Asam Sianida HCN TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dari Ampas Singkong Kelembaban 5,02 Protein 1,57 Lemak 1,06 Serat 50,55 Abu 1,10 Sumber: Pandey, 2000.

2.2 Asam Sianida HCN

Sianida merupakan senyawa anti nutrisi yang banyak terkandung pada beberapa jenis tumbuhan, seperti ketela pohon, gadung, rebung, dan lain-lain. Pambayun, 2007. Asam sianida HCN merupakan salah satu racun yang paling berbahaya dan paling cepat reaksinya dalam tubuh hewan maupun manusia dibandingkaan dengan racun lainnya. Aktivitas enzim linamarase menyebabkan linamarin mengalami hidrolisis menjadi glukosa sianogenik dan sianohidrin yang lebih lanjut dapat dipecah menjadi HCN dan aseton Widodo,2005. Menurut Winarno 2004, HCN bersifat mudah menguap di udara terutama pada suhu lebih tinggi dari 25ºC. HCN termasuk senyawa volatil tidak berwarna, berbau menyengat sebagaimana asam lainnya, dan berasa pahit. Senyawa ini mempunyai titik didih 25,7ºC, sangat mudah larut dalam air dalam keadaan bebas dan akan terakumulasi dalam jaringan Pambayun, 2007. Menurut FAO WHO 1991 kandungan sianida yang diperbolehkan pada makanan maksimal 10 ppm Askurrahman, 2010. Menurut Widyastutik 2012, kandungan HCN pada singkong, digolongkan sebagai berikut: 1. Tidak beracun : 20-50 mg HCNkg parutan 2. Beracun sedang : 50-100 mg HCNkg parutan 3. Sangat beracun : 100 mg HCNkg parutan Kandungan sianida dalam bahan pangan berbeda- beda. Pada koro benguk 19, 49 ppm Sudiyono, 2010, umbi singkong kurang dari 50 ppm Yuningsih, 2009, gadung 50-400 mgKg , sedangkan pada sayur-sayuran seperti buncis, kembang kol, kangkung dan sawi sekitar 2-18 mg 100 g berat mentah Murdiana, 2001. Menurut Marlina 2000, kandungan sianida pada tanaman singkong diagi ke dalam tiga jenis yaitu: 1. Singkong manis dengan kandungan HCN 50mgkg umbi segar 2. Singkong tidak manis dan tidak pahit dengan kandungan HCN antara 50-100 mgkg umbi segar 3. Singkong pahit dengan kandungan HCN diatas 100 mgkg umbi segar Agar bahan pangan yang mengandung sianida seperti singkong dan gadung dapat dikonsumsi maka kadar sianida pada tanaman tersebut harus dikurangi. Selain itu, sianida juga bisa dihilangkan dengan beberapa perlakuan antara lain: fermentasi, perebusan air rebusan dibuang, perendaman pencucian air cucian dibuang, pengeringan, pengukusan, pemarutan Widyastuti, 2012. a. Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan energy dan protein, serta dapat menurunkan kandungan sianida dan kandungan serat kasar yang dapat meningkatkan daya cerna bahan makanan berkualitas rendah. Dalam proses fermentasi, mikroba yang digunakan akan menghasilkan enzim yang akan mendegradasi senyawa – senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dan mikroba akan mensintesis protein yang merupakan proses protein enrichmen yaitu pengkayaan protein bahan Juliarti dan Iis., 2013. b. Perebusan atau pengukusan dapat menghilangkan 90 sianida bebas dengan waktu 15 menit. Ikatan sianida dapat dihilangkan 55 dengan cara merebus atau mengukus setelah 25 menit. Perebusan dapat merusak enzim linamarase pada suhu 72 C. c. Proses perendaman dapat menghilangkan 20 sianida bebas pada chips singkong setelah 4 jam. Ikatan sianida mulai berkurang setelah dimulainya fermentasi. Pengurangan sianida yang signifikan jika direndam dengan air dan diganti secara rutin selama 3 – 5 hari. d. Penjemuran atau pengeringan adalah proses penguapan menggunakan sinar matahari langsung dan menggunakan oven. Pengurangan kandungan sianida yang paling tinggi dengan menggunakan oven yaitu mengeringkan dengan suhu 60 C selama 48 jam. Pengurangan kandungan sianida dengan sinar matahari langsung dapat dilakukan dengan menjemur selama 1 – 3 hari selama musim kemarau, sedangkan saat musim hujan dapat dilakukan selama 8 hari. e. Pemarutan adalah proses setelah pengupasan. Konsentrasi HCN pada hasil parutan tergantung pada waktu saat glukosida dan glukosidase berinteraksi dalam medium cair. Pemarutan juga memberikan area permukaan untuk proses fermentasi.

2.3 Hemiselulosa