindari atau dilakukan adaptasi.Pasien harus dibantu untuk mengidentifikasi stres emosional dan menggali cara-cara menyelesaikannyaSmeltzer Bare, 2001. Dalam buku yang ditulis oleh TarwotoWartonah,2006, untuk diagnosa intoleransi aktivitas disarankan beberapa intervensi diantaranya: 1. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas Rasionalnya:merencanakan intervensi dengan tepat 2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri. Rasionalnya: pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri. 3. Catat tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Rasionalnya: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas. 4. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktifitas. Rasionalnya: meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik. 5. Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktifitas. Universitas Sumatera Utara Rasionalnya: membantu mengembalikan energi. 6. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet. Rasionalnya: metabolisme membutuhkan energi. 7. Berikan pendidikan kesehatan tentang: Perubahan gaya hidup untuk menyimpan energi dan penggunaan alat bantu pergerakan. Rasionalnya: meningkatkan pengetahuan dalam parawatan diri.

e. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya intervensi menurut buku yang ditulis oleh Smeltzer Bare, 2001 adalah: a. Mengalami penurunan kelelahan. 1. Mampu beristirahat secara adekuat baik fisik amupun emosional. 2. Berada pada posisi yang tepat yang dapat mengurani kelelahan dan dispnu. b. Mengalami penurunan kecemasan. 1. Menghindari situasi yang menimbulkan stress. 2. Tidur pulas dismalam hari. 3. Melaporkan penurunan stres dan kecemasan. c. Mencapai perfusi jaringan yang normal. 1. Mampu beristirahat dengan cukup. 2. Melakukan aktivitas yang memperbaiki aliran balik venalatihan harian sedang, rentang gerak ektremitas aktif atau pasif. 3. Kulit hangat dan kering dengan warna normal. 4. Tidak memperlihatkan edema perifer. Universitas Sumatera Utara

B. Asuhan Keperawatan Kasus