Penggunaan Gairaigo pada Kango

15 -uchigeba 内ゲバ → perselisihan internal uchi 内 →wago, dan geba ゲバ → gairaigo - beniyaita ベニヤ板 → kayu lapis beniya ベニヤ → gairaigo, dan ta 板 → wago - oogata purojekuto 大型プロジェクト → proyek besar oogata 大型 → wago, dan purojekuto プロジェクト → gairaigo - sutoyaburi スト破り → keropeng suto スト → gairaigo, dan yaburi 破り → wago

3.2 Penggunaan Gairaigo pada Kango

Masih seputar pembahasan tentang penggunaan jenis goi yang satu dengan jenis goi yang lain.Berbeda dengan penggunaan gairaigo pada wago,kango merupakan kosakata yang berasal dari Cina,lalu bangsa jepang memakainya sebagai bahasa sendiri. Di dalam ragam tulisan, kango ditulis dengan huruf kanji yang dibaca dengan cara on’yomi atau dengan huruf hiragana. Pemakaian kango meluas dalam kehidupan sehari-hari bangsa Jepang seiring dengan perkembangan zaman. Dengan melihat jumlah kanji yang dipakai untuk menuliskannya, Kango dapat dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut : a. Kango yang terdiri dari satu buah huruf kanji, misalnya 文, 本, 会, 金, 茶, 苦, 剣, 得, 象, 詩 dan sebagainya. 16 b. Kango yang terdiri dari dua buah huruf kanji, misalnya 今月, 例年, 親愛, 終了, 勉強, 参詣 dan sebagainya. c. Kango yang terdiri dari tiga buah huruf kanji, misalnya 君子国, 善知識, 万歳楽 dan sebagainya. d. Kango yang terdiri dari 4 buah huruf kanji atau lebih, misalnyamisalnya, 有名無実声, 夏炉冬扇, 天香国色, 三千大千世界 dan sebagainya. Tamamuradalam http:www.pendidikanbahasajepang- unnes.com201204 menerangkan bahwa kango pada awalnya adalah sebutan orang Cina terhadap bahasa negaranya yaitu bahasa Cina. Di Jepang kango berarti bahasa serapan dari Cina yang masuk sejak abad pertengahan. Tetapi, secara ilmiah kango adalah huruf kanji yang dibaca secara go’onkan’ontou’on 呉音 漢音 唐音. Tidak semua kosakata yang berasal dari bahasa Cina disebut kango. Misalnya pada kata 炒飯チャーハン ’nasi goreng’. Kanji tersebut tidak dibaca secara kunyomi yaitu irimeshi. Hal ini berarti kata tersebut tidak termasuk dalam wago. Kemudian, apabila dibaca secara onyomi, pada kanji 飯 mungkin tidak ada masalah karena secara onyomi kanji tersebut dibaca han tapi kanji 炒 tidak dibaca secara onyomi ソウsou atau ショウshou. Cara baca チャcha pada kanji 炒 tidak ada di dalam daftar joyo kanji. Dengan demikian, kata tersebut juga tidak bisa dikategorikan ke dalam kango. 17 Sebenarnya kata チャーハンchahan termasuk ke dalam kategori gairaigo. Hal ini dikarenakan kanji 炒飯 dibaca dengan cara baca Cina modern. Selain kata chahan, ada pula kata-kata yang ditulis dalam huruf kanji yang dirasakan sangat rumit seperti 僕boku,挨拶aisatsu, 勿論mochiron dan lain-lain, ditulis dengan huruf hiragana ぼく あいさつ もちろん. Kata-kata tersebut merupakan kosakata yang sangat akrab dalam bahasa Jepang,namun ada kalanya cara bacanya tidak ada dalam daftar joyo kanji, maka ditulis dengan huruf hiragana. Di lain pihak, kosakata seperti 返事henji, 大根daikon, dan 出張shucchou yang awalnya berasal dari bahasa Jepang asli ‘wago’ yaitu か へ り ご と kaherigoto, お ほ ね ohone, dan で ば り debari semuanya menjadi kango setelah cara bacanya diubah ke on’yomi. Kosakata tersebut dinamakan waseikango. Zaman dinasti Meiji, pada saat ilmu dan teknologi serta pemikiran Barat masuk ke Jepang, merupakan era dimana waseikango sebagai kata yang sejak awal dibaca secara onyomi dibuat secara besar-besaran. