B. Hubungan Kualitas Air Laut dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos
Hubungan kualitas air sperti suhu X
1
, DO X
2
, TOM X
3
dan salinitas dengan indeks Diversitas benthos, pada dua daerah yang berbedah dapat
dianalisis dengan regresi linier berganda di daerah keramba jaring apung Tabel 4 dan di daerah yang tidak memiliki keramba jaring apung keramba jaring
apung Tabel 5. Tabel 3. Parameter Kualitas Air di Lokasi Penelitian
No Parameter
KJA Non KJa
1. Suhu
27 23
2. DO
4.98 5.75
3. TOM
0.75 0.64
4. Salinitas
29.7 31.75
Dari data parameter diatas di ambil nilai rata- rata parameter kualitas air seperti suhu, DO, TOM dan Salinitas Di mana penghitungan rata- rata di dapat
dari data penghitungan tiap bulanya dari bulan Mei, Juni, dan Juli di lokasi pengamatan.
Tabel 4. Analisis Regresi Parameter Fisika Kimia Perairan Dengan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos di Lokasi Keramba Jaring Apung
Parameter Komponen
Hasil Analisis Regresi Suhu X
1
, DO X
2
, TOM X
3
dan Salinitas X
4
DI Y = 0.346 - 0,020 X
1
+ 0,047 X
2
- 0,026 X
3
- 0,008 X
4
R 0,912
R
2
0,840 Dari tabel menunjukan bahwa indeks keanekaragaman benthos sebanyak
0.346 sedangkan nilai R= 0.912 dan nilai R² = 0.840. Tabel 5. Analisis Regresi Parameter Fisika Kimia Perairan Dengan Indeks
Keanekaragaman Makrozoobentos di Lokasi Non Keramba Jaring Apung
Parameter Komponen
Hasil Analisis Regresi Suhu X
1
, DO X
2
, DI
Universitas Sumatera Utara
TOM X
3
dan Salinitas X
4
Y = -3877.5 + 0.245 X
1
+ 0,966 X
2
+1.035, X
3
+0.194 X
4
R 0,7635
R
2
0,6435
Dari tabel menunjukan bahwa nilai korelasi antara parameter kualitas air dengan indeks Keanekaragaman benthos sebesar R = 0.7635 dan nilai R²= 0.6435.
Artinya, indeks keanekaragaman di lokasi Non KJA dapat diterangkan parameter kualitas air yang diukur suhu, Do, TOM, salinitas sebesar 64,35 dan
selebihnya disebabkan faktor lain.
C. Perbandingan Keanekaragaman Makroozobenthos di Lokasi KJA dan Non KJA
Berdasarkan data jumlah makrozoobenthos yang di peroleh di lokasi keramba jaring apung dengan lokasi yang tidak memiliki keramba jaring apung di
hitung indeks keanekaragaman dengan mengunakan uji t pada taraf nyata 0,05 dan 0,01 maka data hasil perbandingan keanekaragaman sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Uji T Perbandingan Keanekaragaman
Paired Differences
T Df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviasi Std.
Error Mean
95 Confidence Interval
Lower Upper
KJA-Non KJA -2.27667 .22591
.13043 -2.83785 -1.71549
-17.456 2
.003
Nilai terhitung adalah sebesar -17.456 dengan sig 0.003 karena nilai sig lebih kecil dari 0,01 atau p
≤ α maka hal ini dapat disimpulkan bahwa perbandingan makrozoobenthos di lokasi keramba jaring apung dengan lokasi
yang tidak memiliki keramba jaring berbeda sangat nyata nilai variannya.
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan A. Identifikasi Makrozoobentos
Penelitihan yang dilakukan pada dua daerah yang berbeda dimana penelitihan ini dilakukan selama 3 kali pengambilan sampel pada tiap bulannya
teridentifikasi jumlah di daerah wilayah keramba jaring apung sangat berbeda populasi keragamanya dimana pada daerah kerambah jumlah populasi
makroozobenthos sangat padat populasinya. Hal ini sangat berbeda jauh dengan lokasi yang tidak memilki kerambah jarring apung dimana jumlah spesiesnya
sangat banyak jenisnya tetapi populasi yang sangat terbatas. Pada daerah keramba jarring apung terdapat 5 spesies dengan total
populasi sebanyak lebih dari 3000 Individum² makrozoobenthos kepadatan populasi tertinggi terdapat pada jenis Vexillum ebonus yakni 3.000 individum
2
dan kepadatan terendah pada jenis Ilyanossa obsolete yakni 5 individum
2
. hal ini dapat dinyatakan Vexillum ebonus ini mampu bertahan hidup dan bertoleransi
dengan kadar kualitas air yang sangat buruk. Sedangkan populasi makrozoobenthos di wilayah yang tidak memiliki keramba jaring apung hanya
terdapat populasi maksimal 10 Individum² dengan spesies yang sangat banyak keanekaragamannya dengan total 29 spesies yang di dapat di lapangan kepadatan
populasi tertinggi terdapat pada jenis Barbatia candida yakni 15 individum
2
dan kepadatan hewan makrozoobenthos lainya relatif sama dengan hewan
makrozoobenthos lainnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh kualitas air yang berada di daerah
keramba jaring apung sangat buruk kualitasnya. Seperti dilihat air dikerambah bewarna hitam pekat dan banyak ditemukannya sampah di kerambah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Individu makrozoobenthos di daerah kerambah sangat banyak hal ini dipengaruhi oleh bebarapa faktor salah satunya banyaknya sumber unsur hara serta keramba
juga dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan bagi masyarakat jumlah Individu makrozoobenthos di wilayah tersebut sangat berbeda dengan wilayah yang tidak
memiliki keramba jaring apung dimana spesies lebih banyak ditemukan dibandingkan Individu keanekragaman makrozoobenthosnya.
Hal ini berpengaruh karena kepekaan benthos terhadap pencemaran yang disebabkan oleh segala sumber terutama disebabkan oleh bahan organik. Menurut
Hasan 1993 dalam Suroya 1997, adanya kegiatan budidaya ikan dalam jaring apung dapat meningkatkan kandungan bahan organik secara nyata, tetapi
penungkatan kepadatan jaring apung belum tentu memberikan peningkatan kandungan bahan organik lebih lanjut secara nyata. Selanjutnya Basmi 1991
dalam Suroya 1997 menyatakan bahwa kandungan bahan organic di sekitar kegiatan jaring apung ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan kandungan
bahan organik di lokasi yang jauh dari kegiatan jaring apung. Menurut Wilhm 1975, pengelompokan benthos berdasarkan kepekaan
terhadap pencemaran yang disebabkan oleh bahan organik, antara lain kelompok intoleran, fakultatif, dan toleran. Organisme intoleran adalah organisme yang
jarang dijumpai pada perairan yang kaya akan bahan organik. Selain itu organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kualitas perairan menurun, contohnya
adalah kelompok Ephemeroptera, Trichoptera, dan Plecoptera. Organisme fakultatif adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada lingkungan yang
relatif mengandung bahan organik, contohnya kelompok Odonata, Gastropoda
Universitas Sumatera Utara
dan Crustacea. Organisme toleran adalah organisme yang sering dijumpai pada kondisi lingkungan yang berkualitas buruk, contohnya jenis Tubificidae.
Komunitas makrozoobenthos yang hidup dalam substrat tersebut akan merombak karbon organik menjadi bahan makanan yang digunakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup survival rate dan pertumbuhannya. Di samping itu, Wood 1987 dalam Yurika 2003 juga menyatakan bahwa jumlah
dan laju pertambahan kandungan bahan organik memiliki pengaruh yang besar terhadap populasi organisme dasar.
B. Hubungan Kualitas Air Laut dengan Keanekaragaman Makrozoobenthos