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua kata yang berasal dari Cina disebut kango, dan kango pun ada kata-kata yang biasanya tidak ditulis dengan huruf kanji. Menurut Ishida Toshiko dalam Dahidi dan Sudjianto 2004:103Kango juga memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari gairaigo sebagai berikut : a. Kangoadalah kata-kata yang dibaca dengan cara on’yomi yang terdiri dari satu buah huruf kanji atau yang merupakan gabungan dua buah 18 huruf kanji atau lebih, kata-kata seperti 森, 青空, dan 雨傘 bukan kango. b. Oleh karena didalam membaca on’yomi juga ada go’on cara pelafalan pada waktu dinasti Wu , kan’on cara pelafalan pada waktu dinasti han , dan too’on cara pelafalan pada waktu dinasti tang , maka terdapat berbagai macam cara baca, misalnya 学期 gakki , 最期 saigo . c. Pada awal kata banyak yang memakai silabel dakuon, namun tidak ada yang memakai silabel handakuon. d. Banyak bunyi yoo’on dan choo’on. e. Dapat membuat kata-kata panjang dengan cara menggabungkan berbagaikango,misalnya 対共産圏輸出統制委員会規則違反事件 Sebaliknya, kata yang terlalu panjang dapat disingkat misalnya 臨時調 直委員会 →臨調 f. Banyak kelas kata nomina terutama kata-kata mengenai aktivitas manusia dan nomina abstrak. g. Bersifat bunshoogo ‘bahasa tulisan sastra ’ h. Dipakai secara rinci atau detail berdasarkan objek, misalnya 入苑火館 入国入学入室入団 i. Banyak doo’ongo dan ruigigo. j. Bertambah secara drastis setelah zaman Meiji. 19 Sebagaimana dengan wago,ternyata penggunaangairaigo bukan hanya bisa dipadukan dengan goi jenis wago saja, namun dewasa ini telah meluas juga penggunaannya pada goi jenis kango ini .Gairaigo juga dapat dipadukan dengan goi jenis kango , dan hal ini juga disebut dengan istilah konshugo penggabungan lebih dari satu jenis goi jenis kosakata . Bermunculan kosakata-kosakata baru akibat perpaduan gairaigo dengan kango ini, tentunya juga akan membuat perpaduan bahasa Jepang semakin indah, memiliki nilai bahasa yang tinggi dan tentu saja tujuan lainnya adalah dapat mempermudah warga negara asing dalam berbahasa Jepang tanpa harus memahami bahasa jepang sepenuh nya. Kosakata yang merupakan gabungan antara gairaigo dengan kangotersebut pun sampai sekarang masih dipakai dan digunakan baik dalam tata bahasa maupun percakapan bahasa Jepang bahkan telah masuk di dalam kamus besar bahasa Jepang. Adapun contoh kosakata penggunaan gairaigopada kango sebagai berikut: - ikamera 胃カメラ → gastroscope alat untuk memeriksa bagian dalam perut i 胃 → kango, dan kamera カメラ → gairaigo - roojin hoomu 老人ホーム→ panti jompo roojin 老人 → kango, dan hoomu ホーム → gairaigo - mikisaasha ミキサー車 → mixer truk mikisaa ミキサー → gairaigo, dan sha 車 → kango - tennen gasu 天然ガス → gas alam 20 tennen 天然 → kango, dan gasu ガス → gairaigo - hausu saibai ハウス栽培 → budaya rumah kaca plastic hausu ハウス → gairaigo, dan Saibai 栽培 → kango - jetto kiryuu ジェット気流 → aliran jet jetto ジェット → gairaigo, dan kiryuu 気流 → kango 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN